Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PERIOPERATIF

Disusun oleh :

Rio Rizki Abdillah Ramadhan

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KHARISMA KARAWANG

2021
Daftar Isi

Daftar Isi...................................................................................................................i
LAPORAN PENDAHULUAN ARDS....................................................................3
1 Definisi..............................................................................................................3
2 Etiologi..............................................................................................................3
3 Patofisiologi.......................................................................................................5
4 Manifestasi Klinis..............................................................................................6
5 Pemeriksaan diagnostic.....................................................................................6
6 Komplikasi........................................................................................................6
7 Penatalaksanaan.................................................................................................7
ASUHAN KEPERAWATAN ARDS......................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

i
LAPORAN PENDAHULUAN ARDS

1. Definisi

Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan sindrom


yang ditandai oleh peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler
terhadap air, larutan dan protein plasma di sertai kerusakan alveolar difus
dan akumulasi cairan dalam perenkim paru yang mengandung
protein.Sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif
kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cidera serius
(Brunner & suddarth,2001).Kondisi paru yang tiba-tiba dan bentuk
kegagalan nafas berat,biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat
yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal dan non pulmonal
(Hudak & gallo,1997)

Merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permabililitas


membrane alveolar kapiler terhadap air,larutan, dan protein plasma disertai
kerusakan alvoler difus dan akumulasi cairan dalam parenkim paru yang
mengandung protein (Aru W,dkk,2006)

Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem


pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2),
eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh
masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997)

2. Etiologi
a. Depresi Sistem Saraf Pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernapasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang
otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal
b. Kelainan primer neurologis
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul
dalam pusat  pernapasan menjalar melalui saraf yang membentang dari
batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan.
Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot
pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi  pada
pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks

ii
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui
penghambatan ekspansi  paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan
penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera
dan dapat menyebabkan gagal nafas.
d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab
gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala,
ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah
pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi  pernapasan. Hemothoraks,
pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin
meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah
pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi
yang mendasar.
e. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi
atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan
materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis,
embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang
menyababkan gagal nafas.

iii
3. Patofisiologi
Pelepasan dari
Trauma tipe ll
fibrinopeptida dan
pheocytes
asam amino
Henti
simpatetik
hipotalamus

Penurunan
Trauma endothelium surfactan
Vasokontriksi paru dan epithelium
paru alveolar

Atelektasis
Perubahan volume
darah menuju sirkulasi Peningkatan
paru permeabilitas

Fungsi Broncho
Peningkatan tekanan residu spasme
hidrostatik kapiler kapasitas
pulmonal Edemaparu menurun

Kelebihan Penurunanpenge
Pemenuhan
volume cairan mbangan paru
paruberkur
ang

Hipoksemia
Cairan menumpuk di
intestinium
Abnormalitas
ventilasi -
Mencairkan Peningkatankerj perfusi
sistem surfaktan apernapasan

Ketidakefektifan
Gangguan
pola nafas
Infiltrat Ronchi pertukaran
alveolar gas

Ketidakefektifa
n bersihan jalan Gambar 2.3 Patofisiologi Nanda NIC NOC
nafas

iv
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
a. Penurunan kesadaran mental
b. Dispnea serta takipnea yang berat akibat hipoksemia
c. Terdapat retraksi interoksa
d. Sianosis
e. Hipoksemia
f. Auskultasi paru: ronkhi basah,krekels, wheezing
g. Hipotensi

5. Pemeriksaan diagnostic
Laboratorium
1) Analisa gas darah:
a) Hipoksemia (penurunan PaO2)
b) Hipokapnia (penurunan PCO2) Pada tahap awal karena
hiperventilasi
c) Hiperkapnia (peningkatan PC02) menunjukan gagal ventilasi
d) Alkalosi respiratori (pH >7,45) pada tahap dini
e) Asedosis respiratori/metabolic terjadi pada tahap lanjut.
2) Leukosit (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi implamasi
sistemik dan injuri endotel), peningkatan kadar amilasee (pada
pancreatitis).

6. Komplikasi
a. Infeksi paru
b. Abnormalitas obstruktif ( keterbatasan aliran udara )
c. Defek difusi sedang
d. Hipoksemia
e. Toksisitas oksigen

v
7. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman
dengan segera antara lain :
a. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan
secara potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat
penyakit paru-paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-27
jam tanpa abnormalitas fisiologis yang spesifik.
b. Vetilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanik. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai
integritas membran alveolakapiler kembali mmebaik. Dua tujuan
tambahan adalah :
1) Memelihara ventilasi adekuat dan oksigen selema periode kritis
hipoksemia berat.
2) Mengatsi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress
pernafasan.
c. Positif and Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melalui volume ventilator
dengan tekanan dan kemampuan alira yang tinggi, dimana PEEB dapat
di tambahkan .positif and expiratory breathing (PEEB) dipertahankan
dalam alveoli melalui siklus pernafasan untuk mecegah alveoli kolaps
pada akhir ekpirasi.Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah
jantung da barotrauma. Hal tersebut seringkali terjadi jika pasien
diventilasi dengan tidal volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat
tinggi. Peralatan selang dada torakstomi darurat harus siap sedia.

d. Pemantauan oksigen Arteri Adekuat


Sebagian besar volume oksigen di transpor ke jaringan dalam
bentuk oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam
darah menurun. Sebagian akibat efek ventilasi mekanik PEEB
pengukuran seri hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi

vi
kandungan oksigen yang akan menetukan kebutuha untuk ttarnsfusi sel
darah mearah.

e. Terapi farmakologi
Penggunaan kortisteroid untuk terapi masih kontroversial. Tapi
sebealumnya terapi antibiotik diberikan untuk profilaksis, tetapi
pengalaman menujukkan bahwa hal ini tidak dapat mencegah sepsis
gram negatife yang berbahaya. Akhirnnya antibiotik profilaksis tidak
lagi digunakan.

f. Pemeliharaan jalan nafas


Selang endotracheal atau selang trakheostomi disediakan tidak
hanya sebagai jalan nafas, tetapi juga melindungi jalan nafas ( dengan
cuff utuh), memberikan dukuga ventilasi kontiu dan memberikan
konsentrasi oksigen terus-menerus. Pemeliharaan jalan nafas meliputi:
menatahui waktu penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff
adekuat, pencegahan nekrosis tekanan nasal dsan oral untuk membuang
secret, dan pemonitoran konstan terhadap jalan nafas bagian atas.

g. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadapa sekresipada saluran pernafasan bagian
atas dan bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan
yang tealh dilakukan. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang
disapatkan di rumah sakit.

h. Dukungan Nutrisi
Malnutrisi merupakan masalh umu pada paseien dengan masalah
kritis. Nutrisi parental total (hiperalimentsi intravena) atau pemberian
makanan melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan
kemungkinan pasien untuk menghindari gagal nafas sehubugan dengan
nutrisi buruk pada otot inspirsi.

vii
i. Monitor semua sistem terhadap respon tarapi dan potensial komplikasi
Rata-rata mortalita 50-70%, dapat menimbulkan gejala sisa saat
penyembuhan. Prognosis jangka panjag baik. Abnormalitas obstruksif
terbatas, defek difusi sedang dan hipoksemia selama latihan.

viii
ASUHAN KEPERAWATAN ARDS

1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda
asing,
d) Jalan napas bersih atau tidak

2) Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Peningkatan frekuensi nafas.
c) Nafas dangkal dan cepat
d) Kelemahan otot pernapasan
e) Reflek batuk ada atau tidak
f) Penggunaan otot Bantu pernapasan
g) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
h) Irama pernapasan : teratur atau tidak
i) Bunyi napas Normal atau tidak

3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran

4) Disability
a) Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran, nyeri atau tidak
b) Adanya trauma atau tidak pada thoraks
5) Exposure
a) Enviromental control

ix
b) Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya hipotermia

b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas Pasien
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat,
Tanggal Pengkajian.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat
penyait yang sama ketika klien mauk rumah sakit.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya.
4) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, apakah terdapat suara
tambahan seperti krekel, ronchi, wheezing.
b) B2 (Blood)
Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat
(terjadinya hipoksemia).
c) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran menurun (seperti bingung atau agitasi),
pingsan, nyeri kepala (penyebabnya karena adanya trauma),
mata berkunang-kunang, berkeringat banyak.
d) B4 (Bowel)
Adakah penurunan prouksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).

e) B5 (Bladder)
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada
gangguan status nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan
seperti cairan yang berlebihan dan albumin yang rendah akan
memperberat edema paru.

x
f) B6 (Bone)
Kelemahan otot, mudah lelah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi (00032)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi (00030)
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus
yang berlebih (00031)

xi
3.2 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


.
1. Ketidakefektifan pola nafas Tujuan : Manajemen Jalan Nafas ( 3140 )
berhubungan dengan sindrom Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
hipoventilasi (00032) selama 1 x 24 jam, masalah ketidakefektifan pola sebagaimana mestinya.
nafas teratasi. 2. Posisikan pasien untukmemaksimalkan ventilasi.
3. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
Kriteria Hasil : efektif.
Status Pernapasan ( 0415 ) 4. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya.
Kode Indikator SA ST 5. Buang secret dengan memotivasi pasien
04150 Frekuensi pernapasan 2 5 untukmelakukan batuk atau menyedot lender.
1 6. Auskultasi suara nafas, catat area yang
Irama pernapasan 2 5
ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya
04150
suara tambahan.
2
04150 Suara auskultasi nafas 3 5 7. Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan
4 nebulizer.
04151 Sianosis 2 5
3

12
04151 Dyspnue dengan aktivitas 2 5
5 ringan
04151 Gangguan kesadaran 3 5
9
04152 Akumulasi sputum 2 5
0
04152 Suara nafas tambahan 2 5
2
04153 Batuk 3 5
1

Keterangan :
1 : Deviasi Berat dari Kisaran Normal
2 : Deviasi yang Cukup Berat dari Kisaran Normal
3 : Deviasi Sedang dari Kisaran Normal
4 : Deviasi Ringan dari Kisaran Normal
5 : Tidak Ada Deviasi dari Kisaran Normal

13
3.4 Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan pola nafas 1. Memposisikan pasien S : Klien mengatakan sesaknya berkurang
berhubungan dengan sindrom Untukmemaksimalkan ventilasi. O : TTV dalam batas normal, sesak
hipoventilasi (00032) 2. Menginstruksikan bagaimana agar bisa berkurang
melakukan batuk efektif. A : Masalah teratasi
3. Melakukan fisioterapi dada sebagaimana Status Pernapasan ( 0415 )
mestinya. Kode Indikator SA ST
4. Membuang secret dengan memotivasi 04150 Frekuensi 2 5

pasien untukmelakukan batuk atau 1 pernapasan


04150 Irama pernapasan 2 5
menyedot lender.
2
5. Mengauskultasi suara nafas, catat area 04150 Suara auskultasi 3 5
yang ventilasinya menurun atau tidak ada 4 nafas
dan adanya suara tambahan. 04151 Sianosis 2 5

6. Memberikan nebulizer. 3
04151 Dyspnue dengan 2 5
5 aktivitas ringan
04151 Gangguan 3 5
9 kesadaran
04152 Akumulasi sputum 2 5

14
0
04152 Suara nafas 2 5
2 tambahan
04153 Batuk 3 5
1

P : Edukasi klien dan keluarga untuk


banyak istirahat dan mengurangi aktivitas
berat, teratur minum obat

15
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC Edisi Jilid 1. 2015.


Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi VIII.
Vol. 1. EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai