Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

N DENGAN ARDS DI
RUANG ICU LANTAI 3 RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
INDONESIA

Disusun Oleh:
Ns. Reza R. Takumansang, S. Kep

KELOMPOK V
PELATIHAN ICU KOMPREHENSIF HIPERCCI
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS INDONESIA
APRIL 2022 – JULI 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ARDS adalah keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut
yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru
(aryanto swondo,2006).
ARDS mengakibatkan terjadinya gangguan paru yang progresif dan tiba-
tiba ditandai dengan sesak nafas yang hebat, hipoksemia dan infiltrate yang
menyebar dikeduabuah paru.ARDS (juga disebut syok paru) akibat cedera paru
dimana sebelumnya paru sehat,sindrom ini kurang lebih 150.000 sampai 200.000
pasien tiap tahun,dengan laju mortalitas 65% untuk semua pasien yang
mengalami ARDS. Faktor resiko menonjol adalah sepsis kondisi pencetus lain
termasuk trauma mayor,tenggelam, inhalasi asap atau kimia. Perawatan akut
secara khusus menangani perawatan kritis dengan intubasi dan ventilasi
mekanik(doenges 1999 hal 217)
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa
trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung. ARDS terjadi
sebagian akibat cedera atau trauma pada membrane alveolar kapiler yang
mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang intrerstisial alveolar dan
perubahan dalam jaringan-jaringan kapiler. Terdapat ketidakseimbangan ventilasi
dan perfusi yang jelas akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif
darah dalam paru-paru.ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan
surfaktan,yang mengarah pada kolapsalveolar. Komplian paru menjadi sangat
menurun atau paru-paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik
dalam kapasitas residual fungsional,hipoksia berat dan hipokapin (brunner &
suddart 616).
Oleh karena itu, penanganan ARDS sangat memerlukan tindakan khusus
dari perawat untuk mencegah memburuknya kondisi kesehatan klien. Hal tersebut
dikarenakan klien yang mengalami ARDS dalam kondisi gawat yang dapat
mengancam jiwa klien.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan ARDS?
b. Bagaimana etiologi dari ARDS?
c. Bagaimana patofisiologi dari ARDS?
d. Bagaimana manifestasi klinis dari ARDS?
e. Bagaimana pemeriksaan Diagnostik dari ARDS?
f. Bagaimana Penatalaksanaan dari ARDS?
g. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari ARDS?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahi pengertian ARDS
b. Untuk mengetahui etiologi ARDS
c. Untuk mengetahiu patofisiologi dari ARDS
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis ARDS
e. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari ARDS
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari ARDS
g. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari ARDS.

1.4 Manfaat penulisan


Dengan adanya penyusunan makalah ini mampu mempermudah penyusun
dan pembaca guna memahami materi tentang kegawat daruratan yang
berhubungan dengan ARDS.kemudian penyusunan makalah ini menambah
pengalaman dan kemampuan penulis dalam membuat sebuah karya tulis berupa
makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan sindrom yang
ditandai oleh peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler terhadap air,
larutan dan protein plasma di sertai kerusakan alveolar difus dan akumulasi
cairan dalam perenkim paru yang mengandung protein.Sindrom klinis yang
ditandai dengan penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang terjadi
setelah penyakit atau cidera serius (Brunner & suddarth,2001).Kondisi paru yang
tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,biasanya terjadi pada orang yang
sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal dan non
pulmonal (Hudak & gallo,1997)
Merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permabililitas
membrane alveolar kapiler terhadap air,larutan, dan protein plasma disertai
kerusakan alvoler difus dan akumulasi cairan dalam parenkim paru yang
mengandung protein (Aru W,dkk,2006)
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi (Susan Martin T, 1997)

2.2 Etiologi
a. Depresi Sistem Saraf Pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernapasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak
(pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal

b. Kelainan primer neurologis


Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam
pusat  pernapasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak
terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf
seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan
neuromuslular yang terjadi  pada pernapasan akan sangat mempengaruhi
ventilasi.

c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks


Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi  paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan
gagal nafas.

d. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal
nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas
atas dan depresi  pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang
iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat
terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologi yang mendasar.

e. Penyakit akut paru


Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan
edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.
2.3 WOC ARDS

Pelepasan dari
Trauma tipe ll
fibrinopeptida dan
pheocytes
Henti asam amino
simpatetik
hipotalamus

Penurunan
Trauma endothelium surfactan
Vasokontriksi paru dan epithelium
paru alveolar

Atelektasis
Perubahan volume darah
menuju sirkulasi paru Peningkatan
permeabilitas

Fungsi Broncho
Peningkatan tekanan residu spasme
hidrostatik kapiler kapasitas
pulmonal Edemaparu menurun

Kelebihan Penurunanpenge Pemenuhan


volume cairan mbangan paru paruberkura
ng

Cairan menumpuk di Hipoksemia


intestinium
Abnormalitas
ventilasi -
Mencairkan Peningkatankerj
perfusi
apernapasan
sistem surfaktan

Ketidakefektifan Gangguan
pola nafas
Infiltrat Ronchi pertukaran
alveolar gas

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
a. Penurunan kesadaran mental
b. Dispnea serta takipnea yang berat akibat hipoksemia
c. Terdapat retraksi interoksa
d. Sianosis
e. Hipoksemia
f. Auskultasi paru: ronkhi basah,krekels, wheezing
g. Hipotensi

2.5 Pemeriksaan diagnostic


a. Laboratorium
1) Analisa gas darah:
a) Hipoksemia (penurunan PaO2)
b) Hipokapnia (penurunan PCO2) Pada tahap awal karena hiperventilasi
c) Hiperkapnia (peningkatan PC02) menunjukan gagal ventilasi
d) Alkalosi respiratori (pH >7,45) pada tahap dini
e) Asedosis respiratori/metabolic terjadi pada tahap lanjut.
2) Leukosit (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi implamasi
sistemik dan injuri endotel), peningkatan kadar amilasee (pada
pancreatitis).

2.6 Komplikasi
a. Infeksi paru
b. Abnormalitas obstruktif ( keterbatasan aliran udara )
c. Defek difusi sedang
d. Hipoksemia
e. Toksisitas oksigen
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman
dengan segera antara lain :
a. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit
paru-paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-27 jam tanpa
abnormalitas fisiologis yang spesifik.
b. Vetilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanik. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai
integritas membran alveolakapiler kembali mmebaik. Dua tujuan tambahan
adalah :
1) Memelihara ventilasi adekuat dan oksigen selema periode kritis
hipoksemia berat.
2) Mengatsi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress pernafasan.
c. Positif and Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melalui volume ventilator
dengan tekanan dan kemampuan alira yang tinggi, dimana PEEB dapat di
tambahkan .positif and expiratory breathing (PEEB) dipertahankan dalam
alveoli melalui siklus pernafasan untuk mecegah alveoli kolaps pada akhir
ekpirasi.Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung da
barotrauma. Hal tersebut seringkali terjadi jika pasien diventilasi dengan tidal
volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralatan selang dada
torakstomi darurat harus siap sedia.

d. Pemantauan oksigen Arteri Adekuat


Sebagian besar volume oksigen di transpor ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah
menurun. Sebagian akibat efek ventilasi mekanik PEEB pengukuran seri
hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang akan
menetukan kebutuha untuk ttarnsfusi sel darah mearah.
e. Terapi farmakologi
Penggunaan kortisteroid untuk terapi masih kontroversial. Tapi
sebealumnya terapi antibiotik diberikan untuk profilaksis, tetapi pengalaman
menujukkan bahwa hal ini tidak dapat mencegah sepsis gram negatife yang
berbahaya. Akhirnnya antibiotik profilaksis tidak lagi digunakan.

f. Pemeliharaan jalan nafas


Selang endotracheal atau selang trakheostomi disediakan tidak hanya
sebagai jalan nafas, tetapi juga melindungi jalan nafas ( dengan cuff utuh),
memberikan dukuga ventilasi kontiu dan memberikan konsentrasi oksigen
terus-menerus. Pemeliharaan jalan nafas meliputi: menatahui waktu
penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan nekrosis
tekanan nasal dsan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan
terhadap jalan nafas bagian atas.

g. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadapa sekresipada saluran pernafasan bagian atas
dan bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang tealh
dilakukan. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang disapatkan di rumah sakit.

h. Dukungan Nutrisi
Malnutrisi merupakan masalh umu pada paseien dengan masalah kritis.
Nutrisi parental total (hiperalimentsi intravena) atau pemberian makanan
melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan kemungkinan pasien untuk
menghindari gagal nafas sehubugan dengan nutrisi buruk pada otot inspirsi.

i. Monitor semua sistem terhadap respon tarapi dan potensial komplikasi


Rata-rata mortalita 50-70%, dapat menimbulkan gejala sisa saat
penyembuhan. Prognosis jangka panjag baik. Abnormalitas obstruksif
terbatas, defek difusi sedang dan hipoksemia selama latihan.
Penatalaksaan Keperawatan Menurut Yasmin dan Cristantie, (2003) :

1. Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat melalui oksigen (pertahankan

terapi oksigen sesuai dengan pesanan dan pantau tanda-tanda hipoksemia).


Dengan dukungan ventilator, pertahankan patensi jalan udara, jika terpasang jalan

udara buatan ( missal, pipa endotracheal atau tracheostomi), laukan perawatan

yang diperukan. Amankan posisi pipa untuk menghindari pergerakan baik ke luar

atau ke dalam dari posisi yang sudah dietetapkan. Posisikan klien untuk

mendapatkan oksigenasi yang optial biasanya dengan bagian kepala tempat tidur

dinaikkan 45 sampai 90 derajat. Auskultasi paru-paru setiap jam untuk mengkaji

letak endotracheal. Lakukan pengisapan pipa endotracheal sesuai dengan yang

dierlukan dan periksa setting ventilator secara teratur.

2. Mempertahankan perfusi jaringan. Pemeliharaan perfusi jaringan yan adekuat

adalah tangung jawab keperawatan.

a. Pantau tekanan pulmonary capillary wedge. Beritahukan dokter jika tekanan

berada di atas atau di bawah rentang yang ditetapkan. Jika tekanan lebih

rendah dari rentang yang ditetapkan , berikan plasma volume eskpander atau

medikasi hipotensif sesuai pesanan. Jika lebih tinggi berikan diuretic atau

vasodilator sesuai yang dipesankn.

b. Kaji halauran urine, tanda-tanda vital dan sktremitas setiap jam.

3. Menurunkan ansietas klien dan keluarganya.

a. Pastikan fungsi ventilator yang tepat untuk memberikan volume tidal dan

konsentrasi oksigen yang adekuat. Jika klien tampak dalam distress pernafasan

meski ventilator oksigen yang adekuat. Jika klien tampak dalam situasi

distress pernafasan meski ventilator berfungsi dengan tepat, kaji kadar gas

AGD.

b. Identifikasi cara-cara agar klien dapat mengkomunikasikan kekhawatiran dan

mengekspresikan perasaannya (jika tidak mampu untuk mengungkapkan

secara verbal karena intubasi, coba alternative komunikasi .


c. Berikan penjelasan yang singkat dan dengan sederhana mengenai prosedur,

orientasikan klien terhadap lingkungan sekitar, dan ulang penejalsan secara

teratur.

d. Berikan penejelasan tentang rutinitas perawatan dan lingkungan kepada

keluarga klien. Dorong keluarga klien untuk mendekati, berbicara dan

menyentuh klien jika mereka mengkenhendaki

4. Mempertahankan nutrisi yang adekuat.

Anda mungkin juga menyukai