Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ARDS

Oleh:

ZULFIA RISDA

1912101020016

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE RESPIRATORY DIATRESS SYNDROME

A. KONSEP
1. Pengertian
Acute Respiraotry Distress Syndrome (ARDS) adalah suatu sindrom

kegagalan pernafasan akut yang ditandai dengan edema paru akibat peningkatan

permeabilitas. Keadaan ini dipergakan dengan adanya infiltrasi luas pada

radiografi dada, gangguan oksigenasi, dan fungsi jantung normal (Samik,2016).

Acute Respiraotry Distress Syndrome (ARDS) merupakan keadaan gagal nafas

yang timbul pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya

(Mutaqqin, 2013).

Acute Respiraotry Distress Syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan dari

gagal nafas akut yang ditandai dengan : hipoksemia, penurunan fungsi paru-paru,

dispnea, edema paru-paru bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang

menyebar. Selain itu ARDS juga dikenal dengan nama “noncardiogenic

pulmonary edema atau shock pulmonary” (Martin, 2016).

2. Etiologi

Mekanisme Etiologi
Kerusakan paru akibat Kelainan paru akibat kebakaran, inhalasi gas
inhalasi (mekanisme tidak oksigen, aspirasi asam lambung, sepsis, syok
langsung) (apapun penyebabnya), koagulasi intrvaskuler
tersebut ( disseminated intravaskuler coagulaton)
dan pancreatitis idiopatik
Obat-obatan Heroin dan salisilat

Infeksi Virus, bakteri, jamur, dan tb paru

Sebab lain Emboli lemak, emboli cairanamnion, emboli paru


thrombosis, trauma paru, radiasi, keracunan
oksigen, tranfusi massif, kelainan metabolic
(uremia) bedah mayor.
3. Manifestasi klinis

Tanda gejala ARDS menurut Yasmin dan Cristantie, (2013) yaitu :

a. Distres pernafasan akut : takipnea, dispnea, pernafasan menggunakan otot

aksesori, sianosis sentral.

b. Batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beebrapa jam sampai

seharian.

c. Krakles halus di seluruh bidah paru.

d. Perubahan sensorium yang berkisar dari kelam piker dan agitasi sampai koma.

e. Gejala ARDS muncul 24-48 jam setelah penyakit berat atau trauma. Awalnya

terjadi sesak nafas, takipnea dan nafas pendek dan terlihat jelas penggunaan

otot pernafasan tambahan. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan ronkhi dan

mengi.

f. Pada penderita yang tiba-tiba mengalami sesak nafas pada 24 jam setelah

sepsis atau trauma, kecurigaan harus ditujukan pada ARDS.

4. Patofisiologi

Sindrom ARDS selalu berhubungan dengan penambahan cairan dalam paru.

Sindrom ini merupakan suatu edema paru yang berbeda dari edema paru karena

kelainan jantung. Perbedaannya terletak pada tidak adanya peningkatan tekanan

hidrostatik kapiler paru. Dari segi histologist, mula-mula terjadi kerusakan

membrane kapiler alveoli, selanjutnya terjadi peningkatan permeabilitas

endothelium kapiler paru dan epitel alveoli yang mengakibatkan edema paru

ARDS, pentng untuk mengetahui hubungan struktur dan fungsi alveoli.

Membran alveoli terdiri atas dua tipe sel yaitu sel tipe 1 ( tipe A) sel

penyokong yang tidak mempunyai mkrovili dan amat tipis. Sel tipe II (tipe B)

berbentuk hamper seperti kubus dengan mikrovili dan merupakan sumber utama
surfaktan alveoli. Sekat pemisah udara dan pembuluh darah disusun dari sel tipe I

atau tipe II dengan membrane basal endothelium dan sel endothelium.

Sel pneumosit tipe I amat peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh

berbagai zat yang terinhalasi. JIka terjadi kerusakan sel-sel yang menyusun 95%

dari permukaan alveoli ini, akan amat menurunkan keutuhan sekat pemisah

alveoli-kapiler. Pada kerusakan mendadak paru, mula-mula terjadi peradangan

interstitial, edema, dan perdarahan yang disertai dengan profilasi sel tipe II yang

rusak. Keadaan ini dapat membaik secara lambat atau membentuk fibrosis paru

secara luas.

Sel endotel mempunyai celah yang dapat menjadi lebih besar daripada 60

amstrong sehingga terjadi perembesan cairan dan unsure-unsur lain dari darah ke

dalam alveoli dan terjadi edema paru. Mekanisme kerusakan endotel pada ARDS

dimulai dengan aktivitas komplemen sebagai akibat trauma, syok, dan lain-lain.

Selanjutmya aktivitas komplemen akan menghasilkan C5a yang menyebabkan

granulosit teraktivasi dan menempel serta merusak endothelium mikrovaskuler

paru, sehingga mengakibatkan peningkatan peremeabilitas kapiler paru. Agregasi

granulosit neutrofil merusak sel endhotelium dengan melepaskan protease yang

menghancurkan struktur protein seperti kolagen, elastin dan fibronektin, dan

proteolisis protein plasma dalam sirkulasi seperti faktor Hageman, fibrinogen, dan

komplemen (Martin, 2016).

Adanya peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan cairan

merembes ke jaringan interstitial dan alveoli, menyebabkan edema paru dan

atelekstatis kogestif yang luas. Terjadi pengurangan volume paru, paru menjadi

kaku dan komplien paru menurun. Kapasitas residu fugsional menurun.

Hipoksemia berat merupakan gejaka penting ARDS dan penyebab hipoksemia


adalah ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, hubungan arterio-venous (aliran

darah mengalir ke alveoli yang kolpas) dan kelainan difusi alveoli kapiler akibat

penebalan dinding alveoli kapiler. Edema menyebabkan jumlah udara sisa (residu)

pada paru di akhir eskpirasi normal dan kapasitas residu fiungsional (FRC)

menurun (Mutaqin, 2013).

5. pathway
6. Pemeriksaan diagnostik

Diagnostik ARDS dapat dibuat berdasarkan pada criteria berikut :

a. Gagal nafas akut

b. Infiltrat pulmoner “fluffy” bilateral pada gambaran rontgen thoraks.

c. Hipoksemia (PaO2 di bawah 50-60 mmHg) meski FcO2 50-60% (fraksi

oksigen yang dihirup). Alkalosis respiratorik, tahap lanjut akan terjadi

hiperkapnea (Mutaqin, 2013).

7. Penatalaksaan Medis pasien ARDS

ARDS harus dikelola di unit perawatan intensif tempat penderita dapat

mendapatkan pengawasan dan terapi kardiorespirasi yang sesuai. Tujuan

pengelolaan klinis adalah perawatan suportif, dengan tujuan utamnya memberikan

cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan. Monitor yang

sesuai meliputi penilaian hemodinamik invasive, seperti kateterisasi arteri

sistemik dan seringkali pemasangan kateter arteri pulmonalis. Pengukuran fungsi

paru dan pertukaran gas seperti gas darah arteri, oksimetri pulse, CO2 akhir tidal

dan mekanika paru digunakan untuk menyesuaikan tekanan oksigen inspirasi dan

penyesuaian tekanan oksigen inpirasi dan penyesuaian ventilator untuk


meningkatkan kecukupan pemberian oksigen ke jaringan dan mengurangi

komplikasi.

Sebagian besar penderita akan memerlukan intubasi endotracheal dan ventilasi

mekanik disamping PEEP bila mereka tidak mempertahankan PaO2 di atas 50

mmHg pada oksigen inspirasi 60%. PEEP tidak mengembalikan oksigenasi

normal pada semua penderita dan bahkan dapat memberikan pengaruh yang

merugikan pada fungsi jantung . Pemsangan PEEP harus selalu disesuaikan

dengan monitor berkelanjutan data klinis dan laboratorium. Pada beberapa

keadaan perlu digunakan tingkat PEEP yang sangat tinggi (10-20 cmH20).

Namun hal ini dapat mengakibatkan barotraumas yang membahayakan jiwa,

ataupun gangguan aliran darah balik vena yang pada akhirnya akan menurunkan

curah jantung dan mengakibatkan hipotensi sistemik. Perhatian khusus dan ketat

harus ditujukan untuk mempertahankan fungsi jantung, terutama bila digunakan

PEEP tingkat tinggi karena stabilitas curah jantung yang disertai manajemen

cairan sangat penting untuk penghantaran oksigen. Perubahan posisi yang sering

(posisi dekubitus lateral) sangat dianjurkan karena dapat meningkatkan

oksigenasi.

Secara garis besar penatalaksanaan pada pasien ARDS :

a. Ventilasi Mekanik

Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi modalitas

ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai integritas

membrane alveolarkapiler kembali membaik . Dua tujuan tambahan yaitu :

1). Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenasi selama periode kritis

hipoksemia berat

2). Mengatasi faktor etiologi yang mngawali penyebab distress pernafasan.


b. Positif End Expiratory Breathing (PEEB)

Ventilasi dan oksigenasi adekuat diberikan melalui volume ventilator dengan

tekanan dan kemampuan aliran yang tinggi di mana PEEB dapat ditambahkan.

PEEB diberikan melalui siklus pernafasan untuk mencegah kolaps alveoli

pada akhir ekspirasi.

Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung dan barotraumas.

Hal tersebut sering terjadi pada pasien diventilasi dengan tidal bolume di atas

15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralatan selang torakostomi darurat harus

siap tersedia.

1). Pemantauan Oksigen Arteri adekuat

Sebagian besar volume oksigen ditranspor ke jaringan dalam bentuk

oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah

menurun. SEbagai akibat efek ventilasi mekanik PEEP pengukuran seri

hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang

akan menentukan kebutuhan untuk tranfusi sel darah merah.

c. Titrasi cairan

Efek patologis dari peningkatan permeabilitas alveolar kapiler adalah dapat

mengakibatkan edema interstitial dan edema alveolar. Pemberian cairan yang

berlebihan pada orang normal dapat menyebabkan edema paru-paru dan gagal

pernafasan. Tujuan utama terapi cairan adalah untuk mempertahankan

parameter fisiologik normal.

d. Penggunaan kortikosteroid untuk terapi masih kontroversi. Sebelumnya terapi

antibiotic diberikan untuk profilaksis, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa

hal ini tidak dapat mencegah sepsis gram negative yang berbahaya. Akhirnya

antibiotic profilaksis rutin tidak lagi digunakan.


e. Pemeliharaan jalan nafas

Selang endotracheal atau selang trakeostomi disediakan tidak hanya sebagai

jalan nafas, tetapi juga berarti melindungi jalan nafas (dengan cuff utuh),

memberikan dukungan ventilasi kontinudan memberikan konsentrasi oksigen

terus-menerus. Pemeriharaan jalan nafas meliputi : mengetahui waktu

penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan nekrosis

tekanan nasal dan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan

terhadap jalan nafas bagian atas.

f. Mencegah infeksi

Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernafasan bagian atas dan

bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang telah

dilakukan.

g. Dukungan nutrisi

Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan masalah

kritis. Nutrisi parental ttal (hipertensi intravena) atau pemebrian makan

melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan memungkinkan pasien untuk

menghindari gagal nafas sehubungan dengan nutrisi buruk pada otot inspirasi.

(Somantri, 2007).

8. Komplikasi ARDS

Komplikasi utama ARDS meliputi infeksi nosokomial, barotraumas berat,

gangguan curah jantung, toksisistas oksigen, fibrosis paru progresif, kegagalan

sistem organ multiple ( nekrosis ubulus akut, kagulopati, miokardiopati, disfungsi

hepatic, disfungsi sistem saraf pusat, perdarahan gastrointertinal, ileus dan

kematian.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian primer
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d) Jalan napas bersih atau tidak
2) Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Peningkatan frekuensi nafas.
c) Nafas dangkal dan cepat
d) Kelemahan otot pernapasan
e) Reflek batuk ada atau tidak
f) Penggunaan otot Bantu pernapasan
g) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
h) Irama pernapasan : teratur atau tidak
i) Bunyi napas Normal atau tidak
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran
4) Disability
a) Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran, nyeri atau tidak
b) Adanya trauma atau tidak pada thoraks
5) Exposure
a) Enviromental control
b) Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya hipotermia
a. Pengkajian Sekunder
1) Identitas Pasien
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyait yang
sama ketika klien mauk rumah sakit.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama sebelumnya.
4) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, apakah terdapat suara tambahan seperti
krekel, ronchi, wheezing.
b) B2 (Blood)
Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia).
c) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran menurun (seperti bingung atau agitasi), pingsan, nyeri
kepala (penyebabnya karena adanya trauma), mata berkunang-kunang,
berkeringat banyak.
d) B4 (Bowel)
Adakah penurunan prouksi urine (berkurangnya produksi urine menunjukkan
adanya gangguan perfusi ginjal).
e) B5 (Bladder)
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status nutrisi
dan cairan akan memperberat keadaan seperti cairan yang berlebihan dan
albumin yang rendah akan memperberat edema paru.
f) B6 (Bone)
Kelemahan otot, mudah lelah

2. Diagnosa dan Intervensi keperawatan


airway
Diagnosa : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan secret pulmonal
Intervensi :
a. Kaji kesadaran pasien dengan menyentuh, menggoyang dan memanggil
namanya
b. Lakukan panggilan untuk pertolongan darurat
c. Beri posisi telentang pada permukaan rata yang tidak keras, kedua lengan
pasien disamping tubuhnya
d. Berikan pertolongan dengan nafas buatn
e. Buka jalan nafas dengan teknik tengadahkan kepala, topang dagu untuk
membuka jalan nafas, jari tengah, jari manis dan kelengking bisa digunakan
untuk menopang dagu sedangkan jari telunjuk untuk mengeluarkan benda
asing yang ada dalam mulut.
Breathing (pernafasan)
Dalam mengkaji pernafasan pasien gawat darurat dengan ARDS, akan
menjumpai pasien mengalami sesak dan irama pernafasannya tidak teratur. Ini
dikarenakan karena adanya peningkatan secret pada organ paru. Akan
dijumpai takipnea, penggunaan otot-otot bantu pernafasan dan suara nafas
tambahan (ronkhi)
Diagnosa :
 Gangguan pertukarang gas berhubungan dengan penumpukan cairan di
alveoli, alveolar hipoventilasi
 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pertukarang gas tidak
adekuat, penurunan kemampuan untuk oksigenasi
Intervensi :
a. Kaji pernafasan pasien dengan mendekatkan telinga diatas mulut/hidung
pasien sambil mempertahankan pembukaan jalan nafas
b. Perhatikan dada pasien dengan melihat gerakan naik turunnya dada
pasien
c. Auskultasi udara yang keluar waktu ekspirasi, merasakan adanya aliran
udara
d. Berikan nafas bantuan
e. Setelah itu observasi kembali naik turunnya dada, mendengar dan
merasakan udara yang keluar pada waktu ekshalasi
Circulation
Karena adanya masalah pada organ paru, maka akan terjadi penurunan
balik vena (cardio pulmonary), yang kemudian akan menyebabkan
penurunan curah jantung. Sehingga dalam mengobservasi tekanan darah,
akan didapatkan hasil pasien mengalami hipotensi. Tekanan darah yang
rendah ini akan menyebabkan darah sulit sampai pada pembuluh
darah/jaringan-jaringan perifer, sehingga tidak jarang akan mendapat
pasien dengan sianosis, dan edema.
Diagnosa :
 Resiko gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penurunan aliran balik vena, penurunan curah jantung
Intervensi :
a. Tentukan ada tidaknya denyut nadi
b. Hubungi system darurat dengan memberikan informasi tentang hal-
hal yang terjadi dan peralatan yang dibutuhkan
c. Kompresi dada luar akan menyebabkan sirkulasi ke paru-paru dan
ikuti dengan ventilasi
3. Disability
Pada pasien ARDS, biasanya akan mengalami penurunan kesadaran.
Ini mungkin diakibatkan transport oksigen ke otak yang kurang/tidak
mencukupi (menurunnya curah jantung hipotensi) yang akhirnya
darah akan sulit mencapai jaringan otak. Pada pasien ARDS kesadaran
memang mungkin akan menurun tetapi GCS nya masih sekitar 12-13.
Sehingga kita lebih memprioritaskan pernafasan dan pemompaan
jantungnya, karena apabila pernafasan dan pemompaan jantungnya
sudah tertangani dengan baik maka secara otomatis kesdarannya akan
membaik.
4. Exposure (pengkajian secara menyeluruh)
Setelah kita mengkaji secara menyeluruh dan sistematis mulai dari
airway, breathing, circulation dan disability, sekarang kita mengkaji
secara menyeluruh untuk melihat apakah ada organ lain yang
mengalami gangguan, sehingga dapat diberikan perawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Martin. (2016). Acute respiratory distress syndrome. Indonesian Journal of Chest (Critical
and Emergency Medicine), 3(2), 54-57
PDPI. (2018). Apa itu acute respiratory distress syndrome?. The Indonesian Society of
Respirology : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Price & Wilson. (2006). Konsep klinis proses-proses penyakit, edisi IV. Jakarta : EGC
Rumende, C.M. (2018). Acute Respiratory Distress Syndrome.

Susan. (2007).Clinical application of nursing diagnosis. Philadelphia : F.A Davis Company

WIdyaningsih, P.D., & Koesoemoprodjo, W. (2016). Seorang perempuan terinfeksi


tuberkolosis dengan manifestasi sindroma distress nafas akut (ARDS). Jurnal
Respirasi, 2(1), 6-13

Anda mungkin juga menyukai