Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS ARDS

(ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM)

OLEH

SRI HARTUTI

NIM : 1912142010230

WASRITA WANDI

NIM: 1912142010232

PROGRAM STUSI S1 KEPERAWATAN

STIKES YARSI SUMBAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sirkulasi oksigen yang teratur dari udara oleh paru-paru sangat vital bagi

kehidupan. Namun pada saat ini mulai bermunculan fakta-fakta bahwa fungsi vital

terse but sudah tidak dapat berjalan lagi dengan semestinya pada sejumlah

manusia akibat dari penyakit yang dideritanya.

Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah suatu sindrom gawat

nafas akut yang merupakan penyakit pernafasan serius yang biasa terjadi dan

dapat timbul pada pasien dengan trauma atau penyakit berat. Sindrom ini

mempunyai ciri khas secara klinik berupa perjalanan yang cepat dan berat dari

insuffisiensi pernafasan yang mengancam jiwa (respiratory distress), sianosis,

hipoksemia arterial berat yang refrakter terhadap terapi oksigen dan dapat

berlanjut pada kegagalan sistem organ ekstrapulmonal (Cotran, Kumar, Collins,

2013).

ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya

berupa trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung. ARDS

terjadi sebagian akibat cedera atau trauma pada membrane alveolar kapiler yang

mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang intrerstisial alveolar dan

perubahan dalam jaringan-jaringan kapiler. Terdapat ketidakseimbangan ventilasi

dan perfusi yang jelas akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif

darah dalam paru-paru.ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan

surfaktan,yang mengarah pada kolapsalveolar. Komplian paru menjadi sangat


menurun atau paru-paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik

dalam kapasitas residual fungsional,hipoksia berat dan hipokapin (brunner &

suddart. 2012).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ARDS pada tindakan Gawat

darurat.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengertian ARDS

b. Mengetahui Etiologi ARDS

c. Mengetahui tanda dan Gejala ARDS

d. Mengetahui Patogenesis dan WOC ARDS

e. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan ARDS

f. Mengetahui Komplikasi ARDS

g. Mengetahui Asuhan Keperawatan kritis ARDS


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Adult RespiraTotry Distress Syndrome (ARDS) adalah suatu sindrom

kegagalan pernafasan akut yang ditandai dengan edema paru akibat peningkatan

permeabilitas. Keadaan ini dipergakan dengan adanya infiltrasi luas pada

radiografi dada, gangguan oksigenasi, dan fungsi jantung normal (Samik,2012).

Adult Respiraotry Distress Syndrome (ARDS) merupakan keadaan gagal nafas

yang timbul pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya

(Mutaqqin, 2013).

Adult Respiraotry Distress Syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan

dari gagal nafas akut yang ditandai dengan : hioksemia, penurunan fungsi paru-

paru, dispnea, edema paru-paru bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang

menyebar. Selain itu ARDS juga dikenal dengan nama “noncardiogenic

pulmonary edema atau shock pulmonary” (Somantri, 2012).

B. Etiologi

Mekanisme Etiologi
Kerusakan paru akibat inhalasi Kelainan paru akibat kebakaran,
(mekanisme tidak langsung) inhalasi gas oksigen, aspirasi asam
lambung, sepsis, syok (apapun
penyebabnya), koagulasi intrvaskuler
tersebut ( disseminated intravaskuler
coagulaton) dan pancreatitis idiopatik

Obat-obatan Heroin dan salisilat

Infeksi Virus, bakteri, jamur, dan tb paru


Emboli lemak, emboli cairanamnion,
Sebab lain emboli paru thrombosis, trauma paru,
radiasi, keracunan oksigen, tranfusi
massif, kelainan metabolic (uremia)
bedah mayor.
Sumber : Mutaqqin, 2013.

C. Tanda gejala ARDS menurut Yasmin dan Cristantie, (2013) yaitu :

1. Distres pernafasan akut : takipnea, dispnea, pernafasan menggunakan otot

aksesori, sianosis sentral.

2. Batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beebrapa jam sampai

seharian.

3. Krakles halus di seluruh bidah paru.

4. Perubahan sensorium yang berkisar dari kelam piker dan agitasi sampai koma.

Menurut Darmanto (2007) tanda gejala ARDS yaitu :

1. Gejala ARDS muncul 24-48 jam setelah penyakit berat atau trauma. Awalnya

terjadi sesak nafas, takipnea dan nafas pendek dan terlihat jelas penggunaan

otot pernafasan tambahan. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan ronkhi dan

mengi.

2. Pada penderita yang tiba-tiba mengalami sesak nafas pada 24 jam setelah

sepsis atau trauma, kecurigaan harus ditujukan pada ARDS.

D. Patogenesis

Sindrom ARDS selalu berhubungan dengan penambahan cairan dalam

paru. Sindrom ini merupakan suatu edema paru yang berbeda dari edema paru

karena kelainan jantung. Perbedaannya terletak pada tidak adanya peningkatan


tekanan hidrostatik kapiler paru. Dari segi histologist, mula-mula terjadi

kerusakan membrane kapiler alveoli, selanjutnya terjadi peningkatan

permeabilitas endothelium kapiler paru dan epitel alveoli yang mengakibatkan

edema paru ARDS, pentng untuk mengetahui hubungan struktur dan fungsi

alveoli.

Membran alveoli terdiri atas dua tipe sel yaitu sel tipe 1 ( tipe A) sel

penyokong yang tidak mempunyai mkrovili dan amat tipis. Sel tipe II (tipe B)

berbentuk hamper seperti kubus dengan mikrovili dan merupakan sumber utama

surfaktan alveoli. Sekat pemisah udara dan pembuluh darah disusun dari sel tipe I

atau tipe II dengan membrane basal endothelium dan sel endothelium.

Sel pneumosit tipe I amat peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh berbagai

zat yang terinhalasi. JIka terjadi kerusakan sel-sel yang menyusun 95% dari

permukaan alveoli ini, akan amat menurunkan keutuhan sekat pemisah alveoli-

kapiler. Pada kerusakan mendadak paru, mula-mula terjadi peradangan

interstitial, edema, dan perdarahan yang disertai dengan profilasi sel tipe II yang

rusak. Keadaan ini dapat membaik secara lambat atau membentuk fibrosis paru

secara luas.

Sel endotel mempunyai celah yang dapat menjadi lebih besar daripada 60

amstrong sehingga terjadi perembesan cairan dan unsure-unsur lain dari darah ke

dalam alveoli dan terjadi edema paru. Mekanisme kerusakan endotel pada ARDS

dimulai dengan aktivitas komplemen sebagai akibat trauma, syok, dan lain-lain.

Selanjutmya aktivitas komplemen akan menghasilkan C5a yang menyebabkan

granulosit teraktivasi dan menempel serta merusak endothelium mikrovaskuler


paru, sehingga mengakibatkan peningkatan peremeabilitas kapiler paru. Agregasi

granulosit neutrofil merusak sel endhotelium dengan melepaskan protease yang

menghancurkan struktur protein seperti kolagen, elastin dan fibronektin, dan

proteolisis protein plasma dalam sirkulasi seperti faktor Hageman, fibrinogen, dan

komplemen (Yusuf, 2014).

Adanya peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan cairan

merembes ke jaringan interstitial dan alveoli, menyebabkan edema paru dan

atelekstatis kogestif yang luas. Terjadi pengurangan volume paru, paru menjadi

kaku dan komplien paru menurun. Kapasitas residu fugsional menurun.

Hipoksemia berat merupakan gejaka penting ARDS dan penyebab hipoksemia

adalah ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, hubungan arterio-venous (aliran

darah mengalir ke alveoli yang kolpas) dan kelainan difusi alveoli kapiler akibat

penebalan dinding alveoli kapiler. Edema menyebabkan jumlah udara sisa (residu)

pada paru di akhir eskpirasi normal dan kapasitas residu fiungsional (FRC)

menurun.(Mutaqin, 2013).
E. Pemeriksaan diagnostik

Diagnostik ARDS dapat dibuat berdasarkan pada criteria berikut :

1. Gagal nafas akut

2. Infiltrat pulmoner “fluffy” bilateral pada gambaran rontgen thoraks.

3. Hipoksemia (PaO2 di bawah 50-60 mmHg) meski FcO2 50-60% (fraksi

oksigen yang dihirup). Alkalosis respiratorik, tahap lanjut akan terjadi

hiperkapnea.(Mutaqin, 2013).

F. Penatalaksaan Medis pasien ARDS

ARDS harus dikelola di unit perawatan intensif tempat penderita dapat

mendapatkan pengawasan dan terapi kardiorespirasi yang sesuai. Tujuan

pengelolaan klinis adalah perawatan suportif, dengan tujuan utamnya memberikan

cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan. Monitor yang

sesuai meliputi penilaian hemodinamik invasive, seperti kateterisasi arteri

sistemik dan seringkali pemasangan kateter arteri pulmonalis. Pengukuran fungsi

paru dan pertukaran gas seperti gas darah arteri, oksimetri pulse, CO2 akhir tidal

dan mekanika paru digunakan untuk menyesuaikan tekanan oksigen inspirasi dan

penyesuaian tekanan oksigen inpirasi dan penyesuaian ventilator untuk

meningkatkan kecukupan pemberian oksigen ke jaringan dan mengurangi

komplikasi.

Sebagian besar penderita akan memerlukan intubasi endotracheal dan

ventilasi mekanik disamping PEEP bila mereka tidak mempertahankan PaO2 di

atas 50 mmHg pada oksigen inspirasi 60%. PEEP tidak mengembalikan


oksigenasi normal pada semua penderita dan bahkan dapat memberikan pengaruh

yang merugikan pada fungsi jantung . Pemsangan PEEP harus selalu disesuaikan

dengan monitor berkelanjutan data klinis dan laboratorium. Pada beberapa

keadaan perlu digunakan tingkat PEEP yang sangat tinggi (10-20 cmH20).

Namun hal ini dapat mengakibatkan barotraumas yang membahayakan jiwa,

ataupun gangguan aliran darah balik vena yang pada akhirnya akan menurunkan

curah jantung dan mengakibatkan hipotensi sistemik. Perhatian khusus dan ketat

harus ditujukan untuk mempertahankan fungsi jantung, terutama bila digunakan

PEEP tingkat tinggi karena stabilitas curah jantung yang disertai manajemen

cairan sangat penting untuk penghantaran oksigen. Perubahan posisi yang sering

( posisi dekubitus lateral) sangat dianjurkan karena dapat meningkatkan

oksigenasi.

Secara garis besar penatalaksanaan pada pasien ARDS :

1. Ventilasi Mekanik

Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi modalitas

ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai integritas

membrane alveolarkapiler kembali membaik . Dua tujuan tambahan yaitu :

a. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenasi selama periode kritis

hipoksemia berat

b. Mengatasi faktor etiologi yang mngawali penyebab distress pernafasan.

2. Positif End Expiratory Breathing (PEEB)

Ventilasi dan oksigenasi adekuat diberikan melalui volume ventilator dengan

tekanan dan kemampuan aliran yang tinggi di mana PEEB dapat ditambahkan.
PEEB diberikan melalui siklus pernafasan untuk mencegah kolaps alveoli

pada akhir ekspirasi.

Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung dan barotraumas.

Hal tersebut sering terjadi pada pasien diventilasi dengan tidal bolume di atas

15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralatan selang torakostomi darurat harus

siap tersedia.

3. Pemantauan Oksigen Arteri adekuat

Sebagian besar volume oksigen ditranspor ke jaringan dalam bentuk

oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah

menurun. SEbagai akibat efek ventilasi mekanik PEEP pengukuran seri

hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang akan

menentukan kebutuhan untuk tranfusi sel darah merah.

4. Titrasi cairan

Efek patologis dari peningkatan permeabilitas alveolar kapiler adalah dapat

mengakibatkan edema interstitial dan edema alveolar. Pemberian cairan yang

berlebihan pada orang normal dapat menyebabkan edema paru-paru dan gagal

pernafasan. Tujuan utama terapi cairan adalah untuk mempertahankan

parameter fisiologik normal.

5. Penggunaan kortikosteroid untuk terapi masih kontroversi. Sebelumnya terapi

antibiotic diberikan untuk profilaksis, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa

hal ini tidak dapat mencegah sepsis gram negative yang berbahaya. Akhirnya

antibiotic profilaksis rutin tidak lagi digunakan.


6. Pemeliharaan jalan nafas

Selang endotracheal atau selang trakeostomi disediakan tidak hanya sebagai

jalan nafas, tetapi juga berarti melindungi jalan nafas (dengan cuff utuh),

memberikan dukungan ventilasi kontinudan memberikan konsentrasi oksigen

terus-menerus. Pemeriharaan jalan nafas meliputi : mengetahui waktu

penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan nekrosis

tekanan nasal dan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan

terhadap jalan nafas bagian atas.

7. Mencegah infeksi

Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernafasan bagian atas dan

bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang telah

dilakukan.

8. Dukungan nutrisi

Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan masalah

kritis. Nutrisi parental ttal (hipertensi intravena) atau pemebrian makan

melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan memungkinkan pasien untuk

menghindari gagal nafas sehubungan dengan nutrisi buruk pada otot inspirasi.

(Somantri, 2012).

G. Penatalaksaan Keperawatan

Menurut Yasmin dan Cristantie, (2014) :

1. Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat melalui oksigen (pertahankan

terapi oksigen sesuai dengan pesanan dan pantau tanda-tanda hipoksemia).


Dengan dukungan ventilator, pertahankan patensi jalan udara, jika terpasang

jalan udara buatan ( missal, pipa endotracheal atau tracheostomi), laukan

perawatan yang diperukan. Amankan posisi pipa untuk menghindari

pergerakan baik ke luar atau ke dalam dari posisi yang sudah dietetapkan.

Posisikan klien untuk mendapatkan oksigenasi yang optial biasanya dengan

bagian kepala tempat tidur dinaikkan 45 sampai 90 derajat. Auskultasi paru-

paru setiap jam untuk mengkaji letak endotracheal. Lakukan pengisapan pipa

endotracheal sesuai dengan yang dierlukan dan periksa setting ventilator

secara teratur.

2. Mempertahankan perfusi jaringan. Pemeliharaan perfusi jaringan yan adekuat

adalah tangung jawab keperawatan.

a. Pantau tekanan pulmonary capillary wedge. Beritahukan dokter jika

tekanan berada di atas atau di bawah rentang yang ditetapkan. Jika tekanan

lebih rendah dari rentang yang ditetapkan , berikan plasma volume

eskpander atau medikasi hipotensif sesuai pesanan. Jika lebih tinggi

berikan diuretic atau vasodilator sesuai yang dipesankn.

b. Kaji halauran urine, tanda-tanda vital dan sktremitas setiap jam.

3. Menurunkan ansietas klien dan keluarganya.

a. Pastikan fungsi ventilator yang tepat untuk memberikan volume tidal dan

konsentrasi oksigen yang adekuat. Jika klien tampak dalam distress

pernafasan meski ventilator oksigen yang adekuat. Jika klien tampak

dalam situasi distress pernafasan meski ventilator berfungsi dengan tepat,

kaji kadar gas AGD.


b. Identifikasi cara-cara agar klien dapat mengkomunikasikan kekhawatiran

dan mengekspresikan perasaannya (jika tidak mampu untuk

mengungkapkan secara verbal karena intubasi, coba alternative

komunikasi .

c. Berikan penjelasan yang singkat dan dengan sederhana mengenai

prosedur, orientasikan klien terhadap lingkungan sekitar, dan ulang

penejalsan secara teratur.

d. Berikan penejelasan tentang rutinitas perawatan dan lingkungan kepada

keluarga klien. Dorong keluarga klien untuk mendekati, berbicara dan

menyentuh klien jika mereka mengkenhendaki

4. Mempertahankan nutrisi yang adekuat.

H. Komplikasi ARDS

Komplikasi utama ARDS meliputi infeksi nosokomial, barotraumas berat,

gangguan curah jantung, toksisistas oksigen, fibrosis paru progresif, kegagalan

sistem organ multiple ( nekrosis ubulus akut, kagulopati, miokardiopati, disfungsi

hepatic, disfungsi sistem saraf pusat, perdarahan gastrointertinal, ileus dan

kematian.

(Samik,1996).

I. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengkajian primer
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d) Jalan napas bersih atau tidak
2) Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Peningkatan frekuensi nafas.
c) Nafas dangkal dan cepat
d) Kelemahan otot pernapasan
e) Reflek batuk ada atau tidak
f) Penggunaan otot Bantu pernapasan
g) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
h) Irama pernapasan : teratur atau tidak
i) Bunyi napas Normal atau tidak
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran
4) Disability
a) Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran, nyeri atau tidak
b) Adanya trauma atau tidak pada thoraks
5) Exposure
a) Enviromental control
b) Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya hipotermia

b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas Pasien
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat
penyait yang sama ketika klien mauk rumah sakit.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya.

4) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, apakah terdapat suara
tambahan seperti krekel, ronchi, wheezing.
b) B2 (Blood)
Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia).
c) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran menurun (seperti bingung atau agitasi), pingsan,
nyeri kepala (penyebabnya karena adanya trauma), mata
berkunang-kunang, berkeringat banyak.
d) B4 (Bowel)
Adakah penurunan prouksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).
e) B5 (Bladder)
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan
status nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan seperti cairan
yang berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat
edema paru.
f) B6 (Bone)
Kelemahan otot, mudah lelah
2. Diagnosa Keperawatan
a. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbanganperfusi
DIAGNOSA SLKI SIKI
pola nafas tidak Indikator Sa St a)manejemen jalan nafas
efektif b/d sindrom Tekanan ekspirasi 2 5 -observasi
hipoventilasi Tekanan inspirasi 3 5 .monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman,usaha nafas)
Pernafasan cuping 3 5 .monitor bunyi nafas tambahan
hidung (mis,gurgling,mengi,wezing,ronchi kering )
Frekuensi nafas 3 5 -terapeutik
Kedalaman nafas 3 5 .posisikan semi fouler atau fowler
.berikan minum hangat
a) Pola nafas .lakukan fisioterapi dada jika perlu
.berikan oksigen jika perlu
-edukasi
.anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak ada
Indicator Sa St kontraindikasi
Berat badan 2 5 -kolaborasi
Tebal lipatan kulit 3 5 .kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspetoran,mukolitik,jika
Indek masa tubuh 3 5 perlu
b)pemantauan respirasi
-observasi
c)tingkat kecemasan .monitor frekuensi,irama,kedalaman dan upaya nafas
Indicator Sa St .monitor pola nafas (takip neaw ,bradip neaw hiperventilasi)
Perilaku gelisah 3 5 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Frekuensi pernafasan 2 5 -terapeutik
Tekanan darah 3 5 .atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien.
Tremor 3 5 .dokumentasikan hasil pemantauan
-edukasi
.jelaskan tujuan dan prosudur pemantauan
.informasikan hasil pemantauan ,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Darmanto, 2012. Respirologi, EGC: Jakarta.

Mutaqqin, Arif, 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan, Salemba Medika: Jakarta.

PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Defenisi


dan indikator diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Defenisi dan


indikator diagnostik. Jakarta: DPP PPNI

Omantri, Irman, 2012. Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika : Jakarta.

Wahab, Samik, 2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, EGC: Jakarta.

Yasmin & Cristantie, 2014. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai