Anda di halaman 1dari 14

1) Pengertian RHD

Rematoid heart desease ( RHD ) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung yang
didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut yang sering
diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan kronis. Pada
umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-kira dua minggu sebelumnya
pernah menderita radang tenggorokan.
Reumatoid heart desease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan
penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus
hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).
RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif seperti pada
jantung,tulang, jaringan subcutan pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan
oleh infeksi streptococcus hemolitic-b
grup A.

2) Epidemiologi / Insiden Kasus


RHD terdapat diseluruh dunia.Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap
tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah
dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang
memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat
perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit
di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah
penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan
penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.

3) Penyebab / Faktor Predisposisi


Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan erat
dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A
yang pengobatanya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan
bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh.Antibody yang
melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD :
a. Faktor-faktor pada individu
 Faktor Genetik
Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada RHD ini tidak lengkap namun pada umumnya
ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya RHD, walaupun cara penurunanya belum
dapat dipastikan.
 Jenis Kelamin
Dulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada anak wanita daripada anak laki-laki.
 Golongan Etnik dan Ras
Data di Amerika menunjukan bahwa serangan awal maupun serangan ulangan lebih sering terjadi
pada orang berkulit hitam dibandingkan orang berkulit putih
 Umur
RHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6- 15 tahun ( usa sekolah ) dengan
puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan pada anak sebelum berumur 3 tahun atau
setelah 20 tahun

b. Faktor-faktor lingkungan
 Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah dengan
oenghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari
pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang
rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang
 Iklim dan geografis
RHD adalah penyakit kosmopolit. Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah beriklim
sedang,tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropispun mempunyai insiden yang
tinggi. Didaerah yang letaknya tinggi, insiden RHD lebih tinggi daripada dataran rendah
 Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran napas atas
meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat

DOWNLOAD PATHWAY RHD DISINI


5. Manifestasi Klinis dan Kriteria diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala maka digunakan kriteria
Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor.
a. Kriteria Mayor
1) Carditis
Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau endokarditis ) yang menyebabkan
terjadinya gangguan pada katub mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah
jantung ( seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat ), bunyi
jantung melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup
terutama mitral ( bising sistolik ), Friction rub.
2) Polyarthritis
Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang berpindah-
pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku ( polyarthritis
migrans ), gangguan fungsi sendi.
3) Khorea Syndenham
Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa tujuan dan involunter,
serta sering kali disertai dengan kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf
pusat.
4) Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercak-bercak merah dengan
bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan
bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak
tangan.
5) Nodul Subcutan
Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya perubahan
warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2
minggu. Ini jarang ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan
ekstensor sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas.
b. Kriteria Minor
1) Memang mempunyai riwayat RHD
2) Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-kadang sulit
menggerakkan tungkainya
3) Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu
4) Leukositosis
5) Peningkatan laju endap darah ( LED )
6) C- reaktif Protein ( CRP ) positif
7) P-R interval memanjang
8) Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse )
9) Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO )
Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum seperti , akral dingin,
lesu,terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain yang dapat muncul juga
gangguan pada GI tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan anoreksia
Diagnosis RHD ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua kriteria
minor dan satu kriteria mayor.

6. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan laju endap darah
( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan hemoglobin .
b. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
c. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
d. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.
e. Hapusan tenggorokan :ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
7. Therapy / Penatalaksanaan
Tata laksana RHD aktif atau reaktifitas adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai dengan keadaan jantungnya.
Kelompok Tirah baring Mobilisasi bertahap
klinis ( minggu ) ( minggu)
- Karditis ( - )
- Artritis (+) 2 2
- Karditis (+)
- Kardiomegali (-) 4 4

- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )
- Gagal jantung (+ ) >6 > 12

b. Eradikasi dan selanjutnya pemberian profilaksis terhadap kuman sterptococcus dengan pemberian
injeksi Benzatine penisillin secara intramuskuler. Bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan 1,2 juta
unit dan jika kurang dari 30 kg diberikan 600.000-900.000 Unit.
c. Untuk antiradang dapat diberikan obat salisilat atau prednison tergantung keadaan klinisnya.
Salisilat diberikan dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama kurang lebih 2 minggu dan 25 mg/ Kg
BB/hari selama 1 bulan. Prednison diberikan selama kurang lebih 2 minggu dan teppering off (
dikurangi bertahap ). Dosis awal prednison 2 mg/ kg BB/hari.
d. Pengobatan rasa sakit dapat diberikan analgetik
e. Pengobatan terhadap khorea hanya untuk symtomatik saja, yaitu klorpromazin,diazepam atau
haloperidol. Dari pengalaman ternyata khorea ini akan hilang dengan sendirinys dengan tirah baring
dan eradikasi.
f. Pencegahan komplikasi dari carditis misal adanya tanda-tanda gagal jantung dapat diberikan terapi
digitalis dengan dosis 0,04-0,06 mg/kg BB.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Data fokus:
- Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak terpola
- Adanya riwayat infeksi saluran nafas.
- Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar..
- Nyeri abdomen, Mual, anoreksia dan penurunan hemoglobin
- Arthralgia, gangguan fungsi sendi
- Kelemahan otot
- Akral dingin
- Mungkin adanya sesak.
- Manifestasi khusus:
 carditis:
takikardia terutama saat tidu ( sleeping pulse )
kardiomegali
suara bising katup ( suara sistolik )
perubahan suara jantung
perubahan ECG (PR memanjang)
Precordial pain
Precardial friction rub
Lab : leukositosis, LED meningkat, peningkatan ASTO,.
 Polyarthritis
Nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi Menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, lengan ( gangguan
fungsi sendi )

 Nodul subcutaneous:
Timbul benjolan dibawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas,
Muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap.
Terdapat pada permukaan ekstensor persendian
 Khorea:
Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat.
Emosi labil
Kelemahan otot
 Eritema marginatum:
bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan.
Bercak merah dapat berpindah lokasi  tidak permanen
eritema bersifat non pruritus

2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul


1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup )
ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan jantung berdebar-debar
DO :
- Takikardia terutama saat tidur ( sleeping pulse )
- Hipotensi, pucat sampai sianosis,akral dingin.
- Bunyi jantung melemah, suara bising katup ( bising sistolik), friction rub.
- Pemeriksaan lab : Peningkatan ASTO
- Perubahan EKG pada gelombang P-R memanjang
- Pada ekocardiogram menunjukan pembesaran juntung

2) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial


DS :
- Klien mengeluh nyeri pada sendi dan berpindah-pindah.
DO :
- Klien nyeri tekan pada daerah sendi
- Klien membatasi gerakan sendi.

3) Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup
jantung. Ditandai dengan :
DS :
DO :
- Peningkatan suhu tubuh namun kurang dari 39 derajat celcius dan tidak terpola
- Takikardia
- Pemeriksaan laboratorium darah menunjukan leukositosis.
- Hapusan tenggorokan ditemukan streptococcus hemoliticus b grup A

4) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis. Ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh mual dan tidak napsu makan
- Klien mengeluh lemas
DO :
- Klien mengalami kelemahan.
5) Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Poltarthritis/arthalgia
dan therapi bed rest .Ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh nyeri sendi
DO :
- Klien mengalami gangguan fungsi sendi, nyeri tekan pada sendi
- Klien tampak membatasi gerakan sendi.
- Therapi klien harus tirah baring/bed rest

6) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan.
Ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan timbul bercak-bercak merah namun tidak gatal pada kulit dan badan
DO :
- Tampak adanya eritema marginatum pada kulit dan badan klien

7) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian
atrium yang meningkat

8) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea

3. Intervensi dan Rasional Keperawatan


1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosis katup )
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat diminimalkan.
Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, , bebas gejala gagal jantung,
Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD 1. Memonitor adanya perubahan sirkulasi
secara teratur setiap 4 jam. jantung sedini mungkin dan terjadinya
takikardia-disritmia sebagai kompensasi
meningkatkan curah jantung

2. Pucat menunjukkan adanya penurunan


2. Kaji perubahan warna kulit perfusi perifer terhadap tidak
terhadap sianosis dan pucat. adekuatnya curah jantung. Sianosis
terjadi sebagai akibat adanya obstruksi
aliran darah pada ventrikel.

3. Istirahat memadai diperlukan untuk


3. Batasi aktifitas secara adekuat. memperbaiki efisiensi kontraksi jantung
dan menurunkan komsumsi O2 dan
kerja berlebihan.

4. Stres emosi menghasilkan


4. Berikan kondisi psikologis vasokontriksi yang meningkatkan TD
lingkungan yang tenang. dan meningkatkan kerja jantung.

5. Meningkatkan sediaan oksigen untuk


5. Kolaborasi untuk pemberian fungsi miokard dan mencegah hipoksia.
oksigen
6. Diberikan untuk meningkatkan
kontraktilitas miokard dan menurunkan
beban kerja jantung.
6.Kolaborasi untuk pemberian
digitalis

7.

2) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi.
Kriteria hasil : Klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi
gerakanya.
Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri. 1. Memberikan
Perhatikan intensitas ( informasi sebagai dasar
skala 1-10 ) dan pengawasan
intervensi
2. Pertahankan
posisi daerah sendi yang 2. Menurunkan
nyeri dan beri posisi yang spasme/ tegangan sendi
nyaman dan jaringan sekitar
3. Kompres dengan 3. Menghambat kerja
kantong es jika reseptor nyeri
diindikasikan
4. Membantu
4. Ajarkan teknik menurunkan spasme
relaksasi progresif ( sendi-sendi,
napas dalam, Guid meningkatkan rasa
imageri,visualisasi ) kontrol dan mampu
mengalihkan nyeri.

5. Menghilangkan
5. Kolaborasi untuk nyeri .
pemberian analgetik

3) Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup
jantung.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi
Kriteria hasil : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per
mm³ darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan.
Intervensi dan rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji suhu tubuh
1. Mengetahui data dasar terhadap
klien dan ukur tanda- perencanaan tindakan yang tepat
tanda vital lain seperti
nadi, TD dan respirasi
2. Berikan 2.
klien Membantu meberikan evek vasodilatasi
kompres hangat pada pembuluh darah sehungga pengeluaran
lipatan tubuh dan panas terjadi secara evaporasi
terdapat banyak
pembuluh darah besar 3. Peningkatan suhu juga dapat meyebabkan
seperti aksilla, perut ) kehilangan cairan akibat evaporasi

3. Anjurkan klien
4. Mencegah terjadinya peningkatan reaksi
untuk minum 2 liter/hari
peradangan dan hipermetabolisme.
jika memungkinkan
5. Mengurangi proses peradangan sehingga
4. Anjurkan klien
peningkatan suhu tidak terjadi serta
untuk tirah baring ( bed
streptococus hemolitikus b grup A akan
rest )
5. Kolaborasi mampu dimatikan
untuk pemberian
antipiretik dan
antiradang seperti
salisilat/ prednison serta
pemberian Benzatin
penicillin

4) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan dapat teratasi.
Kriteria hasil : Klien tidak mual dan anoreksia, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang.
Intervensi dan Rasional :
Intervensi Rasional

1. Kaji status nutrisi( 1. Menyediakan data dasar untuk


perubahan BB< pengukuran memantau perubahan dan
antropometrik dan nilai HB serta mengevaluasi intervensi
protein
2. Kaji pola diet nutrisi klien( 2. Membantu dalam
riwayat diet, makanan kesukaan ) mempertimbangkan penyusunan
3. Kaji faktor yang berperan menu sehingga klien berselera makan
untuk menghambat asupan nutrisi 3. Menyediakan informasi
( anoreksia, mual) mengenai faktor yang harus
4. Anjurkan makan dengan ditanggulangi sehingga asupan nutrisi
porsi sedikit tetapi sering dan tidak adekuat.
makan makanan yang
merangsang pembentukan Hcl 4. Membantu mengurangi
seperti terlalu panas, dingin, produksi asam lambnung/HCl akibat
pedas faktor-faktor perangsang dari luar
5. Kolaborasi untuk tubuh
pemberian obat penetral asam 5. Membantu mengurangi
lambung seperti antasida produksi HCL oleh epitel lambung
6. Kolaborasi untuk 6. Mendorong peningkatan selera
penyediaan makanan kesukaan makan.
yang sesuai dengan diet klien

5) Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Polyarthritis / Arthralgia


dan therapi bed rest.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pemenuhan ADL klien teratasi.
Kriteria hasil :Klien mengatakan ADL terpenuhi.
Intervensi dan Rasional :
INtervensi Rasional
1. Bantu pemenuhan ADL klien 1.Memenuhi kebutuhan klien sehingga
klien tetap bed rest dan tenang
2.Kebutuhan klien akan l;ebih
2. Libatkan keluarga untuk membantu terpenuhi sehingga klien merasa
memenuhi kebutuhan klien tetap diperhatikan
3.Mencegah adanya komplikasi
3. Beri penjelasan kepada klien bahwa peradangan sampai ketingkat gagal
klien haru s tirah baring sesuai dengan jantung.
waktu yang diindikasikan
6) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan
Tujuan : Seteklah dilakukan tindakan keperawatan,kerusakan integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien
Intervensi dan Rasional
INtervensi Rasional
1. Kaji tingkat kerusakan kulit 1.memberikan pedoman untuk
memberikan intervensi yang tepat

2. Pertahankan permukaan kering dan2.Lembab merupakan tempat


bersih pertumbuhan yang baik untuk
mikroorganisme.

3. Berikan bantalan yang lembut pada3. Mencegah penekanan pada eritema


badan sehingga tidak meluas

4. Kolaborasi untik pemberian obat4. Mengurangi reaksi peradangan


antiradang ( prednison ) sehingga eritema hilang.

7) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian
atrium yang meningkat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan pertukaran gas tidak
terjadi

Rencana intervensi dan rasional:


Intervensi Rasional
1. 1. Menyatakan adanay kongesti
Auskultasi bunyi nafas, catat krekels,
mengii. paru/pengumpulan sekret
menunjukkan kebutuhan untuk
2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas intervensi lanjut.
dalam.
2. Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran oksigen.
3. Pertahankan posisi semifowler,
sokong tangan dengan bantal Jika 3. Menurunkan komsumsi
memungkinkan oksigen/kebutuhan dan meningkatkan
ekspansi paru maksimal.
4. Kolaborasi dalam memBerikan4. Meningkatkan konsentrasi oksigen
oksigen tambahan sesuai indikasi. alveolar, yang dapat
memperbaiki/menurunkan hipoksemia
5.Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD jaringan.
5. Hipoksemia dapat menjadi berat
6.Kolaborasi untuk pemberian selama edema paru
pemberian diuretik. 6.Menurunkan kongesti alveolar,
meningkatkan pertukaran gas.

8) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko cidera tidak terjadi.
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat gerakan klien 1. Menentukan dalam
yang berlebihan memberikan intervensi

2. Pantau dan bila mungkin 2. Mencegah terjadinya


temani klien selama serangan cidera akibat terjatuh atau
khorea dan jauhkan bendabenda terkena bahan berbahaya
berbahaya dari klien

3. Pasang pengaman 3. Mengurangi resiko klien


tempat tidur klien terjatuh dari tempat tidur

4. Anjurkan klien untuk 4. Memberikan rasa aman


menemani klien klien sehingga cidera tidak terjadi

.
5. Kolaborasi intuk 5. Memberikan efek rileks
pemberian obat penenang ( pada otot sehingga klien tenang.
klorpromazine atau diazepam )
sesuai indikasi

4. Kriteria Evaluasi
1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup
) dapat teratasi.dengan kriteria evaluasi :
Vital sign dalam batas normal , Gambaran EKG normal, bebas gejala gagal jantung,
2) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial dapat teratasi dengan kriteria
evaluasi : Klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya
3) Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup
jantung. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi
normal,leukosit normal (4.300-11.400 per mm³ darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b
grup A pada hapusan tenggorokan.
4) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Klien
tidak mual dan anoreksia, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang.
5) Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Immobilitas fisik akibat Gangguan muskuloskeletal ;
arthralgia dan therapi.dapat terpenuhi dengan kriteria evaluasi : Klien mengatakan ADL terpenuhi.
6) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan. Dapat
teratasi dengan kriteria evaluasi : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien
7) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian
atrium yang meningkat tidak menjadi aktual.
8) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea
tidak menjadi aktual
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. EGC,
Jakarta
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8
Volume 2. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai