Rematoid heart desease ( RHD ) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung yang
didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut yang sering
diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan kronis. Pada
umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-kira dua minggu sebelumnya
pernah menderita radang tenggorokan.
Reumatoid heart desease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan
penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus
hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).
RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif seperti pada
jantung,tulang, jaringan subcutan pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan
oleh infeksi streptococcus hemolitic-b
grup A.
b. Faktor-faktor lingkungan
Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah dengan
oenghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari
pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang
rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang
Iklim dan geografis
RHD adalah penyakit kosmopolit. Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah beriklim
sedang,tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropispun mempunyai insiden yang
tinggi. Didaerah yang letaknya tinggi, insiden RHD lebih tinggi daripada dataran rendah
Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran napas atas
meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+) 6 6
- karditis ( + )
- Gagal jantung (+ ) >6 > 12
b. Eradikasi dan selanjutnya pemberian profilaksis terhadap kuman sterptococcus dengan pemberian
injeksi Benzatine penisillin secara intramuskuler. Bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan 1,2 juta
unit dan jika kurang dari 30 kg diberikan 600.000-900.000 Unit.
c. Untuk antiradang dapat diberikan obat salisilat atau prednison tergantung keadaan klinisnya.
Salisilat diberikan dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama kurang lebih 2 minggu dan 25 mg/ Kg
BB/hari selama 1 bulan. Prednison diberikan selama kurang lebih 2 minggu dan teppering off (
dikurangi bertahap ). Dosis awal prednison 2 mg/ kg BB/hari.
d. Pengobatan rasa sakit dapat diberikan analgetik
e. Pengobatan terhadap khorea hanya untuk symtomatik saja, yaitu klorpromazin,diazepam atau
haloperidol. Dari pengalaman ternyata khorea ini akan hilang dengan sendirinys dengan tirah baring
dan eradikasi.
f. Pencegahan komplikasi dari carditis misal adanya tanda-tanda gagal jantung dapat diberikan terapi
digitalis dengan dosis 0,04-0,06 mg/kg BB.
Nodul subcutaneous:
Timbul benjolan dibawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas,
Muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap.
Terdapat pada permukaan ekstensor persendian
Khorea:
Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat.
Emosi labil
Kelemahan otot
Eritema marginatum:
bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan.
Bercak merah dapat berpindah lokasi tidak permanen
eritema bersifat non pruritus
3) Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup
jantung. Ditandai dengan :
DS :
DO :
- Peningkatan suhu tubuh namun kurang dari 39 derajat celcius dan tidak terpola
- Takikardia
- Pemeriksaan laboratorium darah menunjukan leukositosis.
- Hapusan tenggorokan ditemukan streptococcus hemoliticus b grup A
4) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis. Ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh mual dan tidak napsu makan
- Klien mengeluh lemas
DO :
- Klien mengalami kelemahan.
5) Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Poltarthritis/arthalgia
dan therapi bed rest .Ditandai dengan :
DS :
- Klien mengeluh nyeri sendi
DO :
- Klien mengalami gangguan fungsi sendi, nyeri tekan pada sendi
- Klien tampak membatasi gerakan sendi.
- Therapi klien harus tirah baring/bed rest
6) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan.
Ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan timbul bercak-bercak merah namun tidak gatal pada kulit dan badan
DO :
- Tampak adanya eritema marginatum pada kulit dan badan klien
7) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian
atrium yang meningkat
8) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea
7.
5. Menghilangkan
5. Kolaborasi untuk nyeri .
pemberian analgetik
3) Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup
jantung.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi
Kriteria hasil : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per
mm³ darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan.
Intervensi dan rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji suhu tubuh
1. Mengetahui data dasar terhadap
klien dan ukur tanda- perencanaan tindakan yang tepat
tanda vital lain seperti
nadi, TD dan respirasi
2. Berikan 2.
klien Membantu meberikan evek vasodilatasi
kompres hangat pada pembuluh darah sehungga pengeluaran
lipatan tubuh dan panas terjadi secara evaporasi
terdapat banyak
pembuluh darah besar 3. Peningkatan suhu juga dapat meyebabkan
seperti aksilla, perut ) kehilangan cairan akibat evaporasi
3. Anjurkan klien
4. Mencegah terjadinya peningkatan reaksi
untuk minum 2 liter/hari
peradangan dan hipermetabolisme.
jika memungkinkan
5. Mengurangi proses peradangan sehingga
4. Anjurkan klien
peningkatan suhu tidak terjadi serta
untuk tirah baring ( bed
streptococus hemolitikus b grup A akan
rest )
5. Kolaborasi mampu dimatikan
untuk pemberian
antipiretik dan
antiradang seperti
salisilat/ prednison serta
pemberian Benzatin
penicillin
4) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan dapat teratasi.
Kriteria hasil : Klien tidak mual dan anoreksia, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang.
Intervensi dan Rasional :
Intervensi Rasional
7) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian
atrium yang meningkat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan pertukaran gas tidak
terjadi
8) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko cidera tidak terjadi.
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat gerakan klien 1. Menentukan dalam
yang berlebihan memberikan intervensi
.
5. Kolaborasi intuk 5. Memberikan efek rileks
pemberian obat penenang ( pada otot sehingga klien tenang.
klorpromazine atau diazepam )
sesuai indikasi
4. Kriteria Evaluasi
1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup
) dapat teratasi.dengan kriteria evaluasi :
Vital sign dalam batas normal , Gambaran EKG normal, bebas gejala gagal jantung,
2) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial dapat teratasi dengan kriteria
evaluasi : Klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya
3) Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup
jantung. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi
normal,leukosit normal (4.300-11.400 per mm³ darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b
grup A pada hapusan tenggorokan.
4) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Klien
tidak mual dan anoreksia, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang.
5) Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Immobilitas fisik akibat Gangguan muskuloskeletal ;
arthralgia dan therapi.dapat terpenuhi dengan kriteria evaluasi : Klien mengatakan ADL terpenuhi.
6) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan. Dapat
teratasi dengan kriteria evaluasi : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien
7) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian
atrium yang meningkat tidak menjadi aktual.
8) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea
tidak menjadi aktual
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Dkk.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. EGC,
Jakarta
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddarth Edisi 8
Volume 2. EGC, Jakarta.