Anda di halaman 1dari 37

Makalah

Keperawatan Anak
“Asuhan Keperawatan dan Patofisiologi Peradangan
pada Sistem Cardiovascular:Rheumatic Heart Disease”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
keperawatan anak

Dosen: Sri Yekti Widadi., M. Kep.

Kelompok 4

1. Eva Mardiana (KHGC17070)


2. Heti Putri Cahyati (KHGC17103)
3. Mega Rahayu (KHGC17056)
4. Risty Nabila H (KHGC17105)
5. Rizky Ramdhan Siregar (KHGC17087)
6. Selly Maulida Pitriah (KHGC17083)
7. Siti Rissaadah (KHGC17071)
8. Winda Komalasari (KHGC17091)
9. Wilda Siti Nurjanah (KHGC17062)

Kelas:

3B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARSA HUSADA GARUT
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga makalah yang berisi tentang rheumatic heart disease pada anak
dapat diselesaikan dengan baik.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
wawasan tentang asuhan keperawatan dengan diagnosa rheumatic heart disease.
Dengan begitu, kita dapat mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan
tersebut pada anak.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, kami
berharap agar pembaca dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun.

Garut, September 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................


DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan ..................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ..........................................................................
A. Anatomi dan Fisiologi Jantung ............................................................
B. Definisi RHD .......................................................................................
C. Etiologi RHD .......................................................................................
D. Manifestasi Klinik ...............................................................................
E. Patofisiologi .........................................................................................
F. Pathway ................................................................................................
G. Komplikasi ...........................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................
I. Penatalaksanaan Medis ........................................................................
J. Konsep Asuhan Keperawatan ..............................................................
BAB III TINJAUAN KASUS ........................................................................
A. Pengkajian ............................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan.........................................................................
C. Intervensi ..............................................................................................
D. Implementasi ........................................................................................
E. Evaluasi ................................................................................................
BAB IV PENUTUP ........................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rematoid heart disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari
penyakit jantung yang di dapat, baik pada anak maupun pada dewasa.
Rematoid fever adalah peradangan akut yang sering diawali oleh peradangan
pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan kronis. Pada
umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kirakira dua
minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan.
Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan- jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A
(Pusdiknakes, 1993). RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang
mengenai jaringan konektif seperti pada jantung,tulang, jaringan subcutan
pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh infeksi
streptococcus hemolitic-b grup A.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Rematoid Heart Disease?
2. Apa penyebab Rematoid Heart Disease?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Disease?
4. Dampak Rematoid Heart Disease pada pemenuhan kebutuhan dasar
manusia pada anak?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Rematoid Heart Disease.
- Untuk mengetahui penyebab Rematoid Heart Disease.
- Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari Rematoid Heart Disease.
- Untuk mengetahui Dampak Rematoid Heart Disease pada pemenuhan
kebutuhan dasar manusia pada anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Jantung

Sistem kardiovaskuler terdiri dari 3 bagian yang saling mempengaruhi yaitu


jantung, pembuluh darah, dan darah (Depkes,1993:3)
1. Jantung
Jantung adalah organ yang mensirkulasi darah teroksigenasi ke paru-paru
untuk pertukaran gas (Depkes, 1993:3).Jantung terletak dalam mediastinum
di rongga dada, yaitu diantaa kedua paru-paru. Jantung terdiri dari 3
lapisan.lapisan terluas disebut epikardium, lapisan tengah merupakan
lapisan otot yang disebut miokardium, sedangkan lapisan terdalam yaitu
lapisan endotel disebut endokardium. Ruangan jantung bagian atas yaitu
atrium dan ventrikel. Secara fungsional darah dibagi menjadi alat menjadi
alat pompa kanan dan pompa kiri yang memompa darah vena menuju
sirkulasi paru-paru dan peredaran darah bersih ke sistemik. Terpisahnya
ruangan dalam jantung mencegah percampuran antara daerah yang
menerima darah yang tidak teroksigenali dari vena kava superior, inferior,
dan sistem koroner. Darah ini melalui katup mitrat ke ventrikel kiri dan
dipompakan ke aorta untuk sirkulasi koroner dan sistemik (Sjafoellah,
1996:1069).
Miokardium menerima darah ketika diashole dari arteri kosong. Arteri
koronaria kiri bercabang menjadi arteri descendino anterior dan arteri
circumflex. Arteri koronaria kanan memberi darah antara lain ke SA node
ventrikel kanan, permukaan diafragma ventrikel kanan. Vena-vena
koronaria mengembalikan darah ke sinus kemudia bersikulasi langsung ke
dalam paru-paru (Depkes, 1993:3).
2. Pembuluh darah
Pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah ke
seluruh bagian dan alat tubuh disebut arteri pembuluh darah arteri yang
paling besar yang keluar dari ventrikel kiri disebut aorta. Arteri ini
mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastis dan terdiri 3
lapisan yaitu : lapisan terluar dinding arteri disebut tunika externa. Keadaan
tidak elastis disebut arteri osklerosis, sedangkan bagian dalam dari arteri
adalah tunika interna atau intima. Pembersihan plaqul yang terjadi pada
dinding arteri bagian dalam disebut athero sclerosis. Hal ini mengakibatkan
aliran darah arteri terganggu dan dapat mengakibatkan proses iskemia
(Depkes, 1993:6).
3. Darah
Darah merupakan media transportasi oksigen, karbondioksida dan
metabolit. Jadi darah merupakan pengatur keseimbangan asam basa,
pengatur hormon dan pengontrol suhu. Dalam darah terdapat eritrosit,
leukosit dan trombosit, meskipun 55 % elemen dalam darah adalah plasma.
Hemoglobin yang ada dalam eritrosit membawa oksigenasi sel-sel. Peran
eritrosit dalam mengangkut hemoglobin adalah penting. Oleh karena itu
perlu keseimbangan antara pembentukan dan pemecahan eritrosit untuk
menjamin pengantaran oksigen secara adekuat (Depkes, 1993:7).
4. Pembentukan Jantung dalam Rahim
Di awal minggu ke lima usia kehamilan, atau minggu ke tiga setelah
pembuahan, jantung mulai terbentuk bersama dengan otak, sumsum tulang
belakang, dan organ lainnya. Detak jantung akan muncul pertama kali pada
22-23 hari setelah pembuahan yaitu di pertengahan minggu ke lima.
B. Definisi RHD
Penyakit jantung reumatik merupakan proses imun sistemik sebagai reaksi
terhadap infeksi streptokokus hemolitikus di faring (Brunner & Suddarth,
2001). Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut
atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta
Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum
diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut,
Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum (Lawrence M.
Tierney, 2002).
Penyakit jantung rematik adalah penyakit yang ditandai dengan kerusakan
pada katup jantung akibat serangan karditis rematik akut yang berulang kali
(Arif Mansjoer, 2002). Penyakit jantung rematik (RHD) adalah suatu proses
peradangan yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama
persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus
hemolitic-β grup A (Sunoto Pratanu, 2000).
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi
kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa penyempitan atau kebocoran,
terutama katup mitral (stenosis katup mitral) sebagai akibat adanya gejala sisa
dari Demam Rematik (DR).
C. Etiologi RHD
Penyebab terjadinya penyakit reumatic heart diseases diperkirakan adalah
reaksi autoimun (kekebalan tubuh)yang disebabkan oleh demam
reumatik.Infeksi infeksi β Steptococcus Hemolyticus Grup A pada tenggorok
yang selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam reumatik
serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya penyakit jantung
reumatic/reumatic heart diseases:
1. Faktor individu
 Faktor genetik
Karena adanya antigen limfosit manusia(LHA)yang tinggi
terhadam demam reumatic menunjukkan hubungan dengan
aloantigen sel β spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal dengan
status reumatikus.
 Umur
Umur merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya
demam reumatik penyakit ini sering mengenai anak umur 5-15 tahun
dengan puncak sekitar umur 8 tahun.Tidak biasa ditemukan pada
anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur
3 tahun atau setelah umur 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan
sesuai dengan insiden infeksi steptococcus pada anak usia sekolah.
 Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida
bagian dinding sel streptococcus β hemolitikus grup A dengan
glikoprotein dal3am katub.,ini sangat mendukung terjadinya
miokarditis dan valvulitis pada reumatic fever.
2. Faktor lingkungan
 Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai
predisposisi untuk terjadinya demam rematik. Insidens demam
reumatik di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum
era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk
sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni
padat, rendahnya pendidikan sehingga pengertian untuk segera
mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang,pendapatan yang
rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-
lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan
timbulnya demam reumatik.
 Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakiibatkan insiden
infeksi saluran nafas bagian atas meningkat,sehingga insiden demam
reumatic meningkat.
 Demam reumatik
Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit
terbanyak didapatkan didaerah yang beriklim sedang.
D. Manifestasi Klinik
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu:
a. Kriteria mayor:
1. Poliarthritis
- Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah
- Radang sendi – sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan
tangan, siku (Poliartitis migran).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3. Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak
gatal.
4. Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari,
lutut, persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
5. Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai manifestasi
peradangan pada sistem saraf pusat.
b. Kriteria minor:
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi;
pasien kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 39o C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
E. Patofisiologi
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh
radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus
beta-hemolitikus golongan A, sehingga bakteri termasuk dianggap sebagai
penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau
asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru
setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung
antara infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel
tenggorok dan merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti.
Beberapa antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat mangadakan
reaksi-antibodi antara zat anti terhadap streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif
maupun proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan
eritema marginatum dan khorea.
Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan
perikarditis.
F. Pathway

Sumber:
G. Komplikasi
Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari demam rematik dan
biasanya terjadi setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung
rematik telah dikurangi dengan luas penggunaan antibiotic efektif terhadap
streptokokal bakteri yang menyebabakan demam rematik.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah (LED), terjadi leukositosis dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada
jantung.
3. Apusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup a
4. Elektrocardiogram
Menunjukkan aritmia
5. Echocardiogram
Menunjukkan pembesaran jantung dan lesi
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Pemberian antibiotik
- Mengobati gejala peradangan, gagal jantung, dan chorea (obat anti
inflamasi dan Eradikasi Streptokokus )
- Pilihan pengobatan adalah antibiotik pencillin dan anti peradangan
misalnya; aspirin atau penggantinya untuk 2-6 minggu.
- Pencegahan terhadap kuman Streptokokus, misalnya pemeriksaan gigi
anak secara rutin dan penanganan radang tenggorokan sedini mungkin.
- Selain itu juga dengan cara menjaga kebersihan lingkungan.
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, Umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, agama, tanggal lahir dll.
b. Riwayat Kesehatan (Data Fokus)
- Adanya riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik.
- Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat (takikardia), dada
berdebar-debar (palpitasi jantung), peningkatan suhu tubuh tidak
terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak terpola
- Nyeri keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah
- Kelemahan otot
- Keletihan
c. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
- Pharynx heperemis
- Kelenjar getah bening membesar
- Pembengkakan sendi
- Tonjolan di bawah kulit daerah kapsul sendi
- Ada gerakan yang tidak terkoordinasi
- Adanya edema
- Bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak
tangan.
- Eritema bersifat non pruritus (Eritema marginatum)
- Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat
(Khorea)
2. Palpasi
- Nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi yang menyebar pada sendi
lutut, siku, bahu, lengan (gangguan fungsi sendi/ Polyarthritis)
- Takikardia terutama saat tidur (sleeping pulse )
3. Auskultasi
- Suara bising katup (suara sistolik)
- Perubahan suara jantung
- Murmur sistolik injection dan friction rub
d. Pemeriksaan Diagnostik/Laboratorium
1) EKG : Perpanjangan interval P-R
2) Radiologi : - Thorax Foto : cardiomegali
3) Laboratorium
▪ Hemoglobin : Kurang dari normal
▪ LED : Meningkat
▪ ASTO : Positif
▪ Swab tenggorokan: Streptococcus positif
e. Analisa data
Symptom Etiologi Problem
DS: Streptococcus hemolitikus B group A Penurunan curah jantung
 Anak terlihat letih (melepaskan endotoksin di faring dan b/d peradangan katup
 Anak pernah mengalami tonsil) mitral
demam rheumatic
DO: Faringitis dan tonsilitis
 denyut nadi meningkat
(takikardia) Tubuh mengeluarkan antibodi
 dada berdebar-debar berebihan dan tidak dapat
(palpitasi jantung) membedakan antibody dan antigen
 adanya murmur saat di
auskultasi Respon imunologi abnomal/autoimun

RHD

Peradangan katup mitral

Peningkatan sel retikulo endotelial


Stenosis katup mitral

Penurunan curah jantung


DS: Streptococcus hemolitikus B group A Perfusi perifer tidak
 Ibu mengatakan bahwa (melepaskan endotoksin di faring dan efektif b/d penurunan
pada telapak tangan anak tonsil) metabolisme perifer
terdapat kemerahan
DO: Faringitis dan tonsilitis
 Bercak kemerahan umum
pada batang tubuh dan Tubuh mengeluarkan antibodi
telapak tangan anak berebihan dan tidak dapat
Pembengkakan sendi/ adanya membedakan antibody dan antigen
edema.
Respon imunologi abnomal/autoimun

RHD

Peradangan katup mitral

Peningkatan sel retikulo endotelial

Stenosis katup mitral

Penurunan curah jantung

Baroreseptor: meningkatnya VOL dan


TD

Merangsang medulla oblongata


Kompensasi saraf simpatis

Vasokontriksi

Penurunan metabolisme terutama


perifer

Perfusi perifer tidak efektif


DS: Streptococcus hemolitikus B group A Nyeri akut
 Anak meringis pada saat di (melepaskan endotoksin di faring dan
palpasi di bagian sendi tonsil)
DO:
 Nyeri tekan disekitar sendi Faringitis dan tonsilitis
lutut, siku, bahu, lengan
 Denyut nadi meningkat Tubuh mengeluarkan antibodi
berebihan dan tidak dapat
membedakan antibody dan antigen

Respon imunologi abnomal/autoimun

RHD

Persendian

Peradangan pada membran sinovial

Nyeri akut
DS: Streptococcus hemolitikus B group A Hipertermia b/d respon
 Anak mengalami demam (melepaskan endotoksin di faring dan autoimun
DO: tonsil)
 Suhu anak 39oc
Faringitis dan tonsilitis

Tubuh mengeluarkan antibodi


berebihan dan tidak dapat
membedakan antibody dan antigen

Respon imunologi abnomal/autoimun

RHD

Peradangan katup mitral

Hipertermia
DS: Streptococcus hemolitikus B group A Resiko cedera b/d
DO: (melepaskan endotoksin di faring dan gerakan involunter
 Anak terlihat lemah tonsil)
 Adanya resiko cedera
Faringitis dan tonsilitis

Tubuh mengeluarkan antibodi


berebihan dan tidak dapat
membedakan antibody dan antigen

Respon imunologi abnomal/autoimun

RHD

SSP
Gerakan involunter, cepat, dan
kelemahan

Resiko cedera

2. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b/d peradangan katup mitral
Definisi: Ketidakedekuatan volume darah yang dipompa oleh jantung
untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. (NANDA, 2018-2020)
2) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan metabolisme perifer
Definisi: Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu
kesehatan. (NANDA, 2018-2020)
3) Nyeri akut b/d nyeri persendian
Definisi: pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang
digambarkan sebagai kerusakan (international association for the study
of pain) awitan yang tiba tiba atau lambat dengan intensitas ringan
hingga berat, dengan berakhirnya dapat diantisipasi/ diprediksi dan
dengan durasi < 3 bulan. (NANDA, 2018-2020)
4) Hipertermia b/d respon autoimun
Definisi: Suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena
kegagalan termoregulasi. (NANDA, 2018-2020)
5) Resiko cedera b/d gerakan involunter
Definisi: Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan
yang beinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu,
yang dapat mengganggu kesehatan (NANDA, 2018-2020)
3. Intervensi
1) Penurunan curah jantung b/d peradangan katup mitral
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, penurunan curah jantung dapat
diminimalkan.
Kriteria Hasil:
• Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang nomal
• Tidak ada murmur jantung
Intervensi:
a. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
R/ Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin
dan terjadinya takikardia-disritmia sebagai kompensasi
meningkatkan curah jantung.
b. Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
R/ Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap
tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat
adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.
c. Batasi aktifitas secara adekuat.
R/ Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi
kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja
berlebihan.
d. Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
R/ Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan
TD dan meningkatkan kerja jantung.
e. Kolaborasi untuk pemberian oksigen
R/ Meningkatkan sediaan oksigen untuk fungsi miokard dan
mencegah hipoksia.
2) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan metabolisme perifer
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, perfusi jaringan perifer
efektif.
Kriteria hasil:
Klien tidak pucat, Tidak ada sianosis, Tidak ada edema
Intervensi:
a. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu,
contoh: cemas, bingung, letargi, pingsan.
R/ Perfusi serebral secara langsung sehubungan dengan curah
jantung dan juga dipengaruhi oleh elektrolit atau variasi asam basa,
hipoksia, atau emboli sistemik.
b. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin atau lembab. Catat
kekuatan nadi perifer.
R/ Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan curah
jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan
penurunan nadi.
c. Kaji tanda edema.
R/ Indikator trombosis vena dalam.
d. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.
R/ Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernapasan.
Namun dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkkan komplikasi
tromboemboli paru.
e. Pantau data laboratorium, contoh: GDA, BUN, creatinin, dan
elektrolit
R/ Indikator perfusi atau fungsi organ
3) Nyeri akut b/d nyeri persendian
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi.
Kriteria hasil:
• Skala nyeri berkurang
• Tanda-tanda vital dalam batas normal
• Anak tidak mengalami nyeri tekan
• Anak tampak rileks
Intervensi:
a. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 1-5). Selidiki
perubahan karakteristik nyeri.
R/ Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan
intervensi.
b. Pantau tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR , suhu).
R/ Mengetahui keadaan umum dan memberikan informasi sebagai
dasar dan pengawasan intervensi
c. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang
tenang.
R/ Menurunkan spasme/ tegangan jaringan sekitar
d. Berikan suasana gembira bagi anak, alihkan perhatian anak dari
rasa nyeri (libatkan keluarga).
R/ Membantu menurunkan spasme, meningkatkan rasa kontrol dan
mampu mengalihkan nyeri.
e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
R/ Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
4) Hipertermia b/d respon autoimun
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi
Kriteria hasil :
• Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal
(4.300-11.400 per mm³ darah)
• Tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan
tenggorokan.
Intervensi:
a. Kaji suhu tubuh klien dan ukur tanda-tanda vital lain seperti nadi,
TD dan respirasi
R/ Mengetahui data dasar terhadap perencanaan tindakan yang
tepat
b. Berikan klien kompres hangat pada lipatan tubuh dan terdapat
banyak pembuluh darah besar seperti aksilla, perut.
R/ Membantu meberikan evek vasodilatasi pembuluh darah
sehungga pengeluaran panas terjadi secara evaporasi
c. Anjurkan ibu untuk memberi minum yang banyak pada anak
R/ Peningkatan suhu juga dapat meyebabkan kehilangan cairan
akibat evaporasi
d. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antiradang seperti
salisilat/ prednison serta pemberian Benzatin penicillin.
R/ Mengurangi proses peradangan sehingga peningkatan suhu
tidak terjadi serta streptococus hemolitikus b grup A akan mampu
dimatikan.
5) Resiko cedera b/d gerakan involunter
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko cidera tidak terjadi.
Kriteria hasil:
• Orang tua menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam
kemugkinan cedera.
• Menunnjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan
factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera
• Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan
Intervensi:
a. Kaji tingkat gerakan klien yang berlebihan
R/ Menentukan dalam memberikan intervensi
b. Pasang pengaman tempat tidur anak
R/ Mengurangi resiko klien terjatuh dari tempat tidur
c. Anjurkan keluarga untuk menemani anak
R/ Memberikan rasa aman pada anak sehingga cidera tidak terjadi
BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS
Seorang anak laki-laki usia 8 tahun datang dengan keluhan sesak napas
saat beraktivitas, batuk berdahak, nyeri sendi, demam yang hilang timbul. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi nadi 140x/menit, frekuensi napas
32x/menit, suhu 39oc terdapat peningkatan jugular venour pressure (JVP),
murmur pansistolik dengan derajat 4/6 disertai thrill, pembesaran batas jantung,
hepar teraba membesar dengan tepi tumpul. Pada pemeriksaan penunjang hasil
laboratorium menunjukkan peningkatan laju endap darah (LED), anti streptolisin
O (ASTO); foto toraks menunjukkan kesan kardiomegali; pemanjangan interval P
pada elektrokardiografi menunjukkan regurgitasi mitral beratet causa Rheumatic
Heart Disease (RHD). Pasien didiagnosa dengan penyakit jantung rematik.

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas Anak
Nama : An. A
Umur : 8 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kiaracondong
Suku : Sunda
Agama : Islam
Tanggal MRS : 10 September 2019
No. RM : 083224
Identitas Orang Tua
Ayah
Nama : Tn. G
Usia : 45 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Ibu
Nama : Ny. P
Usia : 40 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2. Anamnesa (Heteroanamnesa dari ibu pasien)
a. Keluhan utama
Sesak nafas saat beraktivitas
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu. sesak nafas
dirasakan saat aktifitas dan memberat saat malam hari. Sesak nafas
memberat sejak kemarin. Pasien juga mengeluh batuk, sejak 1 minggu
yang lalu. Setiap batuk sesak terasa semakin memberat. Saat sesak
timbul pasien merasa nyaman saat dia duduk. Keluhan sesak napas
saat beraktivitas, batuk berdahak, nyeri sendi, demam ringan yang
hilang timbul, dan pembesaran skrotum.
c. Riwayat penyakit dahulu
Anak pernah mengalami faringitis, batuk, dan demam.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang sedang mengalami demam disertai dan
faringitis dan tidak ada keluarga pasien dengan riwayat penyakit
jantung.
e. Riwayat kehamilan
- Ibu pasien ANC teratur di bidan dan puskesmas
- Riwayat demam, hipertensi, diabetes disangkal.
- Riwayat minum obat obatan selama hamil disangkal
f. Riwayat persalinan
Pasien merupakan anak ke-3 dari 3 bersaudara lahir secara pervaginam
di bidan dengan berat badan lahir ± 3000 gram
g. Riwayat pemberian makan
0-6 bulan susu formula
6-24 bulan susu formula + nasi lunak
2 tahun- sekarang makanan keluarga
h. Riwayat imunisasi
Ibu pasien mengaku kalau pasien mendapatkan imunisasi DPT-HB 0,
BCG, Polio, dan Campak.
i. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum: Compos Mentis (E=4 V=5 M=6)
2) TTV:
Nadi : 110x/menit
Respirasi : 32x/menit
Suhu : 39oc
Tekanan darah : 100/60
3) Sistem Serebrospinal:
Penurunan kesadaran (-), Demam (+), Kejang (-), Nyeri kepala (-).
4) Sistem Kardiovaskuler:
Palpitasi (+), Hipertensi (-), Nyeri dada (+), Murmur pansistolik
(+), Peningkatan JVP, Pembesaran batas jantung
5) Sistem Pernafasan:
Epistaksis (-), Dyspneau (+), Batuk(+), Pilek (-), Pernafasan
cuping hidung (-), Retraksi dinding dada (-), dan tidak ada
ketertinggalan gerak.
6) Sistem Gastrointestinal:
Nafsu makan menurun, BAB kehitaman (-)
7) Sistem Urogenital:
BAK lancar dan tidak nyeri, serta berwarna kuning jernih.
8) Sistem Muskuloskeletal:
Tidak artrofi, tidak ada deformitas.
9) Sistem Integumentum:
Bengkak (-), Ikterik (-), Ptechiae (-), Purpura(-), Ekimosis (-),
Nyeri sendi (+).
j. Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiagram

3. Analisa data
Symptom Etiologi Problem
DS: Streptococcus hemolitikus B group A Penurunan curah jantung
 Anak merasakan sesak (melepaskan endotoksin di faring dan b/d peradangan katup
napas saat beraktivitas tonsil) mitral
DO:
 Adanya peningkatan Faringitis dan tonsilitis
jugular venour pressure
(JVP) Tubuh mengeluarkan antibodi
 Adanya murmur pansistolik berebihan dan tidak dapat
 Nadi 140x/menit membedakan antibody dan antigen
 Adanya palpitasi jantung
 Anak terlihat keletihan Respon imunologi abnomal/autoimun
 Adanya batuk
RHD

Peradangan katup mitral

Peningkatan sel retikulo endotelial

Stenosis katup mitral

Penurunan curah jantung


DS: Streptococcus hemolitikus B group A Hipertermia b/d respon
 Anak merasakan demam (melepaskan endotoksin di faring dan autoimun
yang hilang timbul tonsil)
DO:
 Suhu 39oc Faringitis dan tonsilitis
 Nadi 140x/menit
 Kulit terasa hangat Tubuh mengeluarkan antibodi
berebihan dan tidak dapat
membedakan antibody dan antigen

Respon imunologi abnomal/autoimun

RHD

Peradangan katup mitral

Hipertermia
DS: Streptococcus hemolitikus B group A Nyeri akut b/d nyeri
 Nyeri sendi (melepaskan endotoksin di faring dan persendian
DO: tonsil)
 Nyeri terlihat dengan skala
5 (0-10) Faringitis dan tonsilitis
 Ekspresi wajah terlihat
nyeri Tubuh mengeluarkan antibodi
berebihan dan tidak dapat
membedakan antibody dan antigen

Respon imunologi abnomal/autoimun

RHD

Persendian

Peradangan pada membran sinovial

Nyeri akut

B. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung b/d peradangan katup mitral
Definisi:
Ketidakedekuatan volume darah yang dipompa oleh jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. (NANDA, 2018-2020).
Batasan karakteristik:
• Adanya peningkatan jugular venour pressure (JVP)
• Adanya murmur pansistolik
• Nadi 140x/menit
• Adanya palpitasi jantung
• Anak terlihat keletihan
• Adanya batuk
2) Hipertermia b/d respon autoimun
Definisi:
Suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan
termoregulasi. (NANDA, 2018-2020)
Batasan karakteristik:
• Suhu 39oc
• Nadi 140x/menit
• Kulit terasa hangat
3) Nyeri akut b/d nyeri persendian
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan
sebagai kerusakan (international association for the study of pain) awitan
yang tiba tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan
berakhirnya dapat diantisipasi/ diprediksi dan dengan durasi < 3 bulan.
(NANDA, 2018-2020)
Batasan karakteristik:
• Nyeri terlihat dengan skala 5 (0-10)
• Ekspresi wajah terlihat nyeri
C. Intervensi
1) Penurunan curah jantung b/d peradangan katup mitral
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan, penurunan curah jantung dapat
diminimalkan.
Kriteria Hasil:
• Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang nomal
• Tidak ada murmur jantung
Intervensi:
a. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
R/ Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin dan
terjadinya takikardia-disritmia sebagai kompensasi meningkatkan
curah jantung.
b. Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
R/ Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak
adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya
obstruksi aliran darah pada ventrikel.
c. Batasi aktifitas secara adekuat.
R/ Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
d. Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
R/ Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD
dan meningkatkan kerja jantung.
e. Kolaborasi untuk pemberian oksigen
R/ Meningkatkan sediaan oksigen untuk fungsi miokard dan mencegah
hipoksia.
2) Hipertermia b/d respon autoimun
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi
Kriteria hasil :
Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal.
Intervensi:
a. Kaji suhu tubuh klien dan ukur tanda-tanda vital lain seperti nadi, TD
dan respirasi
R/ Mengetahui data dasar terhadap perencanaan tindakan yang tepat
b. Berikan klien kompres hangat pada lipatan tubuh dan terdapat banyak
pembuluh darah besar seperti aksilla, perut.
R/ Membantu meberikan evek vasodilatasi pembuluh darah sehungga
pengeluaran panas terjadi secara evaporasi
c. Anjurkan ibu untuk memberi minum yang banyak pada anak
R/ Peningkatan suhu juga dapat meyebabkan kehilangan cairan akibat
evaporasi
d. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antiradang seperti salisilat/
prednison serta pemberian Benzatin penicillin.
R/ Mengurangi proses peradangan sehingga peningkatan suhu tidak
terjadi serta streptococus hemolitikus b grup A akan mampu
dimatikan.
3) Nyeri akut b/d nyeri persendian
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi.
Kriteria hasil:
• Skala nyeri berkurang
• Tanda-tanda vital dalam batas normal
• Anak tidak mengalami nyeri tekan
• Anak tampak rileks
Intervensi:
a. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 1-5). Selidiki
perubahan karakteristik nyeri.
R/ Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan intervensi.
b. Pantau tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR , suhu).
R/ Mengetahui keadaan umum dan memberikan informasi sebagai
dasar dan pengawasan intervensi
c. Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang.
R/ Menurunkan spasme/ tegangan jaringan sekitar.
d. Berikan suasana gembira bagi anak, alihkan perhatian anak dari rasa
nyeri (libatkan keluarga).
R/ Membantu menurunkan spasme, meningkatkan rasa kontrol dan
mampu mengalihkan nyeri.
e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
R/ Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
D. Implementasi
No Diagnosa Hari/ Tanggal Jam Implementasi
1. Penurunan curah 10 September 13.00 1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD
jantung b/d peradangan 2019 secara teratur setiap 4 jam.
katup mitral 2. Kaji perubahan warna kulit
terhadap sianosis dan pucat.
3. Batasi aktifitas secara
adekuat.
4. Berikan kondisi psikologis
lingkungan yang tenang.
5. Kolaborasi untuk pemberian
oksigen
2. Hipertermia b/d respon 10 September 14.00 1. Kaji suhu tubuh klien dan
autoimun 2019 ukur tanda-tanda vital lain
seperti nadi, TD dan
respirasi
2. Berikan klien kompres
hangat pada lipatan tubuh
dan terdapat banyak
pembuluh darah besar
seperti aksilla, perut.
3. Anjurkan ibu untuk
memberi minum yang
banyak pada anak
4. Kolaborasi untuk pemberian
antipiretik dan antiradang
3. Nyeri akut b/d nyeri 10 September 15.00 1. Catat dan kaji lokasi dan
persendian 2019 intensitas nyeri (skala 1-5).
Selidiki perubahan
karakteristik nyeri.
2. Pantau tanda-tanda vital
(TD, Nadi, RR , suhu).
3. Berikan posisi yang nyaman,
usahakan situasi ruangan
yang tenang.
4. Berikan suasana gembira
bagi anak, alihkan perhatian
anak dari rasa nyeri
(libatkan keluarga).
5. Kolaborasi untuk pemberian
analgetik.

E. Evaluasi
No. Diagnosa Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
1. Penurunan curah 11 Sept 2019 S: Ibu klien mengatakan sesak
jantung b/d peradangan anaknya berkurang.
katup mitral O: Anak tampak tenang
- TD: 110/60
- R: 30x/menit
- S: 36,5oc
- N: 80x/menit
A: Masalah mulai teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji frekuensi nadi, RR, TD
secara teratur setiap 4 jam.
- Kaji perubahan warna kulit
terhadap sianosis dan pucat.
- Batasi aktifitas secara adekuat.
- Berikan kondisi psikologis
lingkungan yang tenang.
- Kolaborasi untuk pemberian
oksigen
2. Hipertermia b/d respon 11 Sept 2019 S: Ibu klien mengatakan demam
autoimun anaknya mulai turun
O: Anak tampak tenang, dan suhu
tubuh menurun
- TD: 110/60
- R: 30x/menit
- S: 36,5oc
- N: 80x/menit
A: Masalah mulai teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Kaji suhu tubuh klien dan ukur
tanda-tanda vital lain seperti
nadi, TD dan respirasi
- Berikan klien kompres hangat
pada lipatan tubuh dan terdapat
banyak pembuluh darah besar
seperti aksilla, perut.
- Anjurkan ibu untuk memberi
minum yang banyak pada anak.
- Kolaborasi untuk pemberian
antipiretik dan antiradang
3. Nyeri akut b/d nyeri 11 Sept 2019 S: Ibu klien mengatakan nyeri
persendian anaknya berkurang
O: Anak tampak tenang, skala nyeri
berkurang
- TD: 110/60
- R: 30x/menit
- S: 36,5oc
- N: 80x/menit
A: Masalah mulai teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
I:
- Catat dan kaji lokasi dan
intensitas nyeri (skala 1-5).
Selidiki perubahan karakteristik
nyeri.
- Pantau tanda-tanda vital (TD,
Nadi, RR , suhu).
- Berikan posisi yang nyaman,
usahakan situasi ruangan yang
tenang.
- Berikan suasana gembira bagi
anak, alihkan perhatian anak
dari rasa nyeri (libatkan
keluarga).
- Kolaborasi untuk pemberian
analgetik.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rematoid heart disease (RHD) merupakan penyebab terpenting dari
penyakit jantung yang di dapat, baik pada anak maupun pada dewasa.
Rematoid fever adalah peradangan akut yang sering diawali oleh
peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan
kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-
kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan. Ada
faktor mayor dan minor dalam penyakit RHD.
RHD merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya terjadi
setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik telah
dikurangi dengan luas penggunaan antibiotic efektif terhadap streptokokal
bakteri yang menyebabakan demam rematik.
B. Saran
Jika kita lihat di atas bahwa penyakit RHD sangat mungkin terjadi dengan
adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR). Tentu saja pencegahan yang
terbaik adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam
rematik (terserang infeksi kuman streptokokus beta hemolyticus). Ada
beberapa factor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut,
diantaranya factor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi
tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan
determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini.
Variasi cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya
infeksi streptokokus untuk terjadi DR. Seseorang yang terinfeksi kuman
streptokokus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik harus diberikan
terapi yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini menghindarkan
kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan penyakit
jantung rematik.
DAFTAR PUSTAKA

• Karisma, Teguh. 14 Desember 2017. Askep RHD Pada Anak. Diakses dari:
https://www.scribd.com/document/367209021/Askep-RHD-Pada-Anak.
Diakses pada tanggal 10 September 2019.
• Melin, Ayu. 07 April 2011. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
Dengan Reumatik Heart Disease (RHD). Diakses dari:
https://www.scribd.com/doc/52499864/Askep-RHD-dewik-beres. Diakses
pada tanggal 11 September 2019.
• Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC:Jakarta.
• Jumiarni Ilyas, Dkk. 2006. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga.
Dep. Kes RI:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai