Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEMPERKEMIHAN AKIBAT


SINDROM NEFROTIK AKUT (SNA)

Dosen : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Tingkat III B/Semester V

1. Aprila 2018.C.10a.0958
2. Dantini 2018.C.10a.0963
3. Fitrialiyani 2018.C.10a.0967
4. Fredrick Immanuel 2018.C.10a.0968
5. Melatia Paska 2018.C.10a.0977
6. Rama 2018.C.10a.0981
7. Sarpika Yena Amalia 2018.C.10a.0985
8. Yuni Elia Kartika 2018.C.10a.0993

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan
pada Anak Dengan Gangguan SistemPerkemihan Akibat Sindrom Nefrotik
Akut (SNA)”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas
Keperawatan Anak II”

Palangka Raya, 27 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................1
2.1 Konsep Penyakit ...............................................................................................4
2.1.1 Definisi....................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisologi.....................................................................................4
2.1.3 Etiologi....................................................................................................9
2.1.4 Klasifikasi..............................................................................................10
2.1.5 Fatofisiologi (WOC) .............................................................................12
2.1.6 Manifestasi Klinis .................................................................................13
2.1.7 Komplikasi ...........................................................................................13
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang ......................................................................14
2.1.9 Penatalaksanaan Medis .........................................................................15
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ..................................................................16
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................21
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...........................................................................25
2.3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................................25
2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................................27
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................27
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................28
3.1 Pengkajian ...................................................................................................28
3.2 Diagnosa ......................................................................................................40
3.3 Intervensi .....................................................................................................41
3.4 Implementasi ...............................................................................................45
3.5 Evaluasi .......................................................................................................45
BAB 4 PENUTUP ................................................................................................48
4.1 Kesimpulan .................................................................................................48
4.2 Saran ............................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sindrom Nefrotik akut (SNA) sering terjadi pada anak usia 5-12 tahun,
jarang terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Sekitar 97% kasus terjadi di negara
berkembang dan berkurang di industri atau negara maju. Terbukti, selama 2-3
tahun terakhir, kejadiannya telah menurun di Amerika Serikat dan juga di negara
lain, seperti Jepang, Eropa Tengah, Inggris Raya dan Korea Selatan. Hal ini
berkaitan dengan kondisi hygien yang baik, lingkungan yang sehat, serta
penggunaan antibiotik. WHO (world health organization) memperkirakan kasus
sindrom nefrotik akut terjadi kira-kira 472.000 kasus setiap tahunnya secara
global dengan 5.000 kematian setiap tahunnya. Kira-kira 404.000 kasus
dilaporkan terjadi pada anak-anak dan 456 terjadi pada negara berkembang
(Parmar, 2016).
Sindrom Nefrotik Akut (SNA) yang ditandai dengan gross hematuria,
oedema, hipertensi, dan insufisiensi ginjal. Gangguan ini sering terjadi pada
anakanak, disebabkan oleh infeksi kuman Streptococcus β-hemolyticus group A
strain
nephritogenic, dan 97% kasus terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia
pada tahun 2013-2017. Terdapat 67 sampel terdiri dari 48 (71,6%) Sindrom
Nefrotik Akut (SNA) dan 19 (25,3%) kasus yang tidak mengalami Sindrom
Nefrotik Akut (SNA). Berdasarkan analisis bivariat ditemukan 5 variabel yang
berhubungan dengan kejadian sindrom nefrotik akut yaitu jenis kelamin laki-laki,
usia ≥ 5 tahun, status sosial ekonomi rendah, gizi baik, dan musim hujan. Faktor
risiko yang tidak berhubungan dengan kejadian sindrom nefrotik akut ialah
pendidikan orang tua (Gunasekaran, 2015).
Sindrom Nefrotik Akut (SNA) mempunyai karakteristik berupa trias
gejala klasik yaitu oedema yang terjadi secara tiba-tiba, hematuria, dan hipertensi.
Meskipun gambaran klinisnya cukup jelas, tetapi hasil pemeriksaan laboratorium
dapat memberikan tambahan untuk mendukung diagnosis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi gambaran klinis dan komplikasi dari sindrom nefrotik akut
yang terjadi pada anak di RSUP Prof. Dr. R. Kandou Manado. Jenis penelitian
ialah retrospektif pada pasien-pasien dari periode Desember 2009-2014. Sebanyak
45 pasien di diagnosis sindrom nefrotik akut. Hasil penelitian mendapatkan bahwa
sebagian besar pasien (88,8%) berusia 5-12 tahun, hanya 5 pasien dengan usia ≤ 5
tahun. Anak laki-laki dua kali lebih sering terkena daripada anak perempuan.
Penyakit ini ditandai dengan oedema yang terjadi secara tiba-tiba (64,4%),
hipertensi (46,6%), urin berwarna seperti teh (33,3%), dan demam (28,8%).
Peningkatan titer ASTO di atas 250 Todd unit dijumpai pada 68,8% kasus. Dari
45 pasien, hanya 18 pasien yang diperkirakan nilai C3 dan hasilnya
memperlihatkan bahwa 18 pasien tersebut memiliki hasil C3 < 50 mg/dL.
Komplikasi yang sering terjadi ialah hipertensi ensefalopati (8,9%) dan (4,4%)
krisis hipertensi (Umboh, 2014).
Berdasarkan data di rumah sakit RSUD R. Syamsudin, SH, penyakit
sindrom nefrotik akut pada anak tidak termasuk penyakit terbesar di rumah sakit.
Terdapat kejadian kasus Sindrom Nefrotik Akut (SNA) termasuk langka pada
bulan Oktober 2018 hanya 1 orang dan Januari 2019 hanya ada 2 orang, walaupun
penyakit sindrom nefrotik akut jarang terjadi namun berdampak buruk pada anak
hingga menyebabkan kematian. Apabila tidak segera ditangani sindrom nefrotik
akut juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius, meliputi malnutrisi,
penggumpalan darah, gangguan kolesterol, tekanan darah tinggi, dan gagal ginjal.
Sebagian besar sindrom nefrotik akut pada anak muncul lantaran penyebab yang
tidak diketahui.
Penderita Sindrom Nefrotik Akut (SNA) pada anak harus mendapat
perawatan yang cukup selama di rumah sakit. Perawatan anak di rumah sakit
merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak, hal ini disebabkan
oleh lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau
yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit. Lingkungan sosial rumah sakit
seperti interaksi dengan sesama pasien anak ataupun interaksi dan sikap petugas
kesehatan menimbulkan perasaan takut, cemas, tegang dan perasaan tidak
menyenangkan lainnya yang sering dialami oleh anak. Maka dari itu, anak perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam proses tumbuh kembangnya.
Sehubungan dengan masalah yang muncul pada pasien dan melihat
fenomena di atas, maka dari itu kelompok merasa tertarik untuk menyusun
makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Anak
dengan Gangguan SistemPerkemihan Akibat Sindrom Nefrotik Akut (SNA)”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada An. A dengan diagnosa medisSindrom
Nefrotik Akut?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan pada
An. A dengan diagnosa Sindrom Nefrotik Akut.
1.3.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar penyakitSindrom Nefrotik
Akut.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada
Tn. S Vulnus Punctum
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada An. A Sindrom Nefrotik
Akut
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada An. A Sindrom Nefrotik
Akut
1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi pada An. A
Sindrom Nefrotik Akut.
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada An. A
Sindrom Nefrotik Akut.
1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada An. A Sindrom Nefrotik
Akut di.
1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka RayaSindrom Nefrotik Akut.

1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga


Diharapkan dapat mengedukasi keluarga untuk dapat selalu menjaga
kesehatannya dan sebagai sumber informasi pada keluarga tentangSindrom
Nefrotik Akut.
1.4.3 Bagi Institusi
Menjadi sumber refrensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit.
1.4.4 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien
denganSindrom Nefrotik Akut.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 DefinisiSindrom Nefrotik Akut
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema,
proteinuria,hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang
terdapathematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 2005dalam
Rahma, 2012).
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi
proteinuria masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema,
hiperlipidemia.Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak
membranekapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan
permeabilitasglomerulus (Muttaqin, 2012).
2.1.2 Anatomi Fisiologi

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding


abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar.
Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula
renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah
fascia renal. Ketiga lapis jaringan ini berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan
memfiksasi ginjal (Tortora, 2011).
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang
dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal
mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa
triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian
apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan
hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis
ginjal (Tortora, 2011).Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur
volume dan komposisi kimia darahdan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai
dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat
terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan
zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem
pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012). Menurut Sherwood (2011), ginjal
memiliki fungsi yaitu:
a) Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b) Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam
pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri
c) Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d) Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e) Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari
darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke
ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila
orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka
urin yang ditampung dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra (Sherwood,
2011). Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi
sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke
kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara
bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman
hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler
glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi
lengkap dan kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011).
2.1.3 Etiologi
Menurut Mansjoer, 2010 Penyebab sindrom nefrotik yang pasti
belumdiketahui, akhir- akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun,yaitu
suatu reaksi antigenantibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
2.1.3.1 Sindrom Nefrotik Bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal.Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan
biasanyapasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
2.1.3.2 Sindrom Sefrotik Sekunder
Disebabkan oleh: malaria kuartana atau parasit lainnya, penyakitkolagen
seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid,glumerulonefritis akut
atau kronik, trombosis vena renalis, bahankimia seperti trimetadion, paradion,
penisilamin, garam emas, airraksa, amiloidosis, penyakit sel sabit,
hiperprolinemia, nefritismembranoproliferatif hipokomplementemik.
2.1.3.3 Sindrom nefrotik idiopatik
Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik
primer.Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal
dgnpemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron. Churg dkkmembagi
menjadi 3 golongan yaitu kelainan terpadu, nefropati membranosa, dan
glomerolunefritis. (Ngastiyah, 2005 dalam Niken,2014).
2.1.4 Klasifikasi Sindrom Nefrotik Akut
Ada beberapa macam pembagian klasifikasi pada sindrom nefrotik. Menurut
berbagai penelitian, respon terhadap pengobatan steroid lebih sering dipakai untuk
menentukan prognosis dibandingkan gambaran patologi anatomi.Berdasarkan
hal tersebut, saat ini klasifikasi SN lebih sering didasarkan pada respon klinik,
yaitu :
2.1.4.1 Sindrom nefrotik sensitif steroid (SNSS)
2.1.4.2Sindrom nefrotik resisten steroid (SNRS)
2.1.5Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibatpada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.Lanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Denganmenurunnya albumin,
tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairanintravaskuler berpindah ke
dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebutmenjadikan volume cairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkanjumlah aliran darah ke renal karena
hypovolemi.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan
kompensasidengan merangsang produksi renin - angiotensin dan peningkatan
sekresianti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian
terjadiretensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan
menyebabkanedema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat
daripeningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasmaalbumin
dan penurunan onkotikplasma.Adanya hiper lipidemia juga akibat dari
meningkatnya produksilipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena
kompensasi hilangnyaprotein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinandisebabkan
oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensiseng. (Yuliani, 2007
dalam Niken, 2014)
Streptococcus Beta
WOC Sindrom Nefrotik Akut Hemolitikus

Infeksi pada traktus respiratory

Reaksi Ag-Ab Neuraminidase mengubah IgG


menjadi autoimun

Terbentuknya autoimun

Kompleks imun dalam darah

Sirkulasi ke glomerulus

Tertangkap dalam membrane


basal

Aktivitas jalur
komplemen( Chemotaksin
Lesi dan peradangan
glomerulus

Sindrom Nefftritis Akut (SNA)

B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Terbentuknya jaringat Kerusakan struktur Penurunan fungsi Penurunan fungsi ginjal Aktivitas PMN dan Difusi plasma
parut di korteks ginjal ginjal trombosit menuju lesi

Kebocoran kapiler GFR menurun Hipervolemia


Sintesis eritrosipoetik GFR menurun Terbentuknya jaringan
glomerulus
menurun parut di kortek

Aldosteron meningkat Aldosteron neningkat Anemia


hipoalbuminemia Kebocoran kapiler
Anemia glomerulus
Retensi Retensi Na+,dan H2O Kelemahan
Retensi cairan di rongga Na+,H2O,ECF Proteinuria
perut Transport nutrisi meningkat
ECF meningkat
menurun
Transport MK : Intolerasi
Diet rendah protein
Asites O2 menurun Peningkatan Edema
Sel-sel TIK
kekurangan
nutrisi MK : Resiko
Sakit kepala MK
Hiposemia Defisit Nutrisi

MK :Gg. MK : Nyeri MK : Gg.


Tumbuh Intergritas kulit
Menekan diafragma
Masuk ke jaringan

Ekspansi otot Hipoksia


permapasan tidak
optimal
MK : Gg. Perfusi
jaringan
Napas tidak adekuat

MK : Pola Nafas
Tidak Efektif
2.1.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang menyertai sindrom nefrotik (Ngastiyah, 2005)
antara lain :
2.1.6.1 Proteunuria
2.1.6.2 Edema
2.1.6.3 Penurunan jumlah urine, urine gelap dan berbusa
2.1.6.4 Hematuria
2.1.6.5 Anoreksia
2.1.6.6 Diare
2.1.6.7 Pucat
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Penurunan volume intravascular
2.1.7.2 Pemburukan pernafasan
2.1.7.3 Kerusakan kulit
2.1.7.4 Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah
karenahipoalbumenia. (alimul aziz, 2009).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
2.1.8.1 Uji urine
1) Protein urin :>3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh
2) Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol)
2.1.8.2 Uji darah
1) Albumin serum <3 g/dl
2) Kolesterol serum meningkat
3) Hemoglobin dan hematokrit meningkat
4) LED meningkat
2.1.8.3 Uji diagnostic
1) Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih
2) USG ginjal dan CT scan
2.1.9 Penatalaksanaan
2.1.9.1 Penatalaksanaan medis
1. Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan natrium1g/hari
2. Diit protein tinggi sebanyak 2 – 3 g/kg BB dengan garam minimalbila
edema masihh berat dan bila edema berkurang dapat di berisedikit garam
3. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapatdigunakan
deuretik (furosemid 1mg/kg BB/hari)
4. Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderitatuberkolosis
2.1.9.2 Penatalaksanaan keperawatan
1. Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selamabeberapa
hari mungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresisguna mengurangi
edema.
2. Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantaldiletakkan
memanjang, karena jika bantal melintang maka ujungkaki akan lebih rendah
dan akan menyebabkan edema hebat).
3. Mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbangan harian,pencatatan
tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
4. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotumuntuk
mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung(pernah terjadi
keadaan skrotum akhirnya pecah dan menjadipenyebab kematian pasien).
(Ngastiyah, 2005 dalam Niken, 2012).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Anamnesa, Indentitas pasien, riwayat penyakit,keluhan utama
2.2.1.2 Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya
yaitu adanya rasa nyeri. Lokasi luka biasanya terdapat pada daerah-
daerah yang menonjol, misalnya pada daerah abdomen , daerah
tangan , telapak kaki,.
2) Riwayat Penyakit Sekarang :Hal- hal yang perlu dikaji adalah mulai
kapan keluhan dirasakan, lokasi keluhan, intensitas, lamanya atau
frekuensi, faktor yang memperberat atau memperingan serangan, serta
keluhan- keluhan lain yang menyertai dan upaya- upaya yang telah
dilakukan perawat disini harus menghubungkan masalah kulit dengan
gejalanya seperti: gatal, panas, mati rasa, immobilisasi, nyeri, demam,
edema, dan neuropati
3) Riwayat Kesehatan masa lalu:
Apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, darah tinggi,
DM, dan hiperlipidemia. Tanyakan obat-obatan yang biasa diminum
oleh klien pada masa lalu yang masih relevan. Catat adanya efek
samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan alergi obat dan reaksi
alergi apa yang timbul
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan karena penyembuhan luka
dapat dipengauhi oleh penyakit-penyakit yang diturunkan seperti :
DM, alergi, Hipertensi ( CVA ). Riwayat penyakit kulit dan prosedur
medis yang pernah dialami klien. Hal ini untuk memberikan informasi
apakah
perubahan pada kulit merupakan manifestasi dari penyakit sistemik
seperti : infeksi kronis, kanker, DM
2.2.1.3 Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien biasanya baik atau
compos mentis (CM) dan umumnya penderita datang dengan keadaan
sakit dan gelisah atau cemas akibat adanya kerusakan integritas kulit
yang dialami.
2) B1 (Breathing)
Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih dalam batas
normal.
3) B2 (Blood)
Tekanan darah biasanya mengalami peningkatan atau dalam batas
normal tidak ada bunyi jantung tambahan dan tidak ada kelainan
katup.
4) B3 (Brain)
Kaji adanya hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, terlihat
kelemahan/kehilangan fungsi. Pergerakan mata atau kejelasan
penglihatan, dilatasi pupil. Agitasi berhubungan denan nyeri atau
ansietas.
5) B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien.
Perubahan pola kemih seperti inkontinesia urin, disuria, distensi
kandung kemih, warna dan bau urin, dan kebersihan.
6) B5 (Bowel)
Kaji adanya konstipasi, konsisten feses, frekuensi eliminasi, auskultasi
bising usus, anoreksia, adanya anoreksia abdomen, dan nyeri tekan
abdomen.
7) B6 ( Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Kaji adannya berat
tiba-tiba mungkin teralokasi pada area jaringan dapat berkurang pada
imobilisasi, kontraktur atrofi otot ,laserasi kulit dan perubahan warna.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan SDKI
(D.0022. hal. 62)
2.2.2.2 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan
volume cairan SDKI (D0129. Hal 282)
2.2.2.3 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional SDKI (D0080. Hal 180)
2.2.2.4 Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang nya terpapar informasi
SDKI (0111, hal 246)
2.2.2.5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot(D.0056. Hal 128
2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan SLKI ( I.03098 hal.159)
selama 1x8 jam diharapkan status nyeri Observasi :
berhubungan dengan
membaik dengan kriteria hasil : 1. Monitor stats hidrasi
kelebihan asupan cairan 2. Monitor berat badan harian
1. Turgor kulit meningkat dengan skor 5
3. Monitor hasil pemerikasaan labarotorium
SDKI (D.0022. hal. 62) 2. Output urine meningkat dengan skor 5
4. Monitor status hemodinamika
3. Pengisian vena meningkat dengan skor
5 Terapeutik :
4. Edema perifer menurun dengan skor 5 1. Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam
5. Distensi vena jugularis menurun 2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
dengan skor 5 3. Berikan cairan intravena , jika perlu
6. Membrane mukosa membaik dengan Kolaborasi :
skor 5 1. Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu
2. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan ( Perawatan luka I.14564, Hal.328)
selama 1x8 jam diharapkan keutuhan kulit Observasi :
kulit berhubungan
meningkat dengan kriteria hasil : 1. Monitor karakteristik luka
dengan kekurangan atau 1. Suhu kulit membaik.(5) 2. Monitor tanda-tanda infeksi
2. Sensasi kulit membaik.(5) Terapeutik :
kelebihan volume cairan
3. Tekstur kulit membaik.(5) 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
SDKI (D0129. Hal 282) 4. Nyeri menurun.(5) 2. Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu
5. Kemerahan pada kulit menurun.(5) 3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
6. Elastisitas kulit meningkat.(5) nontoksik, sesuai kebutuhan
4. Besihkan jaringan nekrotik
5. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai
kondisi pasien
10. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari
dan protein 1,25-1,5 g/kgBB/hari
11. Berikan suplemen vitamin dan mineral
12. Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi prosedur debridement
2. Kolaborasi pemberian antibiotik
3. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas (I.09314. Hal 200)
selama 1x8 jam diharapkan tingkat ansietas Observasi :
dengan krisis situasional
menurun dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,
SDKI (D0080. Hal 180) 1. Verbalisasi kebingungan menurun waktu, stressor)
dengan skor 5 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menimbulkan
2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang kepercayaan
dialami menurun dengan skor 5 Terapeutik :
3. Perilaku gelisah menurun dengan skor 5 3. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
4. Anoreksia menurun dengan skor 5 perlu
5. Pola berkemih membaik dengan skor 5 4. Pahami situasi yang membuat ansietas
6. Pucat menurun dengan skor 5 5. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
7. Tekanan darah menurun dengan skor 5 kecemasan
Edukasi :
6. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin
dialami
7. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
8. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
9. Latih tehnik relaksasi
Kolaborasi :
10. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
4. Deficit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
selama 1x8 jam diharapkan tingkat penyakitnya.
berhubungan dengan
pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil : 2. Berikan penjelasan pada klien tentang kondisinya
kurang nya terpapar 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat sekarang
dengan skor 5 3. Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang
informasi SDKI (0111,
2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan penyakitnya
hal 246) meningkat denga skor 5 4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali
3. Pertanyaan tentang masalah yang tentang materi yang telah diberikan.
dihadapi menurun dengan skor 5
4. Persepsi yang keliru terhadap masalah
menurun dengan skor 5
5. Perilaku membaik dengan skor 5

5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan (Dukungan Mobilisasi I.05173, hal 30)
berhubungan dengan selama 1x8 jam diharapkan mobilisasi fisik Observasi :
kelemahan otot(D.0056. meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Hal 128 ) 1. Kekuatan otot pasien cukup meningkat. 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
(5) 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
2. Rentang gerak pasien cukup meningkat. sebelum memulai mobilisasi
(4) 4. Monitor kondisi umum selama melakukan
3. Nyeri menurun.(5) mobilisasi
4. Kecemasan pasien menurun. (5) Terapeutik :
5. Kelemahan fisik menurun. (5) 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
6. Gerakan terbatas pasien menurun. (5) 2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
7. Kekakuan sendi menurun. (5) 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan

6 Resiko Syok Setelah dilakukan tindakan keperawatan ( Manajemen syok hipovolemik I.02050. hal. 222)
Hipovolemik selama 1x8 jam diharapkan Tingkat syok Observasi :
berhubungan dengan menurun dengan kriteria hasil : 1. Monitor status kardiopulmonal
perdarahan yang 1. Kekuatan nadi meningkat. (5) 2. Monitor status oksigenasi
berlebihan, pindahnya 2. Output urine meningkat. (5) 3. Monitor status cairan
cairan intravaskuler ke 3. Tingkat kesadaran meningkat. (5) 4. Periksa tingkat kesadaran dan respom pupil
ekstravaskuler. 4. Pucat pada wajah pasien menurun. (5) 5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap
(D.0039) 5. Tekanan nadi membaik. (5) adanya DOTS
6. Mean arterial pressure membaik.(5) Terapeutik :
7. Frekuensi napas membaik.(5) 1. Pertahankan jalan napas paten
8. Frekuensi nadi membaik. (5) 2. Berikan oksigen untuk mempertahankan
saturnasi oksigen >94%
3. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,jika
perlu
4. Lakukan penekanan langsung (direct pressure)
pada pendarahan eksternal
5. Berikan posisi syok
6. Pasang jalur IV berukuran besar
7. Pasang kateter urine untuk dekompresi lambung
8. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap dean elektrolit
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2
L pada orang dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20
mL/kgBB pada anak
3. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah
diberikan (Deswani, 2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana
keperawatan (Manurung, 2011). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SOAP.

25
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien dan Keluarga
Nama pasien : An.A
Tanggal lahir/umur : 9 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Kelas 3 SD
Alamat : jalan menteng
3.1.2 Identitas Penangung jawab
Nama ayah : Tn.H
Umur : 34 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
Nama ibu : Ny.H
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerajaan : IRT
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.2.1 Riwayat Kesehatan Saat Ini
1) Alasan Masuk Rumah Sakit :
Pasien masuk ke RSUD Abdul Muluk melalui IGD pada tanggal 30 mei 2016
dengan keluhan batuk, demam, tanda-tanda oedema dan kelemahan. Pasien
merupakan pasien rujukan dari RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung.
2) Keluhan Utama : Oedema
Pasien mengalami oedema pada wajah, abdomen, ekstremitas atas dan
bawah. Turgor kulit pasien tidak elastis saat di tekan, kembali >5
detik, derajat oedema III. Oedema di alami pada saat pertama kali di
rujuk dari rumah sakit Urip Sumoharjo.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

26
a. Penyakit yang pernah di alami :
Orang tua pasien mengatakan dalam 1 tahun terakhir anaknya
6 kali mengalami demam dan 4 kali mengalami batuk/pilek.
Selain itu anaknya tidak pernah mengalami keluhan sakit
apapun, seperti kejang atau mimisan.
b. Riwayat di rumah sakit/alergi/kecelakaan
Orang tua pasien mengatakan anakanya pernah di rawat di
rumah sakit Urip Sumoharjo selama 10 hari, dengan keluhan
penyakit yang sama yaitu pada bulan april yang lalu.
Kemudian anaknya di rujuk ke RS abdul muluk pada tanggal
30 mei 2016. Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak
memiliki riwayat operasi dan riwayat kecelakaan yang berat.
Orang tua paien juga mengatakan anaknya memliki alergi
terhadap udang.
4) Riwayat Keluarga
a. Penyakit yang pernah di derita : Keluarga mengatakan di dalam
keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit menular ataupun
penyakit keturunan jenis apapun.
3.1.3 Genogram

Keterangan :

= laki – laki = garis


perkawinan o = perempuan

= pasien

27
= garis keturunan
a. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran ( tidak terkaji )
b. Riwayat Imunisasi ( tidak terkaji )
c. Riwayat Pertumbuhan ( tidak terkaji )
d. Riwayat Psikososial : Orang tua pasien mengatakan interaksi anaknya dengan
orang tua, saudara-saudaranya baik, tidak ada masalah. Di dalam keluarga pasien
bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Lingkungan tempat
tinggal pasien adalah perkampungan dan jauh dari sumber polusi. Orang tua
pasien mengatakan menanamkan nilainilai religious dan hal-hal positip di dalam
kehidupan sosial pada anaknya.
e. Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
1) Pola Nutirsi
Sebelum sakit : Orang tua pasien mengatakan anaknya makan sebanyak 3-4 kali
dalam sehari. Makanan pokok yang di makan adalah nasi putih. Pasien
mengatakan menyukai semua jenis makanan. Lauk pauk yang di konsumsi
meliputi daging, tahu/tempe, ikan, sayur dan buah-buahan. Pasien memiliki alergi
terhadap udang.
Saat sakit : Saat di rawat di RS pasien makan sebanyak 3x/hari dengan porsi
makan rumah sakit (10 sendok makan). Pasien selalu menghabiskan makanan
yang di berikan.
f. Pola Eliminasi
1. BAK
Sebelum sakit : Pasien BAK 5x/hari, warna urine kuning jernih, jumlah urine
±1200 cc/hari. Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat berkemih.
Saat Sakit : Saat di RS pasien BAK 3x/hari, warna urine kuning pekat, jumlah
±300 cc/hari.
2. BAB
Sebelum sakit : Pasien BAB 2x/hari dengan konsistensi feses lembek, berwarna
kuning kecoklatan, bau khas.
Saat sakit : Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek, berwarna kecoklatan,
bau khas.
g. Pola cairan dan elektrolit

28
Sebelum sakit : Jenis minuman yang di konsumsi adalah air mineral dan minuman
perasa manis. Dalam 1 hari pasien dapat minum sebanyak ± 1200 cc/hari.
Saat sakit :Pasien minum air mineral saja, yaitu sebanyak ± 820 cc/hari. Pasien
tidak terpasang infuse. IWL = 10xBB
= 10x30
= 300 cc/hari
Balance cairan = (total intake-total input)
= (minum+IVFD)-(IWL+urine)
= (820+0)-(300+300)
= 820+600
= +220 cc
h. Pola tidur
Sebelum sakit : Waktu tidur malam pasien 8 jam dan siang 3 jam. Tidak ada
gangguan dengan tidur pada pasien.
Saat sakit : Waktu tidur malam pasien 6 jam dan siang selama 2 jam. Pasien
mengatakan suasana di rumah sakit membuat pasien merasa tidak nyaman saat
tidur.
i. Pola hygine tubuh
Sebelum sakit : Pasien mandi sebanyak 2x/hari pagi dan sore hari. Pasien selalu
menggosok gigi dan mencuci rambut saat mandi.
Saat sakit : Saat di rawat pasien mengatakan mandi sebanyak 1-2x/hari, pasien
menggosok gigi dan mecuci rambutnya. Kuku pasien terlihat pendek dan bersih.
j. Pola aktivitas
Sebelum sakit : Akitivitas sehari-hari pasien adalah bersekolah selama 5 jam,
bermain sepeda dan lain-lain.
Saat sakit : Pasien saat ini hanya menghabiskan waktu di ruang rawat RS dengan
berbaring.
4. Kondisi Psikososial (Saat Sakit)
a. Psikologis
Pola interaksi dengan keluarga baik, kooperatif dengan tim kesehatan. Pasien
mengatakan tidak betah di rumah sakit, dan paisen terlihat murung.
b. Pola pertahanan

29
Keluarga selalu memberikan semangat dan dukungan untuk anaknya.
c. Pengetahuan keluarga
Orang tua pasien mengatakan tidak memahami tentang penyakit yang did derita
anaknya.
5. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Pengukuran pertumbuhan
- Tinggi badan : 150 cm
- BB Sebelum sakit : 26 kg
- BB saat sakit : 30 kg
- Status gizi : 30/1,21 = 24,8
b. Perkembangan saat ini (tidak terkaji)
c. Reflek primitive (tidak terkaji)
d. Keadaan umum - Kesadaran : composmentis
- TTV :
TD = 90/60 mmHg RR =
23x/menit
=
S = 36,40c N 90x/menit

6. Pemeriksaan Fisik Khusus


a. Sistem penglihatan
Fungsi penglihatan baik, posisi mata simetris, keadaan kelopak mata baik,
pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis, keaddan kornea baik/putih,
keadaan pupil baik, tidak ada tandatanda peradangan. Pasien juga tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
b. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran baik, posisi telinga simetris, keadaan daun telinga baik dan
bersih. Kondisi umum telinga baik, tidak cairan, tidak mengalami tinitus, tidak
ada serumen dan tidak mengalami peradangan serta tidak menggunakan alat bantu
mendengar.
c. Sistem pernafasan

30
Pasien tidak mengalami pernafasan cuping hidung, jalan nafas bersih, klien
mengalami batuk tidak produktif, jenis pernafasan vasikuler, bentuk dada normal,
tidak ada tarikan dinding dada, irama nafas teratur, suara nafas vasikuler dan
pasien tidak terpasang selang O2. RR : 23x/menit.
d. Sistem kardiovaskuler
a) Sirkulasi perifer
N: 90x/menit dengan irama teratur, temperature kulit hangat, warna kulit pucat
CPR : < 2detik, terlihat odema, tidak ada distensi vena jogularis.
b) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 87x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi
jantung dan pasien tidak mengalami nyeri dada.
e. Sistem syaraf pusat
GCS : 15 (E:4, V:5, M:6). Respon pupil baik, pasien tidak mengalami
peningkatan TIK dan kejang.
f. Sistem pencernaan
Keadaan mulut bersih, kemampuan menelan baik, pasien tidak mual maupun
muntah. Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit. Pasien tidak mengalami
pemebesaran hati dan limfa. Pasien menglami asites, saat di lakukan perkusi
terdengar suara pekak.
g. Sistem endokrin
Tidak ada pemebesaran kelenjar tiroid.
h. Sistem urogenital
Pola berkemih pasien mengalami perubahan dan pasien tidak menggunakan
kateter urine.
i. Sistem integument
Rambut pasien mengalami kerontokan, kulit kepala bersih, kuku pendek dan
bersih. Turgor kulit tidak elastis, warna kulit pucat, pigmentasi tidak merata, kulit
teraba kering, pasien mengalami oedema anasraka. Derajat oedema III.
j. Sistem musculoskeletal
Pasien tidak mengalami keluhan. Kekuatan otot norma.
5555 5555
5555 5555

31
k. Sistem imunologi
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
7. Test Diagnostik
a. Hasil Laboratorium Urine
Tanggal 27 November 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai normal satuan
Urine :
Warna kuning Kuning
Kejernihan Jernih jernih
Berat jenis 1.010 1.00-8.00
pH 6.0 5.00-800
Protein 100 Negative <30 Mg/dl
Glucose Negative Negative <30 Mg/dl
Bilirubin Negative Negative <2 Mg/dl
Darah samar Negative Negative <10 Ery/dl
Sedimen
Kristal 0-2/lpb 1-4
Silender Negative Negative
b. Pemeriksaan diagnostic
Tanggal pemeriksaan 27 November 2020
Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan
Albumin 1,4 3,5-5,2 g/dl

8. Pengobatan
Nama Obat Dosis Waktu Cara pemberian

-prednison 4mg 24jam Oral


-captopril 2x2,5mg 12jam\ i.v
-furosemide 25mg 8jam i.v

32
ANALISA DATA
N DATA MASALAH ETIOLOGI
O
1 DS : Kelebihan cairan Retensi albumin,
DO : volume protein, dan air
-Terlihat oedema pada wajah,
perut, ekstremitas atas dan bawah
klien

-Turgor kulit klien tidak elastis


-Terdengar suara pekak pada
abdomen saat dilakukan perkusi

-Balance cairan klien = +220cc


-Derajat oedema III
2 DS : Resiko tinggi Akumulasi cairan
kerusakan integritas berlebih dalam
tubuh
DO : kulit
-Turgor kulit tidak elastis
-Kulit klien teraba kering
-Terlihat oedema pada wajah,
perut, ekstremitas atas dan bawah
klien

-Warna kulit terlihat pucat dan


pigmentasi tidak merata

-Derajat oedema III

3 DS : Ansietas Hospitalisasi pada


anak
-Klien mengatakan sudah tidak
betah berada di
RS
-Klien mengatakan jenuh/bosan
berada di RS

33
-Klien mengatakan ingin
cepat pulang DO :

c. Klien terlihat gelisah


d. Klien terlihat tidak bersemangat
4 DS : Kurangnya informasi Terbatasnya
tentang penyakit sumber informasi
-Orang tua Klien mengatakan tidak
paham tentang penyakit yang
diderita anaknya saat ini DO :

-Orang tua klien tidak dapat


menjelaskan tentang penyakit klien

PRIORITAS MASALAH

34
1. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih dalam
tubuh
3. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak
4. Kurangnya informasi tentang penyakit b.d terbatasnya sumber informasi.

35
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. K


Ruang Rawat : Ruang Sistem Perkemihan
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
Dx 1 Tujuan : 1. Kaji masukan cairan yg relatif 1. Perlu unruk menentukan fungsi
Setelah dilakukan tindakan terhadap keluaran secara adekuat ginjal
keperawatan 1x7 jam 2. Timbang BB setiap hari 2. Mengkaji retensi cairan
diharapkan nyeri menurun 3. Kaji perubahan edema 3. Untuk menkaji sisi umum edema
dan kontrol nyeri 4. Atur masukan cairan secara cermat 4. Agar tidak mendapatkan lebih dari
meningkat 5. Kolaborasi dengan dokter dalam jumlah cairan
Kriteria hasil : pemberian kostekosteroid 5. Untuk mempertahankan masukan
1. Melaporkan nyeri terkontrol 6. yang di resepkan
2. Tidak meringis 7. Validasi perasaan cemas
3. Tidak gelisah 8. Petahankan kontak dengan klien
4. TTV dalam batas normal 9. Upayakan anak selalu di temani
oleh keluarga
10. Anjurkan kepada keluarga untuk
membawakan mainan

DX 2 Tujuan : 1. Membantu pasien untuk terbuka


Setelah dilakukan asuhan 2. Memantapkan hubungan
keperawatan 1x7 jam 3. Dukungan dapat mengurangi
diharapkan glukosa derajat kecemasan
infeksi menurun. 4. Meminimalkan dampak hospitalisasi

Kriteria hasil :
1. Kemerahan menurun

36
2. Mampu memonitor faktor
resiko dari lingkungan
3. Membuat strategi untuk
mengendalikan resiko
infeksi
DX 3 Setelah dilakukan tindakan 5. Kaji tingkat pengetahuan klien dan 1. Mengetahui seberapa jauh
keperawatan selama 1x7 jam keluarga tentang penyakitnya. pengalaman dan pengetahuan klien
diharapkan pasien mengutarakan dan keluarga tentang penyakitnya.
pemahaman tentang penyakitnya 6. Berikan penjelasan pada klien 2. Dengan mengetahui penyakit dan
Kriteria hasil : tentang kondisinya sekarang kondisinya sekarang, klien dan
1. Pasien dan keluarga keluarganya akan merasa tenang dan
mengatakan sudah mengerti mengurangi rasa cemas.
tentang perawatan paska 7. Berikan informasi pada klien dan 3. Pengetahuan pasien dan keluarga
operasi keluarga tentang penyakitnya membantu mempercepat pemulihan
2. Pasien dan keluarga mampu pasien.
menjelaskan kembali tentang 8. Minta klien dan keluarga 4. Mengetahui seberapa jauh
perawatan paska operasi mengulangi kembali tentang materi pemahaman klien dan keluarga serta
dengan bahasa sederhana yang telah diberikan. menilai keberhasilan dari tindakan
yang dilakukan.

1) Kaji tingkat pengetahuan orang tua 1. Mengetahui sejauh mana tingkat


klien penegtahuan orang tua
2) Berikan penjelasan kepada orang tua 2. Agar orang tua paham mengenai
klien ttg penyakit anaknya penyakit anaknya
3) Berikan pendidikan kesehatan 3. Agar orang tua dapat merawat
tentang cara perawatan pada kulit ankanya di rumah
anaknya
4) Evaluasi tentang apa yg sudah di 4. Untuk mengavaluasi tingkat
sampaikan oleh perawat. pengetauan orang tua klien setelah di
jelaskan.

37
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal, Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat

S:-
1. Atur Masukan Cairan Secara Cermat
O:
R : Pasien kooperatif
- Pengeluaran belum adekuat
Jumat, 27 H : minum pasien di batasi
- BB Pasien 30kg
November Menimbang BB setiap hari
- Oedema anasarka
2020 R : pasien kooperatif H : BB
07.00-14.00 pasien 30kg kolaborasi dengan
A : Masalah teratasi sebagian
dokter dalam pemberian
Dx. 1 kortikosteroid
P : Intervensi dilanjutkan
R : pasien kooperatif
- Atur masukan cairan secara cermat
H : klien mau minum obat prednison
- Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian kortikosteroid

Jumat, 27 1. Memberikan perwatan pada kulit S:-


November pasien
2020 R : klien kooperatif O:
07.00-14.00 H : klien tampak nyaman - Kulit pasien menjadi lembab
Memberikan lotion pada - Resiko Kerusakan kulit berkurang
Dx. 2
permukaan kulit
R : Pasien kooperatif A : Masalah belum teratasi
H : lotion merata
P : Intervensi dilanjutkan
Memberikan tirah baring secara - Berikan lotion pada kulit
berkala - Berikan tirah baring
- Pertahankan kelembapan kulit

38
R : pasien kooperatif
H : pasien mengukuti
1. Mempertahankan kontak dengan pasien S:
R : pasien kooperatif Pasien mengatakan rasa bosan yg di
H : pasien masih percaya terhadap alaminya berkurang
perawat
Rabu, 28 Mengupayakan pasien selalu ditemani O:
Okober 2020 oleh keluarga - Klien terlihat rileks dan tidak tegang
07.00-14.00 R : kluarga kooperatif
Dx. 3 H : ibu pasien selalu menemani pasien A : Masalah belum teratasi
Menganjurkan kepada keluarga untuk
memberikan mainan P : Intervensi dilanjutkan
R : keluarga kooperatif - Validasi perasaan cemas
H : orang tua pasien bersedia - Pertahankan kontak dengan pasien
S:
Orang tuan mengatakan sudah mengerti
dan paham akan penjelasan perawat
Mengkaji tingkat pengetahuan orang tua O:
tentang penyakit anaknya 1. Orang tua kooperatif
2. Orang tua pasien tidak bisa menjawab
keluarga kooperatif 3. orang tua pasien memahami apa yang
di jelaskan perawat
H: 4. Orang Tua Klien Mampu Menjelaskan
Kembali
A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

39
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema,
proteinuria,hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 2005dalam Rahma,
2012).Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi
proteinuria masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema,
hiperlipidemia.Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak
membrane kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan
permeabilitasglomerulus (Muttaqin, 2012). Menurut Mansjoer, 2010 Penyebab
sindrom nefrotik yang pasti belumdiketahui, akhir- akhir ini dianggap sebagai
suatu penyakit autoimun,yaitu suatu reaksi antigenantibodi.
4.2 Saran
Penderita Sindrom Nefrotik Akut (SNA) pada anak harus mendapat
perawatan yang cukup selama di rumah sakit. Perawatan anak di rumah sakit
merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak, hal ini disebabkan
oleh lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau
yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit. Lingkungan sosial rumah sakit
seperti interaksi dengan sesama pasien anak ataupun interaksi dan sikap petugas
kesehatan menimbulkan perasaan takut, cemas, tegang dan perasaan tidak
menyenangkan lainnya yang sering dialami oleh anak. Maka dari itu, anak perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam proses tumbuh kembangnya.

40
DAFTAR PUSTAKA

Yuliani, Rita. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Suharyanto, Toto , Abdul Madjid. 2009. Asuhan Keperwatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.
Israr, Yayan Akhar. 2008. Sidroma Nefrotik (SN). http://www.Belibis17.com.
diakses tanggal 29 Mei 2016.
Marloviana, Niken F. 2014. “Asuhan Keperawatan pada An.A Usia Toddler
(1,5tahun)Dengan Diagnosa Medis Nefrotik Sindrom di Ruang Alamanda
RSUD. dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung”. Studi Kasus. STIKes
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

41

Anda mungkin juga menyukai