Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA Ny. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS KUDIS (SCABIES)
PADA SISTEMPENGINDRAAN

DISUSUN OLEH : Melatia

Paska
2018.C.10a.0977

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN 2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus ini Disusun Oleh :

Nama : Melatia Paska

Nim : 2018.C.10a.0977

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny. Rdengan Diagnosa
MedisKudis (Scabies)
Telah melaksanakan ujian praktik sebagai persyaratan untuk menempuh
Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Melatia Paska

Nim : 2018.C.10a.0977

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul :“Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Ny. R


dengan diagnosa medisKudis (Scabies) pada Sistem
pengindraan”
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui, Ketua Prodi Sarjana Keperawatan


Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners

3
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
Ny. R dengan Diagnosa MedisKudis (Scabies)”.Laporan pendahuluan ini disusun
guna melengkapi tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Ariani, S.kep.,Ners selaku koordinator praktik pra klinik
keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 15 Oktober 2020

Penyusun

4
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN .................................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii.
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii.
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv.
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v.
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... .
1.1 latar Belakang..............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 3
BAB 2Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Penyakit ....................................................................................... 4
2.1.1 Anatomi Fisiologi ............................................................................. 4
2.1.2 Definisi .............................................................................................. 4
2.1.3 Etiologi .............................................................................................. 9
2.1.4 Klasifikasi ....................................................................................... 10
2.1.5 Patofisiologi (Pathways) ................................................................. 11
2.16 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) ........................................... 14
2.1.7 Komplikasi ...................................................................................... 15
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 16
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ................................................................... 17
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ...................................................... 24
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................. 24
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................... 30
2.2.3 Intervensi Keperawatan ................................................................... 31
2.2.4 Implementasi Keperawatan ............................................................. 33
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 33
BAB 3Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian .............................................................................................. 34
3.2 Diagnosa ................................................................................................. 35
3.3 Intervensi ................................................................................................ 36

5
3.4 Implementasi .......................................................................................... 38
3.5 Evaluasi .................................................................................................. 38
BAB 4PENUTUP ................................................................................................. 42
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
4.2 Saran ....................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kudis atau skabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan

oleh parasit tungau Sarcoptes scabei yang berupaya membentuk terowongan

dibawah kulit dan ditularkan lewat kontak langsung manusia (Boedidarja, 2015).

Menurut (Chowsidow, 2013). Parasit tungau Sarcoptes scabei merupakan parasit

obligat yang semua siklus hidupnya berproses pada manusia. Masa inkubasi

pajanan pertama berlangsung tiga sampai enam minggu, sedangkan masa inkubasi

pajanan berikutnya terjadi lebih cepat, yaitu satu sampai tiga hari.

Angka kejadian skabies di negara berkembang dilaporkan terdapat sebanyak 6-

27% dari populasi umum (Muzakir, 2013). Menurut(Depkes, 2014)kejadian

skabies di Negara berkembang mengarah ke siklus yang cenderung fluktuatif,

seperti di Indonesia pada tahun 2013 terdapat sebanyak 77 juta anak-anak dari

220 juta penduduk saat ini yang kemugkinan besar mudah terserang penyakit

menular seperti skabies disebabkan populasi yang semakin bertambah. Menurut

(Ratna, 2010). Di Indonesia jumlah penderita skabies pada tahun 2013 sekitar

6.915.135 (2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa dan skabies menempati

urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.Sedangkan pada tahun 2012

sebanyak 8,46% dan meningkat pada tahun 2013 sebesar 9%(Depkes, 2013).

6
Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun

2011, kasus penyakit skabies di 20 puskesmas memperlihatkan bahwa insiden

terbesar terdapat di daerah Cilacap dengan jumlah 40,8% kasus, di daerah

Bukateja dengan jumlah 34,2% kasus yang menempati urutan kedua dan

peringkat ketiga insiden skabies terdapat pada populasi dan tempat yang padat

penghuni yaitu di daerah Semarang dengan jumlah 19% kasus.

Tanda gejala yang langsung dirasakan oleh penderita skabies adalah

gatal.Rasa gatal semakin hebat pada waktu malam hari atau ketika cuaca panas

serta penderita berkeringat.Hal ini berlangsung akibat meningkatnya aktivitas

tungau bila suhu tubuh meningkat (Stander, 2012). Penyakit skabies bukan

merupakan penyakit yang mematikan akan tetapi penyakit skabies ini dapat

mempengaruhi kenyamanan aktifitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari

diantaranya penderita mudah lelah dan gelisah karena rasa gatal pada malam hari

sehingga tidur menjadi terganggu, perasaan malu karena timbulnya skabies dapat

mempengaruhi penampilannya, penderita merasa terganggu dalam proses belajar,

prestasi belajar menurun(Afraniza, 2011).

Menurut Zulfah, 2012 salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit

skabies adalah sanitasi yang buruk dan dapat menyerang manusia yang hidup

berkelompok, tinggal di asrama, barak-barak tentara, rumah tahanan dan

pesantren maupun panti asuhan serta tempat-tempat yang lembab dan kurang

mendapat sinar matahari.Menurut Notobroto, 2012 dalam Astriyanti, 2012

menyatakan bahwa faktor yang berperan dalam penyakit kulit adalah sosial

ekonomi yang rendah,hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak

saniter, dan perilaku yang tidak mendukung kesehatan. Di beberapa negara

7
termasuk Indonesia penyakit skabies yang hampir teratasicenderung mulai bangkit

dan merebak kembali. Laporan dari dinas kesehatan dan dokter praktek

mengidikasikan bahwa penyakit skabies telah meningkat di beberapa daerah.

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah suatu usaha untuk memberikan

pengalaman belajar atau mewujudkan suatu keadaan perorangan, kelompok,

keluargamaupunmasyarakat dengan membuka jalur komunikasi, menyampaikan

informasi dan melaksanakanpendidikan untuk meningkatkan sikap, pengetahuan,

dan perilaku demi mendukung masyarakat mengidentifikasi dan

mengendalikanpersoalannya sendiri sehingga masyarakat mengerti, bersedia dan mampu

mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (Dinkes, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Diagnosa Medis kudis
(Scabies) ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada
Ny. R dengan diagnosa medis pada systemkudis (Scabies) Pengindraan.
1.3.2 Tujuan Khusus.
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny. R
dengan diagnosa medis kudis (Scabies) pada sistem pengindraan.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada asuhan keperawatan kepada Ny. R dengan diagnosa
medis kudis (Scabies) pada sistem pengindraan.
1.3.2.3 Mahasisswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi asuhan keperawatan kepada Ny. R dengan diagnose medis kudis
(Scabies) pada sistem pengindraan.

8
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau pelaksanan tindaakan
asuhan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan diagnosa kudis (Scabies)
pada sistem pengindraan.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan kepada Ny. R
dengan diagnosekudis (Scabies) pada sistem penginderaan.
1.3.2.6 Mahasiswa mampu mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan kepada
Ny. R dengan diagnose kudis (Scabies) pada sistem pengindraan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Institusi
Menjadi sumber referensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit
1.4.3 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien
dengan Kudis (Scabies)

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Anatomi Fisiologi
Sistem Integumen merupakan sistem terluas dalam tubuh. Sistem
integumen terdiri dari kulit dan struktur aksesoris (rambut, kuku, kelenjar minyak
dan kelenjar keringat). Sistem integumen memiliki luas 1-2 m 2 dan merupakan
15% dari total berat tubuh. Kulit mempunyai ketebalan yang berfariasi. Bagian
yang paling tipis berada di sekitar mata dan yang paling tebal pada telapak tangan
dan kaki (William & Wilkins. 2002)

Beberapa komponen lapisan pada kulit sebagai berikut:


1. Epidermis
Merupakan lapisan paling luar yang unsur utamanya adalah keratinosit dan sel
melanosit. Lapisan ini terus mengalami mitosis. Epidermis memiliki beberapa
lapisan sel yaitu:
a. Stratum korneum : selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, dan
mengandung zat keratin. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang berada
dalam sel-sel keratin keras.

10
b. Stratum lusidum: terdiri dari sel yang sngat gepeng dan bening, ditemukan
pada lapisan tubuh yang berkulit tebal.
c. Stratum granulosum: terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng, inti
berada di tengah, dan sitoplasma berisi butiran granula keratohialin (keratin
dan hialin). Lapisan ini menghalangi masuknya zat asing ke dalam tubuh.
(contoh:
bahan kimia, benda asing, kuman dan lain-lain )
d. Stratum spinosum: terdapat banyakn sel bentuk kubus dan poliginal, inti di
tengah, dan sitoplasma berisi serat-serat yang terpaut dengan desmosom.
Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekana dari luar. Terdapat
di daerah yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan (seperti
di tumit dan pangkal telapak kaki).
e. Stratum malfigi: berbatassan dengan dermis. Sel aktif mengalami mitosis
sampai individu meninggal dengan umur sel 15-30 hari sejak terbentuk sampai
terkelupas.
2. Dermis
Tebal antara 0.5-3 mm, lebih tebal dari epidermis yang terbentuk dari
komponen jaringan pengikat. Turunan dermis terdiri dari bulu, kelenjar minyak,
kelenjar lendir, dan kelenjar keringat yang berada jauh dalam dermis. Sedangkan
lapisannya terdiri dari:
a. Lapisan papila: mengandung lapisan pengikat longgar yang membentuk
lapisan stratum spongeosum. Lapisan ini terdiri atas serat kolagen halus,
alastin, dan kulin yang akan membentuk jaring halus yang terdapat di bawah
epidermis
b. Lapisan retikulosa: mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen,
tersusun bergelombang, sedikit serat retikulum, dan banyak mengandung serat
elastin.dalam lapisan ini terdapat sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembulh darah,
pembuluh getah bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, sel lemak, dan otot penegak rambut.
3. Hipodermis / Subkuntis
Lapisan bawah kulit yang terdiri dari jaringan pengikat longgar. Seratnya
longgar, elastis, dan memiliki sel lemak. Terdapat lapisan subkuntan yang

11
menentuka mobilitas kulitdi atasnya. Bantalan lemak pada lapisan ini terbentuk
dari lobulus lemak yang merata di hipodermis yang disebut dengan panikolus
adiposus. Pada lapisn perut dapat mencapai tebal 3cm. Pada jaringan subkuntan di
kelopak mata, penis dan skrotum tidak mengandung lemak.

Gambar 1. Lapisan Kulit


Pada kulit ada beberapa kelenjar di dalamnya, diantaranya adalah:
1. Kelenjar Sebasea
Berasal dari rambut yang bermuara pada saluran folikel ram,but untuk
melumassi rambut dan kulit yang berdekatan. Banyak terdapat di kepala dan
wajah sekitar hidung, mulut dan telinga. Sedikit pada telapak tangan dan kaki.
2. Kelenjar Keringat
Merupakan alat utama untuk mengendalikan suhu tubuh. Sekresi aktif kelenjar
keringat berada di bawah pengendalian saraf simpatis. Kelenjar ini terdapat
diseluruh tubuh terutama pada telapak tangan dan kaki kecuali pada dasar
kuku, batas bibir, glans penis, dan gendang telinga. Terdapat 2 macam
kelenjar keringat yaitu:
3. Kelenjar keringat ekrin dan
4. Kelenjar keringat apokrin.
5. Kelenjar Mamae
Dikatakan sebagai kelenjar kulit menurut Syaifuddin dalam bukunya tahun 2011
karena berasal dari lapisan eksodermal.
Dan pada kulit terdapat pula bagian-bagian yang menempel, yaitu:

12
1. Rambut
Benang keratin elastis yang berkembang dari epidermis dan tersebar di seluruh tubuh
kecuali telapak tangan dan kaki, permukaan dorsal falang distal, sekitar lubang dubur,
dan urogenital. Memiliki batang yang bebas dan akar yang tertanam dalam kulit.
Dengan struktur rambut (Syifuddin, 2011):
a. Medula

b. Korteks
c. Kutikula

Gambar 2: Struktur rambut


2. Kuku
Merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal
falang jari tangan dan jari kaki yang strukturnya berhubungan dengan dermis dan
epidermis. Lempeng kuku berasal dari sisik epidermis yang menyatu erat dan
tidak mengelupas berwarna bening sehingga pembuluh kapiler darah dalam dasar
kuku kelihatan kemerahan.
2.1.2.1 Fisiologi Sistem Integumen
Berikut ini merupakan fungsi kulit sebagai sistem integumen antara lain:
1. Fungsi regulasi temperatur dan tekanan darah
Persarafan, pembuluh darah, dan kelenjar keringat dan lapisan kulit yang lebih
dalam membantu termoregulasi. Ketika kulit terpapar udara dingin, dan suhu
tubuh turun, pembuluh darah akan kontriksi sebagai respon dari sistem saraf
otonom. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah ke kulit dan akan
mempertahankan suhu tubuh. Sebaliknya jika suhu terlalu panas, atau saat
suhu tubuh meningkat maka pembuluh darah akan berdilatasi, aliran darah

13
meningkat dan menurunkan suhu tubuh, jika hal ini tidak efektif maka
kelenjar ekrin akan meningkatkan produksi keringat sehingga terjadi
penguapan yang akan menurunkan suhu tubuh.
2. Fungsi proteksi
Lapisan kult terluar melindungi tubuh dari trauma fisik, kimia, dan dari invasi
bakteri atau mikroorganisme. Sel Langerhans, sel spesifik yang terdapat pada
lapisan kulit meningkatkan respon imun tubuh dengan membantu limfosit
untuk memproses antigen yang masuk ke kulit. Melanosit. Merupakan sel
kulit yang memproduksi melanin membantu menyaring sinar UV, paparan
sinar matahari yang berlebih dapat menstimulasi produksi melanin. Kulit juga
melindungu tubuh dengan mencegah ekskresi air dan elektrolit. hal ini akan
mencegah tubuh kehilangan cairan yang berlebih.
3. Fungsi ekskresi
Sebagai organ ekskresi, pada kulit terdapat kelenjar keringat. Keringat tersusun
atas air, elektrolit, urea dan asam laktat
4. Fungsi persepsi
Kulit memiliki susunan saraf yang berfungsi merasakan sentuhan atau sebagai alat
peraba.
5. Fungsi pembentukan vit. D
Saat distimulasi oleh sinar ultraviolet, kulit akan mensintesis vitamin D 3
(cholecalciferol).
2.1.2 Definisi
Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis diwilayah beriklim tropis
dan subtropis, merupakan penyakit kulit menular. Skabies dalam bahasa Indonesia
sering disebut kudis, dan orang jawa menyebutnya gudig (Majematang & Indriaty,
2015)
Scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varietas Hominis.Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah lingkungan yang kurang bersih
dan personal hygiene (Dian, 2014).
Penyakit kulit Skabies adalah kondisi dimana kulit mengalami rasa gatal
yang dikarenakan hewan kecil (tungau yang disebut Sarcoptes scabiei Tungau ini

14
menggali lubang pada kulit dan menyebabkan rasa gatal pada area tersebut
(Saleha, 2016).
Scabies menyebabkan tanda kemerahan pada kulit dan akan di temukan
pada jari jari, kaki, leher, bahu, bawah ketiak, bahkan daerah kelamin. Gambaran
scabies yang terlihat meliputi kemerahan disertaidengan benjolan yang
kecil.Scabies menular dari kontak secara langsung antara kulit ke kulit, serta
kontak seksual (Tosepu,2016).
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan
golongan yang ada dimuka bumi ini.Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya.Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig,
budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh
kutu tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang
0,6 sampai 1,2 centimeter.
2.1.3 Etiologi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
Scabiei varietas Hominis.Yaitu merupakan tungau berbentuk lonjong dan
gepeng, berwaarna putih kotor, punggungnya cembung, bagian dadanya rata, dan
tidak memiliki mata, tungau betina berukuran lebih besar dari pada jantan,ukuran
betinanya antara 0,3 - 0,45mm sedangkan tungau jantan memiliki ukuran 0,2 -
0,25mm (Saleha, 2016)
Penyakit scabies disebabkan faktor kebersihan yang kurang dipelihara
secara baik.seperti pakaian , Alat tidur berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur
yang jarang diganti, kondisi kamar yang pengap, dan perilaku personal hygiene
yang kurang baik dapat memicu terjadinya gatal-gatal (Hapsari, 2014)
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei.Secara
morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak
memiliki mata.Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan

15
lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit.Di dalam terowongan inilah
Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi
hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina
dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa
gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002). Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arthropoda, kelas Arachnida, super famili Sarcoptes.Pada manusia disebut
Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabiei yang lain, misalnya
kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata.Tungau ini translusen, berwarna puith kotor,
dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x
250350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-
200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan
sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut.
Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati,
kadangkadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali
oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam
stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil meletakkan
telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina
yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya
dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva
ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari
larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4
pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8-12 hari.
2.1.4 Klasifikasi
Skabies merupakan penyakit kulit yang manifiestasi klinisnya sering
menyerupai penyakit kulit lainnya sehingga disebut the great imitator.Berikut ini
beberapa bentuk scabies agar tidak menimbulkan kesalahan diagnosis (Saleha,
2016).

16
a. Skabies pada orang bersih merupakan scabies padaorang dengan tingkat
kebersihan yang baik. Rasa gatal biasanya tidak terlalu berat, terdapat
lesiberupa papul dan ditemui juga terowongannamun dengan jumlah yang
sedikit dan sering terjadi kesalahan diagnosis karena gejalanya yang tidak
khas.
b. Skabies bulosa terdapat pada bayi dan biasanya bayi akan mengalami gatal
pada waktu malam hari dan terdapat lesi di sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan,
c. Skabies yang ditularkan oleh hewan biasanya terjadi pada manusia yang
biasakontak dengan hewan. Misalnya pengembala, peternakan, dan yang
mempunyaihewan peliharaan anjing yang kurang dirawat kebersihannya.
Gejala yang timbul biasanya rasa gatal yang ringan,namun tidak terdapat
terowongan dan tidak menyerang area genetalia.Lokasi lesi biasanya
didaerah yang terkena kontak langsung dengan hewan.
d. Skabies pada orang terbaring di tempat tidur banyak ditemui pada orang
yang menderita penyakit kronik atau orang berusia lanjut yang berbaring
diatas tempat tidur dalam waktu yang lama biasanya timbul lesi yang
terbatas.
e. Skabies incognito sering menimbulkan gejala klinis yang tidak biasa, lesi
yang luas dan pengobatan dengan steroid topical dalam waktu lama dapat
menyebabkan luka bertambah parah. Hal ini disebabkan karena
berkurangnya respon imun dalam tubuh.
f. Skabies nodularterjadi akibat adanya reaksi hipersensivitas. Area yang
sering terkena adalah genetalia pada pria, lipatan paha, dan aksila. Luka ini
dapat menetap beberapa minggu bahkan bulan walaupun sudah diobati
dengan obat anti scabies.
g. Skabies yang disertai penyakit menular seksual lain seperti sifilis,
gonorrhea, herpes genitalis, pedikulosispubis, dan sebaginya.Oleh sebab itu
jika ditemui lesi di daerah genetalia perlu dilakukan pemeriksaan lanjut guna
menentukan suatu diagnose.
h. Skabies krustosa ditandai dengan lesi berupa krusta yang luas, skuama
generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.Gejala utamanya pada scabies

17
inibiasanya ringan bahkan tidak ada sama sekali sehingga penderita
tidakmerasakan keluhan apapun.

2.1.5 Patofisiolgi (Pathway)


Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan

tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman

atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi

timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi

terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan

setelah infestasi.Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan

ditemuannya papul, vesikel, dan urtika.Dengan garukan dapat timbul erosi,

ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.Kelainan kulit dan gatal yang terjadi

dapat lebih luas dari lokasi tungau.

18
19
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :

1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada

suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam

sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.

Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,

sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.

3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

ratarata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau

vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi

(pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan

stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan

bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola

mammae (wanita) dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia

eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang

telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada

remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.

4. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,

merupakan hal yang paling diagnostik.Pada pasien yang menjaga hygiene,

lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit

ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,

impetigo, da furunkulosi.

21
2.1.6 Komplikasi

Komplikasi scabies dapat terjadi akibat menggaruk dengan kuat karena

dapat menembus kulit dan memungkinkan terjadinya infeksi bakteri sekunder

seperti impetigo.Impetigo adalah infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh

bakteri staph (sthapylocouccus)/kadang-kadang oleh bakteri strep (streptokokus).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun

pemeriksaan ini memerlukan keterampilan dan latihan.Kerokan kulit dari lesi

berupa papul atau terowongan, bermanfaat untuk menegakkan diagnosis

skabies.Pada skabies klasik, sering tidak dijumpai tungau karena sedikitnya

jumlah tungau.

Pemeriksaan lain yaitu burrow in test, dengan cara mengoleskan tinta atau

gentian violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi tinta akan terabsorbsi dan

kemudian akan terlihat terowongan. Selain itu, dapat digunakan tetraskin topikal

dan dengan bantuan lampu wood terowongan akan tampak sebagai garis lurus

berwarna kuning kehijauan.

Menurut (Saleha, 2016) ada beberapa cara untuk mengidentifikasi jenis

tungau dan produknya yaitu:

a. Kerokan Kulit
Kerokan kulit merupakan cara yang paling mudah dilakukan dan
memberikan hasil yang paling memuaskan.Papulatau kanalikuli yang utuk
diteteskan dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan
dengan menggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap
papula atau kanalikuli. Setalah itu taruh bahan digelas objek dan tutupi dengan
kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.

22
b. Mengambil tungau dengan jarum
Pengambilan tungau dengan jarum dapat meningkatkan ketepatan
diagnosis dari 5% menjadi 95%.Namun tingkat kesulitannya tinggi dan harus
dengan orang yang berpengalaman terutama pada penderita scabies yang
lesinya tidak khas dan banyak terdapat infeksi sekunder.Untuk mengambil
tungau jarum ditusuk sandi terowongan dibagian yang gelap. Pada saat jarum
ditusukkan biasanya tungau akan memegangujung jarum sehingga dapat
dengan mudah diangkat keluar.
c. Burrow ink test
Papul scabies diolesi tinta India menggunakan pena lalu dibiarkan selama
20-30 menit kemudian dihapus dengan alcohol. Burrow ink test bisa di lihat
hasilnya jika tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk gambar khas
berupa garis zig zag. Tetapi pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan untuk
mendekteksi terowongan bukan mendekteksi tungau dan produknya.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis

Jenis obat topikal:


a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau
krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak
sangat aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang
dari tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau,
mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi
iritasi, dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk
krim atau losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan
karena efektif terhadap semua stdium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8 jam. Jika
masih ada gejala ulangi seminggu kemudian. Pengguanaan yang
berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi
dan anak-anak jika digunakan berlebihan , dapat menimbulkan

23
neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu menyusui dan
wanita hamil.
d. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau losio
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan
dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60 %
pasien. Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan dibersihkan
setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1 minggu
kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan
berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan
anak-anak harus di tambahkan air 2-3 bagian.
e. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal.
Pengguanaanya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih.
Merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan
untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya
perlu ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila
didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.

Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:

1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara


direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian
menjemurnya hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi
untuk memutuskan rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit
yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk
dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat
panas kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.

24
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap
bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar
matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan medis.Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua
stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau
kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan murah. Cara
pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita
yang hiposesitisasi).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.1.6 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
b. Identitas orang tua
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan
merasakan gatal terutama pada malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi
edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk RS karena alergi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien
alami yaitu kurap, kudis.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang
dialami oleh klien dari kmposmentis apatis, samnolen, delirium, spoor,
dan koma.
b. Tanda-tanda vital

25
1. Suhu : 36ºC
2. Nadi : 70 x/menit
3. TD : 110/60 mmHg
4. RR : 16 x/menit
c. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kulit dan rambut
a. Inspeksi :
- Warna kulit : normal, ada lesi
- Jumlah rambut : lebat, tidak rontok
- Warna rambut : hitam
- Kebersihan rambut : krang bersih, ada ketombe
b. Palpasi :
- Suhu 36ºC
- Warna kulit sawo matang, turgor kuit baik, kulit lembab, ada
edema, ada lesi.
2) Kepala
a. Inspeksi :
- Bentuk simetris antara kanan dan kiri
- Bentuk kepala lonjong, tidak ada lesi
b. Palpasi :
- Tidak ada nyeri tekan
3) Mata
a. Inspeksi : bentuk bola mata bulat, simetris antara kanan dan kiri,
sklera berwarna putih, kkonjungtiva merah muda.
4) Telinga
a. Inspeksi : ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
serumen pada lubang telinga.
b. Palpasi : tidak ada benjolan.
5) Hidung
a. Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi
b. Palpasi : tidak ada benjolan
6) Mulut

26
a. Inspeksi : bentuk mulut simetris, lidah bersih gigi bersih
7) Leher
a. Inspeksi : bentuk leher nrmal, tidak ada pembesaran kelenar tiroid
b. Palpasi : suara jelas, tidak sesak
8) Paru
a. Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
b. Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
c. Perusi : resonan
d. Auskultasi : normal
9) Abdomen
a. Inspeksi : perut datar, simetris
b. Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
10) Ekstermitas
a. Atas : lengkap, tidak ada kelainan
b. Bawah : lengap normal
4. Pengkajian fungsional Gordon
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila
tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS
terdekat.
b. Pola istirahat tidur
Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat
pada malam hari.
c. Pola nutrisi metabolik
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
d. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau
khas dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
e. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran
dan penglihatan normal.
f. Pola peran hubungan : Sistem dukungan orang tua.

27
g. Pola seksual reproduksi
Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
h. Pola koping
1) Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa
gatal, dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
2) Kehilangan atau perubahan yang terjadi klien malas untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Gangguan Integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi tentang upaya mempertahankan /melindungi integritas kulit.
(D.0192 Hal 282)
2.2.2.2 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis (D.0077.Hal.172)
2.2.2.3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

28
Diagnosa
Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx I : Gangguan Integritas Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab 1. Mengkaji perlunya dan
kulit/jaringan berhubungan dengan tindakan keperawatan selama gangguan integritas kulit mengidentifikasi intervensi
adanya maserasi sekunder terhadap 1x 7 jam diharapkan 2. Anjurkan meningkatkan yang tepat
gatal yang ditimbulkan oleh infasi kriteria hasil : asupan buah dan sayur 2. agar tetap terjaga elastisitas
parasit.. 1. Klien merasa lebih aman 3. Anjurkan mandi dan kulit
2. Integritas kulit yang dapat menggunakan sabun 3. Mandi 2 kali sehari untuk
dipertahankan(sensasi,elastisitas, secukupnya menjaga kulit tetap bersih
temperat luka atau lesi pada kulit 4. Jelaskan masalah yang dan gunakan sabun yang
3. Mampu melindungi kulit dan dapat timbul akibat tidak sesuai dengan kondisi kulit
mempertahankan kelembapan menjaga kebersihan diri 4. Agar klien dan keluarga
kulit dan lingkungan mengetahui pengaruh dari
4. Klien tampak rileks 5. Ajarkan cara menjaga tidak menjaga kebersihan
5. Klien merasa lebih tenang kebersihan diri dan diri dan lingkungan
lingkungan 5. Agar klien dan keluarga
6. Ajarkan pasien dan mengetahui cara menjaga
keluarga tentang kebersihan diri

29
pemberian obat secara 6. Agar klien dan keluarga tahu
mandiri cara pemberian obat secara
mandiri

Dx II : Nyeri akut berhubungan Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi skala nyeri 1. Mengetahui tingkat skala
dengan Agen pencedera fisiologi keperawatan selama 3x 24 jam 2. Memberikan teknik nyeri pasien
diharapkan Rasa nyeri klien nonfarmakologis untuk 2. Agar pasien merasa lebih
berkurang KH mengurangi rasa nyeri tenang
: 3. Jelaskan strategi 3. Agar pasien mengetahui
TTV normal yg di harapkan : meredakan nyeri bagaimana starategi
TD : 120/80 mmHg 4. Anjurkan memonitor nyeri meredakan nyeri
Nadi : 80x/menit secara mandiri 4. Agar pasien dapat memonitor
RR : 20x/menit 5. Anjurkan menggunakan rasa nyeri secara mandiri
Suhu : 36,50C analgetik secara tepat 5. Agar Klien mengetahui cara
penggunaan anlagetik untuk
1. Klien tidak merasa nyeri Nyeri 6. Kolaborasi pemberian
mengurangi rasa nyeri
analgetik jika perlu

30
2. Klien dapat beristirahat dengan 6. Kolaborasi pemberian obat
tenang dan nyaman tanpa jika perlu
gangguan rasa nyeri dan skala
1. Mengetahui seberapa jauh
Dx III : Defisit nyeri menunjukan ke angka 1-2 1. Kaji tingkat pengalaman dan
pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan pengetahuan klien dan pengetahuan klien dan
dengan kurang terpaparnya tindakan keperawatan selama keluarga tentang keluarga tentang
informasi 1x 7 jam diharapkan penyakitnya. penyakitnya.
kriteria hasil : 2. Berikan penjelasan 2. Dengan mengetahui penyakit
1. Klien merasa lebih aman pada klien tentang dan kondisinya sekarang,
2. Klien dapat mengetahui kondisinya sekarang klien dan keluarganya akan
penyakitnya 3. Minta klien dan merasa tenang dan
3. Klien tampak rileks keluarga mengulang mengurangi rasa cemas.
Klien merasa lebih tenang kembali materi yang di 3. Pengetahuan pasien dan
sampaikan keluarga membantu
4. Berikan informasi mempercepat pemulihan
pasien.
4. Mengetahui seberapa jauh
pemahaman klien dan
keluarga serta menilai

31
keberhasilan dari tindakan
yang dilakukan

32
2.3.3 Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya :Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual
dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2015).
2.3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang (US. Midar H, dkk, 2012 ).

34
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Melatia Paska
NIM : 2018.C.10a.0977
Ruang Praktek :-
Tanggal Praktek : 15 - 24Oktober 2020
Tanggal & Jam Pengkajian :15 Oktober 2020 pukul :08:00 WIB
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 54 Tahun
TTL : Palangka Raya, 22 September 1945
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak, Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Kerinci
Tgl MRS :30 september2020
Diagnosa Medis : Kudis (Scabies)
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Pasien mengatakan gatal di tangan dan perut bagian bawah yang semakin hebat pada malam
hari.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 10 Oktober 2020 Klien ke puskesmas dengan keluhan gatal dan kemerahan
tangan dan perut bagian bawah dan di berikan obat antibiotik untuk meredakan gatal. Menurut
klien gatal-gatal ini muncul sejak 2 minggu yang lalu, dan gatal semakin parah pada malam
hari. Untuk mengurangi gatal, klien menaburi tubuh pasien dengan bedak gatal keluhan
dinyatakan dapat berkurang. Pasien sudah 2 tahunini tinggal bersama anaknya dan tidak
jarang pula bertukar tempat tidur dan peralatan mandi. Tetapi keluhan klien tak kunjung
sembuh dan sering kambuh kembali, klien mengalami gatal di tangan dan perut sehingga
keluarga pasien mengatarkan pasien untuk melakukan pemeriksaan di Poli Spesialis Kulit dan
kelamin di Rumah Sakit Dr Doris Sylvanus Palangka Raya, Setelah dilakukan pemeriksaan

35
disaran untuk rawat jalan saja dan diberikan resep obat untuk meredakan gatal yang di alami
pasien yaitu obat tablet interhistin 3 x 1 Crotamiton dan salep Genfar Creama al 10 %
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan lalu
Pasienmengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti yang sekarang ini sebelumnya.
3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien menyangkal adanya penyakit yang sama dengan keluarga.
GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan
: pasien

3.1.3 Pemeriksaan fisik

3.1.3.1 Keadaan Umum


Klien Berpakaian kurang rapi,kesadaran compos menthis, pasien tampak cemas, pasien
berbaring dengan posisi supinasi/semi fowler .
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah datar, bentuk badan klien kurus,
cara berbaring supinasi / semi fowler klien dalam keadaan sadar dan sedih mampu berbicara
dengan jelas , penampilan klien kurang rapi. Klien dalam keadaan sadar sehingga dapat
dilakukan pengkajian tentang orientasi waktu(Klien dapat membedakan waktu
pagi,siang,malam) , orientasi orang (Klien dapat membedakan perawat dan keluarga),

36
orientasi tempat (Klien mengetahui sekarang di RS), mekanisme pertahanan klien adaftif
Keluhan lain tidak ada.
3.1.3.3 Tanda-tanda vital
Suhu/T : 36,7 0C  Axilla
Nadi/HR : 84x/menit
Pernapasan/RR : 20x/menit
Tekanan Darah : 130/80mm Hg
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, tidak batuk , tidak adanya sputum,
sianosis tidak ada, nyeri dada tidak ada, sesak napas tidak ada , tipe pernafasan perut dan dada
, irama pernafasan teratur, tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lain tidak ada.
Masalah keperawatan:
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Suara jantung normal, bunyi lub dup, capillary reflill< 2 detik, asites tidak ada,
terdapat oedema tidak ada, vena jugularis tidak meningkat.
Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS Ny.S E : 4 V:5, M: 6 total nilai GCS: 15. Kesadaran klien compos menthis , pupil
isokor, reaksi cahaya kanan dan kiri positif.
Uji syaraf kranial:
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I ( olfaktoris): Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan
alkohol
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (optikus) :Klien dapat membaca dengan jelas
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (okulomotorius) :Pupil pada mata klien bergerak kurang baik
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (trochlear): Klien dapat menggerakkan bola matanya keatas dan
kebawah
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (trigeminus):Klien dapat mengubah makanan yang di makanya
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (abdusen):Klien dapat menggerkkan bola mata ke samping
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (fasialis)::Klien dapat tersenyum
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (vestibulokokhlearis)::Klien dapat mendengar perkataan
perawat dengan jelas

37
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (glosofaringeus):Klien dapat menelan dengan baik
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (vagus): Klien dapat berbicara dengan jelas
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (assesorius) :Klien dapat menggerakkan bahu dan kepalanya
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (hipoglosus):Klien dapat menggerakkan lidahnya
Uji kordinasi ekstermitas atas jari ke jari tidak dilakukan, uji jari ke hidung tidak dilakukan,
ekstermitas bawah tumit ke jempol kaki tidak dilakukan, uji kestabilan tubuh tidak dilakukan.
Keluhan lain :
Masalah keperawatan :
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urin 1000 ml 24 x/ jam, warna kuning, bau khas urine ( Amoniak), klien
dapat BAK dengan lancar dan tidak ada masalah.
Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (bowel)
Bibir klien lembab tidak ada pecah-pecah, gigi klien baik dan lengkap , gusi klien baik merah
muda dan tidak ada pradangan , lidah klien banyak jamur berwarna putih , mukosa klien baik
tidak ada peradangan, tonsil klien baik tidak meradang, rectum baik, klien tidak memiliki
hemoroid. Klien dapat buang air besar setiap hari sebanyak 2 kali , nyeri tekan pada bagian
abdomen tidak ada, tidak ada benjolan.
Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.9 Otot-Otot- Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien bebas, ukuran otot simetris, uji kekuatan otot klien
ekstermitas atas 5/5, ekstermitas bawah 5/5 tidak ada peradangan, perlukaan dan patah tulang,
tulang belakang klien normal.
Keluhan lain :Pasien mengeluh gatal pada beberapa bagian tubuhnya Pasien
menggaruk kulitnya yang gatal, Kemerahan pada kulit, Lesi kurnikulus pada sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, dan perut bagian bawah, Pustula,
eksoriasis.
Masalah keperawatan :Gangguan Integritas Kulit
Pasien mengatakan terasa nyeri di sekitar bekas garukantimbul nyeri padatangan dan
perut tampak memerah P : Timbul nyeri pada tangan dan perut saat di garuk atau di

38
sentuh, Q : terasa seperti terbakar, R : tangan dan perut, S : Skala nyeri sedang 4 (1-
10) , T : nyeri terasa sekitar 1-2 menit

Masalah keperawatan : Nyeri Akut

3.1.3.10 Kulit-kulit Rambut


Klien memiliki riwayat alergi terhadap obat ( klien mengatakan alergi obat Rimfampicin),
makanan( klien mengatakan telor,ayam,ikan tongkol), kosmetik ( Tidak ada) atau yang
lainnya. Suhu kulit klien hangat, warna kulit klien normal, turgor kulit cukup, tekstur kasar,
ada lesi, tidak ada jaringan parut, tekstur rambut baik, distribusi rambut lurus dan merata ,
bentuk kuku simetris, kuku klien tampak pendek.
Keluhan lain :
Masalah keperawatan :
3.1.3.11 Sistem Pengindraan
Mata dan penglihatan, fungsi penglihatan klien kurang baik baik, bola mata dapat bergerak
secara normal, visus mata kiri dikaji dengan jarak 5-6 meter dengan snellen card periksa visus
OD/OS, scklera normal/putih, konjunctiva kemerahan, kornea bening klien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, ada nyeri,. Fungsi hidung/penciuman, simetris, tidak ada
lesi dan nyeri tekan sinus.( masukan visus berapa ? ) Keluhan lain :
3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tyroid tidak
teraba, mobilitas leher bebas.

3.1.3.13 Sistem Reproduksi


Pada sistem reproduksi tidak ada di lakukan pengkajian
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan suatu keadaan terbebas dari
penyakit.Sedangkan penyakit adalah keadaan dimana fisik terganggu karena terjadi proses
penyakit.
3.1.4.2 Nutrisi Metabolisme
Klien memiliki tinggi badan 160 Cm, berat badan sekarang 56 kg , berat badan sebelum sakit
56 Kg, mual muntah tidak ada, kesukaran menelan tidak ada, tidak ada keluhan lainnya.
IMT = BB : TBxTB
IMT = 56 : 160x 160 = 21,4 ( Berat badan ideal)
39
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekuensi/hari 3x Sehari 3x Sehari

Porsi 1 Porsi 1 Porsi

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Nasi, Sayur, ikan, Nasi, Sayur,


buah ikan, buah

Jenis Minuman Air Putih,the Air Putih,the

Jumlah minuman/cc/24 jam 6-10 gelas 6-10 gelas

Kebiasaan makan Pagi, siang, malam Pagi, siang,


malam

Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

3.1 Tabel pola makan sehari-hari Masalah


Keperawatan :tidak ada

3.1.4.3 Pola Istirahat dan Tidur


Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-7 jam sedangkan pada siang
hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur 5-6 jam dan siang hari 1-2 jam Masalah keperawatan:
3.1.4.4 Kognitif klien mengatakan kurang mengetahui penyakit yang
diderita saat ini. Masalah keperawatan: defisit pengetahuan
3.1.4.5 Konsep Diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri)
Pasien mengatakan tentang keadaannya saat ini, pasien terlihat sedih pasien menyadri
bahwa klien sedang sakit pasien tetap menerima kedaannya dengan baik dan berdoa selalu
untuk kesembuhannya.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Saat sakit aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien hanya berbaring dan tidur, sedangkan
saat sehat klien mampu melakukan aktivitas ringan secara mandiri.Masalah keperawatan tidak
ada.
3.1.4.7 Koping-Toleransi Terhadap Stres
Apabila ada masalah klien menceritakan kepada keluarga

3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan

40
Klien dan keluarga beragama islam dan tidak memiliki nilai-nilai/keyakinan yang
bertentangan dengan proses keperawatan. Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.5 Sosial-Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan keluarga,perawat,dan dokter.
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Bahasa sehari-hari yang digunakan klien dan keluarga berupa bahasa Indonesia dan
jawa .
3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan harmonis
3.1.5.4 Hubungan Dengan Teman/ petugas kesehatan/ orang lain
Hubungan dengan petugas kesehatan baik
3.1.5.5 Orang Berarti/ Terdekat
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan
harmonis
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Tidur dan mengobrol kepada keluarga
3.1.5.7 Kegiatan Beribadah
Saat sehat klien rutin mengikuti ibadah, Selama klien sakit hanya bisa berdoa di tempat
tidur
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
15 Oktober 2020
a. Ditemukan telur tungau pada saat dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop cahaya
pada congkelan papul/vesikel.
b. Ditemukan tungau saat dilakukan pemeriksaan menggunakan kaca pembesar pada
sediaan kulit yang telah disikat dan ditampung di atas selembar kertas putih.
c. Hasi biopsy menunjukkan hasil positif, terdapat scabies pada kulit
d. Terdapat garis zig-zag pada persilangan terhadap terowongan saat dilakukan BIT
(Burrow Ink Test)

3.1.7 Penatalaksanaan Medis


Data penunjang :15 Oktober 2020

41
1. Ditemukan telur tungau pada saat dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop cahaya
pada congkelan papul/vesikel.
2. Ditemukan tungau saat dilakukan pemeriksaan menggunakan kaca pembesar pada
sediaan kulit yang telah disikat dan ditampung di atas selembar kertas putih.
3. Hasi biopsy menunjukkan hasil positif, terdapat scabies pada kulit
4. Terdapat garis zig-zag pada persilangan terhadap terowongan saat dilakukan BIT
(Burrow Ink Test)
Nama Obat Dosis Rute Indikasi
Benzilbenzoat 10-25 % Topikal 1.Digunakan untuk mengobati kudis
(krotamiton) dan kutu pada rambut dan kulit
Digunakan untuk mengobati infeksi
Permethrin Dalam Topikal parasit yang menyebabkan
bentuk krim gangguan pada kulit manusia.
5%

Umumnya berbentuk obat oles dan


Belerang endap 4-20 termasuk golongan antiparasitik.
(sulfur % dalam Topikal Mengobati infeksi kulit (seperti
presipitatum) bentuk kudis)
salep atau
krim
INTERHISTIN 50 MG TABLET
adalah obat dengan kandungan
obat tablet 50 Mg Oral
Mebhydrolin napadisylate.
interhistin 3x1 Mebhydrolin napadisylate adalah
golongan anthistamin yang
digunakan untuk mengobati

berbagai jenis alergi termasuk


urtikaria, rinitis dan gatal pada
kulit. Dalam penggunaan obat ini
harus sesuai dengan petunjuk
dokter.

42
Palangka Raya, 15Oktober 2020
Mahasiswa,

Melatia Paska
NIM: 2018.C.10a.0977

43
ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH
OBYEKTIF
DS :
Pasien mengeluh gatal pada beberapa Gatal
bagian tubuhnya.
DO: Mengaktifkan RAS
1. Pasien menggaruk kulitnya yang
gatal.
Pasien terjaga
2. Kemerahan pada kulit.
Gangguan Integritas Kulit
3. Lesi kurnikulus pada sela-sela jari Pasien sulit tidur

4. tangan, pergelangan tangan, siku


bagian luar, dan perut bagian bawah.

Pustula, eksoriasis.
Hasil TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 370 C
DS : Tungau Sarcoptes Scabei
Pasien mengatakan terasa nyeri di sekitar
Kontak kulit kuat
bekas garukandan tampak memerah P :
Timbul nyeri pada tangan dan perut saat Timbul reaksi alergi pada kulit
di garuk atau di sentuh Nyeri akut
Reaksi inflamasi
Q : terasa seperti terbakar
R : tangan dan perut Pelepasan mediator kimia (Histamin,
kinin, prostatglandin)
S : Skala nyeri sedang 4 (1-10) T :
nyeri terasa sekitar 1-2 menit DO : Prostaglandin mengiritasi ujungujung
syaraf nyeri

Nyeri Akut
Pasien tampak meringis, pasien tampak
gelisah, pasien terlihat sulit tidur Hasil
TTV :
TD : 130/80 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 370 C

DS :
Pasien mengatakan kurang mengetahui
tentang penyakitnya DO :
- Menunjukan perilaku tidak sesuai
anjuran
- menunjukkan persepsi yang keliru Kurang terpaparnya informasi Defisit pengetahuan
terhadap masalah .
- Pendidikan terakhir pasien SMP
Pasien sering bertanya-tanya tentang
penyakitnya

45
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan Integritas kulit/jaringan berhubungan denganadanya maserasi sekunder
terhadap gatal yang ditimbulkan oleh infasi parasit..
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
46
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. R

Diagnosa
Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx I : Gangguan Integritas Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab 1. Mengkaji perlunya dan
kulit/jaringan berhubungan dengan tindakan keperawatan selama gangguan integritas kulit mengidentifikasi intervensi
adanya maserasi sekunder terhadap 1x 7 jam diharapkan 2. Anjurkan meningkatkan yang tepat
gatal yang ditimbulkan oleh infasi kriteria hasil : asupan buah dan sayur 2. agar tetap terjaga elastisitas
parasit.. a. Klien merasa lebih aman 3. Anjurkan mandi dan kulit
b. Integritas kulit yang dapat menggunakan sabun 3. Mandi 2 kali sehari untuk
dipertahankan(sensasi,elastisi secukupnya menjaga kulit tetap bersih
tas, temperat luka atau lesi 4. Jelaskan masalah yang dan gunakan sabun yang
pada kulit dapat timbul akibat tidak sesuai dengan kondisi kulit
c. Mampu melindungi kulit dan menjaga kebersihan diri 4. Agar klien dan keluarga
mempertahankan kelembapan dan lingkungan mengetahui pengaruh dari
kulit 5. Ajarkan cara menjaga tidak menjaga kebersihan
d. Klien tampak rileks kebersihan diri dan diri dan lingkungan
e. Klien merasa lebih tenang lingkungan 5. Agar klien dan keluarga
6. Ajarkan pasien dan mengetahui cara menjaga
keluarga tentang
kebersihan diri

48
pemberian obat secara 6. Agar klien dan keluarga tahu
mandiri cara pemberian obat secara
mandiri

Dx II : Nyeri akut berhubungan Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi skala nyeri 1. Mengetahui tingkat skala
dengan Agen pencedera fisiologi keperawatan selama 3x 24 jam 2. Memberikan teknik nyeri pasien
diharapkan Rasa nyeri klien nonfarmakologis untuk 2. Agar pasien merasa lebih
berkurang KH mengurangi rasa nyeri tenang
: 3. Jelaskan strategi 3. Agar pasien mengetahui
TTV normal yg di harapkan : meredakan nyeri bagaimana starategi
TD : 120/80 mmHg 4. Anjurkan memonitor nyeri meredakan nyeri
Nadi : 80x/menit secara mandiri 4. Agar pasien dapat memonitor
RR : 20x/menit 5. Anjurkan menggunakan rasa nyeri secara mandiri
0
Suhu : 36,5 C analgetik secara tepat 5. Agar Klien mengetahui cara
1. Klien tidak merasa nyeri Nyeri 6. Kolaborasi pemberian penggunaan anlagetik untuk
2. Klien dapat beristirahat dengan analgetik jika perlu mengurangi rasa nyeri
tenang dan nyaman tanpa 6. Kolaborasi pemberian obat
gangguan rasa nyeri dan skala
nyeri menunjukan ke angka 1-2 jika perlu
1. Mengetahui seberapa jauh

49
pengalaman dan pengetahuan
Dx III : Defisit Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang
pengetahuan berhubungan tindakan keperawatan selama klien dan keluarga tentang penyakitnya.
dengan kurang terpaparnya 1x 7 jam diharapkan penyakitnya. 2. Dengan mengetahui penyakit
informasi kriteria hasil : 2. Berikan penjelasan pada dan kondisinya sekarang,
4. Klien merasa lebih aman klien tentang kondisinya klien dan keluarganya akan
5. Klien dapat mengetahui sekarang merasa tenang dan
penyakitnya 3. Minta klien dan keluarga mengurangi rasa cemas.
6. Klien tampak rileks mengulang kembali materi 3. Pengetahuan pasien dan
Klien merasa lebih tenang yang di sampaikan keluarga membantu
4. Berikan informasi mempercepat pemulihan
pasien.
4. Mengetahui seberapa jauh
pemahaman klien dan
keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan
yang dilakukan

50
51
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan Nama
Jam Perawat

Dx 1, kamis 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan S = Klien mengatakan gatal mulai berkurang


15 oktober integritas kulit O = Pada kulit klien kemerahan mulai berkurang
2020 2. Menganjurkan meningkatkan asupan - Klien tampak mulai berkurang menggaruk
Jam 08.00 buah dan sayur kulitnya
wib - Klien tampak mengosumsi buah dan sayur Melatia Paska
3. Menganjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya - Klien tampak mandi 2 kali dalam sehari

4. Menjelaskan masalah yang dapat - Klien tampak mulai menjaga kebersihan diri dan

timbul akibat tidak menjaga lingkungan

kebersihan diri dan lingkungan - Klien dan Keluarga dapat melakukan pemberian

5. Mengajarkan cara menjaga obat secara mandiri - TTV pasien

kebersihan diri dan lingkungan TD : 120/80 mmHg

6. Mengajarkan pasien dan keluarga Nadi : 80x/menit

tentang pemberian obat secara RR : 20x/menit

mandiri Suhu : 36,50C


A = masalah teratasi sebagian
P= Intervensi dilanjutkan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

52
Dx 2, Kamis 1. Mengidentifikasi skala nyeri S = Klien mengatakan nyeri terasa berkurang
15 oktober 2. Memberikan teknik nonfarmakologis P : Nyeri pada tangan dan perut saat di garuk
2020 untuk mengurangi rasa nyeri atau di sentuh mulai berkurang
13.00 wib 3. Menjelaskan strategi meredakan nyeri Q : terasa seperti cubitan ringan
Melatia Paska
4. Meganjurkan memonitor nyeri secara R : tangan dan perut
mandiri T : nyeri terasa sekitar 1 menit
5. Menganjurkan menggunakan O = Klien mengatakan dengan mengunakan strategi
analgetik secara tepat meredakan nyeri pasien merasa lebih lega dan
6. Kolaborasi pemberian analgetik jika nyaman dan skala nyeri pasien dengan S : Skala nyeri
perlu ringan 2 (1-10)
- Klien dapat memantau nyeri secara mandiri hasil
TTV pasien yaitu :
− Suhu : 36,50C
− Nadi : 80x/menit
− RR : 20x/menit
− TD : 120/80 mmHg
A = Masalah teratasi sebagian

53
P = Lanjutan Intervensi
Dx 3, kamis 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien S :- Klien mengatakan sudah mengetahui apa yang
15 oktober dan keluarga tentang penyakitnya. itu penyakit Kudis
2020 2. Memberikan penjelasan pada klien - Pasien dan keluarga mengatakan mengetahui dan
16.00 wib tentang kondisinya sekarang
mampu melakukan cara mengurangi penyakit
3. Meminta klien dan keluarga kudis O :
mengulang kembali materi yang di - Klien dan keluarga kooperatif mendengarkan
sampaikan - Klien dan keluarga dapat menjawab dan
4. Memberikan informasi tentang mengulang materi yang disampaikan
penyakit kudis Melatia Paska
- Keluarga tampak menjaga kebersihan
dilingkungan pasien agar tetap bersih
A : Masalah teratasi
P :Hentikan intervensi.

54
55
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Skabies merupakan penyakit kulit yang endemis diwilayah beriklim tropis dan
subtropis, merupakan penyakit kulit menular. Skabies dalam bahasa Indonesia
sering disebut kudis, dan orang jawa menyebutnya gudig (Majematang & Indriaty,
2015) Scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varietas Hominis.Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah lingkungan yang kurang bersih
dan personal hygiene (Dian, 2014).Penyakit kulit Skabies adalah kondisi dimana
kulit mengalami rasa gatal yang dikarenakan hewan kecil (tungau yang disebut
Sarcoptes scabiei Tungau ini menggali lubang pada kulit dan menyebabkan rasa
gatal pada area tersebut (Saleha, 2016).Scabies menyebabkan tanda kemerahan
pada kulit dan akan di temukan pada jari jari, kaki, leher, bahu, bawah ketiak,
bahkan daerah kelamin. Gambaran scabies yang terlihat meliputi kemerahan
disertaidengan benjolan yang kecil.Scabies menular dari kontak secara langsung
antara kulit ke kulit, serta kontak seksual (Tosepu,2016).

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan
Stikes Eka Harap Palangka Raya.
4.2.2 Bagi Institusi
Menjadi sumber referensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit
4.2.3 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien
dengan Kudis (Scabies)

56
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2010. Kapita Selekta Kedokteran,


ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA.Jakarta : Prima


Medikal.

Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis

Anonim. 2009. Skabies (kulit gatal bikn sebel).

Anonim. 2008. Skabies.

Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.


Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2010. Kapita Selekta Kedokteran,
ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA.Jakarta : Prima
Medikal.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA Internasional Nursing Diagnoses:
Defenitions & Clasification, 2015-2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.

Ratnasari AF, Sungkar S. Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor yang berhubungan


diPesantren X, Jakarta Timur. E-Journal Kedokteran Indonesia, April 2014; 2 (1) :
251-256.

57
SATUAN
ACARA PENYULUHAN
A. Topik

Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Kudis


Sasaran
Klien dan Keluarga

1. Program
Setelah di lakukan penyuluhan pada keluarga maupun pasien di
harapkan keluarga maupun pasien dapat mengetahui dan dapat
memahami tentang apa itu penyakit kudis
2. Penyuluhan
Pendidikan kesehatan pada keluarga pasien dan juga pasien mengenai
Dakriosistisis

B. Tujuan
1 TujuanUmum
Adapun tujuan umum dari Pendidikan Kesehatan yang dilakukan
untuk meningkatkan pengetahuan pada pasien maupun keluarga
pasien mengenai Kudis
2 TujuanKhusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan pasien
maupun keluarga memahami apa yang sudah di jelaskan oleh penyaji.
C. Materi
Adapun garis besar materi dalam pendidikan kesehatan adalah;
1. Pengertian Penyakit Kudis
2. Tanda dan Gejala Penyakit Kudis
3. Komplikasi Penyakit Kudis
4. Penanganan Penyakit Kudis
D. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan
tentang Dakriosistisis pada pasien dan juga keluarga:

58
1 Ceramah
Ceramah adalah pesan yang bertujuan memberikan nasehat dan
petunjukpetunjuk sementara ada audiens yang bertindak sebagai
pendengar.
2 Tanyajawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan lalu memberikan
jawaban ataupun sebaliknya.
3 Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara penyampaian materi dengan
memperagakan suatu proses ataukegiatan.
E. Media
Adapun media yang digunakan dalam kegiatan pendidikan
kesehatan pada penderita Dakriosistisisini meliputi:
1 Leaflet

F. WaktuPelaksanaan
1 Hari/Tanggal : Kamis, 16 oktober 2020
2 Pukul : 10.30 S/dSelesai
3 AlokasiWaktu : 30menit

No Kegiatan Waktu Metode


1 Pembukaan : 1. Menjawabsalam
1. Membuka kegiatan 2. Mendengarkan
dengan mengucapkansalam dan
memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan 2 menit
3. Menyebutkan materi yang
akandiberikan
4. Kontrak waktupenyampaian
materi

59
2 Pelaksanaan : Menjelaskan tentang :
1. Pengertian Penyakit Kudis
2. Penyebab Penyakit Kudis Mendengar,
3. Tanda dan Gejala Penyakit memperhatikan
20 menit
Kudis
4. Komplikasi Penyakit Kudis
5. Penanganan Penyakit Kudis

3 Evaluasi :
Menanyakan pada peserta
tentang materi yang telah
diberikan, dan membantu
kembali peserta untuk 6 menit
mengulang materi yang Tanya Jawab
telahdisampaikan.

5 Terminasi : 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terimakasih atas 2. Menjawabsalam
2 menit
perhatianpeserta
2. Mengucapkan salampenutup

G. TugasPengorganisasian
1 Moderator : Melatia Paska
Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau
pemimpin sidang (rapat, diskusi) yang menjadi pengarah pada
acara pembicaraan atau pendiskusianmasalah.
Tugas :
1. Membuka acarapenyuluhan

60
2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggotakelompok
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akandisampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktupresentasi
5. Mengatur jalannyadiskusi
2 Penyaji : Melatia Paska
Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan
memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi
arahan selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Tugas :
1. Menyampaikan materipenyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telahdisampaikan
3. Mengucapkan salampenutup
3 Fasilitator : Melatia Paska
Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang,
memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat
rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi
tertentu dalamdiskusi.
Tugas :
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif
selama jalannyakegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai
denganakhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
4. Membagikankonsumsi
4 Simulator : Melatia Paska
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang
didemonstrasikan

5 Dokumentator : Melatia Paska


Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu
kegiatan yang berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan
menyimpan kumpulan dokumen pada saat kegiatan berlangsung
agar dapat disimpan sebagai arsip.

61
Tugas :
1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan
pendidikankesehatan.
6 Notulen : Melatia Paska
Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan
penyuluhan, seminar, diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal
sampai akhir acara.Ditulis oleh seorang Notulis yang mencatat
seperti mencatat hal-hal penting.Dan mencatat segala pertanyaan
dari peserta kegiatan.
Tugas :
1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.
2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan
penyuluhan.
H. DenahPelaksanaan
Setting Tempat :

Keterangan :

: Kamera

: Moderator,Penyaji,Simulasitator,Dokumentator dan

62
notulen

: Pasien dan juga keluarga

Materi Penyuluhan
1. Pengertian Kudis
Scabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varietas Hominis.Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan penyakit ini adalah lingkungan yang kurang bersih
dan personal hygiene (Dian, 2014).
Penyakit kulit Skabies adalah kondisi dimana kulit mengalami rasa gatal
yang dikarenakan hewan kecil (tungau yang disebut Sarcoptes scabiei Tungau ini
menggali lubang pada kulit dan menyebabkan rasa gatal pada area tersebut
(Saleha, 2016).
Scabies menyebabkan tanda kemerahan pada kulit dan akan di temukan
pada jari jari, kaki, leher, bahu, bawah ketiak, bahkan daerah kelamin. Gambaran
scabies yang terlihat meliputi kemerahan disertaidengan benjolan yang
kecil.Scabies menular dari kontak secara langsung antara kulit ke kulit, serta
kontak seksual (Tosepu,2016).
2. Etiologi
Penyakit scabies disebabkan faktor kebersihan yang kurang dipelihara
secara baik.seperti pakaian , Alat tidur berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur
yang jarang diganti, kondisi kamar yang pengap, dan perilaku personal hygiene
yang kurang baik dapat memicu terjadinya gatal-gatal (Hapsari, 2014)

Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei.Secara


morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki
mata.Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum
membuat terowongan ke dalam lapisan kulit.Di dalam terowongan inilah
Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas menjadi
hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina

63
dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa
gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002). Sarcoptes scabiei termasuk filum
Arthropoda, kelas Arachnida, super famili Sarcoptes.Pada manusia disebut
Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabiei yang lain, misalnya
kambing dan babi.
3. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :

1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada

suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam

sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu

pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian

besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.

3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang

berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

ratarata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau

vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi

(pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan

stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan

bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola

mammae (wanita) dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia

eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang

telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada

remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.

4. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,

merupakan hal yang paling diagnostik.Pada pasien yang menjaga hygiene,

64
lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit

ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi,

impetigo, da furunkulosi.

4 Komplikasi

Komplikasi scabies dapat terjadi akibat menggaruk dengan kuat karena

dapat menembus kulit dan memungkinkan terjadinya infeksi bakteri sekunder

seperti impetigo.Impetigo adalah infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh

bakteri staph (sthapylocouccus)/kadang-kadang oleh bakteri strep (streptokokus).

Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:

1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus,


handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya
hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi
untuk memutuskan rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit
yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk
dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas
kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap
bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar
matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
7. Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat
dilakukan penatalakasanaan medis.Syarat obat yang ideal ialah efektif
terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak
toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian,
mudah diperoleh dan murah. Cara pengobatannya ialah seluruh anggota
keluarga harus diobati (termasuk penderita yang hiposesitisasi).

65
66
KAJIAN ASPEK EPIDEMIOLOGI SKABIES PADA MANUSIA

Aspects of Epidemiology Studies Scabies in Human

Majematang Mading dan Ira Indriaty P.B.Sopi

Loka Penelitian dan PengembanganPengendalian Penyakit Bersumber Binatang Waikabubak,


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jln. Basuki Rahmat Km 5 Puu
Weri, Waikabubak, Nusa Tenggara Timur
Email maje_inside@yahoo.com

Abstract. In 2013 infectious skin diseaseaccupy the fourth position of the top ten diseases
with the amount of 136.035 cases in the province of East Nusa Tenggara. Skabies or kudis is
a type of skin desease infection, caused by mites Sarcoptes scabie.Incidence of skabies often
encountered in the tropics to the community in areas of hygiene, sanitation and low
economic. The article is structured literature review based on literature study and browse the
internet in the form of scientific research articles anda populer scientific articles written in
magazines/journal or populer science, reports the resulit of recearch and surveysand textbook
related to skabies (epidemiology and control). In Indonesia prevalence of skabies each area
varies. On the island of Java skabies is found in slums and boarding while in Nusa Tenggara
found in poor families on prison. Transmission accurs through direct contact and
indirectlythrough the bed linen and clothes patient and transmitted from animals to the
human. Prevention can be done with counseling about skabies, detection and treatment of
patients and maintain environment sanitation and hygienic behavior and healtly.

Kaywords : Epidemiology, skabies, human

Abstrak.Tahun 2013 penyakit kulit infeksi menduduki posisi keempat dari sepuluh besar
penyakit dengan jumlah 136.035 kasus di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Skabies atau kudis
merupakan salah satu jenis penyakit kulit infeksi,disebabkan oleh tungau Sarcoptes
scabie.Kejadian skabies sering di jumpai di daerah tropis pada masyarakat yang tinggal di
daerah dengan tingkat higiene, sanitasi dan ekonomi rendah. Tulisan ini merupakan kajian
pustaka yang tersusun berdasarkan studi kepustakaan dan browsing internet berupa artikel
ilmiah hasil penelitian dan artikel ilmiah populer yang ditulis dalam majalah/jurnal ilmiah
atau ilmiah populer, laporan hasil penelitian dan survei dan buku teks yang terkait dengan
skabies (epidemiologi dan pengendaliannya).Di Indonesia prevalensi skabies tiap daerah
bervariasi.Di Pulau Jawa skabies di temukan pada daerah kumuh dan pondok pesantren
sedangkan di Nusa Tenggara di temukan di keluarga miskin dan lembaga
permasyarakatan.Penularan terjadi melalui kontak langsung dan tidak langung melalui alas
tempat tidur dan pakaian penderita dan juga dapat ditularkan dari hewan ke
manusia.Pencegahan dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang skabies, penemuan dan
pengobatan penderita serta menjaga sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.

9
Kata Kunci : Epidemiologi, Skabies, Manusia

PENDAHULUAN
endemis diwilayah beriklim tropis dan
kabies merupakan penyakit kulit yang dan
subtropis,1,2 merupakan penyakit kulit
menular.Skabies dalam bahasa Indonesia
sering disebut kudis, orang jawa
menyebutnya gudig, sedangkan orang
sunda menyebutnya budug. Penyakit ini
juga sering disebut dengan kutu badan,
budukan, gatas agogo,3,4yang disebabkan
oleh Sarcoptes scabieivarian hominis
(sejenis kutu, tungau), ditandai dengan
keluhan gatal, terutama pada malam hari
dan ditularkan melalui kontak langsung
atau tidak langsung melalui alas tempat
tidur dan pakaian.

Bentuk telur berbentuk oval


dengan panjang 0,10–0,15 mm. Stadium
larva mempunyai 3 pasang kaki sedangkan
Infestasi tungau ini mudah menyebar dari
orang ke orang melalui kontak fisik dan
sering menyerang seluruh penghuni dalam
satu rumah.Tungau betina membuat
terowongan di bawah lapisan kulit paling
atas dan menyimpan telurnya dalam
lubang. Beberapa hari kemudian akan
menetas tungau muda (larva). Infeksi
menyebabkan gatal-gatal hebat,
mungkinan merupakan suatu reaksi alergi
terhadap tungau.

stadium nimpa dan dewasa mempunyai 4


pasang kaki. Tungau dewasa berukuran
0,30-0,45 mm, bentuk bulat, pipih, menimbulkan ketidaknyamanan karena
berwarna putih keabu-abuan. Tungau betina menimbulkan lesi yang sangat gatal
berukuran 2 kali tungau jantan, jenis sehingga penyakit ini merupakan salah satu
kelamin dapat dibedakan dengan melihat penyakit yang sangat mengganggu aktivitas
ujung-ujung kaki.Tungau betina memiliki hidup dan kerja
bulu cambuk pada pasangan kaki ke-3 dan sehari-hari.9
ke-4, sedang cambuk pada tungau jantan Menurut Zulfah, 2008 salah satu
hanya dijumpai pada pasangan kaki faktor pendukung terjadinya penyakit
ke3.Permukaan badan atas bergaris-garis skabies adalah sanitasi yang buruk dan
melintang, di bagian tengahnya terdapat dapat menyerang manusia yang hidup
deretan duri-duri pendek yang mengarah ke berkelompok, tinggal di asrama, barakbarak
belakang. Bagian-bagian mulut terletak di tentara, rumah tahanan dan pesantren
ujung depan badan, seperti bentuk maupun panti asuhan serta tempat-tempat
kerucut.6,7 yang lembab dan kurang mendapat sinar
Ciri khas dari skabies adalah matahari.10Menurut Notobroto, 2005 dalam
gatalgatal hebat, yang biasanya semakin Astriyanti, 2010 menyatakan bahwa faktor
memburuk pada malam hari. Lubang yang berperan dalam penyakit kulit adalah
tungau tampak sebagai garis bergelombang sosial ekonomi yang rendah,hygiene
dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang perorangan yang jelek, lingkungan yang
pada ujungnya terdapat berukursn kecil. tidak saniter, dan perilaku yang tidak
Lubang/terowongan tungau dan gatal-gatal mendukung kesehatan.11 Di beberapa
paling sering ditemukan dan dirasakan di negara termasuk Indonesia penyakit skabies
sela-sela jari tangan, pada pergelangan yang hampir teratasicenderung mulai
tangan, sikut, ketiak, di sekitar puting bangkit dan merebak kembali. Laporan dari
payudara wanita, alat kelamin pria (penis dinas kesehatan dan dokter praktek
dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat mengidikasikan bahwa penyakit skabies
pinggang dan bokong bagian bawah.Infeksi telah meningkat di beberapa daerah.
jarang mengenai wajah, kecuali pada
Tujuan penulisan ini adalah
anakanak dimana lesinya muncul sebagai
tersedianya informasi tentang masalah
lepuhan berisi air.
skabies berdasarkan kajian
Kejadian skabies di negara epidemiologi.Diharapkan tulisan ini dapat
berkembang termasuk Indonesia terkait dijadikan salah satu referensi bagi para
dengan kemiskinan dengan tingkat pemangku kebijakan yang berkaitan
kebersihan yang rendah, keterbatasan akses dengan pengendalian skabies. BAHAN
air bersih, kepadatan hunian dan kontak DAN METODE
fisik antar individu memudahkan transmisi Tulisan ini tersusun berdasarkan studi
dan infentasi tungau skabies.8Skabies sering kepustakaan dan browsing internet secara
diabaikan, dianggap biasa saja dan lumrah nasional dari tahun 1945 sampai dengan
terjadi pada masyarakat di Indonesia, 2014. Bahan atau artikel yang dicari
karena tidak menimbulkan kematian melalui studi kepustakaan berupa :
sehingga penaganannya tidak menjadi
prioritas utama, padahal jika tidak ditangani
dengan baik skabies dapat menimbulkan
komplokasi yang berbahaya. Skabies
11
1. Artikel ilmiah hasil penelitian dan 48,8%.14Pada tahun 2005 dilaporkan
artikel ilmiah populer yang ditulis kasus skabies dari keluarga miskin di
dalam majalah/jurnal ilmiah atau sebuah desa di Provinsi Nusa Tenggara
ilmiah populer sebanyak 13 artikel Barat.7Tahun 2008 prevalensi skabies di
2. Laporan hasil penelitian dan Pondok Pesantren An-Najach sebesar
surveisebanyak 6 laporan 43%.15 Tahun 2011 dan 2012 di
3. Buku teks yang terkait dengan skabies Pamekasan terdapat kasus rabies sebnyak
(epidemiologi dan pengendaliannya) 567 orang dan 317 orang yang berumur 820
sebanyak 9 buku tahun, berdasarkan sensus penduduk,16 di
Bahan yang diperoleh melalui browsing Puskesmas Magelang juga dilaporkan
internet diupayakan untuk memperoleh terjadi peningkatan kasus skabies tahun
naskah lengkapnya.Jika naskah lengkap 2012 sebesar 15% dari 13,8% dari jumlah
tidak diperoleh, bahan tersebut tidak pengunjung pada tahun 2011.17Hasil
dijadikan bahan rujukan namun tetap penelitian Lestari di salah satu pondok
dijadikan sebagai salah satu bahan pesantern di Sleman Yogyakarta
pustaka. Bahan atau artikel yang menemukan kejadian skabies sebesar
diperoleh dari hasil studi kepustakaan dan
browsing internet dilakukan kajian 30,23%.18 Badan Pusat Statistik di Propinsi
melalui metode meta analisis. Meta Nusa Tenggara Timur penyakit kulit infeksi
analisis merupakan suatu metode pada tahun 2013 menduduki posisi keempat
penggabungan berbagai hasil studi sejenis dari sepuluh besar penyakit dengan jumlah
yang diperoleh dari berbagai artikel atau kasus 136.035 kasus.
publikasi ilmiah, kajian ini akan diperoleh Cara Penularan skabies pada manusia
suatu panduan data dan informasi. Penyakit ini menular dari hewan ke
HASIL Distibusi kasus Skabies di manusia (zoonosis), manusia ke hewan
Indonesia bahkan dari manusia ke manusia.Cara
Kejadian skabies sering di jumpai di penularannya melalui kontak langsung
daerah tropis terutam pada anak-anak dari maupun kontak tak langsung.Penyebaran
masyarakat yang tinggal di daerah dengan tungau skabies melalui kontak langsung
tingkat higiene, sanitasi dan ekonomi dengan penderita skabies secara terus
yang relatif rendah.7Skabies di Indonesia menerus, bisa juga menular melalui
menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit penggunaan handuk bersamaan, sprei
kulit tersering.12Kasus skabies cepat tempat tidur, dan segala hal yang dimiliki
menular dari anak-anak hingga dewasa pasien skabies.
pada zaman penjajahan Jepang yang Skabies menyerang semua usia,
diakibatkan karena kesulitan penduduk semua etnis, semua tingkatan sosial
untuk memperoleh makanan, pakaian dan ekonomi, dan pada segala jenis kelamin.
sarana pembersih tubuh.13Perbandingan Masa inkubasi berlangsung 2 sampai 6
penderita skabies lakilaki lebih besar minggu sebelum serangan gatal muncul
dibandingkan dengan perempuan yakni pada orang yang sebelumnya belum pernah
83,7% : 18,3%. Pada tahun 2003 terpajan. Orang yang sebelumnya pernah
prevalensi skabies di 12 pondok pesantren
Kabupaten Lamongan sebesar

12
menderita skabies maka gejala akan muncul burukdapat meningkatkan infeksi skabies
1 – 4 hari setelah infeksi ulang. pada manusia tanpa memandang umur, ras,
Faktor-faktor Penyebab skabies jenis kelamin, status sosial.23
Banyak faktor yang Gejala penyakit skabies pada kulit
menunjang perkembangan adalah warna merah, iritasi, gelembung
penyakit berair, dan gatal pada malam hari di bagian
skabies, antara lain : keadaan sosial kulit yang tipis seperti sela-sela jari tangan
ekonomi yang rendah, hiegenitas yang dan kaki, siku, selangkangan dan sekitar
buruk, hubungan seksual yang sifatnya kelamin, lipatan paha, perut bagian bawah,
promiskuitas (tidak memilihmilih), dan pantat, dan pinggang.Keluhan utama pada
perkembangan demografik serta ekologi penderita skabies (gudik) adalah rasa gatal
yang buruk merupakan hal-hal yang erat terutama waktu malam hari, tonjolan kulit
kaitannya dengan perkembangan (lesi) berwarna putih keabu-abuan
penyakit ini.19 sepanjang sekitar 1 cm dan kadang disertai
Faktor yang menyebabkan skabies adalah nanah karena infeksi kuman akibat
keterkaitan antara faktor sosio demografi garukan.Gejala klinis yang sering menyertai
dengan lingkungan,20 penderita adalah gatal yang hebat terutama
a. Faktor sosio demografi Faktor sosio pada malam hari sebelum tidur, adanya
demografi antara lain kemiskinan, tanda : papula (bintil), pustula (bintil
malnutrisi, personal hygiene yang bernanah), ekskoriasi (bekas garukan),
buruk, rendahnya Perilaku Hidup Bersih bekas-bekas lesi yang berwarna hitam dan
dan Sehat (PHBS) dan kepadatan dengan bantuan loup (kaca pembesar), bisa
pendudukDi Provinsi dilihat adanya kunikulus atau lorong di atas
NusaTenggara Barat skabies di papula (vesikel atau plenthing/pustula)
sebabkan karena kontak dengan hewan Menurut Daili, 2005Penyakit
yang skabies mempunyai 4 gejala klinis utama
terkena skabies.7 (tanda kardinal) meliputi 1) gatal pada
malam hari (pruritus nocturna), 2)
b. Faktor lingkungan Faktor lingkungan
menyerang manusia secara berkelompok, 3)
meliputi kelembaban yang tinggi dan
ditemukan terowongan (kunikulus) dan 4)
sanitasi yang rendah terutama di daerah
ditemukan tungau pada pemeriksaan
kumuh.3,20,21,22di luar kulit tungau dapat
kerokan kulit secara mikroskopis
bertahan hidup 2 sampai 3 hari pada
merupakan diagnosis pasti penyakit ini.
suhu kamar dengan kelembaban 40%
Diagnosis penyakit skabies dapat ditentukan
sampai 80%.
dengan menemukan 2 dari 4 gejala klinis
PEMBAHASAN
utama.24 Diagnosis dapat ditegakan dengan
Kejadian Skabies erat hubungannya
menemukan S.
dengan perilaku hidup bersih dan sehat
Scabieiyang ditemukan pada korekan kulit
terutama dalam hal personal hygiene dan
atau biopsi. Diagnosis diferensial dari
sanitasi yang buruk. Menurut Pawening
skabies adalah prugio yang mempunyai
(2009) faktor utama manusia terinfeksi
predileksi yang sama.
tugau Sarcoptes scabiei adalah personal
hygiene dan sanitasi lingkungan yang

13
Penularan skabies berhubungan erat
dengan kedekatan dan sering kontak
langsung dengan penderita.25Penelitian
Handayani (2007) menyatakan ada
hubungan yang segnifikan antara kebiasaan
pemakaian sambun mandi bersama, berganti
pakaian bersama, tidur bersama, pemakaian
bersama selimut tidur dan mencuci pakaian
bersama dengan penderita
skabies.26
Masa penularanakan tetap menular
kecuali kutu dan telur sudah dihancurkan
dengan pengobatan, biasanya setelah
dilakukan 1 atau 2 kali pengobatan dalam
seminggu Pengobatan standar skabies pada
manusia yang sering dilakukan adalah
bensil bensoat, crotamiton, lindan,
permertrin dan ivermectin. Wandel dan
Rampalo (2002) melakukan tinjauan tingkat
kesembuhan penderita skabies dengan
berbagai macam obat (Tabel 1). Kombinasi
antara bensil
benzoat memberikan tingkat kesembuhan

14
Tabel.1 Tingkat kesembuhan penderita
skabies setelah pengobatan
No Jenis obat skabies
1. Permetrin secara topikal
2. Ivermectin secara oral (dua kali dosis)
3. Kombinasi bensil bensoat dan ivermectin
4. Ivermectin secara oral (dosis tunggal)
5. Bensil bensoat secara topikal
6. Lindan

15
Sumber :Wandel dan Rampalo (2002)

Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang
sehat akan mempercepat kesembuhan dan memutuskan siklus hidup
S.Scabiei.7Pencegahan skabies pada manusia dapat dilakukan dengan cara
mengindari kontak langsung dengan penderita dan mencegah penggunaan
barangbarang penderita secara bersama-sama. Pakian, handuk dan barang-barang
lainnya yang pernah digunakan penderita harus diisolasi dan dicuci dengan air
panas.Pakaian dan barang-barang asal kain dianjurkan untuk disetrika sebelum
digunakan, sprai penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga
hari sekali.Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal, giling,
selimut) disarankan dimasukan kedalam kantung plastik selama tujuh hari,
selanjutnya dicuci kering atau dijemur di bawah sinar matahari sambil dibolak-
balik minimal dupuluh menit sekali.Pengetahuan masyarakat tentang skabies
merupakan salah satu faktor risiko penularan skabies.Masyarakat yang belum
mengetahui tentang skabies menganggap penyakit tersebut hanya penyakit kulit
saja dan tidak menular sehingga masyarakat membiarkan penyakit skabies dan
masih meremehkan pola kebersihan diri, selain itu masyarakat tidak
memeriksakan penyakit skabies sedini mungkin. Menurut Santoso (2002)
penderita skabies timbul pada masyarakat dengan pengetahuan yang kurang
tentang personal hygiene dan didukung oleh lingkungan yang kurang bersih,
ketersediaan air bersih yang kurang serta sanitasi lingkungan yang rendah dapat
menjadi faktor risiko terjadinya penularan skabies lebih tinggi.28 Penelitian
Pawening (2009) dan Ratnasari (2014) menunjukan bahwa prevalensi skabies
berhubungan dengan tingkat pendidikan santri. Prevalensi skabies lebih rendah
pada santri yang memiliki pendidikan aliyah (seringkat SMA) dibandingkan
tsanawiyah (SMP).9,24
Masalah lingkungan rumah meliputi ventilasi dan penerangan di dalam
rumah yang masih kurang serta banyaknya pakaian ditumpuk dan digantung di
sembarang tempat, yang merupakan lingkungan yang baik untuk
berkembangbiaknya parasit seperti skabies.Keluarga dimotivasi untuk
memperbaiki ventilasi dan penerangan dengan membuka pintu rumah pada siang
hari dan menggunakan kipas angin yang selalu dibersihkan, serta selalu mencuci
dan menyeterika pakaian setelah digunakan dan menyimpannya dalam lemari.
Penelitian Ma’ruf dkk, menunjukan bahwa sanitasi kamar mandi,
kepadatan hunian kamar dan kelembaban ruangan merupakan parameter yang
berhubungan dengan kejadian skabies. Kepadatan sebagai salah satu faktor yang
sngat efektif dalam penularan skabies.21 Hasil penelitian yang sama tentang
kepadatan hunian menunjukan ada hubungan yang bermakna antara kepadatan
hunian dan kejadian skabies. Hasil penelitian Titiek L, 2014 mengemukakan
bahwa penyediaan air bersih berperan dalam penularan skabies karena skabies

16
merupakan penyakit berbasis pada persyaratan air bersih. Selain itu kelembaban
ruangan yang kurang memadai berperan dalam penularan skabies dimana Tungau
dapat hidup selama 2436 jam pada suhu kamar dengan kelembaban 40-80%.18

Intervensi yang dilakukan terhadap lingkungan adalah memberi


penyuluhan mengenai skabies (gejala, penatalaksanaan, penyebaran penyakit, dan
pencegahannya) terhadap warga masyarakat dalam satu rukun warga. Selain itu,
penemuan kasus skabies pada lingkungan telah dilaporkan kepada Puskesmas
setempat agar mendapat perawatan dan pengawasan secara insentif serta
pendapatkan pengobatan skabies misalnya pemberian salep/krim dan obat lainnya
sesuai dosis dan cara penggunaan yang tepat agar skabies dapat disembuhkan
secara tuntas.

KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei phylum Arthopoda kelas Arachinida ordo
Acarina family Srcoptidae genus Sarcopes, Penularannya dengan dua cara kontak
langsung yakni kontak kulit langsung yang terus menerus dengan penderita
skabiesmaupun hewan yang tertular skabies dan kontak tak langsung dengan
penderita melalui penggunaan handuk bersamaan, sprei tempat tidur, dan segala
hal yang dimiliki penderita skabies. Penyakit ini ditemukan di kampung-kampung,
rumah penjara, asrama dan panti asuhan dengan sanitasi lingkungan yang
jelek.Penyakit skabies dapat terjadi pada satu keluarga, tetangga yang berdekatan,
bahkan bisa terjadi di seluruh kampung.

SARAN
Tindakan preventif seperti penyuluhan tentang skabies, penemuan dan
pengobatan penderita serta menjaga personal hygiene dan sanitasi rumah dan
lingkungan sangat diperlukan dalam pencegahan penularan skabies.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada Kepala Loka Litbang P2B2
Waikabubak, dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan
dukungannya sehingga kajian/tulisan ini dapat terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Steer AC, Jenney AWJ, Kado J, Batzloff MR, Vincent SL,
WaqatakirewaL, et all. High burden of impetigo and skabies in a tropical
country. Plos Negl Trop Dis. 2009; 3 : 467.

2. Baker F. Skabies Mangement. Paediatr Child Health. 2010; 6 : 775.


3. Soemirat J. Kesehatan Lingkungan. Revisi. Gadjah Mada University Press.
2011

17
4. Safar R. Parasitologi Kedokteran, Protozologi Helmitologi Entomologi,
Yrama Widya Bandung, 2009.
5. Currie, B.J., Mc. Carthy, J.S. Permethrin and Ivermectrin for Skabies. N Engl
J Med. 2010:362:717-25.
6. Departemen Kesehatan RI. Analisis Data Laporan Jamkesmas 2010. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan (Triwulan 4). Jakarta, 2011.
7. Wardhana,A.H., Manurung, J., Iskandar,T. Skabies : Tantangan Penyakit
Zoonosis Masa Kini dan Masa Datang. Wartazoa 2006;16(1):40-52.
8. Johnstone P, Strong M. Skabies. BMJ. 2008 ; 8 :1707
9. Ratnasari AF, Sungkar S. Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor yang
berhubungan di Pesantren X, Jakarta Timur. E-Journal Kedokteran Indonesia,
April 2014; 2 (1) : 251-256.
10. Zulfah, Ameliah. Perencanaan obat di Poliklinik Lembaga Permasyarakatan
Kelas II A Narkoba Jakarta Tahun 2007. Universitas Indonesia. 2008
(http://www.
digilib.ui.ac.id./file?=digital/122515-
S% 205355-
Gambaran%20perencanaanpendahuluan.pdf.) Diunduh pada tanggal
6 Maret 2015

11. Astriyanti T, Lerik MDC, Sahdan M. Perilaku Hygiene Perorangan Pada


Penderita Penyakit Kulit dan Bukan Penderita Penyakit Kulit di Lembaga
Permasyarakatan Klas II A Kupang Tahun 2010. MKM. Kupang. Desember
2010; 05 (1) : 33-40
12. Azizah I.N, Setiyowati W. Hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung
tentang personal hygiene dengan kejadian skabies pada balita di tempat
pembuangan akhir Kota Semarang. Dinamika Kebidanan 1 : 1-5
13. Partosoedjono, S. 2003. Skabies dan kualitas sanitasi masyarakat. Kompas.
Jumat, 05 September 2003
14. Ma’ruf I, Soedjajadi Keman, Hari Basuki Notobroto. Faktor Sanitasi
Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Skabies (Studi pada
Santri di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan) Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 2005 Vol. 2(1) : 11-18

15. Saad. Pengaruh Higiene perorangan terhadap kejadian skebies di Pesantren


An-Najach Magelang. Skripsi.

Universitas Diponegoro.2008

16. Aina RA, Ibrohim, Suarsini E.


Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan rimbulnya
penyakit Skabies di Wilayah Kecamatan Tlanakan Kabupaten
Pamekasan.Skripsi.Universitas Negeri Malang. 2014.

18
17. Anonim. Skabies pada manusia http://www.google.co.id/search?
hl=id&client=firefoxa&rls=org.mozilla%3Ae
nUS%3Aoffici al&channel=s&q=skabies+pada+manus
ia&meta=&aq=o&aqi=&aql=&oq
diunduh pada tanggal 12 Januari 2013

18. Titiek L. Gambaran Faktor Sanitasi Lingkungan dan Kejadian Skabies di


Pondok Pasantren Ash-Sholihah Mlati, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Penyakit
Bersumber Binatang Maret 2014 Vol 1 (2) : 85-94
19. Soedarto, Penyakit Menular Di
Indonesia, Sagung Seto, Jakarta, 2009

20. Baur B, Sarkar J, Manna N, Bandyopadhyay. The Patten of Dermatological


Disorders among Patiens Attending the skin O.P.D od A Tertiary Care
Hospital in Kolkata, India. Journal of Dental and Medical Sciences 3 :1-6
21. Ma’rufi I, Keman S, Notobroto HB. Faktor Sanitasi Lingkungan yang
berperan terhadap prevalensi penyakit Skabies. Jurnal Universitas Airlangga.
2005; 2(1).
22. Rahmawati N. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit skabies
terhadap perubahansikap penderita dalam pencegahan penularan penyakit
skabies pada santridi pondok pesantren Al-Amin Palur Kabupaten Sukoharjo.
Skripsi. Surakarta : Universitas
Muhammadiyah. 2009

23. Pawening A. Perbedaan angka kejadian skabies antar kelompok santri


berdasar lama belajar di Pesantren. 2009.
(http://digilib.unc.ac.id/abstrak_1262_p erbedaan-angka-kejadian-
skabiesantarkelompok-santri-berdasar-lama-belajardi-pesantren.html)
diunduh pada tanggal 4 Maret 2015
24. Daili, E.S.S., Menaldi, S.L., Wisnu, I.M..Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Sebuah Panduan Bergambar. PT Medical Multimedia Indonesia.
Jakarta. 2005.

25. Muzakir. Faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit skabies pada
pesantren di Kabupaten Aceh Besar tahun 2007. Tesis. Medan. Universitas
Sumatera Utara. 2008.

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Melatia Paska

NIM : 2018.C.10a.0977

19
Tingkat / Prodi : II-B / S1 Keperawatan

No Hari/Tanggal Catatan Pembimbing Tanda Tangan


1 Rabu, 21 1. Pre Conference
2. Perhatikan sistematika
Oktober 2020
penulisan
3. Perbaiki WOC
4. Tambahkan jurnal terkait
minimal 1 dan susunannya
ada di atas lembar konsul
5. Gunakan Referensi 10
Tahun Terakhir
6. Lanjut BAB 2 Sarjana
Keperawatan 3B is inviting
you to a scheduled Zoom
meeting.
Topic: Bimbingan Pre Conference
PPK II Kel. 2 Kelas 3b Sistem
PengindraanTime: Oct 21, 2020
02:15 PM Jakarta Join Zoom
Meeting
https://zoom.us/j/99928750158?
p
wd=K3dWMEpUZDNmNHAwa
S9WRlgyeXdoZz09Meeting ID:
999 2875 0158

Passcode: 1HMf6k

20
Pembimbing :Rimba Aprianti , S Kep, Ners

21
22
2 Jumat, 23 1. Melaksanakan Bimbingan
Oktober 2020 Askep
2. Perhatikan sistematika
penulisan
3. Perbaiki Askep (Keluhan
utama, Riwayat penyakit
sekarang masukkan PQRST,
lengkapi data pengkajian,
perhatikan prioritas masalah,
perbaiki intervensi sesuai
dengsan acuan SIKI)
Sarjana Keperawatan 3B is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting.
Topic: Bimbingan Askep PPK II
Kel. 2, Kelas 3B Sistem
Pengindraan Time: Oct 23, 2020
01:30 PM Jakarta Join Zoom
Meeting
https://zoom.us/j/97719663658?
p
wd=ZUlWTW5FSG5qWGNQN
WRYV3BheVd6QT09Meeting
ID: 977 1966 3658
Passcode: Cz8zNv

23
3 Sabtu, 24 1. Melaksanakan Post conference
Oktober 2020 2. Perbaiki Implementasi dan
Evaluasi
3. Perbaiki setting pendekes
dengancara virtual
4. Tambahkan materi
penyuluhan
Sarjana Keperawatan 3B is
inviting you to a scheduled Zoom
meeting.
Topic: Bimbingan Post
Conference PPK II Kel. 2 Kelas
3B Sistem Pengindraan
Time: Oct 24, 2020 03:00 PM
Jakarta
Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/95298353206?p
wd=SlBuekpPN0lpUjdlUFJJVUF
JR0ZSZz09Meeting ID: 952 9835
3206
Passcode: fE948D

24
25
26
25
28
29

Anda mungkin juga menyukai