Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari pubertas ke dewasa

atau suatu proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan

mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah salah satu tahap

perkembangan yang ditandai dengan kematangan organ seksual dan

tercapainya kemampuan untuk bereproduksi, dimana salah satu ciri dari tanda

pubertas seorang perempuan yaitu dengan terjadinya menstruasi pertama

(menarche). Menstruasi atau haid adalah perdarahan vagina secara berkala

akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Reeder, 2014).

Dismenorea merupakan masalah yang terkait dengan menstruasi, yaitu

nyeri singkat sebelum awitan atau selama menstruasi. Nyeri dimulai beberapa

jam sebelum atau bersamaan dengan awitan menstruasi dan berlangsung

selama 48 sampai 72 jam (Reeder, 2014). Peningkatan produksi prostaglandin

dan pelepasannya dari endometrium selama menstruasi menyebabkan

kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi dan tidak teratur sehingga timbul

nyeri. Wanita yang mengalami dismenorea mempunyai tekanan intrauteri

lebih tinggi dan memiliki kadar prostaglandin dua kali lebih banyak dalam

darah menstruasi. Kontraksi uterus lebih sering terjadi dan tidak terkoordinasi.

Akibat peningkatan aktivitas uterus ini, aliran darah menjadi berkurang

sehingga terjadi iskemia dan hipoksia uterus yang menyebabkan nyeri. Nyeri

1
menstruasi terjadi di perut bagian bawah tetapi dapat menyebar hingga ke

punggung bawah dan paha. Nyeri juga bisa disertai kram perut yang parah.

Kram tersebut berasal dari kontraksi dalam rahim, yang merupakan bagian

normal proses menstruasi, dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai

perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48 jam (Reeder, 2014).

Dismenorea merupakan keluhan yang umum tetapi tidak banyak

tertangani, maka sangat penting untuk menemukan dan memilih metode yang

efektif dan mudah digunakan. Aromaterapi adalah terapi menggunakan

minyak esensial dari tanaman yang disebut minyak atsiri untuk membantu

memperbaiki kesehatan, membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan,

menenangkan jiwa, dan merangsang proses penyembuhan. Minyak esensial

lavender diduga menjadi adrenocortical stimulan yang merangsang sirkulasi

menstruasi dan memiliki sifat anticonvulsive. Lavender juga berguna sebagai

obat penenang, meringankan nyeri dan mengubah persepsi nyeri (Sun Hee

Han, 2012).

Dampak yang terjadi jika nyeri haid (dismenorhea) tidak di tangani adalah

gangguan aktifitas hidup sehari-hari, Retrograd menstruasi (menstruasi yang

bergerak mundur), kehamilan atau kehamilan tidak terdeteksi ektropik pecah,

kista pecah, konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan semua itu dapat

memainkan peranan serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan

asing. Ketegangan biasanya menambah perahnya keadaan yang buruk setiap

saat. Sedikit tidak merasa nyaman dengan cepat berkembang menjadi suatu

masalah besar dengan segala keselahan yang menyertainya. Dengan demikian

2
kegelisahan, perasaan tidak gembira atau juga perasaan tertekan semua itu

bukanlah hal yang tidak biasa. Oleh karena itu pada usia remaja nyeri haid

(dismenorhea) harus ditangani agar tidak terjadi dampak seperti hal-hal yang

diatas (Reeder, 2014).

Pada saat nyeri haid (Dismenorhea) ini tidak ada pencegahannya. Cara

mengatasi dismenorhea yang paling sederhana adalah mencoba mengalihkan

rasa nyeri pada kegiatan lain, seperti mandi air hangat, meletakkan sesuatu

yang hangat di perut, ataupun olahraga ringan. Hindari juga kefein yang dapat

meningkatkan pelepasan prostaglandin atau atasi dengan obat-obatan;

kontrasepsi oral menghambat ovulasi segingga meredakan gajala, Mirena atau

Progestasert AKDR dapat mencegah kram. Obat pilihan lainnya adalah

Ibuprofen, 200-250 mg diminum per oral setiap 4-12 jam tergantung dosis

namun tidak melebihi 600 mg dalam 24 jam, Aleve (natrium naproksen) 200

mg juga bias diminum per oral setiap 6 jam. Bila tidak juga teratasi harus

dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti USG untuk melihat apakah ada kista

ovarium ataupun laparoskopi untuk melihat endometriosis tentu saja yang

harus diatasi adalah kelainannya tersebut (Endif, 2012). Pasien mungkin

diobati dengan pil KB, Lupron, atau obat-obatan lain, sesuai anjuran dokter.

Penatalaksanan nyeri haid yang biasanya digunakan adalah manajemen

secara farmakologi atau memakai obat-obatan baik analgesik narkotik/non

narkotik. Namun bila keluhan nyeri dapat dihilangkan dengan cara sederhana

maka hal itu jauh lebih baik daripada penggunaan obat-obatan karena obat-

obatan akan menimbulkan ketergantungan terhadap efek penghilang nyeri dan

3
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti mual, muntah, diare,

pendarahan lambung, dispepsia dan gangguan haid. Penatalaksanaan nyeri

haid juga dapat dimanajemen secara non farmakologi, seperti: teknik distraksi,

teknik relaksasi dan teknik stimulasi kulit (Potter & Perry, 2015). Teknik

relaksasi dapat dilakukan dengan menggunakan aromaterapi salah satunya

aromaterapi lavender.

Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk dunia adalah

remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di Negara berkembang (Kusmiran,

2012). Berdasarkan kriteria WHO umur remaja berkisar antara 10-19 tahun.

Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia cukup besar, rata-rata lebih dari

50% perempuan di setiap Negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika

angka prosentasenya sekitar 60%, di Swedia sekitar 72%, sementara di

Indonesia sendiri mencapai 55% (Proverawati dan Misaroh, 2012). Hasil

Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk

Indonesia yaitu sebesar 237.641.326 jiwa, dan 63,4 juta atau 27% di antaranya

adalah remaja umur 10-24 tahun (Sensus Penduduk, 2010). Berdasarkan data

dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), umur

rata-rata menarche (menstruasi pertama) pada anak remaja di Indonesia yaitu

12,5 tahun dengan kisaran 9-14 tahun. Di Indonesia angka kejadian dismenore

tipe primer adalah sekitar 54,89% sedangkan sisanya penderita dengan

dismenore sekunder. Dismenore terjadi pada remaja dengan prevalensi

berkisar antara 43% hingga 93%, dimana sekitar 74-80% remaja mengalami

dismenore ringan, sementara angka kejadian endometriosis pada remaja

4
dengan nyeri panggul diperkirakan 25-38%, sedangkan pada remaja yang

tidak memberikan respon positif terhadap penanganan untuk nyeri haid,

endometriosis ditemukan pada 67% kasus di laparoskopi (Hestiantoro dkk,

2012).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 Juli

2018 di MAN MODEL 1 MANADO didapatkan data kelas x berjumlah 529

dimana laki-laki 324 dan perempuan 205. Berdasarkan hasil wawancara yang

saya lakukan terhadap 28 siswi kelas x, menyatakan rasa nyeri saat haid yaitu

18 siswi sedangkan 10 menyatakan tidak rasa nyeri saat haid. 8 siswi

mengatakan walaupun dismenore tetap masuk sekolah, namun kurang

konsentrasi mengikuti pelajaran, 2 siswi mengatakan harus ijin tidak masuk

sekolah atau istirahat di UKS apabila disminore disekolah, serta 3 diantaranya

mengatakan hanya membiarkan dismenore yang datang sampai sembuh

sendiri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang “ Pengaruh

Aromaterapi Lavender Terhadap Disminore Pada Remaja Putri Di MAN

MODEL 1 MANADO’’.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Rica Phuspitawati 2016)

tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap skala nyeri haid siswi kelas X

Sekolah menengah atas N 1 sungai ambawang kabupaten Kuburaya,

mununjukan bahwa aromaterapi lavender berpengaruh dalam penurunan skala

nyeri haid. Hal ini disebabkan pada saat seseorang menghirup aromaterapi

lavender, molekul yang mudah menguap (volatile) dari minyak tersebut

dibawah ke sel-sel reseptor dihidung. Ketika molekul – molekul tersebut

5
menempel pada rambut-rambut halus di hidung, maka terjadilah suatu pesan

elektrokimia yang akan ditransmisikan melalui saluran olfactory ke otak

kemudian ke system limbic. Dimana akan merangsang hipotalamus untuk

melepaskan hormon serotonin dan hormon endorphin, yang mana fungsi

hormone serotonin yaitu dapat memperbaiki suasana hati sedangkan hormon

endorphin sebagai penghilang rasa sakit alami serta menghasilkan perasaan

rileks, tenang, dan senang. Ketika seseorang menghirup aromaterapi lavender

salama 15-30 menit maka dapat mengondorkan otot-otot yang mengalami

ketegangan dan kemudian dapat membuka aliran darah yang sempit sehingga

dapat menurunkan nyeri haid.

Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Dismenore

Pada Remaja Putri Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Manado”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dikemukakan perumusan masalah

penelitian sebagai berikut: “ Bagaimana pengaruh pemberian aromaterapi

lavender terhadap tingkat dismenore pada remaja putri di Man Model 1

Manado ? ’’

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap tingkat

nyeri dismenore pada remaja wanita di Man Model 1 Manado

6
2. Tujuan khusus

a. Diidentifikasi kejadian tingkat nyeri sebelum diberikan aromaterapi

lavender pada remaja putri di Man Model 1 Manado

b. Diidentifikasi kejadian tingkat nyeri sesudah diberikan aromaterapi

lavender pada remaja putri di Man Model 1 Manado

c. Dianalisa pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap tingkat

nyeri pada remaja putri di Man Model 1 Manado

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Untuk institusi

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukkan dan informasi

serta tambahan kepustakaan bagi institusi dan pengembangan

penelitian khususnya dibidang keperawatan maternitas.

b. Untuk penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dalam

pengembangan penelitian khususnya dibidang keperawatan

maternitas.

2. Manfaaat praktis

a. Instansi kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi untuk

membantu mengurangi dismenore.

7
b. Tempat penelitian

Sebagia data lembaga pendidikan untuk mengetahui bagaimana

pengaruh aromaterapi lavender terhadap dismenore pada remaja

putri.

c. Siswa

Digunakan sebagai informasi dalam peningkatan pemahaman

kepada siswi tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap

kejadian dismenore pada remaja putri

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Dismenore

1. Pengertian Dismenorea

Dismenorea atau dismenore adalah rasa nyeri yang menyertai

menstruasi, yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari

(Manuaba, 2012). Menstruasi merupakan siklus bulanan yang normal pada

wanita. Mesntruasi biasanya dimulai pada wanita muda umur 12-15 tahun

(menarche) yang terus berlanjut sampai umur 45-50 tahun (menopouse).

Siklus menstruasi bervariasi pada setiap wanita dan hampir 90% wanita

memiliki siklus 25-35 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang

tidak teratur hal ini menjadi indikasi adanya masalah kesuburan. Selama

siklus menstruasi, ovarium menghasilkan hormon esterogen dan

progesteron. Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu sebagai berikut:

a. Fase Menstruasi

Terjadi bila ovum tidak dibuahi, sehingga korpus lateum

menghentikan produksi hormon esterogen dan progesteron. Turunnya

kadar esterogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari

endometrium disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga terjadi

pendarahan. Fase menstruasi berlangsung kurang dari 5 hari. Darah yang

keluar selama menstruasi berkisar antara 50-150 mililiter.

9
b. Fase Praovulasi atau Poliferasi

Hormon pembebas gonadotropin yang dieksresikan hipotalamus akan

memacu hipofise untuk mensekresikan FSH. FSH memacu pematangan

folikel dan merangsang folikel untuk mengsekresikan hormon esterogen.

Adanya esterogen menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi)

dinding rahim untuk mensekresikan lendir yang bersifat basa. Lendir ini

berfungsi untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga

mendukung kehidupan sperma.

c. Fase Ovulasi

Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi terjadi

pada hari ke -14. Peningkatan kadar esterogen menghambat sekresi FSH,

kemudian hipofise mensekresikan LH. Peningkatan kadar LH merangsang

pelepasan oosit sekunder dan folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.

d. Fase Pasca Ovulasi atau Fase Sekresi

Berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Walaupun

panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase pascaovulasi ni selalu sama

yaitu 14 hari sebelummenstruasi berikutnya.

Sebelum periode menstruasi mulai, payudara mungkin terasa membesar

dan sakit. Beberapa nyeri selama periode menstruasi adalah normal, namun

nyeri hebat adalah tidak normal, wanita dapat mengalami nyeri sebelum dan

selama periode menstruasi, dan berkurang menuju akhir periode. Dua jenis

dismenorea yaitu dismenorea primer dan dismenore sekunder. Dismenorea

10
primer terjadi tanpa dijumpain kelainan pada alat reproduksi, semata-mata

berkaitan dengan hormonal menstruasi. Sementara dismenorea sekunder

terjadi karena terdapat kelainan pada alat reproduksi (Nair M, 2015).

Dismenorea sekunder timbul karena adanya masalah fisik seperti

endometriosis, polip uteri, leimioma, stenosis serviks dan penyakit radang

panggul (PID) (Price, 2013).

Menstruasi merupakan siklus bulanan yang normal pada wanita.

Mesntruasi biasanya dimulai pada wanita muda umur 12-15 tahun Gangguan

lain pada saat menstruasi yaitu Pre Menstruation Tension, mastalgia dan

mittelschmerz. Penyebab terjadinya PMT merupakan gabungan dari faktor-

faktor psikologis, sosial dan biologis. Banyak ahli sependapat bahwa PMT

disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara hormon esterogen dan

progesteron di dalam tubuh seseorang, dimana esterogen mempengaruhi

penumpukan cairan tubuh (Yatim, 2013). Gangguan mastalgia adalah rasa

bengkak pada payudara menjelang menstruasi. Pengaruh estrogen

menyebabkan retensio natrium dan air pada payudara. Tekanan ujung syaraf

menyebabkan rasa nyeri. Gangguan mittelschmerz merupakan rasa nyeri

yang terjadi saat ovulasi pada bagian abdomen ( Bagus , 2011).

2. Etiologi Dismenorea

Hormoral memegang peranan penting memicu terjadinya kerja sama

berbagai faktor yang menimbulkan dismenorea primer, yaitu sebagai

berikut :

11
a. Korpus lateum mempunyai umur 8 hari sebagai korpus lateum

menstruatikum, sejak umurnya 4 hari (sejak ovulasi) telah mulai

terjadi penurunan pengeluaran estrogen dan progesteron.

b. Kepincangan penurunan estrogen dan progesteron, menimbulkan efek

kerusakan jaringan melalui ishemia yaitu :

1) Enzim lipoksiginase dan siklosiginase dilepaskan

2) Terjadi kerusakan membran sel sehingga dikeluarkan : fofolipid,

asam arakidonat, dan ion kalsium.

c. Pembentukan prostaglandine dan vasopressin

d. Kedua komponen prostaglandine dan vasopressin menimbulkan :

1) Vasokontraksi pembuluh darah art spiralis

2) Ishemia endometrium bagian atas, merusak jaringan dan makin

dikeluarkan fosfolipid

3) Prostaglandine dan vasopressin makin banyak

e. Kontraksi otot uterus makin kuat, tekanan intra uterine makin tinggi

f. Kontraksi otot makin menjepit ujung-ujung serat syaraf,

rangsangannya dialirkan melalui serat syaraf simpatikus dan

parasimfatikus, dan dirasakan dismenorea (Manuaba, 2012).

Dismenorea sekunder banyak disebabkan kondisi seperti :

1) Endometriosis

2) Tumor

3) Mioma Uteri

4) Polip

12
5) Kelainan Kongenital Uterus (Manuaba, 2012)

3. Klasifikasi Dismenorea

a. Dismenorea Primer

Dismenorea Primer adalah nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan

tidak terdapat kelainan yang terjadi sejak menarche dan tidak terjadi

kelainan pada alat kandungan (Marmi, 2013). Dismenorea primer terjadi

pada 90% wanita dan biasanya terasa setelah mereka menarche dan

berlanjut hingga usia pertengahan 20-an atau hingga mereka memiliki

anak (Irianto, 2015). Penyebabnya adalah adanya jumlah prostaglandin

F2α yang berlebihan pada darah menstruasi, yang merangsang

hiperaktivitas uterus (Price, 2012).

b. Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder biasanya terjadi kemudian setelah menarche.

Biasanya disebabkan hal lain. Nyeri biasanya bersifat reguler pada setiap

haid namun berlangsung lebih lama dan bisa berlangsung selama siklus.

Nyeri mungkin pada salah satu abdomen. Dismenore sekunder dapat

disebabkan oleh endometriosis dimana jaringan uterus tumbuh di luar

uterus dan ini dapat terjadi pada wanita tua maupun muda. Implant ini

masih bereaksi terhadap estrogen dan progesteron sehingga dapat meluruh

saat haid. Hasil peluruhan jika masuk kedalam rongga abdomen dan

merangsang peritoneum akan menghasilkan nyeri. Endometriosis

ditemukan pada 10-15 % wanita usia 25-33 tahun. Dismenore sekunder

dapat juga disebabkan fibroid, penyakit radang panggul, IUD, tumor pada

13
tuba falopi, usus, atau vesika urinaria, plip uteri, inflammatory bowel

diesease, skar atau perlengketan akibat operasi sebelumnya dan

edenomiosis yaitu suatu keadaan dimana endometrium tumbuh menembus

miometrium (Marmi, 2013).

4. Gejala Dismenorea

Gejala utama dismenore pimer adalah nyeri, dimulai pada masa awitan

menstruasi. Kadang-kadang, gejala tesebut dapat lebih lama dari 1 hari

tapi jarang melebihi 72 jam (Price, 2012). Nyeri pada bagian

bawah/panggul, menjalar ke sepanjang paha depan terkadang sampai ke

punggung bawah dan kadan dapat menimbulkan mual, muntah, diare,

penurunan kesadaran, kelelahan, dan nyeri kepala (Manuaba, 2012).

Dismenorea terdiri dari gejala yang kompleks berupa kram perut bagian

bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai dengan

gastrointestinal dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.

Gejala dismenorea sekunder dimulai 2-3 hari sebelum haid, dapat

mereda saat haid dimulai/akhir haid. Disertai dengan

menoragia/dispareunia. Gejala-gejalanya bersifat khas sesuai dengan

kelainan patologinya. Kelainan patologi seperti endometriosis, retroversi

uterus, adenomiosis, sindrom asherman, stenosis serviks, fibroid, dan polip

endometrium (Datta M, 2015 ).

14
5. Faktor Resiko Dismenorea

a. Umur Menarche

Faktor resiko terjadinya dismenore salah satunya adalah pada

orang yang mengalami menarche lebih awal (Smeltzer dan Bare,

2013). Menarche adalah haid yang pertama terjadi, yang merupakan

cirri khas kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil. Usia

menarchedipengaruhi salah satunya oleh status gizi perempuan remaja

sebelumnya (Nurillah, 2012).Menarche dimulai pada umur 11 – 13

tahun, bahkan pada beberapa anak terjadi lebih cepat (Kemenkes RI,

2012).

b. Lama Menstruasi

Menstruasi yang lama pada seorang wanita meningkatkan produksi

hormon prostaglandin sehingga berlebih yang akhirnya menimbulkan

nyeri ketika menstruasi. Berlebihnya produksi prostaglandin

disebabkan kontraksi otot uterus yang berlebihan selama menstruasi

(Pakaya D, 2010). Lama menstruasi normal adalah 4-7 hari.

c. Kebiasaan Olahraga

Latihan-latihan olahraga justru sangat menguntungkan, karena

dapat mengurangi rasa sakit, dan juga dapat meringankan atau

mencegah terjadinya dysmenorhea tersebut. Latihan-latihan olahraga

yang sedang-sedang atau bahkan yang cukup berat baik sekali

dianjurkan untuk mengurangi penderitaan wanita tadi. Dari penelitian,

15
ternyata dysmenorhea lebih sedikit terjadi pada olahragawati,

dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah berolahraga .

d. Status Gizi

Pada masa menstruasi, setiap bulannya seorang perempuan

mengeluarkan darah menstruasi yang cukup banyak, yakni sekitar 60

sampai 200 ml cairan darah dalam satu siklus (Hardisman, 2014). Pada

saat haid fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan

bila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan

yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid . Gizi

kurang atau terbatas selain akan memengaruhi pertumbuhan, fungsi

organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi.

Hal ini akan berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila

asupan nutrisinya baik. Orang dengan indeks massa tubuh yang lebih

dari normal menunjukkan terdapat peningkatan hormon prostaglandin

yang berlebih, sehingga memicu terjadinya spasme miometrium yang

dipicu oleh zat dalam darah haid, mirip lemak alamiah yang dapat

ditemukan di dalam otot uterus (WHO, 2013).

c. Riwayat Keluarga

Wanita yang memiliki riwayat dismenore pada keluarganya

memiliki prevalensi yang lebih besar untuk terjadinya dismenore.

Beberapa peneliti memperkirakan anak dari ibu yang memiliki

masalah menstruasi juga mengalami menstruasi yang tidak

menyenangkan, ini merupakan alasan yang dapat dihubungkan

16
terhadap tingkah laku yang dipelajari dari ibu. Alasan riwayat keluarga

merupakan faktor risiko dismenore mungkin dihubungkan dengan

kondisi seperti endometriosis (Ozerdogan dkk, 2009).

6. Pencegahan Dismenorea

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer yang dapat dilakukan untuk mengatasi dismenorea

adalah :

1) Melakukan olahraga yang rutin agar aliran darah dan oksigen

menuju uterus menjadi lancar sehingga mengurangi rasa nyeri

ketika menstruasi.

2) Tidur cukup untuk mengurangi tingkat stres yang dapat

menyebabkan dismenore..

3) Hindari minuman yang mengandung kafein yang dapat

meningkatkan pelepasan prostaglandin

4) Diet rendah garam

5) Konsumsi makanan berserat dan perbanyak minum air putih

(Morgan dan Hamilton, 2009)

b. Pencegahan Sekunder

1) Kompres Hangat

Pencegahan sekunder dismenore yang paling sederhana adalah

dengan kompres hangat. Manajemen nyeri non farmakologis,

misalnya kompres hangat yaitu dimana kompres hangat dapat

meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan

17
melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri

dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan

sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan

Vasokongesti pelvis ( Bobak, 2013).

2) Pemberian obat

Pada dismenorea primer, OAINS berguna untuk menghambat

sintesis prostaglandin (Datta, 2015). Golongan OAINS seperti

Ibuprofen, Asam mefenamat dan natrium diklofenak dan OCP

(Penekan Ovulasi).

Pengobatan dismenorea sekunder sesuai dengan penyebab yang

menimbulkan dismenorea sekunder. Pengobatan operatif

dismenorea sekunder antara lain laparoskopi diagnostik operatif,

Presakral neurektomi dan Histerektomi.

3) Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier bertujuan memperkecil rasa nyeri

yang dialami oleh penderita dism enore sehingga dapat

menyesuaikan diri dengan kondisi yang dialami. Pencegahan

tersier yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan dukungan

secara psikologis agar penderita dismenore merasa nyaman (Sirait,

2014). Rasa nyeri yang semakin meningkat dapat memeriksakan ke

pelayanan kesehatan agar dapat di tindaklanjuti.

18
7. Pengukuran Intensitas Nyeri

Pengkajian nyeri haid yang faktual dan akurat dibutuhkan untuk

menetapkan data dasar dalam menetapkan diagnosa keperawatan yang

tepat dan merencanakan intervensi yang sesuai (Potter & Perry, 2015).

Pengkajian karakteristik nyeri sangat membantu dalam membentuk pola

nyeri dan tindakan untuk mengatasi nyeri. Pengukuran intensitas

keparahan nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran

nyeri yaitu Visual Analog Score (Vas).

Kriteria nyeri adalah sebagai berikut :

a. Skala 0 tidak nyeri

b. Skala 1 – 3 nyeri ringan, dimana klien belum mengeluh nyeri, atau

masih dapat ditolerir karena masih dibawah ambang rangsang.

c. Skala 4 – 6 : nyeri sedang, dimana klien mulai merintih dan

mengeluh, ada yang sambil menekan pada bagian yang nyeri.

d. Skala 7 – 9 : termasuk nyeri berat, klien mungkin mengeluh sakit

sekali dan klien tidak mampu melakukan kegiatan biasa.

e. Skala 10 : termasuk nyeri sangat hebat, pada tingkat ini klien tidak

dapat lagi mengenal dirinya.

19
8. Dampak Dismenorea

Dismenore yang terjadi berakibat penurunan aktifitas keseharian

seperti belajar, perkuliahan, dan aktifitas lainnya.

Dampak psikologis yang ditimbulkan dari dismenore terhadap

aktivitas belajar yaitu penurunan konsentrasi dalam mendengarkan

materi yang disampaikan oleh dosen, kurang aktif selama kegiatan

SGD maupun pleno seperti malas atau kurang aktif dalam bertanya,

menjawab, atau mengajukan pendapat terkait topik tertentu yang

sedang dibahas bahkan jika mahasiswi tersebut tidak mampu

menahan nyerinya karena dismenore berat, mahasiswi akan memilih

ijin atau mungkin bolos kuliah kerena tidak mampu untuk mengikuti

kegiatan perkuliahan akibat dismenore tersebut.

20
B. Konsep Aromaterapi Lvender

1. Pengertian Aromaterapi Lavender

Aromaterapi merupakan suatu metode yang menggunakan minyakasiri

untuk meningkatkan kesehatan fisik dan juga memengaruhi kesehatan

emosi seseorang. Minyak asiri merupakan minyak alami yang diambil dari

tanaman aromatik. Minyak jenis ini dapat digunakan sebagai minyak pijat

(massage), inhalasi, produk untuk mandi, dan parfum.

Aromaterapi adalah istilah modern yang dipakai untuk proses

penyembuhan kuno yang menggunakan sari tumbuhan aromatic murni.

Tujuannya adalah meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan

tubuh,pikiran dan jiwa (Primadiati, 20013).

Pengertian lain Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan

essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau

menjaga kesehatan, membangkitkan semangat,menyegarkan serta

membangkitkan jiwa raga. Essensial oil yang digunakan disini merupakan

cairan hasil sulingan dari berbagai jenis bunga, akar, pohon, biji, getah,

daun, rempah-rempah yang khasiat untuk mengobati (Synder, et. al.,

2012).

Sari tumbuhan aromatik yang dipakai diperoleh melalui baerbagai

macam cara pengolahan dan dikenal dengan nama ’’minyak essensial’’.

Aromaterapi lavender (Lavendula Augustfolia) merupakan salah satu

minyk terapi yang popular dipakai sebagai antiseptic dan penyembuhan

luka. Mempunyai efek relaksasi pada ketidaknyamanan atau nyeri. Minyak

21
lavender digunakan untuk mengatasi masalah penceranaan,gangguan

menstruasi dan nyeri pada bagian tubuh.

Penggunaan aromaterapi dapat digunakan melalui berbagai cara, yaitu

melalui inhalasi, massage, kompres maupun berendam. Kombinasi

massage menggunakan aromaterapi bertujuan untuk mendapatkan hasil

yang lebih baik daripaa hanya menggunakan salah satu terapi. Pijat

aromaterapi merupakan cara yang populer untuk menggunakan minyak

essensial karena ia bekerja dalam beberapa cara pada waktu yang sama.

Kulit menyerap minyak essensial karena bekerja dalam beberapa cara pada

waktu yang sama. Kulit menyerap minyak essensial dan aromaterapi juga

masuk melalui pernafasan, ditambah dengan terapi fisik dari massage itu

sendiri.

2. Jenis – jenis Tanaman Lavender

a. Lavendula Angustifolia

Lavender angustifolia ( lavender inggris, tapi bukan berarti bunga

ini berasal dari inggris ) atau yang biasa dikenal sebagai lavender

berdaun sempit merupakan salah satu jenis tanaman berbunga yang

berasal dari kawasan mediterenia ( Spanyol, prancis, italia, kroasia,

dll ). Sebagian tanaman lavender lainnya tanaman ini tergolong

tanaman semak aromatic yang mampu tumbuh hingga setinggi 1-2

meter. Daun hijau nya memiliki panjang 2-6 cm dan berdiameter 4-6

milimeter. Bunganya berwarna merah muda-ungu.

22
b. Lavendula Latifolia

Lavendula latifolia ( artinya berdaun lebar ) atau lavender portugis

merupakan salah satu jenis tanaman berbunga yang berasal dari

Mediterania bagian barat, seperti Portugal, italia utara (liguria),spanyol

dan perancis selatan. Ciri-ciri tinggi tanaman 30-80cm, daunnya

berwarna hijau dengan panjang 3-6 cm dan lebar 5-8 mm.

c. Lavendula Lanata

Lavendula lanata adalah salah satu jenis bunga lavender yang

berasal dari spanyol selatan. Tanaman ini memiliki ciri khas berupa

rambut atau bulu halus yang menyelimutinya mulai dari ujung batang

hingga ujung bunga. Karena memiliki bulu halus tanaman ini seolah-

olah berwarna perak, terutama pada bagian daunnya. Untuk bungannya

sendiri berwarna ungu tua.

d. Lavendula Dentata (lavendula perancis)

Lavendula dentate adalah salah satu jenis bunga lavender aromatic

yang berasal dari kawasan Mediterania, pulau-pulau atlantik dan

samenanjung arab (spanyol timur,aljazair utara dan Maroko). Ciri-ciri

tinggi tanaman 60cm, daunnya berwarna hijau keabu-abuan dan

berbentuk tombak dengan tepi bergigi dan bertekstur ringan seperti

wol.

e. Lavendula Stoechas

Lavendula stoechas adalah salah satu jenis bunga lavendula

aromatik yang berasal dari kawasan Mediterania (pesisir timur

23
spanyol, perancis selatan, italia barat, yunani, Bulgaria, turki). Ciri-

cirinya tinggi tanaman 30-100 cm bahkan ada yang 2 m (subspecies

luisieri). Daunya memiliki panajng 1-4 cm dan berwarna keabu-abuan.

f. Lavendula Pedunculata

Lavendula pedunculata merupakan salah satu jenis bunga lavender

aromatic barasal dari kawasan Iberia, maroko, dan turki barat. Ciri-

cirinya daun berwarna hijau keabu-abuan yang berbentuk gerigi

diujung dan sempit, bunganya akan muncul di musim panas dan

berwarna ungu sedangkan di bagian paling atas dari bunganya

berwarna ungu atau merah muda dan mekar.

g. Lavendula Multifida

Lavendula multifida merupakan salah satu jenis bunga lavender

yang berasal dari kawasan maditerania selatan, termasuk Iberia, sisilia

dan canary island (Maroko, Portugal selatan dan spanyol, norther,

aljazair, Tunisia, Tripolitania, Calabria dan sisilia, dengan populasi

terisolasi di lemabah Nil). Ciri-cirinya batang berwarna abu-abu dan

berbulu, daunya menyirip ganda. Bunga berwarna ungu atau violet

biru atau biru tua.

h. Lavandula Pinnata

Lavendula pinnata atau fernleaf lavender merupakan salah satu

jenis bunga lavender yang berasal dari kawasan canaries dan juga

madeir. Ciri-cirinya memiliki tangkai bunga yang bercabang dan

24
berwarna ungu, umumnya akan uncul pada musim panas, daunnya

bercabang dan berwarna abu-abu.

i. Lavendula Rotundifolia

Lavandula rotundifolia merupakan salah salah satu jenis bunga

lavender yang berasal dari kawasan Cape Verde. Manfat tanaman ini

digunakan sebagai obat tradisional unuk mengatasi penyakit perut.

j. Salvia Apiana ( Lavander putih )

Salvia apiana merupakan salah satu jenis bunga lavender yang

berasal dari daratan Amerika ( Meksiko, California, Mojava dan gurun

Sonoran). Meskipun berasal dari genus yang berbeda namun bunga

sage masih atau keluarga dengan bunga lavender. Ciri-cirinya tinggi

1,3-1,5 meter, daun hijau keabu-abuan dan mengandung minyak dan

resin yang akan melepaskan aroma kuat ketika digosok.

h. Salvia Officinalis

Salvia officinalis merupakan salah satu jenis bunga lavender yang

berasal dari genus salvia dan berasal dari wilayah Mediterania. Ciri-

cirinya tinggi 60 cm, daun lonjong dengan panjang 6,4 cm dan lebar

2,5. Daunnya berwarna hijau keabu-abuan dan memiliki bulu-bulu

halus.

25
3. Mekanisme Aromaterapi

Efek fisiologis dari aroma dapat dibagi menjadi dua jenis : mereka yang

bertindak melalui stimulasi system saraf dan organ-organ yang bertindak

langsung pada organ atau jaringan melalui effector-receptor mekanisme

(Hongratanaworakit, 2014).

Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan

minyak esensial memicu perubahan dalam system limbic, bagian dari otak

yang berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang

respon fisiologis saraf, endokrin atau system kekebalan tubuh, yang

mempengaruhi denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, aktifitas

gelombang otak pelepasan bagian hormone diseluruh tubuh.

Efeknya pada otak dapat menjadikan tenang atau merangsang system

saraf, serta mungkin membantu dalam menormalkan sekresi hormon.

Menghirup minyak essensial dapat meredakan gajala pernafasan,

sedangkan aplikasi lokasi minyak yang diencerkan dapat membantu untuk

kondisi tertentu. Pijat dikombinasikan dengan minyak essensial

memberikan relaksasi, serta bantuan dari rasa nyeri, kekuatan otot dan

kejang. Beberapa minyak essensial yang diterapakn pada kulit dapat

menjadi anti mikroba ,antiseptic, anti jamur, atau anti inflamasi

(Hongratanaworakit, 20014).

26
4. Manfaat Minyak Aromaterapi

Beberapa manfaat minyak aromaterapi (essensial oil):

a. Lavender, dianggap paling bermanfaat dari semua minyak astiri.

Lavender dikenal untuk membantu meringankan nyeri, sakit kepala,

insomnia, ketegangan dan stress (depresi) melawan kelelahan dan

mendapatkan untuk relaksasi, merawat agar tidak infeksi paru-paru,

sinus, termasuk jamur vaginal, radang tenggorokan, asma, kista dan

peradangan lain. Meningkatkan daya tahan tubuh, regenerasi sel, luka

terbuka, infeksi kulit dan sangat nyaman untuk kulit bayi,dll.

b. Jasmine : Pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita,

mengobati impotensi, anti depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan

radang selaput lendir.

c. Orange : Baik untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak lancer,

debar jantung tak teratur dan tekanan darah tinggi.

d. Peppermint : Membasmi bakteri, virus dan parasit yang berasang di

pencernaan. Melancarkan penyumbatan sinus dan paru, mengaktifkan

produksi minyak dikulit, menyembuhkan gatal-gatal karena kadas/kurap,

herpes, kudis karena tumbuhan beracun.

e. Rosemary : Salah satu Aroma yang manjur memperlancar peredaran

darah, munurunkan kolesterol, mengendorkan otot, reumatik,

menghilangkan kotombe, kerontokan rambut, membantu mengatasi kulit

kusam sampai di lapisan terbawah. Mencegah kulit kering, berkerut yang

menampakkan urat-urat kemerahan.

27
f. Sandalwood : Menyembuhkan infeksi saluran kencing dan alat

kelamin, mengobati radang dan luka bakar, masalah tenggorokan,

membantu mengatasi sulit tidur dan menciptakan ketenangan hati.

g. Green tea : Berperan sebagai otak kekebalan yang baik mengobati

penyakit paru-paru, alat kelamin, vagina, sinus, infeksi mulut, infeksi

jamur, cacar iar, raum saraf melindungi kulit kerena radiasi bakar selama

terapi kanker.

h. Ylang-ylang / Kenanga : Bersifat menenangkan, melegakan sesak nafas,

berfungsi sebagai tonik rambut sekaligus sebagai pembangkit rasa cinta.

i. Lemon : Selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat

antioksidan, antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri, mencegah

hipertensi, kelenjar hati dan limpa yang tersumbat, memperbaiki

metabolisme, menunjang system kekebalan tubuh serta memperlambat

kenaikan berat badan.

j. Frangsipani / Kamboja : Bermanfaat untuk pengobatan, antara lain, bisa

untuk mencegah pingsan, radang usus, disentri, basiler, gangguan

pencernaan, gangguan penyerapan makanan pada anak, radang hati,

radang saluran nafas, jantung berdebar, TBC, cacingan, sembelit,

kencing nanah, beri-beri, kapalan, kaki pecah-pecah, sakit gigi, tertusuk

duri atau beling, bisul dan patekan. Aromaterapi dari wewangian ini

melambangkan kesempurnaan. Ini dapat digunakan untuk meditasi dan

memberikan suasan hening yang mendalam.

28
k. Strawberry : Dapat menigkatkan selera makan, mengurangi penyakit

jantung, tekanan darah tinggi dan kanker.

l. Lotus : Menigkatkan vasilitas konsentrasi, mengurangi panas dalam,

meningkatkan fungsi limpa dan ginjal.

m. Appel : Dapat menyembuhkan mabuk, diare, merupakan system

pencernaan, menjernihkan pikiran, mengurangi gejala panas dalam.

n. Vanilla : Dengan aroma yang lembut dan hangat mampu menenangkan

pikiran.

o. Night Queen : Membuat nyaman dan rileks.

p. Opium : Menggembirakan, memberi energy dan semangat tertentu.

q. Coconut : Memberikan efek ketenangan, menghilangkan stress, mampu

mempertahankan keremajaan kulit wajah sehingga wajah selalu Nampak

bersinar sepanjang masa.

r. Sakura : Di antaranya, disentri, demam, muntah, batuk darah, keputihan,

tumor, insomnia, mimisan, sakit kepala, hipertensi.

Dari uraian aromaterapi dan manfaatnya, aromaterapi yang mempunyai

manfaat meringankan nyeri adalah jenis aromaterapi lavender. Minyak

lavender di ekstrak dari tanaman yang disebut lavandula angustifolia. Dari

semua aromaterapi, lavender dianggap paling bermanfaat dari semua minyak

atrisi.

5. Bunga Lavender

Bunga lavender berasal dari bahasa latin ‘’lavera’’ yang berarti

menyegarkan dan orang-orang Roma telah memakainya sebagai parfum dan

29
minyak mandi sejak dahulu. Bunga lavender memiliki 25-30 spesis,

beberapa diantaranya adalah lavandula angustifolia, lavandula lattifolia,

lavandula stoechas. Penampakan bunga ini adalah berbentuk kecil, berwarna

ungu kebiruan, dan tinggi tanaman mencapai 72 cm. Afrika tropis dan ke

arah timur sampai India. Tanaman ini tumbuh baik pada daerah daratan

tinggi, dengan ketinggian berkisar antara 600-1.350 m di atas permukaan

laut.

6. Zat Yang Terkandung Pada Minyak Lavender

Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas beberapa

kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram minyak lavender tersusun

atas beberapa kandungan, seperti : minyak essensial (13%), alpha-pinene

(0,22%), camphene (0,06%), beta-myrcene (5,33%), p-cymene (0,3%),

limonene (1,06%), cineol (0,51%), linolool (26,12%), borneol (1,21%),

terpinen-4-o1 (4,64%), linail acetate (26,32%), geranyl acetate (2,14%), dan

caryophyllene (7,55%). Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa

kandungan utama dari bunga lavender adalah linail asetat dan linalool

(C10H18O) (McLain DE, 2009).

7. Teknik Pemberian Aromaterapi

Teknik pemberian aromaterapi bisa digunakan dengan cara :

a. Inhalasi : Biasanya dianjurkan untuk masalah dengan pernafasan dan

dapat dilakukan dengan menjatuhkan beberapa tetes minyak essensial ke

dalam mangkuk air atau mengepul. Uap tersebut kemudian dihirup

selama beberapa saat, dengan efek yang ditingkatkan dengan

30
menempatkan handuk diatas kepala dan mangkuk sehingga membentuk

tenda untuk menangkap udara yang dilembabkan dan bau.

b. Message / Pijat : Menggunakan minyak esensial aromatik

dikombinasikan dengan minyak dasar yang dapat menenangkan atau

merangsang, tergantung pada minyak yang digunakan. Pijat minyak

esensial dapat diterapkan kea rah masalah tertentu atau ke seluruh tubuh.

c. Difusi : Biasanya di gunakan untuk menenangkan saraf atau mengobati

beberapa masalah pernafasan dan dapat dilakukan dengan penyemprotan

senyawa yang mengandung minyak ke udara dengan cara yang sama

dengan udara freshener. Hal ini juga dapat dilakukan dengan

menempatkan beberapa tetes minyak essensial dalam diffuser dan

menyalakan sumber panas. Duduk dalam jarak tiga kaki dari diffuser,

pengobatan biasanya berlangsung sekitar 30 menit.

d. Kompres : Panas atau dingin yang mengandung minyak esensial dapat

digunakan untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan sakit kepala.

e. Perendaman : Mandi yang mengandung minyak essensial dan

berlangsung selama 10-20 menit yang direkomendasikan untuk masalah

kulit dan menenangkan saraf (Craig hospital, 2013).

8. Prosedur Kerja Inhalasi Aromaterapi

Menurut Kim et al (2010), metode kerja inhalasi dengan kapas basah

berisi cairan aromaterapi lavender dengan konsetrat 2% yang diletakkan

disamping lubang masker oksigen. Pasien menghirup aromaterapi yang

31
masuk bersama oksigen dengan kecepatan 3-8 liter/menit. Intervensi ini

dilakukan kurang lebih 15 menit.

C. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Dismenorea

Pada saat seseorang menghirup aromaterapi lavender, molekul yang

mudah menguap (volatile) dari minyak tersebut dibawah ke sel-sel reseptor

dihidung. Ketika molekul – molekul tersebut menempel pada rambut-rambut

halus di hidung, maka terjadilah suatu pesan elektrokimia yang akan

ditransmisikan melalui saluran olfactory ke otak kemudian ke system limbic.

Dimana akan merangsang hipotalamus untuk melepaskan hormon serotonin

dan hormon endorphin, yang mana fungsi hormone serotonin yaitu dapat

memperbaiki suasana hati sedangkan hormon endorphin sebagai penghilang

rasa sakit alami serta menghasilkan perasaan rileks, tenang, dan senang.

Ketika seseorang menghirup aromaterapi lavender salama 15-30 menit maka

dapat mengondorkan otot-otot yang mengalami ketegangan dan kemudian

dapat membuka aliran darah yang sempit sehingga dapat menurunkan nyeri

haid.

Aromaterapi lavender merupakan tindakan terapeutik yang bermanfaat

meningkatkan kondisi fisik dan psikologis ibu bersalin. Secara fisik baik

digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, sedangkan secara psikologis dapat

merilekskan pikiran, menurunkan ketegangan dan kecemasan serta memberi

ketenangan. Bau yang menyenangkan akan menstimulasi thalamus untuk

mengeluarkan enkefalin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami

dan menghasilkan perasaan sejahtera. Enkefalin sama halnya dengan

32
endorphin, yaitu zat kimiawi endogen (diproduksi oleh tubuh) yang

berstruktur serupa dengan opioid. Enkefalin dianggap dapat menimbulkan

hambatan presinaptik (neuron yang menyekresi bahan transmitter) dan

hambatan post sinaptik (tempat transmitter bekerja) di kornu dorsalis. Proses

tersebut mencapai inhibisi oleh enkefalin yaitu penghambatan substansi P

sehingga nyeri tidak atau berkurang diteruskan menuju otak. ( Sisca Dewi

Karlina, dkk,2014).

D. Penelitian Terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rica Phuspitawati (2016)

tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap skala nyeri haid siswi kelas X

Sekolah menengah atas N 1 sungai ambawang kabupaten Kuburaya,

mununjukan bahwa aromaterapi lavender berpengaruh dalam penurunan skala

nyeri haid. Hal ini disebabkan pada saat seseorang menghirup aromaterapi

lavender, molekul yang mudah menguap (volatile) dari minyak tersebut

dibawah ke sel-sel reseptor dihidung. Ketika molekul – molekul tersebut

menempel pada rambut-rambut halus di hidung, maka terjadilah suatu pesan

elektrokimia yang akan ditransmisikan melalui saluran olfactory ke otak

kemudian ke system limbic. Dimana akan merangsang hipotalamus untuk

melepaskan hormon serotonin dan hormon endorphin, yang mana fungsi

hormone serotonin yaitu dapat memperbaiki suasana hati sedangkan hormon

endorphin sebagai penghilang rasa sakit alami serta menghasilkan perasaan

rileks, tenang, dan senang. Ketika seseorang menghirup aromaterapi lavender

salama 15-30 menit maka dapat mengondorkan otot-otot yang mengalami

33
ketegangan dan kemudian dapat membuka aliran darah yang sempit sehingga

dapat menurunkan nyeri haid.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rita Hartati Sidi (2012)

temtang pengaruh aroma terapi lavender terhadap penurunan intensitas nyeri

haid (disminore primer) pada wanita usia 17-23 tahun bahwa ada pengaruh

yang signifikan pemberian aroma terapi lavender terhadap penurunan

intensitas nyeri haid (disminnore primer), dengan hasil penelitian menunjukan

nilai t hitung 14,018 lebih besar dari t table 1,684 dan nilai p value adalah

0,000 dengan demikian p value < α(0,000<0,005) lebih kecil dari taraf

kesalahan (α) 0,05 atau dengan signifikan 95%.

34
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan

(Riyanto, 2012).

Variabel Independen Variabel Dependen

Aromaterapi Lavender Dismenorea

Keterangan :

= Variabel yang ditiliti

= Garis Pengubung

Gambar 2.1. Kerangka penelitian Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap

Dismenorea Pada Remaja Putri Di Man 1 Model Manado.

35
B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah

atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 20013).

Ha : Ada Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Dismenorea Primer

Pada Remaja Putri Di Man Model 1 Manado.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan

bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel,

sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang

akan membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama

(Riyanto, 2010). Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah :

Table 3.1. Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Dismenorea Pada

Remaja Putri Di Man Model 1 Manado.

VARIABEL DEFINISI PARAMETER ALAT SKALA SKOR

OPERASIONAL UKUR
Variabel Pemberian Menggunakan - SAP

Independen : minyak terapi SOP. - Minyak /

Aromaterapi lavender dalam lilin.

Lavender. bentuk Esential

Oil Lavender

untuk

meminimalisir

terjadinya nyeri

haid pada remaja

36
putri.
Variabel Perasaan yang Skala nyeri Lembar Interval Skala

Dependen : tidak VAS ( Visual observasi / Nyeri

Dismenorea. menyenangkan Analog Score ). ceklist 0-10 :

berupa kram a. Skala 0

pada perut tidak

bagian bawah nyeri

yang terjadi saat b. Skala

menstruasi. 1-3

nyeri

ringan

c. Skala

4-6

nyeri

sedang

d. Skala

7-9

nyeri

berat

e. Skala

10

nyeri

berat.

37
BAB IV

MOTODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian ini merupakan suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data

(Nursalam 2013). Desain penelitian yang akan di gunakan dalam penelitian ini

adalah Pre Eksperimental dengan pendekatan One group pre and post test.

38
Pengukuran ini di ukur sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi lavender

dan pengaruh dismenorea di ukur dari perbedaan antara hasil awal dan hasil

akhir. Dengan kata lain, perlakuan di lakukan pada satu kelompok dengan

bentuk intervensi yang di lakukan, (Notoatmodjo 2014).

O1 X O2

Keterangan : O1 : Test awal (pre test)

X : Pelakuan (tindakan)

O2 : Tes akhir (post test)

Gambar 4.1 : Rencana Penelitian Aromaterapi Lavender Terhadap Dismenore

Pada Remaja Putri Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Manado

B. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Nursalam, 2013).

Populasi dalam penelitian ini yaitu 205 siswi yang mengalami rasa nyeri saat

haid .

39
2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,

2010). Jumlah sampel adalah 20 siswi yang di ambil dari jumlah populasi 205

dengann mmenggunakan rumus arikunto.

Rumus yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah :

n = 10% x N

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = jumlah Populasi

n = 10% x 205

n = 0,10 x 205

n = 20,5

Jadi sampel yang digunakan dalam penilitian ini adalah 20 siswi.

3. Tehnik Sampling

Sampel dalam penelitin ini yakni diambil dengan cara Purposive

Sampling. Penarikan sampel secara purposive sampling merupakan cara

penarikan sampel yang dilakukan memilih subjek berdasarkan kriteria

spesifik yang ditetapkan peneliti :

a. Kriteria Inklusi

40
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum penelitian dari suatu

populasi target dan terjaangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2013).

Yang menjadi kriteria inklusi adalah :

1) Semua siswi kelas X di Man Model 1 Manado

2) Siswi yang bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam dan pariani, 2008). Yang menjadi kriteri eksklusi adalah :

1) Siswi yang tidak hadir saat penilitian berlangsung

2) Siswi yang belum menstruasi.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilakukan di Man Model 1 Manado

2. Waktu

Penelitian dilakukan selama bulan Agustus 2018.

D. Instrument Penelitian

Intrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data (Notoatmodjo, 2014).

Intrumen penelitian ini menggunakan :

a. Variabel independen menggunakan SAP pemberian aromaterapi lavender

b. Variabel dependen menggunakan lembar observasi / ceklist.

41
E. Prosedur Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data peneliti mengikuti prosedur

pengumpulan data.

Dalam melaksanakan penelitian terdapat beberapa syarat prosedur yang

harus di lakukan oleh peneliti yakni :

a. Peneliti mengajukan surat permohonan penelitian di Man Model 1 Manado

dari fakultas ilmu keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado.

b. Melakukan survey awal pendahuluan di tempat penelitian.

c. Persiapan materi serta konsep yang mendukung jalanya penelitian.

d. Mencari responden yang sesuai dengan kritkeria yang sudah di tentukan.

e. Membina hubungan saling percaya dengan para siswi

F. Pengolahan Data

1. Editing

Setelah lembar observasi di isi kemudian di kumpulkan dalam data

setelah dilakukan pengecekan dengan maksud memeriksa kelengkapan

data, keseragaman data dalam usaha melengkapi data yang masih kurang.

2. Coding

Dilakukan pengkodean dengan maksud agar data-data tersebut mudah

diolah dan dapat dijamin kerahasiaannya. Caranya yaitu data-data yang

diberi kode diurutkan tanpa mencantumkan data responden.

3. Tabulating

42
Yaitu peneliti menyusun data yang telah diperoleh berdasarkan

variabel yang telah diteliti.

4. Cleaning

Yaitu memberikan data dengan melihat variabel - variabel yang

digunakan apakah data – datanya sudah benar atau belum.

5. Describing

Yaitu menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah dikumpulkan.

G. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Untuk menentukan jumlah presentase dari masing – masing variabel

independen dan dependen, menggunakan Rumus :

P= F X 100

Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi

N = Jumlah

2. Analisa Bivariat

Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga ada

pengaruh. Dimana Variabel Independen Aromaterapi lavender

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen dismenore pada

remaja putri di Man Model 1 Manado. Data yang diambil dalam

43
penelitian ini adalah kategori data Ordinal dengan menggunakan Uji

Wilcoxon, menggunakan aplikasi SPSS.

H. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek, tidak boleh

bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak pasien

harus dilindugi (Nursalam, 2014).

Lembar disebarkan kepada subjek yang diteliti dengan menekankan pada

masalah – masalah etika :

1. Informasi untuk responden (Informed consent)

Sebelum melakukan tindakan, peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan riset yang akan dilakukan. Jika responden bersedia untuk di teliti

maka responden harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan

tidak memaksa.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)

Untuk menjaga kerahasiaan subjek maka nama subjek tidak

dicantumkan pada lembar kuosioner yang diteliti dan hanya diberi kode

tertentu.

3. Tanpa nama (Anominity)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau

dilaporkan pada hasil penelitian.

44
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Profil Sekolah MAN Model 1 Manado

Man Model terletak dikota Manado, provinsi sulawesi utara. Kota manado

merupakan ibu kota provinsi sulawesi utara. Sebagai ibu kota provinsi,

manado merupakan pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan juga

pariwisata di Sulawesi utara.

Man Model Manado terletak di kecamatan tuminting, salah satu

kecematan di manado yang terletak di bagian utara. Tepatnya di Jl. Hasanudin

No 14. Kelurahan islam lingkungan III. Jarak Man Model dari pusat kota

kurang lebih 3 Km, jika dari Bandara Internasional ‘Sam Ratulangi’ kurang

lebih 10 Km. Mata pencaharian masyarakat disekitar Man Model Manado

adalah Pedagan, Wirausaha, dan Nelayan, sesuai sesuai dengan kondisi kota

manado yang tergolong sebagai kota pantai.

Lokasi Man Model Manado ini adalah ex sekolah cina, yang diserahkan ke

pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1965. Pada awalnya digunakan

untuk sekolah PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Manado hingga pada

tahun 1992, kemudian beralih fungsi menjadi MAN (Madrasah Aliyah Negeri)

Manado hingga kini.

a. Tanah dan halaman

Tanah yang di tempati MAN Model Manado adalah tanah negara

dan depertemen agama RI / kota wilayah Dep. Agama Prop. Sulut

45
sebagai pemegang hak pakai. Luas tanah keseluruhan sesuai dengan

sertifikat adalah 10.073 m2 (termasuk KUA), semua tanah dan

halaman di pagar kelilingi.

Keadaan tanah MAN Model Manado :

Status : Milik Negara (Hak Pakai)

Luas tanah : 10.073 m2

Luas bangunan : 5.197 m2

b. Gedung

Bangunan gedung pada umumnya masih dalam kondisi baik karena

sudah merupakan bangunan baru :

1) Gd. Kantor (2 lantai) : 460 M2

2) Gd. Laboratorium dan perpustakaan : 596 M2 (2 Lantai)

3) Gd. Keterampilan tata busana : 150 M2

4) Gd. Keterampilan tata boga : 150 M2

5) Gd. Keterampilan meubelair : 210 M2

6) Gd. Kegiatan belajar : 1.560 M2 (18 Kelas)

7) Gd. PSBB (2 lantai) : 864 M2

8) Gd. Asrama PSBB (2 lantai) : 420 M2

9) Gd. Asrama siswa (2 lantai) : 496 M2 (3 Gedung)

10) Masjid (2 lantai) : 800 M2

11) Rumah dinas type C.70 : 56 M2

12) Rumah dinas type D.50 : 48 M2

Jumlah luas bangunan : 5.410 M2

46
Lapangan basket (2 buah) : 840 M2

Tambahan dan lain-lain : 3.663 M2

2. Karakteristik Responden
a. Distribusi responden berdasarkan umur
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi menurut umur responden di Remaja Putri di
Madrasah Aliyah Negeri Model 1 Manado kelas X ( n = 20 ).
Umur Banyak Responden
Frequency(f) Percent(%)
14 5 25.0
15 12 60.0
16 1 5.0
17 2 10.0
Total 20 100.0
Sumber Data Primer. Tahun 2018

Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa responden yang memiliki umur

14 tahun sebanyak 5 responden dengan presentase (25.0%) dan responden yang

memiliki umur 15 tahun sebanyak 12 responden dengan presentase (60.0%)

sementara umur 16 tahun memiliki 1 responden dengan presentase (5.0%)

sedangkan 17 tahun memiliki 2 responden dengan presentase (10.0%).

3. Analisa Univariat
a. Distribusi frekuensi Dismenore pada remaja putri sebelum diberi
Aromaterapi Lavender.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Dismenore Responden sebelum diberi


Aromaterapi Lavender Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model
Manado Tahun 2018 (n=20).

47
Dismenore sebelum Banyak Responden
Frequency (f) Percent (%)
Berat 10 50.0
Sedang 9 45.0
Ringan 1 5.0
Total 20 100.0
Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel di atas, sebelum di lakukan Aromaterapi Lavender

menunjukan responden yang memiliki skala nyeri ringan sebanyak 1

responden dengan presentase (5.0%) dan responden yang memiliki skala

nyeri sedang sebanyak 9 responden dengan presentase (45.0%) sedangkan

responden yang memiliki skala nyeri berat sebanyak 10 responden dengan

presentase (50.0 %).

b. Distribusi frekuensi Dismenore pada remaja putri sesudah diberi Aromaterapi


Lavender
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Dismenore Responden sesudah diberi
Aromaterapi Lavender Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Model
Manado Tahun 2018 (n=20).
Dismenore sesudah Banyak Responden
Frequency (f) Percent (%)
Sedang 9 45.0
Ringan 11 55.0
Total 20 100.0
Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel di atas sesudah di lakukan Aromaterapi Lavender

menunjukan responden yang memiliki skala nyeri ringan sebanyak 11

responden dengan presentase (55.0%) dan responden yang memiliki skala

nyeri sedang sebanyak 9 responden dengan presentase (45.0%).

4. Analisa Bivariat

48
Untuk melihat pengaruh antara Aromaterapi Lavender terhadap

Dismenore pada siswi Man Model 1 Manado menggunakan Uji Wilcoxon.

Tabel 5.4 Analisis Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan


Dismenore Pada Siswi MAN Model Manado.

Dismenore N Mean P
Rank Value
Sebelum
20 .00
.000
Sesudah
20 9.00
Uji Wilcoxon p= .000

Berdasarkan tabel di atas hasil pre-test pada 20 responden menunjukan

pemberian aromaterapi lavender kategori berat berjumlah 10 responden

(50.0%) dan responden yang memiliki skala nyeri sedang sebanyak 9

responden dengan presentase (45,0%) sedangkan responden yang memiliki

sklah nyeri ringan sebanyak 1 responden dengan presentase (5,0%).

Sedangkan post-test menunjukan permberian aromaterapi lavender

ketegori ringan berjumlah 11 responden dengan presentase (55.0%) dan

responden yang memiliki skala nyeri sedang sebanyak 9 responden dengan

presentase (45,0%). Dengan uji statistic Wilcoxon menunjukan nilai

signifikan 0,000 (p < .000) dan nilai Mean Rank 9.00. Dengan demikian

disimpulkan bahwa “ terdapat perbedaan dismenore sebelum dan sesudah

diberikan aromaterapi lavender.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh peneliti yang dilakukan kepada 20

responden di siswi kelas X MAN Model 1 Manado dapat dilihat bahwa

49
distribusi frekuensi berdasarkan responden yang memiliki umur 14 tahun

sebanyak 5 responden dengan presentase 25.0% dan responden yang memiliki

umur 15 tahun sebanyak 12 responden dengan presentase 60.0% sementara

umur 16 tahun memiliki 1 responden dengan presentase 5.0% sedangkan 17

tahun memiliki 2 responden dengan presentase 10.0%.

Sedangkan pada analisa univariat sebelum di lakukan Aromaterapi

Lavender menunjukan responden yang memiliki skala nyeri ringan sebanyak 1

responden dengan presentase 5.0% dan responden yang memiliki skala nyeri

sedang sebanyak 9 responden dengan presentase 45.0% sedangkan responden

yang memiliki skala nyeri berat sebanyak 10 responden dengan presentase 50.0

%.

Hal ini karena nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.

Nyeri haid disebabkan oleh aliran darah berkurang karena uterus hiperaktif

(Han, et. all., 2012). Transmisi nyeri, impuls nyeri yang berjalan sepanjang

saraf sensorik ke ganglion akar dorsal dari saraf spinal terkait dan masuk ke

dalam kornu posterior medula spinalis yanng disebut dengan neuron pertama.

Neuron kedua muncul di kornu posterior, melintang di dalam medula spinalis

(persimpangan sensorik) dan mengantarkan impuls melalui medula oblongata,

pons varolli dan otak tengah ke talamus. Dari sini impuls berjalan sepanjang

neuron ketiga menuju korteks sensorik.

Nyeri menstruasi akan sangat dirasakan sebagai rasa ketidaknyamanan

yang hebat apabila hanya ditunggu sampai nyeri tersebut hilang dengan

50
sendirinya karena hambatan impuls yang berangsur-angsur hilang. Pemberian

aromaterapi lavender diyakini dapat merangsang aktivitas sel-sel otak di

amigdala mirip dengan cara beberapa pekerjaan obat penenang. Peneliti lain

menganggap bahwa beberapa molekul dari minyak esensial bisa berinteraksi

dalam darah dengan hormon atau enzim sehingga dapat membantu mengurangi

rasa nyeri (Davis, 2013).

Pemberian Aromaterapi lavender ini dibuktikan dengan sesudah di

lakukan Aromaterapi Lavender menunjukan responden yang memiliki skala

nyeri ringan sebanyak 11 responden dengan presentase 55.0% dan responden

yang memiliki skala nyeri sedang sebanyak 9 responden dengan presentase

45.0%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Hur,

et.all. (2012) yang bermaksud membuktikan efek aromaterapi lavender

terhadap nyeri haid, dengan 23 subyek kelompok eksperimen dan 23 subyek

kelompok control, dengan menggunakan minyak essensial lavender. tingkat

nyeri diukur dengan VAS sebelum diberikan aromaterapi lavender dan

sesudah diberikan aromaterapi lavender.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

51
Berdasarkan hasil penielitian dapat disimpulkan dari penelitian ini sebagai

berikut :

a. Sebelum dilakukan aromaterapi lavender pada remaja putri Di MAN

Model 1 Manado sebagian besar berada pada kategori dismenore berat.

b. Setelah dilakukan aromaterapi lavender pada remaja putri Di MAN Model

1 Manado sebagian besar berada pada kategori dismenore ringan.

c. Ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap dismenore pada remaja putri

Di MAN Model 1 Manado.

B. Saran

A. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bukti bahwa ada pengaruh

aromaterapi lavender terhadap dismenore pada remaja putri Di MAN

Model 1 Manado

2. Bagi MAN Model 1 Manado

Hasil penelitian ini dapat di jadikan acuan Di MAN Model 1 Manado

untuk dapat melakukan aromaterapi lavender agar remaja putri yang

dismenore tidak terjadi dismenore hebat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan referensi untuk peneliti-

peneliti selanjutnya.

52
4. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dinas kesehatan untuk dapat

melakukan aromaterapi lavender agar remaja putri yang dismenore

tidak terjadi dismenore berat.

5. Siswi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh siswi putri untuk

dapat mengurangi dismenore saat haid.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi ke-4. Jakarta: EGC.

53
Datta, 2015. Rujukan Cepat Obstetri & Ginekologi. Penerjemah : Toni Priliono.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Endif. 2012. Waspada Nyeri Menstruasi. http://media ilmu.com

French, L. 2014. Dysmenorrhea. American Academy of Family Physicians.


www.aafp.arg/afp.

Geri, Morgan. 2009. Obstetri & Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Hardisman. 2014. Pengantar Kesehatan Reproduksi, Seksologi, dan Embriologi


dalam Kajian Illmu Kedokteran dan Al-Qur’an. Yogyakarta : Pustaka
Baru.

Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi (Reproductive healt) Teori dan


Praktikum. Bandung : Alfabeta.

Manuaba. 2012. Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi. Jakarta : Trans Info
Media.

Marmi. 2013. Kesehatan Reproduksi. Yoyakarta : Pustaka Belajar.

Nair, M. 2015. Dasar-dasar Patofisiologi Terapan. Edisi kedua. Jakarta : Bumi


Medika.

Nursalam dan pariani (2013). Riset Keperawatan Ilmiah. Salemba : Medika


Jakarta.

Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2014). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

54
Potter & Perry. 2015. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
25 gpraktik. Jakarta: EGC

Riyanto, A. (2012). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Reeder. 2014. Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga.


18 edisi. Jakarta : EGC.

Setiadi 2010. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G. 2013, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth(Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : Penerbit
EGC.

Sun-Hee Han. 2012. Effect of Aromatherapy on Symptoms of Dysmenorrhea in


College Students : A Randomized Placebo-Controlled Clinical Trial. Vol.
12. The Journal of Alternative and Complementary Medicine.

Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan, Yogyakarta:


Nuha Medika.

STIKES. (2018). Buku Panduan Pedoman Penulisan Skripsi. Manado.

www.mediailmu.com:http//digilib.unimus.ac.id/files/disk1/122/jtptunimus-gdl-
itatrisian-6081-1 pdf.

Yatim, F. 2013. Haid Tidak Wajar dan Menopause. Edisi pertama. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.

55

Anda mungkin juga menyukai