Anda di halaman 1dari 24

http://jurnal.uinsu.ac.id/index.

php/kesmas/article/view/1013/807
ANALISIS SPIRITUAL VALUE, STRES KERJA PEKERJA MUSLIM
SEKTOR FORMAL KOTA MEDAN

Tri Niswati Utami1, Nuraini2


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Medan; 2STIKes RS Haji Medan
mkesoetami@yahoo.co.id; aini68@yahoo.com

ABSTRACT

Formal workers (white collar) are professional jobs that require certain training and skills.
Formal sector workers government agencies and non-government such as: corporate,
institutional and industrial demand time and home work, good performance, demands
adequate skills and productivity work well too. This condition causes the pressure by the
workers and lead to job stress. Research method: using a two stage approach: qualitative
and quantitative. Quantitative design uses one group pretest posttest study. Bivariate data
analysis paired t test and PLS (Partial Least Square). Results and Discussion: before
training, the majority of study subjects spiritual value less category as many as 16 people
(94.1%), after increasing the value of spiritual spiritual training, the majority of both
categories as many as 10 people (58.8%). Statistical test results Smart PLS found 1 indicator
invalid ie, patient indicator (0420). Valid indicators, namely: thanks to God (.842), sincere
(0.926) and happy (0.605). Conclution: spiritual indicator value: thanks to God, cincere and
happy. Spiritual training improve the spiritual value.

Keyword: spiritual value, work stress, syukur pada Allah, cincere, happy

Fenomena Stres Kerja Sektor Formal perubahan di lingkungannya yang dirasakan


Pekerjaan dapat dibagi atas 2 bentuk menggangu dan mengakibatkan dirinya
pekerjaan, yakni pekerjaan di sektor formal dan terancam. Penyebabnya dapat berupa kondisi
informal. Pekerja sektor formal atau disebut psikologi pekerja, pekerjaan yang melebihi
pekerja manajerial (white collar) terdiri dari kemampuan, batasan pekerjaan yang tidak jelas,
tenaga profesional, teknisi dan lainnya, tenaga ketidakpuasan akan besarnya gaji, kepribadian,
kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata masalah pribadi dan keluarga pekerja
usaha dan lainnya, tenaga usaha penjualan, (Kemalahayati, 2013). Sumber stres (stressor),
tenaga usaha jasa. Bekerja pada sektor formal dapat berupa kondisi fisik seperti: panas atau
biasanya membutuhkan tingkat pendidikan yang dingin, infeksi atau peradangan (inflamasi), olah
memadai dan gaji/upah dikenai pajak. Pekerja di raga atau stresor psikologi, misal: lingkungan
sektor formal, baik di lembaga pemerintah dan atau kondisi kerja, hubungan kekerabatan yang
non pemerintah seperti: perusahaan, lembaga tidak bagus, stres kerja dan komunikasi antara
dan industri menuntut aturan waktu dan pulang teman kerja kurang baik (Sharma dkk., 2006).
kerja, kinerja yang baik, tuntutan ketrampilan Penelitian tentang stres kerja di wilayah
yang memadai dan produktivitas kerja yang baik Ciputat Timur telah dilakukan dengan
pula. melakukan pengamatan terhadap 200 pekerja
Kondisi ini menyebabkan tekanan kerja (pegawai) di sektor formal. Data diperoleh
bagi pekerja dan menimbulkan stres kerja. Stres dengan cara wawancara, ditemukan: 79,5%
kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, responden mengalami stres kerja ringan dan
baik fisik maupun mental terhadap suatu 20,5% mengalami stres kerja berat. Hasil analisis

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 1


bivariat dengan tingkat kemaknaan 5%, diperoleh faktor yang berhubungan dengan stres
kerja yakni beban kerja nilai p value 0,011, normal adakalanya tidak membahayakan tubuh
perkembangan teknologi nilai p value 0,045 dan sebab tubuh mampu menjaga keseimbangan fase
kondisi lingkungan kerja nilai p value 0,036 stres. Stres apabila berlangsung lama, tubuh akan
(Lestari, 2013). Penelitian Jehangir (2011) melakukan aktivasi respons yang lama
menemukan stres kerja pekerja sektor formal menyebabkan kerusakan tubuh, mengakibatkan
(perawat) di rumah sakit sebesar 97,1% resiko penyakit dan cedera. untuk itu perlu
disebabkan beban kerja berlebihan, mekanisme pekerja mengelola stres kerja agar tidak
kerja rutinitas, tuntutan tugas tidak sesuai menimbulkan dampak negatif.
dengan kemampuan, konflik dan shift kerja.
Sektor formal lainnya yang beresiko stres Spiritual Value
kerja adalah pekerja call-center. Pekerja call Penelitian spiritual saat ini banyak
center melayani nasabah melalui telepon dan dilakukan di berbagai bidang sehingga
pada saat yang bersamaan, menggunakan spiritualitas murni berkembang menjadi
peralatan layar monitor yang dapat berisiko pada spiritualitas terapan. Spiritualitas murni
terjadinya berbagai masalah kesehatan termasuk menjelaskan tentang kesadaran sepenuhnya yang
stres kerja. Penelitian yang dilakukan untuk bersifat penting (bukan bayangan), pikiran,
mengetahui prevalensi stres kerja pada pekerja perasaan dan persepsi terhadap objek lainnya.
call center menggunakan desain potong lintang Spiritualitas terapan adalah ekspresi lahiriah
dan pengumpulan data dilakukan melalui dalam bentuk perilaku terbuka dari pengalaman
pengisian kuesioner dan pemeriksaan lingkungan subjektif, wawasan, intuisi, kebijaksanaan dan
kerja. Subjek penelitian sebanyak 73 responden kesadaran yang terinspirasi dari spiritualitas
adalah pekerja call center yang telah bekerja murni.
minimal 6 bulan. Stres kerja dikategorikan Spiritual didefinisikan sebagai sebuah
sedang sampai tinggi berdasarkan hasil pencarian yang signifikan berhubungan dengan
pengisian kuesioner self rating survei diagnostik sesuatu yang suci. Definisi ini menggabungkan
stres. Prevalensi stres kerja sedang sampai tinggi fungsi dan substansi psikologi dan agama untuk
terbesar (87,7%) (Ismar dkk., 2011). mencapai baik nilai pribadi maupun tujuan
Jelas bahwa sektor formal meski jenis seseorang (Pargament, 1997). Konsep
pekerjaan yang berbeda-beda memiliki risiko spiritualitas sering mencakup sistem
mengalami stres kerja. Pekerjaan membutuhkan kepercayaan dasar yang terkait dengan agama
pemikiran (psikis), ketrampilan (fisik) atau (pencarian kepada Ilahi yang tertinggi, suci atau
keduanya, apabila individu tidak mempunyai yang melampaui diri secara fisik), melibatkan
kemampuan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan rasa hubungan vertikal kepada Tuhan (Emmons,
dapat menimbulkan stres yang berdampak 1999). Spiritualitas dimunculkan secara aktif dan
negatif (distress). Distress yang berlebihan dapat pasif. Spiritualitas pasif mencerminkan
menyebabkan perubahan terhadap kesehatan, kebutuhan nilai spiritual (spiritual values),
seperti gangguan: kardiovaskuler psikologi dan sedangkan aktif mencerminkan spiritualitas
otot. Gangguan kesehatan terjadi karena tubuh perilaku seseorang (Buchhloz dan Rosenthal,
menerima keadaan stres dan merespons terhadap 2003). Spiritualitas pikiran seseorang
kondisi stres melalui otak. Tubuh memberikan mempengaruhi perilaku berinteraksi dengan
reaksi pertahanan, memperlihatkan tanda seperti: lingkungan kerja dan memberi kekuatan kognitif
1) Penglihatan menjadi tajam. 2) Denyut nadi pada individu dan perilaku (Dehler dan Wels,
meningkat. 3) Pernafasan dalam dan 4) Otot 2003).
tegang. Respon biologi ini akan bertahan lebih Kecerdasan spiritual membawa seseorang
kuat atau mampu dihalau tubuh, dalam keadaan untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dan
keluarga dan sang Maha Pencipta. Spiritual akan
tercermin dalam keberadaannya, keinginanannya
dan bertanggung jawab untuk organisasi atau masyarakat (Zohar, 2004). Integrasi antara akal
dan gairah di otak, suatu perkembangan yang fokus masalah, emosi, intra psikis yaitu kognitif,
akan memungkinkan manusia masa depan untuk perilaku dan interpersonal dalam mengelola stres
lebih tahu perasaan mereka yang sebenarnya dan (Folkman & Moskowitz, 2004; Harrison et al.,
menggunakannya secara lebih efektif dalam 2001; Krause et al., 2001; Mahoney et al., 2001;
kehidupan sehari-hari (Bowell, 2004). Spiritual Pargament, Koenig & Perez, 2000). Religious
atau kecerdasan spiritual yang berkembang coping adalah sejauh mana individu
dengan baik dapat menjadikan seseorang menggunakan strategi koping religius negatif
memiliki “makna” dalam hidupnya. Dengan dan koping religius positif yang mereka miliki
makna hidup ini seseorang akan memiliki untuk memfasilitasi pemecahan masalah dan
kualitas “menjadi”, yaitu eksistensi yang dapat tuntutan situasi kerja yang penuh tekanan
membuat seseorang merasa gembira dan (stressfull) (Safaria, 2011).
menggunakan kemampuannya secara produktif Penelitian tentang spiritual sebagai
(LAN, 2009). mekanisme koping membuktikan hubungan yang
Stres merupakan fenomena multi dimensi signifikan antara spiritual koping dengan stres.
yang komplek berfokus pada hubungan dinamis Efek spiritual koping memperlihatkan interaksi
antara seseorang dengan lingkungan. Perubahan jalur yang signifikan dengan kesejahteraan
fisiologis akibat ancaman, secara umum disebut psikologis perempuan Melayu muslim (Noor,
respons stres. Individu yang tidak memiliki 2008). Penelitian eksperimen tentang stres,
kemampuan menerima stressor menimbulkan strain dan koping mekanisme dengan
respons negatif, sehingga diperlukan ketrampilan menggunakan kelompok kontrol menemukan
dan kemampuan individu untuk menyesuaikan bahwa kelompok kontrol yang diberikan
diri dari stres. Pelatihan spiritual akan perlakuan meditasi, mampu menurunkan tingkat
meningkatkan rasa percaya diri terhadap stres. Rerata skor stres meningkat pada
kemampuan mengatasi stres. Meditasi adalah kelompok tanpa perlakuan meditasi (Batuqayan,
salah satu cara yang disarankan sebagai dasar 2012). Aspek spiritual terbukti berpengaruh pada
program manajemen stres terbukti efektif kinerja seseorang. Spiritual sebagai pendorong
mengelola stres dan menurunkan tingkat stres untuk meningkatkan semangat dan produktivitas
(Batuqayan et al., 2012). Stimulus (pelatihan) kerja (Dupuis, 2003). Penerapan aspek spiritual
diterima oleh pikiran akan dipersepsikan membuktikan pengaruh training emotional
bergantung pada input yang diberikan, untuk spiritual question terhadap motif berprestasi,
membangkitkan kesadaran spiritual. Pelatihan disimpulkan variabel training emotional
spiritual merupakan transformasi meningkatkan spiritual question 21.65% berpengaruh positif
kesadaran spiritual melalui metode zikir, terhadap motif berprestasi (LAN, 2009).
konsentrasi dan fokus. Pikiran yang dikendalikan Pusat manajemen kajian kuesioner menilai
oleh zikir akan menjadi tenang dan damai perilaku sehat termasuk diet, rokok dan
(Utami, 2016). penggunaan alkohol, olahraga, kualitas tidur,
Spiritual koping harus dipandang sebagai kesehatan umum dan resistensi kulit sebagai
suatu proses multi dimensi dan tidak dapat ukuran tingkat ketenangan/kecemasan. Studi
dipandang sebagai indikator perilaku sederhana kualitatif Schmidt-Wilk’s (2004) hubungan
(contoh, berdoa dan pergi ketempat ibadah) atau spiritual dan kebijakan organisasi, ditemukan
terbatas pada fungsi pasif dan defensif jiwa faktor: kepercayaan, keterbukaan, kekompakan
(penolakan, rasionalisasi dan yang lain). tim dan keselarasan. Penerapan spiritualitas
Spiritual koping penggabungan aktif, pasif, dalam organisasi memberi dampak pada
kesejahteraan anggota organisasi, masyarakat
dan lingkungan sekitar. Spiritualitas bersifat
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 3
holistik, perspektif tentang penilaian organisasi sosial dan keselarasan lingkungan (Heaton,
mencakup pengukuran keseimbangan dampak 2004).
Kompetensi merupakan kemampuan atau terhadap motif berprestasi, disimpulkan variabel
kecakapan. Kompetensi juga merupakan training emotional spiritual question 21.65%
pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang berpengaruh positif terhadap motif berprestasi
berhubungan dengan pekerjaan serta (LAN, 2009). Jelas bahwa penerapan
kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan spiritualistas di tempat kerja, memberikan nilai
non rutin. Mendiknas dalam Surat Keputusan positif bagi pekerja, perusahaan atau organisasi.
No. 045/U/2002 menyatakan bahwa kompetensi Penelitian spiritualitas ditempat kerja telah
merupakan seperangkat tindakan cerdas penuh banyak dilakukan, ekspresi spiritualitas individu
tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai ditempat kerja antara lain:
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat 1. Rasa nyaman mengekspresikan sisi spiritual
dalam melaksanakan tugas di bidang pekerjaan di tempat kerja
tertentu. 2. Keputusan yang berhubungan dengan
Profesionalisme adalah orientasi dan sikap pekerjaan, dipandu oleh rasa spiritualitas
kerja kompeten dalam melakukan pekerjaan 3. Interaksi dengan orang lain di tempat kerja
yang disertai dengan tanggung jawab fungsional sering dipengaruhi oleh spiritualitas
dan moral sesuai dengan kode etik profesi. 4. Tidak berkeberatan membicarakan
Sumber daya manusia profesional dapat dicapai, spiritualitas pribadi di tempat kerja
untuk itu perlu kompetensi spiritual, kompetensi 5. Sikap dan perilaku dipengaruhi oleh
sosial dan kompetensi teknis. Hefni (2005) spiritualitas (Toubaugh et al., 2011).
menyebutkan kompetensi spiritual sebagai
kemampuan membaca dan melaksanakan Elemen kompetensi spiritual
perintah Tuhan. Pengukuran spiritualitas menggunakan
Ada tiga kompetensi spiritual: pendekatan subjektif dan objektif. Penelitian
1. Bersumber dari dan terkait dengan nilai dalam spiritualitas dalam organisasi memberikan
spiritual keagamaan dan kepercayaan dalam bukti tambahan bahwa perkembangan spiritual
kaitannya dengan pengabdiannya kepada akan meningkatkan stabilitas tumbuhnya
Tuhan Yang Maha Esa. kesadaran murni sehingga membuat orang lebih
2. Membentuk sikap mental bahwa bekerja resisten terhadap stres dan gangguan kesehatan.
adalah bagian dari amal dan ibadah kepada Penelitian Heaton mengukur spiritual individu
Tuhan Yang Maha Esa. melalui indikator spiritual yaitu: kesehatan,
3. Aplikasi pada pekerjaan tercermin dalam kebahagiaan, kebijaksanaan, kesuksesan dan
bentuk disiplin, dedikasi, integritas dan kepuasan (Heaton et al., 2004). Berikut ini
loyalitas, ethos kerja, motivasi kerja penjelasan indikator dan alat ukur spiritual yang
(Mujiman, 2008). digunakan dalam penelitian Heaton.
Kapasitas spiritual akan tercermin dalam
sebuah komunitas atau organisasi:
keberadaannya, cita-cita dan bertanggung jawab
(Zohar et al., 2004). Aspek spiritual terbukti
berpengaruh pada kinerja seseorang. Spiritual
sebagai pendorong untuk meningkatkan
semangat dan produktivitas kerja (Dupuis,
2003). Penerapan aspek spiritual membuktikan
pengaruh training emotional spiritual question
Tabel 1 Indikator dan Alat Ukur Spiritual

Indikator Alat ukur


Kesehatan 1. Perilaku sehat ditempat kerja, CMR kuesioner (Alexander et
al., 1993)
2. Stabilitas otonomi, tingkat kelakukan (Edelberg, 1972)
3. Kesehatan jantung, tekanan darah
4. Pemanfaatan perawatan kesehatan, rumah sakit
Kebahagiaan 1. Aktualisasi diri, orientasi pribadi (Shostrom, 1966), tanpa
narkoba
2. Mengukur kebahagiaan (Fordyce, 1988)
3. Stabilitas emosional, international personality item pool
(2001)
Kebijaksanaan 1. Perkembangan ego, tes melengkapi kalimat (Hy and
Loevinger, 1996)
2. Alasan prinsip moral, tes definisi (Rest, 1987)
3. Kematangan moral, social-moral reflection measure-short
form (Gibs et al., 1992)
4. Kekuatan motivasi, thematic apperceptions test (Mc Adams,
1984)
5. Perilaku yang berhubungan dengan kepemimpinan,
leadership practice inventory (Kouzes and Posner, 1993).
Kesuksesan 1. Produktivitas, manfaat, absensi, kepuasan pelanggan
2. Kecerdasan, constructive thinking inventory (Epstein and
Meier, 1989).

Kepuasan/pemenuhan 1. Kepuasan kerja, Minessota job satisfaction questionnaire


(Weiss et al., 1967).
2. Kesehatan psikologi, self investigation method (Hermans,
1987).
3. Skala dasar integrtas otak (EEG dan kemungkinan variasi
negatif) (Travis et al., 2002)

Sumber: Heaton, (2004).

Motivasi Spiritual Islami motivasi (niat untuk bekerja), kemampuan


Motivasi adalah himpunan kekuatan (kapasitas seseorang untuk bekerja) dan
seseorang untuk berperilaku dengan cara lingkungan kerja (sumber dan fasilitas
tertentu (Griffin, 2005). Motivasi adalah untuk bekerja) (Ather et al., 2011). Pekerja
istilah umum yang digunakan untuk yang memiliki kemampuan dan
seluruh hasrat, keinginan, kebutuhan dan ketrampilan rendah, manajemen dapat
kekuatan yang sama. Kinerja individu memberikan pelatihan untuk
merupakan refleksi beberapa faktor: meningkatkan ketrampilan pekerja, jika
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 5
masalah yang dihadapi apabila berupa pekerja umumnya jauh lebih komplek
sumber daya, manajer dapat merencanakan dibandingkan dengan kemampuan pekerja dan
untuk menyediakan. Masalah motivasi sumber daya manusia.
Islam adalah agama yang Penelitian yang dilakukan Ather,
mempunyai pedoman secara lengkap pekerja dan staf muslim memiliki harapan
(didalam Al Qur’an). Motivasi dalam secara materialis (dunia) dan harapan
manajemen islam menempati peran spiritual atau akhirat (Ather et al., 2011).
yang sangat penting dalam organisasi Motivasi secara material berupa harapan
islam. Teori dan beberapa prinsip motivasi bersifat horizontal yaitu, berkaitan dengan
islami memiliki pedoman yang berbeda pemenuhan kebutuhan manusia didunia
dengan motivasi secara umum. Teori dan dan hubungan dengan sesama manusia
prinsip motivasi secara umum diakui dan secara wajar. Motivasi spiritual bersifat
populer dikalangan masyarakat, tetapi vertikal, harapan akan kebahagiaan yang
tidak diakui dan diterima dalam tiada akhir sebagai bentuk keyakinan
manajemen islam. kepada Sang Maha Pencipta. Hasil
penelitian Ater tersebut menemukan
indeks motivasi didasarkan pada 2 bagian
pada gambar berikut:

Indeks motivasi

Material
1. Keuntungan yang wajar
2. Peningkatan output
3. Produk berkualitas dengan
harga yang wajar
4. Kualitas layanan pada
harga yang wajar
5. Produk islami (halal)
6. Kepuasan dengan
kompensasi yang wajar

Spiritual
1. rasulNya Kepuasan pada Allah dan rasulNya Takut pada Allah
Percaya pada Allah dan
2.
Ketulusan Kejujuran Tepat waktu Ceria dan yakin
3.
4.
5.
6.
7.
8. Harapan sesungguhnya kebahagiaan
yang tiada akhir (surga)
Perilaku baik
Sifat baik
Jantung sehat
Taat pada pemimpin islam
Pencapaian tujuan objektif (halal)
Menggunakanprosedursecarabenar (halal)
Komitmen dan tekat untuk menghasilkan produk dan jasa (halal)
Gambar 1 Indeks Motivasi Islami, Ather; Khan Hoque, (2011).

Nilai agama menjadi motivasi dan stres, kecemasan, depresi, kualitas hidup
perilaku positif, organisasi dapat serta mampu meningkatkan kesehatan
memotivasi dan menciptakan perilaku mental pasien yang menderita infeksi HIV-
positif dengan pembinaan motivasi melalui AIDS (Bormann, Glifford et al, 2006).
nara sumber yang kompeten (Adam, Pengaruh intervensi spiritual tidak terbatas
2011). Teori, model dan faktor motivasi hanya pada orang yang sakit tetapi juga
dalam manajemen tradisional organisasi pada orang yang sehat, memberikan
didasarkan pada keuntungan materialistis, respons “relaksasi” sebagai cara untuk
prestasi dan harapan eksekutif, pekerja dan mengurangi kecemasan. Program pelatihan
staf di dunia, tidak mencakup harapan, spiritualitas memiliki pengaruh yang
prestasi dan keuntungan mereka di dunia signifikan pada manajer perawat dalam hal
dan akhirat. peningkatan spiritual dan kesejahteraan
Pelatihan spiritual secara umum psikososial.
dikenal dengan meditasi. Menurut kamus Kesadaran spiritual manajer
besar bahasa Indonesia, meditasi adalah berkontribusi terhadap keperdulian
pemusatan pikiran dan perasaan untuk kesembuhan pasien. Penelitian ini
mencapai sesuatu (Kamus Bahasa menunjukkan bahwa burnout manajer
Indonesia, 1990). Menurut kamus lengkap perawat secara signifikan menurun melalui
psikologi, meditation (meditasi) adalah program pelatihan spiritualitas (Yong,
satu upaya yang terus-menerus pada 2011). Meditasi spiritual dan doa memiliki
kegiatan berpikir, biasanya semacam manfaat kesehatan (Wachholtz,
kontemplasi (perenungan dan Pargament, 2005). Peningkatan spiritual
pertimbangan religius). Refleksi mengenai merupakan cara untuk mencapai
hubungan antara orang yang tengah ketenangan dan kebahagiaan hidup.
bersemedi (meditator) dengan Tuhan Program pelatihan spiritual Yong (2011)
(Kartono, 2011). yang dilakukan selama 5 minggu
Dasar program pelatihan spiritual pelatihan, pada tabel berikut:
adalah mengulang kata suci, mantra
meditasi, konsentrasi dan doa yang
khusyuk telah terbukti menghilangkan
Tabel 2 Uraian Singkat Program Pelatihan Spiritual Yong
Sesi (minggu) Uraian
1. Pengenalan perawatan spiritual dan Memperkenalkan apa kebutuhan spiritual dan
pilihan kata suci perawatan rohani, memilih kata suci atau frase, kata
yang direkomendasikan dari tradisi agama
2. Pengulangan kata suci Ulangi dalam hati kata suci yang dipilih sesering
mungkin selama waktu luang, seperti saat berjalan,
menunggu dan melakukan tugas fisik
3. Memperlambat Menjaga tidak terburu-buru untuk mengurangi
kecerobohan dan meningkatkan konsentrasi dalam
memprioritaskan kegiatan dan menyederhanakan
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 7
kehidupan
4. Mengembangkan satu titik Fokus pada satu hal pada satu waktu untuk
perhatian mendorong konsentrasi dan efisiensi kinerja.
5. Integrasi Memperkenalkan integrasi ketrampilan ini dengan
kata suci.
Sumber: Yong, (2011).

Peserta diperkenalkan dengan 1. Pengulangan kata suci


kesehatan mental dan diminta untuk 2. Pemperlambat bacaan dan gerakan
memilih kata suci (kata religius yang 3. Menggunakan perhatian pada satu titik
dianggap penting) atau yang disarankan untuk bersinergi saling memperkuat.
oleh agama mereka dan mengulang kata Pelaksanaan pelatihan meditasi
suci tersebut. Peserta diajarkan Yong (2011) dilaksanakan selama 5
memperlambat dan berkonsentrasi minggu, tiap minggu waktu yang
(perhatian terpusat) sebagai penunjang diperlukan 90 menit dengan rincian
praktek untuk meningkatkan efektivitas kegiatan:
pengulangan kata suci. Cara ini digunakan 1. Kuliah/materi (40 menit)
sebagai sarana untuk memperoleh 2. Kerja kelompok (6 – 9 orang
ketenangan, kondisi mental yang seimbang perkelompok) peserta melakukan
(Easwaran, 2008). Memperlambat pengulangan kata suci dan
dimaksudkan untuk menjaga godaan sikap membagikan pengalaman apa yang
tenang (tidak tergesa-gesa) karena tekanan dialami dengan praktek tersebut (30
waktu dan cara menurunkan kecerobohan, menit)
mengajarkan perhatian peserta terfokus 3. Meditasi melakukan pengulangan kata
pada satu hal pada satu waktu untuk suci didalam hati dalam keheningan
mendorong konsentrasi dan efisiensi (20 menit)
kinerja.
Efek meditasi pada aspek psikologis Kegiatan pelatihan ini peserta diberi
juga telah banyak dilaporkan para peneliti. petunjuk pelatihan pada tiap sesi mingguan
Ditemukan bahwa orang yang dan diberi tugas rumah untuk menulis
melaksanakan meditasi lebih rendah taraf buku harian spiritual, mencacat sejumlah
kecemasannya, kontrol dirinya lebih praktek kata suci yang diucapkan dan
internal dan aktualisasi dirinya lebih refleksi diri selama seminggu, peserta juga
tinggi. Beberapa penelitian melaporkan diberi bacaan spiritual. Teknik pelatihan
bahwa meditasi dapat meningkatkan spiritual yang digunakan oleh Yong lebih
percaya diri, kontrol diri, harga diri, tepatnya meditasi, menginspirasi untuk
empati dan aktualisasi diri. Meditasi selain menerapkan teknik tersebut mengatasi dan
itu juga efektif untuk orang yang memperbaiki masalah distress perawat di
mengalami stres, kecemasan, depresi, rumah sakit.
phobia, insomnia dan sebagai terapi untuk Pelatihan spiritual zikir adalah
menghilangkan ketergantungan terhadap kegiatan yang dilakukan dengan cara zikir
obat dan alkohol (Prawitasari, 2002). Sesi sebagai upaya untuk meningkatkan nilai
akhir pelatihan, peserta diberi instruksi spiritual. Menurut kamus besar Bahasa
tentang integrasi 3 keterampilan, yaitu: Indonesia, zikir mempunyai arti pujian
kepada Allah yang diucapkan secara berasal dari bahasa Arab, yaitu dzakara,
berulang. Zikir secara etimologi, zikir yadzkuru, dzikr yang berarti menyebut,
mengingat. Zikir dalam pengertian mengeraskan suara, di waktu pagi dan
mengingat Allah sesuai dengan Al Qur’an petang, dan janganlah kamu Termasuk
surat An Nisa’ (4) ayat 103 sebagai orang-orang yang lalai”. (QS. Al-
berikut: A’raf:205).
“Maka apabila kamu telah Kesadaran akan adanya Allah dapat
menyelesaikan shalat(mu), ingatlah terkikis oleh berbagai problema
Allah di waktu berdiri, di waktu kehidupan. Kesadaran manusia kepada
duduk dan di waktu berbaring. Allah dan bentuk keimanan (ilahiyah)
Kemudian apabila kamu telah tidak stabil, dapat bertambah atau
merasa aman, maka dirikanlah berkurang. Keimanan akan bertambah
shalat itu (sebagaimana biasa). apabila manusia senantiasa mengingat
Sesungguhnya shalat itu adalah Allah, agar keimanan seseorang stabil
fardhu (kewajiban) yang ditentukan diperlukan media untuk selalu
waktunya atas orang-orang yang mengingatNya. Media tersebut adalah
beriman” (QS. Al-Nisa’:103). dzikrullah, karena zikir adalah salah satu
Menurut Istilah zikir adalah suatu proses stabilisasi iman (Ependi, 2008).
perbuatan atau pekerjaan yang dilakukan
oleh seseorang untuk mengingat Allah
yang telah menciptakan. Konsep zikir Metode
menurut Quraish Shihab (2006) mengingat Penelitian ini menggunakan pendekatan 2
Allah dan sifat Allah serta menghayati tahap yaitu:
kebesaran Allah. Zikir kepada Allah Tahap 1 adalah observasional, menggali
(dzikrullah) secara sederhana dapat data untuk mendapatkan indikator dari
diartikan ingat kepada Allah atau variabel penelitian berdasarkan fenomena
menyebut nama Allah secara berulang. di lapangan. Data yang digali pada
Zikir dalam pengertian mengingat Allah, pendekatan tahap satu diperlukan untuk
sebaiknya dilakukan setiap saat, baik melengkapi indikator secara teoritis dan
secara lisan maupun dalam hati, konseptual. Indikator dari variabel
dimanapun kita berada, sebaiknya selalu penelitian yang diperoleh selanjutnya
ingat kepada Allah S.W.T sehingga akan dijadikan dasar menyusun intrumen
menimbulkan cinta kepada Allah S.W.T penelitian, oleh karena itu perlu menggali
serta malu berbuat dosa dan maksiat data secara kualitatif untuk mendapatkan
kepadanya. Hawari (2010) menyebutkan data deskriptif spiritual value yang akan
zikir adalah ucapan yang selalu melengkapi indikator variabel penelitian.
mengingatkan kita kepada Allah, sesuai Pengolah dan analisis data kualitatif
firman Allah dalam Al Qur’an: dengan cara:
”Dan sebutlah (nama) Tuhannmu - Data yang diperoleh dalam bentuk
dalam hatimu dengan merendahkan uraian dipelajari, ditelaah dan analisis
diri dan rasa takut, dan dengan tidak dengan menafsirkan jawaban informan
dan fakta yang ada.
- Langkah selanjutnya adalah reduksi
data. Reduksi data adalah pemilahan
bagian data yang perlu pada indikator
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 9
tiap variabel, meringkas data dan diperlukan sebagai dasar untuk menyusun
menafsirkan data. indikator variabel penelitian yang
- Penafsiran hasil data deskriptif selanjutnya digunakan untuk menyusun
kuesioner pada penelitian tahap dua determinasi (Mustafa dkk., 2012).
(studi kuantitatif). Pengujian model struktural PLS
Tahap ke 2 rancangan yang digunakan dilakukan dengan bantuan software
adalah one group pre post test study. Data Smart PLS versi 1 for windows.
yang diperoleh pada tahap 2 ini kemudian
dianalisis secara kuantitatif. Hasil
Analisis data dengan cara: Analisis jawaban informan sebagai
1. Data yang diperoleh kemudian berikut: manifestasi cinta kepada Tuhan
ditabulasi dalam bentuk tabel dengan menjalankan perintahnya,
distribusi frekwensi, dilanjutkan mencintai sesama, melaksanakan tindakan
dengan analisis bivariat uji t paired dengan benar, mensyukuri takdir yang
menggunakan software SPSS versi 19. diberikan. Kesimpulan nilai spiritual
Uji t paired untuk mengetahui informan direfleksikan dengan syukur
perbedaan sebelum dan setelah kepada Tuhan menjadi indikator variabel
dilakukan pelatihan spiritual. Uji t spiritual value.
paired dilakukan setelah uji Analisis jawaban informan sebagai
normalitas data, apabila data berikut: manifestasi ikhlas terhadap
terdistribusi normal analisis dapat tanggung jawab pekerjaan dilakukan
dilanjutkan dengan uji t paired. Data dengan cara bekerja sungguh-sungguh,
yang tidak terdistribusi normal maka mempunyai perhatian (keperdulian) yang
uji yang digunakan adalah uji t tinggi, bersikap empati, tidak
Wilcoxon. Hasil uji normalitas data mengharapkan balasan, melupakan
seluruhnya data terdistribusi normal kebaikan, mensyukuri takdir yang
sehingga dapat dilanjutkan dengan diberikan. Kesimpulan nilai spiritual
analisis t paired. informan direfleksikan dengan ikhlas
2. Pengujian analisis jalur. terhadap tanggung jawab pekerjaan
Teknik analisis berikutnya adalah PLS menjadi indikator variabel spiritual value.
(Partial Least Square). Teknik ini Analisis jawaban informan sebagai
merupakan pendekatan alternatif berikut: penilaian berkaitan dengan
berbasis covariance menjadi berbasis perasaan informan terhadap pekerjaan dan
varian. Partial Least Square lebih profesi diungkapkan dengan cara
bersifat predictive model, dengan menikmati pekerjaan, puas, merasa senang
tujuan prediksi PLS memiliki dan bahagia dapat menolong sesama.
konsekuensi bahwa pengujian dapat Kesimpulan nilai spiritual informan
dilakukan tanpa dasar teori yang kuat, direfleksikan dengan bahagia menjadi
mengabaikan beberapa asumsi dan indikator variabel spiritual value.
parameter. Ketepatan model prediksi Analisis jawaban informan sebagai
dapat dilihat dari nilai koefisien berikut: mengatasi kemarahan pasien
dengan cara komunikasi yang baik, suara
lemah lembut, sopan, menunjukkan sikap
ramah, menenangkan diri, tenang dan
sabar. Kesimpulan nilai spiritual informan
direfleksikan melalui sikap sabar menjadi
indikator variabel spiritual value.
Tabel 3 Distribusi Frekwensi Spiritual Value Subyek Penelitian Sebelum dan Setelah
Pelatihan Spiritual
Kategori Sebelum Pelatihan Setelah Pelatihan
Frekwensi Persentase (%) Frekwensi Persentase (%)
Kurang 16 94,1 0 0
Cukup 1 5,9 7 41,2
Baik 0 0 10 58,8
Jumlah 17 100 17 100

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa Perbedaan atau perubahan variabel yang


sebelum pelatihan zikir, spiritual value diamati ini diasumsikan karena salah satu
subyek penelitian mayoritas kategori efek dari perlakuan.
kurang sebanyak 16 orang (94,1%), setelah Spiritual value terdiri dari 4
pelatihan spiritual zikir spiritual value indikator yaitu: syukur pada Allah, ikhlas,
meningkat, mayoritas kategori baik bahagia dan sabar. Hasil analisis uji t
sebanyak 10 orang (58,8%). paired sebelum dan setelah pelatihan tiap
indikator akan diperlihatkan pada tabel
Analisis perbedaan sebelum dan setelah berikut:
perlakuan
Analisis perbedaan dimaksudkan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
atau perubahan sebelum dan setelah
diberikan perlakuan pelatihan spiritual.
Tabel 4 Distribusi Rerata Indikator Variabel Spiritual Value Sebelum dan Setelah Pelatihan
Spiritual
Indikator Mean SD SE P value N
Syukur pada Sebelum 17,94 3,418 0,829 0,000 17
Allah Setelah 24,71 0,588 0,143
Ikhlas Sebelum 17,06 2,461 0,597 0,000 17
Setelah 21,65 2,178 0,528
Bahagia Sebelum 17,41 3,104 0,753 0,000 17
Setelah 22,65 1,935 0,469
Sabar Sebelum 17,18 1,776 0,431 0,000 17
Setelah 21,00 2,574 0,624

Hasil analisis pada tabel 4 diketahui disimpulkan: ada perbedaan yang


bahwa rerata indikator variabel spiritual signifikan rerata antara rasa syukur pada Allah
value: syukur pada Allah, ikhlas, bahagia perawat sebelum dan setelah
dan sabar meningkat setelah pelatihan pelatihan spiritual zikir, ada perbedaan yang
spiritual. Hasil uji statistik didapatkan signifikan rerata antara keikhlasan perawat
keseluruhan indikator variabel spiritual sebelum dan setelah pelatihan spiritual
value nilai p=0.000 maka dapat zikir, ada perbedaan yang
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 11
signifikan rerata antara bahagia perawat antara kesabaran perawat sebelum dan
sebelum dan setelah pelatihan spiritual setelah pelatihan spiritual zikir.
zikir, ada perbedaan yang signifikan rerata
Tabel 5 Distribusi Rerata Variabel Penelitian menggunakan Uji t paired Sebelum dan Setelah
Pelatihan Spiritual

Variabel Mean SD Mean SD P value


Sebelum Setelah
Spiritual value 52,18 5,725 69,00 3,221 0,000

Tabel 5 dapat diketahui bahwa model (outer Model) yaitu model


spiritual value sebelum pelatihan spiritual pengukuran yang menghubungkan
zikir rerata 52,18 setelah pelatihan indikator dengan variabel laten dan
meningkat 69,00. Hasil p value variabel structural model (inner model) yaitu
spiritual value = 0.000 berada pada taraf model struktural yang menghubungkan
signifikansi (< 0,05) berarti variabel antar variabel laten.
tersebut signifikan. Hasil analisis uji t Analisis ini mempunyai tahapan: 1)
paired dapat disimpulkan bahwa: ada measurement model, analisis hubungan
perbedaan signifikan rerata skor spiritual variabel dengan inidkator variabel laten
value perawat sebelum dan setelah dengan menganalisis individual loading
pelatihan spiritual zikir. dari setiap item pertanyaan. 2) internal
composite reliability (ICR); 3) average
Analisis measurement model variance extracted (AVE) dan 4)
Penelitian ini selain menganalisis discriminant validity. Hubungan semua
perbedaan rerata sebelum dan setelah variabel dalam PLS terdiri dari 3 ukuran
perlakuan pelatihan spiritual teknik yaitu: 1) outer model mengukur hubungan
analisis yang digunakan adalah PLS antar variabel laten dengan indikatornya;
(Partial Least Square). Teknik ini 2) inner model untuk mengetahui
dimaksudkan untuk causal predictive hubungan antar variabel laten (structural
analysis dalam situasi kompleksitas yang model) berdasarkan pada subtansi teori; 3)
tinggi dan dukungan teori yang lemah. Estimasi nilai dari variabel laten (weight
Analisis dengan teknik PLS menerapkan relation). Hasil analisis indikator tiap
dua tahap penting yaitu the measurement variabel pada gambar berikut:
Gambar 2 Analisis Data Delta Hubungan Variabel Spiritual dengan Indikator
bersyukur atas segala sesuatu, bersabar
Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa atas cobaan dan ujian, ikhlas atas
ada 1 indikator yang tidak valid, diberi kehendakNya akan memberikan hikmah
tanda (bintang = ) yaitu, indikator sabar hidup yang lebih berarti. Hikmah ini
(0.420). Indikator yang valid yaitu: syukur secara langsung menumbuhkan sikap
pada Allah (0,842), ikhlas (0,926) dan optimis bahwa pertolongan Tuhan yang
bahagia (0,605). senantiasa ada, sehingga manusia lebih
Spiritual melandasi seseorang mampu untuk mengendalikan diri, merasa
mempengaruhi secara fisik, pikiran dan bahagia bila berbuat kebaikan, bahagia
perasaan. Penelitian yang dilakukan oleh dengan kabahagiaan orang lain dan damai
Gobel (2015) menguraikan bahwa kualitas dengan situasi sulit apapun (Gobel, 2015).
kehidupan spiritual ditandai dengan Kesimpulan dari uraian jawaban
peningkatan pelaksanaan kegiatan ritual informan: syukur pada Tuhan, ikhlas,
ibadah. Ritual ibadah didasari oleh bahagia dan sabar menjadi temuan baru
perasaan dekat kepada Allah, merasa indikator spiritual value. Berbeda dengan
hampa dan kehilangan sesuatu ketika tidak indikator spiritual value secara teori.
melaksanakan ibadah, merasa Menurut teori Heaton (2004) indikator
ketergantungan dan membutuhkan Allah, spiritualitas adalah: kesehatan,
merasa kasih sayang Allah pada dirinya, kebahagiaan, kebijaksanaan, kesuksesan
ketentraman hati, peka terhadap kebaikan dan kepuasan. Hefni (2008) menjelaskan
sehingga perduli dan takut berbuat dosa. bahwa kebiasaan hidup sukses dan berkah
Manifestasi cinta kepada Tuhan dapat dilakukan dengan jalan: berdoa saat
dengan menjalankan perintahNya, mulai bekerja, bersyukur atas segala
mencintai sesama, melakukan tindakan nikmat, berpikir positif terhadap Sang
secara benar, menerima takdir yang Pencipta dan terhadap sesama, berorientasi
diberikan dengan kata lain syukur kepada akhirat, bekerja sebagai ibadah dan berdoa,
Tuhan. Ikhlas akan ketentuan Tuhan, puas konsisten dalam komitmen dan bercermin.
dapat menolong sesama dan merasa
bahagia setelah membantu sesama. Pembahasan
Kepuasan yang muncul dalam diri ini 1. Variabel spiritual value
menjadi pendorong untuk senantiasa Pelatihan spiritual yang dilaksanakan
berbuat kebaikan. Emosi positif yaitu pada pekerja formal awal pelaksanaan Jurnal
JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 13
diikuti oleh 23 orang subyek penelitian ke 3 pelatihan, 3 orang subyek drop out
yang terpilih. Minggu ke 2 pelatihan, 3 sehingga jumlah subyek penelitian yang
orang subyek drop out dan pada minggu mengikuti program pelatihan spiritual zikir
sampai berakhirnya kegiatan pelatihan Zohar (2004) melalui kajian tentang
sebanyak 17 orang. kecerdasan spiritual menjelaskan bahwa
Spiritual menurut Zohar dan ada enam jalan untuk dapat mencapai
Marshall (2004) prinsip yang kecerdasan spiritual. Pertama: jalan tugas,
memvitalisasi suatu organisme. merupakan jalan pengabdian dan kesetiaan
Kecerdasan spiritual membuat agama yang paling tulus. Kegiatan yang
menjadi mungkin, tidak bergantung pada dilakukan manusia merupakan tugas suci
agama dan kepercayaan manapun. Orang dan janji yang mengikat dengan Tuhan.
yang memiliki SQ (kecerdasan spiritual) Jalan pengabdian dalam islam dikenal
tinggi bisa memeluk agama apapun tetapi dengan beribadah hanya kepada Allah.
tidak dangkal, sempit, fanatik, eksklusif Manusia sesungguhnya diciptakan untuk
dan tidak berprasangka buruk, sebaliknya beribadah kepada Allah, sesuai firman
seseorang bisa pula memiliki SQ tinggi Allah dalam Al Qur’an:
kendatipun tidak memeluk agama apapun. “Dan Aku tidak menciptakan jin
Konsep ini tidak sesuai dengan konsep dan manusia melainkan supaya
kesadaran spiritual yang digunakan dalam mereka beribadah kepada-Ku.”
penelitian ini. (QS. Adz Dzariyat: 56).
Kesadaran spiritual merupakan Kewajiban manusia adalah
kesadaran yang paling tinggi diantara beribadah kepada Allah secara tegas
kesadaran fisik dan emosional. Tingkat disebutkan dalam ayat diatas. Seorang
kesadaran yang paling tinggi ini menuntun hamba Allah yang taat dan menyadari
manusia mendapatkan “makna” ketika keberadaannya sebagai “hamba” Allah,
menggunakan hatinya sebagai sensor tertanam dalam hatinya rasa pengabdian
(Irham, 2013). Pelatihan spiritual zikir dan takut hanya kepada Allah, sehingga ia
bertujuan menggali dan meningkatkan tidak akan menyeleweng atau melanggar
kecerdasan spiritual perawat sehingga janji. Segala sesuatu yang dilakukan
mampu memperbaiki persepsi dan dilandasi karena Allah, menjadikan
mengelola stresor tidak berdampak negatif. pekerjaan sebagai ibadah dan berharap
Stresor kerja tidak selamanya dapat ridho Allah. Islam mengenalnya dengan
berpengaruh negatif (distress) tetapi dapat ikhlas. Orang yang beragama secara
juga berpengaruh secara positif (eustress), ikhlas, melakukan semua kegiatan tanpa
hal ini ditentukan oleh kemampuan paksaan dan tidak mengharapkan
individu dalam “menerima” stressor sanjungan atau pujian dari orang lain.
tersebut. Berdasarkan konsep stres diatas Kedua: jalan pengasuhan, jalan ini
asumsi bahwa pelatihan spiritual zikir berkaitan dengan kasih sayang.
mampu mengendalikan stressor dengan Pengasuhan adalah jalan menuju
cara mengendalikan pikiran dan persepsi kebahagiaan melalui kasih sayang dan
perawat. cinta. Jalan pengasuhan ini menuntun
manusia merasakan penderitaan orang lain,
memiliki rasa keperdulian terhadap sesama
manusia. Ketiga: jalan pengetahuan.
Pengetahuan memberi jawaban sepanjang
perjalanan hidup manusia, karena semua
kegiatan manusia membutuhkan
pengetahuan. Penjelasan ini memberikan rumit dan meningkatkan derajat manusia. Islam
kepuasan pada manusia akan hal yang menjelaskan bahwa:
Allah meninggikan derajat orang sebagainya. Irham (2013) menyebutkan
yang berilmu pengetahuan beberapa emosi adalah salah satu daya jiwa, reaksi
derajat (QS. Al Mujadalah: 11). kompleks melibatkan kegiatan perasaan
Keempat: jalan perubahan pribadi. Jalan (feeling) yang kuat disertai keadaan
ini akan dapat ditempuh bagi orang yang efektif.
mempunyai integritas personal dan Peran spiritual pada tingkat
transpersonal. Kepekaan dan keberanian kesadaran yang tinggi sebagai filter
menyelami diri sendiri untuk mengukur terhadap ketidakstabilan emosi. Kesadaran
potensi dan kekuatan kepribadian yang spiritual dapat diaktifkan secara internal
dimiliki. Kemampuan untuk membangun maupun eksternal, internal berasal dari
keselarasan diri menjadi pribadi yang pengalaman dan eksternal diaktifkan oleh
kokoh, sehingga menemukan sumber orang lain melalui motivasi. Emosi
kekuatan diri untuk menentukan arah yang dibangkitkan oleh motivasi, antara emosi
tepat dan akan membawa kebahagian yang dan motivasi terjadi hubungan interaktif
hakiki. Kelima: jalan persaudaraan. (Chaplin, 1989).
Persaudaraan akan mengajarkan kepada Teknik membangkitkan kesadaran
manusia makna hidup yang lebih spiritual ini sebenarnya bukanlah hal yang
mendalam dengan menyadari bahwa baru, karena jauh sebelum ini telah
manusia mempunyai tanggung jawab yang dikembangkan cara mengubah kesadaran
besar. Manusia akan menjadi bermakna dengan mengubah pikiran negatif yang
ketika dapat bermakna bagi orang lain, tidak sehat dengan REBT (Rational
bukan diri sendiri. Keenam: jalan Emotive Behavior Therapy) teori yang
kepemimpinan yang penuh pengabdian. ditemukan oleh Ellies ini menggunakan
Pemimpin yang hebat tidak mengabdi pada metode kognitif – emotif – perilaku yang
sesuatu apapun kecuali Tuhan. Pemimpin kuat sebagai ketrampilan untuk menolong
hebat akan mampu membangkitkan diri sendiri (Nelson dkk., 2011).
dirinya dan pengikutnya membentuk Rasionalitas orang akan menyandarkan
kesadaran yang dapat membawa mereka diri pada cara untuk mengambil keputusan
kepada kebenaran. yang masuk akal, keinginan atau prefensi
Spiritual merupakan hal penting yang akan diikuti sehingga didasarkan
pengembangan diri untuk mencapai level pada pikiran, emosi dan perasaan (Ellis,
of consciousness atau tingkat kesadaran. 1990). Konsep ini akhirnya membuka
Setiap manusia yang menjalani kehidupan jalan bagi CBT (Cognitif Behavioural
telah “terpapar” oleh berbagai keadaan Therapy) dan berhasil hingga saat ini.
berdasarkan pengalaman seperti: trauma, Menggunakan kekuatan pikiran dengan
kesulitan, kesusahan, bencana dan lainnya. mengubah cara berpikir, pada akhirnya
Ketidakstabilan tingkat kesadaran akan mengubah cara seseorang merasakan
menyebabkan gangguan emosi seperti: situasi atau keadaan yang berbeda.
rasa marah, sedih, depresi, kecemasan dan Borg (2014) menjelaskan dengan
tegas bahwa apabila otak sering diasah,
diuji dengan kata lain digunakan untuk
berpikir akan meningkatkan koneksi yang
baik antar neuron, semakin sering berfikir
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 15
maka koneksi antara neuron semakin kuat menyimpan informasi. Lama informasi
membentuk ikatan sehingga aktif disimpan bergantung pada kekuatan ikatan
koneksi antar neuron. Penemuan penting setelah dilakukan pelatihan spiritual zikir,
ini telah menimbulkan revolusi dalam nilai rerata peningkatan tiap indikator
pemahaman manusia tentang kegiatan hampir sama. Penentuan indikator bahagia
berpikir telah mengubah otak. Neuron (sel diadopsi dari variabel spiritualitas
otak) merupakan sel penyusun kulit otak penelitian Heaton (2004). Heaton
dan bertanggung jawab untuk menyimpan, menentukan spiritualitas individu dengan 5
bekerja sama secara terpadu dengan indikator yaitu: kesehatan, kebahagiaan,
seluruh bagian otak, mengolah informasi kebijaksanaan, kesuksesan dan kepuasan.
dan sanggup membuat manusia berpikir Indikator kebahagiaan menurut teori
cerdas. Sel ini selanjutnya akan bertambah Heaton diukur dengan stabilitas emosional
banyak karena hubungan baru yang dan kepribadian, aktualisasi diri, orientasi
terbentuk akibat masuknya informasi ke pribadi, tanpa narkoba dan bahagia.
dalam otak (Pasiak, 2004). Kemampuan Indikator lainnya seperti; syukur
berpikir ini apabila tidak diasah maka pada Allah, ikhlas dan sabar merupakan
hubungan antar neuron tidak bertambah. temuan baru dilapangan dan berbeda
Konsep, gagasan dan model spiritual dengan teori Heaton. Asumsi bahwa ketiga
adalah untuk mengubah perilaku manusia indikator tersebut saling memiliki
menjadi lebih baik. Pelatihan spiritual keterkaitan. Keyakinan individu yang kuat
dirancang secara islami dengan metode terhadap Allah Sang Pencipta akan
zikir, dilakukan oleh pakar, cara untuk mendorong rasa ikhlas dalam berbuat dan
mengubah seseorang dengan menguasai sabar dalam bersikap. Sabar adalah sikap
persepsi. Secara tegas disebutkan bahwa tenang dan tidak terburu-buru dalam
pelatihan spiritual merupakan cara mengerjakan sesuatu. Kebiasaan terburu-
meningkatkan kecerdasan transcendental, buru harus ditinggalkan, terutama dalam
melalui kegiatan yang dibimbing oleh beribadah. Karena sikap terburu-buru
pakar. Dasar penerapan pelatihan spiritual cenderung mengerjakan segala sesuatu
zikir adalah terapi kognitif Beck. Beck dengan tidak khusyuk (Arif, 2011).
melalui terapi kognisinya telah Spiritual value meningkat setelah
meningkatkan kemampuan klien pelatihan kategori baik dan tidak
menyelesaikan masalah dan menemukan ditemukan spiritual value kategori
solusi. Kognisi merupakan variabel kurang. Program pelatihan mengajarkan
perantara yang memicu sistem afeksi, pada subyek penelitian pemahaman
motivasi dan perilaku seseorang (Nelson kebenaran nilai islami, hal ini
dkk., 2011). berhubungan dengan penerimaan subyek
Variabel spiritual value terdiri dari 4 penelitian terhadap materi pelatihan yang
indikator yaitu: syukur pada Allah, ikhlas, diajarkan serta dampak secara langsung
bahagia dan sabar. Hasil analisis yang dapat dirasakan oleh subyek penelitian
ditampilkan pada bab 5 dengan uji t setelah pelatihan zikir.
dependen menunjukkan bahwa seluruh Zikir adalah bentuk ketaatan dan
indikator tersebut mengalami peningkatan upaya mendekatkan diri pada Allah.
Seorang hamba apabila dekat kepada Allah
maka segala sesuatu yang dilakukan
dilandasi dengan keikhlasan. Dampak zikir
yang diterima berbeda pada tiap subyek.
Beberapa subyek merasakan ngantuk, rasa merasakan dampak yang berbeda seperti: sakit
enak, tenang dan nyaman. Subyek lain kepala, sakit pada tungkuk, gemetar tangan dan
kaki, kebas dan kram tangan. Spiritual berbuat baik, bersedekah, ikhlas dan sabar
value pada tingkat tinggi dapat mengikuti aturan Allah.
menciptakan rasa nyaman dan kualitas
hidup yang lebih baik. Kesimpulan dan Saran
Kualitas hidup manusia ditentukan Pelatihan spiritual menyebabkan
oleh kualitas keyakinan, maka sangat peningkatan terhadap spiritual value
penting untuk mengelola memperkuat dan menjadi lebih baik. Zikir akan
mempertahankan kualitas keyakinan meningkatkan spiritual value sehingga
dengan baik. Kecerdasan transcendental dapat meningkatkan motivasi individu
membangkitkan energi spiritualitas, dan menahan tekanan emosional,
energi yang dimaksud adalah cinta. Cinta meningkatkan rasa optimis dan
merupakan energi yang menyimpan mempunyai kekuatan penuh secara adaptif
kekuatan besar. Hubungan manusia mengatasi stres.
dengan Tuhan adalah hubungan cinta, Disarankan kepada manajemen
hubungan atas dasar cinta akan memberi untuk menyusun program pelatihan
efek yang positif sebagai sumber kekuatan. spiritual secara terjadwal 6 bulan sekali
Agama apabila tidak dilandasi rasa untuk tenaga kerja, maupun staf pegawai
spiritual cinta kepada Allah, maka agama lainnya sehingga menjadi sumber
tidak akan memberi dampak pada motivasi, meningkatkan semangat kerja,
seseorang. Kekuatan cinta yang akan produktivitas dan kinerja.
menggerakkan manusia, cinta kepada
Allah sebagai energi sehingga orang mau

Daftar Pustaka
Arif, M. (2011). Kesalahan Kesalahan
Sholat Tahajud yang Membuat
Tidak Bahagia dan Mulia. (2006). Effects of spiritual
Jogjakarta: Diva Press. mantram repetition on HIV
Batuqayan, S. M., & Mai, M. M. (2012). outcome: A randomized trial.
Stress, stain and coping Journal of Medicine Behavior,
mechanisms: An experimental 359-376.
study of fresh college students. Bowel, R. (2004). The seven steps of
Academy of Educational spiritual intellegence: the practical
Leadership Journal, 19-29. persuit of purpose, success and
Borg, J. (2014). Rahasia Kekuatan happiness. USA: Nicholas Brealey
Pikiran. Jakarta: PT Serambi Ilmu Publishing.
Semesta. Brien, O., Irvine, D., & Peereboom, E.
Bormann, J., Glifford, A., Shively, M., (2003). Measuring Nursing
Smith, T., Redwine, L., & Kelly, e. Workload; understanding the
variability. Nursing economic, 171-
179.
Brough, P., O'Driscoll, M., Kalliath, T.,
Cooper, C., & Poelmans, S. (2009).
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 17
Workplace psychological health: Cheltenham: Edward Elgar.
Current research and practice. Byrns, G., Jin, G., Mallory, C., Reeder, G. D.,
& Harris, J. (2005). Low Back Pain Gibson, J., Ivancevich, J. M., & Jr, J. H.
Among RNs. Proffesional Safety, (1985). Organisasi: Perilaku,
41-49. Struktur, Proses. (Terjemahan:
Cooper, C., Dewe, P., & O'Driscoll, M. Agus Dharma). Jakarta: Erlangga.
(2001). Organisational stress: a Giles, G. E., Mahoney, C. R., Brunye, T.
review and critique of theory, T., & H. A. (2014). Stress Effects
research and applications. on Mood, HPA Axis, and
Thousand Oaks: CA: Sage autonomic respons: Comparison of
Publications. Three Psikososial Stres Paradigm.
Dupuis, M. (2003). Spiritual influences on Plos One, 1 - 19.
individual optimal performance at Glanz, K., Lewis, F. M., & Rimer, B. K.
work. United States: ProQuest (1997). Health Behavior and
Dissertation and Theses. Health Education. San Francisco
Easwaran, E. (2008). The Mantram California: Jossey-Bass Inc.,.
handbook. Tomales: CA Nilgiri Gobel, F. A. (2015). Pengaruh
Press. Pencerahan Qalbu Padang Lampe
Ependi, A. (2008). Konsep Zikir Menurut terhadap Persepsi Stres, Strategi
Dr. Quraish Shihab dalam Tafsir Koping dan Jumlah CD4 Pengidap
Al Misbah, Skripsi. Jakarta: HIV/AIDS. "Disertasi". Surabaya:
Universitas Islam Negeri Syarif Fakultas Kedokteran Universitas
Hidayatullah . Airlangga.
Erickson, K., Drevets, W., & Schulkin, J. Gobel, R. S., Rattu, J. A., & Akili, R. H.
(2003). Glucocorticoid regulation (2013). Faktor-faktor yang
of diverse cognitif functions in Berhubungan dengan Stres Kerja
normal and pathological emotional pada Perawat di Ruang ICU dan
states. Neuroscience and UGD RSUD Datoe Binangkang
Biobehavioural Reviews, 233-246. Kabupaten Bolaang Mongondow.
Farivar, F., & Esmeelinezhad, O. (2012). Kesehatan Masyarakat Universitas
the effects of informal groups on Sam Ratulangi, 1-7.
organizational performance: a case Griffith, L. E., Shanon, H. S., Wells, R. P.,
study of Iran. Interdisciplinary Walter, S. D., Cole, D. C., Cote, P.,
journal contemporary researc in . . . Longios, L. E. (2012).
Business, 364-374. Individual participant data meta-
Frandsen, B. (2010). Burnout or analysis of mechanical workplace
Compassion Fatigue. ABI/Inform risk factors and low back pain .
Complete, 50-62. American journal of public health,
Galagher, A. (2011). Moral distress and 309-318.
moral courage in everyday nursing Hawari, D. (2010). Al Qur'an Ilmu
practice. The online Journal of Kedokteran Jiwa dan Kesehatan
Issues in Nursing, 1-8. Jiwa. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Health, N. I. (2001). Stress at Work. USA:
NIOSH.
Heaton, D. P., Wilks, J. S., & Travis, F. Measures for Researching Spirituality
(2004). Constructs, Methods and in Organizations. Journal of
Organizational Change Jane, H. (2004). Addressing increasing
Management, 62-76. patient acuity and nursing
Hefni, H. (2008). The 7 Islamic Daily workload. Nursing management,
Habits. Jakarta: AKADI. 20-25.
Herbert, B., & Zlipper, M. K. (2000). Jehangir, M., Kareen, N., Khan, A., & Jan,
Bebas Stres dalam 10 menit: M. T. (2011). Effects of job stress
Metode Respons Relaksasi. on job performance and job
Bandung: Kaifa. satisfaction.
Hokardi, C. A. (2013). Pengaruh Stress Interdisciplinary journal of
Akademik terhadap Kondisi contemporary research in business
Jaringan Periodontal dan Kadar , 453-465.
Hormon Kortisol dalam Cairan Johnson, M., Piderman, K., Sloan, J.,
Krevikular Ginggiva. Jakarta: Huschka, M., Atherton, P., &
Universitas Indonesia. Hanson, J. e. (2007). Mesuring
Idaiani, S., & Suhardi. (2005). Validitas spiritual quality of life in patients
dan Reliabilitas General Health with cancer. Journal of Supportive
Quesionnare Untuk Skrining Oncology, 437-442.
Distres Psikologik dan Disfungsi Kartono, K. (1994). Psikologi Sosial untuk
Sosial. Puslitbang Bimedis dan Manajemen, Perusahaan dan
Farmasi, 161- 173. Industri. Jakarta: PT Raja Grafindo
Ilyas, Y. (2004). Perencanaan SDM Persada.
Rumah Sakit; Teori Metoda dan Koehoorn, M., Cole, D. C., Hertzman, C.,
Formula, Pusat Kajian Ekonomi & Lee, H. (2006). Health care use
Kesehatan. Jakarta: FKM UI associated with work-related
Depok. musculoskeletal disorders among
Irham, M. I. (2012). Membangun Akhlah hospital workers. Occupational
Bangsa melalui Akhlak Tasawuf. rehabilitation, 411-424.
Jakarta: Pustaka Al-Ihsan. Kozier, B. (2004). Fundamental of
Irham, M. I. (2013). Rasa Ruhani Nursing: Concepts, Process and
Spiritualitas di Abad Modern. Practice. New York: Pearson
Bandung: Ciptapusaka Media Education, Inc.
Perintis. Kuntoro. (2011). Dasar Filosofi
Janakiraman, R., Parish, J. T., & Berry, L. Metodologi Penelitian. Surabaya:
L. (2011). The effect of the work Pustaka Melati.
and physical environment oh Kuntoro. (2011). Metode Statistik.
hospital nurses' perceptions and Surabaya: Pustaka Melati.
attitudes: service quality and LAN. (2009). Kecerdasan Spiritual.
commitment. The quality Jakarta: LAN Republik Indonesia.
management journal, 36-49. Leka, S., & Houdmont, J. (2010).
Occupational Health Psychology.
USA: Blackwell Publishing Ltd.
Lestari, A. M. (2013, Juli 6). Nilai
Spiritual Merupakan Kebutuhan
Fundamental. Retrieved from
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 19
http://ayumegadarmalestari.blogsp ort.co.id/2013/07/
Levin, S., France, D. J., Jones, R. H., American Journal of Community
Chen, K. Y., Rickard, D., Psychology, 67-88.
Makowski, R., & Aronsky, D. Muchtar, S. D., Muis, M., & Rahim, M. R.
(2006). Tracking workload in the (2013). Faktor yang Berhubungan
emergency department. Human dengan Stres Kerja pada Pedagang
factors, 526-539. Tradisional Pasar Daya Kota
Lewis, M. B., & Eric, J. P. (2013). Makassar Tahun 2013.
Spirituality as coping mechanism Keselamatan dan Kesehatan Kerja
for chronic illness. Clinical Universitas Hasanuddin Makassar,
Scholars Review, 53-59. 1-11.
Mastorakos, G., & Pavlatov, M. (2005). Mustofa. (2008). Hubungan antara
Exercise as a Stress Model and Persepsi Pasien terhadap Dimensi
Interplay Between The Mutu Pelayanan Keperawatan
Hypothalamus Pituitary Adrenal dengan Kepuasan Pasien . Jurnal
and The Hypothalamus Pituitary Keperawatan, 33-37.
Thyroid Axes. Mustofa, E. (2012). Efek Stres Fisik dan
Hormon Metabolism Psikologis pada Kortisol, PGE,
Research, 577 - 584. BAFF, IL-21, SIgA dan
Mehta, R. K., & Agnew, M. J. (2012). Candidiasis Vulvaginal. Jurnal
Influence of mental workload on Kedokteran Brawijaya, 21 - 27.
muscle endurance, fatigue and Nelson, R., & Jones. (2011). Teori dan
recovery during intermittent static Praktik Konseling dan Terapi.
work. Europe journal Appl Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Physiology, 2891-2902. Nelsons, D., Quick, J., & Simmons, B.
Miller, G., Chen, E., & Zhou, E. (2007). If (2001). Handbook of health
it goes up, must it come down: psychology. Marwah: NJ: Elbaum.
Chronic stress and the Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B.
hypothalamic npituitary- (2003). Psikologi Abnormal.
adrenocortial axis in humans. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Psychological bulletin, 25-45. NIOSH. (1988). Proposed National
Mir, R. A. (2013). Religion as a coping Strategy for Prevention of Leading
mechanism for global labor: Work Related Desease and
lessons from South Asian Shia Injuries; Psychological Disorders.
Muslim diaspora in the USA. USA: Department of Health and
Equity, Diversity and Inclusion: An Human Service Public Health
International Journal, 325-337. Service Centers for Desease
Mohandes, E. (2008). Neurobiology of Control.
Spirituality. Mental Health, NIOSH. (2002). Stress at Work. USA:
Spirituality, Mind, 63-80. National Institute of Occupational
Moos, R. (2002). Invited address: The Safety Health.
mystery of human context and Noor, J. (2012). Metodologi Penelitian.
coping: An unraveling of clues. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Nuraini. (2004). Efektivitas Program Sakit Haji Medan. Tesis. Medan:
Intervensi Pengendalian Stres Program Pasca Sarjana Universitas
Kerja Perawat di ICU Rumah Sumatera Utara.
Nurmianto, E. (1996). Ergonomi; Konsep Reme, S. E., Dennerlein, J. T., Hashimoto,
Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: D., & Sorensen, G. (2012).
Prima Printing. Musculoskeletal pain and
Padget, & Glaser. (2003). How to Stress. phychological destress in hospital
Influences The Immune Response. patient care workers. Journal
Trends in Immunology, 444-448. occupational rehabilitation, 503-
Padilha, K. G., Sousa, R. M., Kimura, M., 510.
Miyadahira, A. M., Cruz, D. A., Revalicha, N. S., & Sami'an. (2013).
Vattimo, M. d., . . . Eliana. (2007). Perbedaan stres kerja ditinjau dari
Nursing workload in intensive care shift kerja pada perawat di RSUD
units; a study using the therapeutic Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal
intervention scoring system - 28 Psikologi Industri dan Organisasi,
(TISS-28). Intensive and critical 16-24.
care nursing, 162-169. Rinaldy, E. (2013). Hubungan Sholat
Pasiak, T. (2004). Revolusi IQ/EQ/SQ Tahajud dengan Perubahan Kadar
antara neurosains dan Al-Qur'an. Kortisol dan Tingkat Stres pada
Bandung: PT Mizan Pustaka. Penderita HIV AIDS. Jakarta:
Pinel, J. P. (2009). Biopsikologi. Universitas Islam Negeri Jakarta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riposo, J., & Alkire, B. (2008). An
Prawitasari, J. E. (2001). Psikoterapi: Evaluation of Workload and
Pendekatan Konvensional dan Workforce Management Practice.
Kontemporer. Jogjakarta: Pustaka USA: National Defense Research
Pelajar. Institute.
Quick, J., & Quick, J. (1984). Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2012).
Organizational stress and Organizational Behavior. New
preventive management. New York: Prentice Hall.
York: Mc Graw-Hill. Rodahl, K. (1989). The Physiology of
Quick, J., Quick, J., Nelson, D., & Hurrell, Work. London New York
J. (1997). Preventive stress Philadephia: Taylor and Francis
management in organizations. Inc.,.
Washington DC: American Rusnani, S. (2013). Persepsi Masyarakat
Psychological Association. tentang Pelayanan Publik di Kantor
Radeluscu, A. (2011). Kelurahan Handil Bakti Kecamatan
Psychoneuroimmunology (PNI) - Palaran Kota Samarinda.
A New Interdisciplinary Science. Administrasi Negara, 365-379.
Economics, Management and Safaria, T. (2011). Peran religious coping
Financial Markerts, 773 - 777. sebagai moderator dari job
insecurity terhadap stres kerja pada
staf akademik. Humanitas, 155-
170.
Sanders, M. (1987). Human Factors in
Engineering and Design. New
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 21
York: Mc Graw Hill Book Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Company. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Santoso, G. (2004). Manajemen Sari, R. K. (2015). Pengaruh Intervensi
Spiritual dan Emosional (SPIEM) Journal of Physiological and
terhadap Perubahan Pharmacology, 367 - 374.
Psikoneuroimunologis. Disertasi. Shihab, Q. (2006). Wawasan Al Qur'an
Semarang: Universitas tentang Zikir dan Doa. Jakarta:
Diponegoro. Lentera Hati.
Sartika, D., Masyitha, M., & Rahim, M. Shirley, T. K., & Norazliah. (2012).
(2013). Faktor yang Berhubungan Surgical Patients, Satisfactions of
dengan Stres pada Pedagang Nursing Care other Orthopedic
Tradisional Pasar Daya Kota Words in Hospital University Sains
Makassar Tahunh 2013. Jurnal Malaysia. Health and the
Kesehatan Masyarakat. Environment Journal.
Schulkin, J., Morgan, M., & Rosen, J. Simmon, B., Nelson, D., & Neal, I. (2001).
(2005). A Neuroendocrine A compassion of the positive and
mechanism for sustaining fear. negative work attitudes of home
Trends in Neurosciences, 629-635. healthcare and hospital nurses.
Schultz, C., & Koening, K. (2009). Health care management review,
Disaster Medicine: Comprehensive 63-74.
Principles and Practices. New Simmons, B. (2000). Eustress at work:
York: Cambridge University Press. Accentuating the positive.
Segerstrom, S., & Miller, G. (2004). Oklahoma State University:
Psychological stress and the human Unpublisher doctoral dissertation.
immunie system: A meta-analytic Simmons, B., & Nelson, D. (2001).
study of 30 years of inquiry. Eustress at work: The relationship
Psychological Bulletin, 601-630. between hope and health in
Selye, H. (1978). Stress in Health and hospital nurses. Health care
Disease. London: Butterworth. management riview, 7-18.
Sentanu, E. (2009). Quantum Ikhlas; Smith, T. (2006). Personality as risk and
Teknologi Aktivasi Kekuatan Hati. resilience in physical health.
Jakarta: PT Elek Media Current Directions
Komputindo. in Psychological
Setyawati, L. (2010). Selintas tentang Science, 227-231.
Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Soleh. (2006). Terapi Sholat Tahajud
Amara Books. menyembuhkan berbagai penyakit.
Sharma, R., Khera, S., Mohan, A., Gupta, Jakarta: Hikmah.
N., & Ray, B. (2006). Assessment Stier, L. O. (2008). Sense of humor, stress
of Computer Games as a and coping and outcomes in
Psychological Stressor. Indian children's lives. Proquest
Dissertations and theses, 1-15.
Sugiharto. (2012). Fisioneurohormonal
pada Stresor Olahraga. Jurnal
Sains Psikologi, 54-66.
Sukowati, B. (2014). Penerapan Nilai
Akhlak Islami pada Kegiatan
Pelayanan Kesehatan oleh Tenaga
Media terhadap Pasien Rawat
Jalan dan Pasien Rawat Inap di RST dr Asmir Salatiga, Tesis. Solo:
Pasca Sarjana, Sekolah Tinggi Projects. Cell Science Riviews,
Agama Islam Negeri Salatiga. 1742 - 1780.
Suma'mur, P. (1994). Hyperkes Tombaugh, J. R., Mayfield, C., & Durand,
Keselamatan Kerja dan Ergonomi. R. (2011). Spiritual expression at
Jakarta: Darma Bakti Muara work: exploring the active voice of
Agung. workplace spirituality.
Suparno. (2007). Pengaruh Stiressor International journal
Psikologik Terhadap Dsitribus of
Transporter Serotinin (SERT) dan organizational analysis, 146-170.
Indeks Apoptosis Hipokampus Toni, A. F., & Nonino, F. (2010). The key
yang Dimediasi IL-6 dan Kortisol. roles in the informal organization:
Jurnal kedokteran Universitas a network analysis perspective. the
Brawijaya, 107 - 115. learning organization, 86-103.
Supriyanto, S., & Djohan, A. (2011). Torgen, M., & Swerup, C. (2002).
Metodologi Riset Bisnis dan Individual factor and physical
Kesehatan . Kalimantan: PT workload in relation to sensory
Grafika Wangi . threshold in a midle-aged general
Susihar. (2011). Pengaruh Pelatihan population sample. Journal
Perilaku Caring terhadap Motivasi Physiology, 418-427.
Perawat dan Kepuasan Pasien di Utami, T. N. (2016). Peran Pelatihan
Instalasi Rawat Inap RS Royal Spiritual Zikir terhadap Perubahan
Proggress Jakarta, Tesis. Jakarta: Persepsi dan Perbaikan Distress
Fakultas Keperawatan, Universitas Perawat di Rumah Sakit Umum
Indonesia. Kota Medan. DIsertasi. Surabaya:
Tanaka, M., Fukuda, S., Mizuno, K., Pasca Sarjana FKM Universitas
Kuratsune, H., & Watanabe, Y. Airlangga.
(2009). Stress and coping styles are Watson, W., & Michaelsen. (2004).
associated with severe fatique in Member Competence, Group
medical students. Behavioral Interaction and Group Decision
Medicine, 87-92. Making. New York: Prentice Hall.
Tebba, S. (2004). Meditasi Sufistik. Wong, P. T., & Wong, L. C. (2006).
Bandung: Pustaka Hidayah Handbook of multicultural
Bandung. perspectives in stress and coping.
Tellez, M. (2012). Work satisfaction New York USA: Springer.
among California registered nurses: Yong, J., Kim, J., Park, J., Seo, I., &
a longitudinal comparative Swinton, J. (2011). Effects of a
analysis. Nursing economic, 73-81. spirituality training progam on the
Thornton, M., & Andersen, L. (2006). spirituali and psychosocial well-
Psychoneuroimunology Examined; being of hospital middle manager
The Role of Subjective Stress, nurse in Korea. The Journal of
Stress and Immunity Cancer Continuing Education in Nursing,
280-288.
Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 23
Zohar, D., & Marshall, I. (2004). Spiritual
Capital: wealth we can live by .
USA: Berrett-Koehler Publisher.

Anda mungkin juga menyukai