Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan limpahannya saya dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan
hiperbilirubin ini berjalan dengan baik.
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan Keperawatan
Hiperbilirubin dengan benar.
Ucapan terima kasih kepada kepala ruangan dan tim ruangan Perinatologi yang
telah memeberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar makalah Asuhan
Keperawatan Hiperbilirubin Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam
penyusunan makalah ini. Smoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati saran dan kritik saya harapkan dari pembaca guna
untuk meningkatkan pembuatan tugas makalah dan tugas mendatang.
Penulis
Ns.Greis Paputungan.,S.kep
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
A. PENGERTIAN/DEFINISI.................................................................................2
B. ETIOLOGI...........................................................................................................2
C. MANIFESTASI KLINIS....................................................................................4
D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS.............................................................5
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK......................................................................9
F. PENATALAKSANAAN MEDIS.....................................................................11
G. PENGKAJIAN FOKUS KEPERAWATAN...................................................13
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................15
I. PERENCANAAN..............................................................................................16
J. EVALUASI........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
iii
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERBILIRUBIN
A. PENGERTIAN/DEFINISI
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah
berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus. Hiperbilirubinemia ialah
terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologik
maupun non-fisiologik, yang secara klinis ditandai dengan ikterus. (Mathindas, Wilar
and Wahani, 2013). Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
yang kadar nilainya lebih dari normal. (Suriadi & Yuliani, 2015). Ikterus fisiologis
adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah
lahir yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya
pada hari ke-10. (Susilaningrum dkk, 2016). Icterus, jaundice, atau “sakit kuning”
adalah warna kuning pada sclera mata, mukosa, dan kulit oleh karena peningkatan
kadar bilirubin dalam darah (hyperbilirubinemia) yang selanjutnya menyebabkan
peningkatan bilirubin dalam cairan luar sel (extracellular fluid). (Widagdo, 2012).
Jadi dapat disimpulkan bahwa hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar
bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Untuk bayi
yang baru lahir cukup bulan batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl,
sedangkan bayi yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10
mg/dl. Jika kemudian kadar bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka
ia dikategorikan hiperbilirubin.
B. ETIOLOGI
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena keadaan
sebagai berikut;
1. Polychetemia
2. Isoimmun Hemolytic Disease
3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
2
4. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid,
kloramfenikol)
5. Hemolisis ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
8. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi
empedu (atresia biliary), infeksi, masalah metabolic galaktosemia,
hipotiroid jaundice ASI
9. Adanya komplikasi asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya
ikatan albumin; lahir premature, asidosis.
1. Peningkatan produksi:
a. Hemolisis, misalnya pada inkompatibilitas yang terjadi bila
terdapat ketidaksesuain golongan darah dan anak pada
penggolongan Rhesus dan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolic yang terdapat pada bayi hipoksia atau asidosis.
d. Defisiensi G6PD/Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3
(alfa), 20 (beta), diol (steroid).
f. Kurangnya enzim Glukoronil Transferase, sehingga kadar
Bilirubin indirek meningkat misalnya pada berat lahir
rendah.
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin
Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan
misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat
tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksion yang dapat langsung merusak sel
hati dan darah merah seperti infeksi, toksoplamosis, syphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik misalnya pada ileus
obstruktif.
C. MANIFESTASI KLINIS
Bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila bayi baru lahir
tersebut tampak berwarna kuning dengan kadar serum bilirubin 5mg/dL atau lebih.
Hiperbilirubinemia merupakan penimbunan bilirubin indirek pada kulit sehingga
menimbulkan warna kuning atau jingga. Pada hiperbilirubinemia direk bisanya dapat
menimbulkan warna kuning kehijauan atau kuning kotor (Ngatisyah, 2012).
Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat menyebabkan ikterus pada sklera,
kuku, atau kulit dan membrane mukosa. Jaundice yang muncul pada 24 jam pertama
disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan
diabetik atau infeksi. Jaundice yang tampak pada hari kedua atau hari ketiga, dan
mencapai puncak pada hari ketiga sampai hari keempat dan menurun pada hari
kelima sampai hari ketujuh yang biasanya merupakan jaundice fisiologis (Suriadi dan
Yuliani 2010). Ikterus diakibatkan oleh pengendapan bilirubin indirek pada kulit
yang cenderung tampak kuning terang atau orange. Pada ikterus tipe obstruksi
(bilirubin direk) akan menyebabkan kulit pada bayi baru lahir tampak berwarna
kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang
berat. Selain itu manifestasi klinis pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia
atau ikterus yaitu muntah, anoreksia, fatigue, warna urine gelap, serta warna tinja
pucat (Suriadi dan Yuliani 2016). Menurut Ridha (2014) bayi baru lahir dikatakan
mengalami hiperbilirubinemia apabila tampak tanda-tanda sebagai berikut :
a. Sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain tampak kuning akibat
penumpukan bilirubin.
f. Ikterik yang disertai berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa
gestasi kurang dari 36 minggu, hipoksia, sindrom gangguan
pernafasan, infeksi trauma lahir kepala, hipoglikemia, hiperkarbia.
D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS
PATOFISIOLOGI
Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak.
Kemudian bikirubin indirek tak (terkonjugasi) kemudian di ekskresikan
melalui taktus gastrointestinal. Bayi memiliki usus yang belum sempurna,
karena belum terdapat bakteri pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak
tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam
aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi(Manggiasih & jaya,2016).
PATHWAY
HIPERBILIRUBIN
Hiperbilirubinemia
Marcdante, K.J., Kliegman, R,M., Jenson, H.B & Behrman, R.E, (2014). Ilmu Kesehatan
Anak Esensial, Philadelphia:Sauders Company.
Muslihatum, Wafi Nur. 2016. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.
Potts, N.L., & Mandleco, B.L., (2012). Pediatric nursing care for children and their families,
Amerika : Delmar.
16