HIPERBILIRUBINEMIA
DI SUSUSN OLEH :
HARJONO
P003200190067
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
2021
A. Definisi
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan di mana konsentrasi bilirubin di dalam darah
berlebihan sehingga menimbulkan jaundice pada neonates. (Dorothy R.Marlon,1998).
Hiperbilirubin adalah kondisi di mana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai
kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis neonates di tandai joudince pada sklera
mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh. (Adi Smith,G,1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (Hiperbilirubinemia) yang di
sebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzzane C. Smeltzer,2002).
Jadi, dapat di simpulkan Hiperbilirubin adalah suatu keadaan di mana kadar dalam darah
melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Untuk bayi yang baru lahir cukup bulan, batas
aman kadar bilirubin nya adalah 10 mg/dl. Jika kemudian kadar bilirubin di ketahui melebihi
angka angka tersebut, maka ia di kategorikan hiperbilirubin.
B. Etiologi
a. Peningkatan produksi
Hemolisis, misal nya pada Inkopatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein tergangguseperti gangguan metabolic yang terdapat
pada bayi Hipoksia atau Asidosis.
Defesiensi G6PD (Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase)
Ikterus ASI yang di sebabkan oleh di keluarkan nya pregnam 3 (alfa), 20 (beta), diol
(steroid).
Kurang nya Enzim Glukoronil Transeferase, sehingga kadar Bilirubin inderek
meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah
Kelainan kongenital dan Dubin Hiperbilirubinemia.
D. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keaadaan. Kejadian yang
sering di temukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat di temukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi
hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah
apabila di temukan gangguan konjugasi hepar atau neonates yang mengalami gangguan ekskresi
misal nya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksin dan merusak jaringan tubuh.
Toksisitas terutama di temukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut di dalam air tapi
mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkin kan terjadinya efek patologis pada sel otak
apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak.
E. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Test comb pada tali pusat BBL
2) Golongan darah bayi dan ibu : untuk mengidentifikasi incopatibilitas ABO
3) Bilirubin total
4) Protein serum total
Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama
pada bayi praterm.
5) Hitung darah lengkap
Hb mungkinrendah (<14 gr/dl ) karena hemolisis
Hematokrit mungkin meningkat (>65%) pada polisitemia , penurunan (<45%)
dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
6) Glukosa
Bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan lemak dan
melepaskan asam lemak
7) Daya ikatan karbon di oksida
Penurunan kadar menunjukan hemolisis
8) Meter ikterik transkutan
Mengidentifikasi bayi dengan memerlukan penentuan bilirubin serum.
9) Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6 mg/dl antara 2-4 hari
setelah lahir. Apabila nilai nya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis
Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari
setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.
10) Smear darah perifer
11) Test Betke-Kleihaue
Evaluasi smear darah maternal terhadap eritrosit janin.
b. Pemeriksaan radiology
Di perlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
c. Ultrasonografi
Di gunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.
d. Biopsy hati
Di gunakan untuk memastikan diagnose terutama pada kasus yang sukar seperti untuk
membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic, selain itu juga untuk
memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
F. Farmakoterapi
Salah satu terapi hiperbilirubinemia adalah fototerapi. Fototerapi merupakan salah satu
terapi hiperbilirubinemia yang di mulai sejak tahun 1950 dan efektif dalam menurunkan kadar
bilirubin (Hammerman dan Kaplan, 2000).
Farmakoterapi di gunakan untuk menurunkan kadar bilirubin dengan merangsang induksi
enzim-enzim hati dan protein pembawa, guna memengaruhi penghancuran heme, atau untuk
mengikat bilirubin dalam usus halus sehingga reabsorbsi enterohepatik menurun. Beberapa
penggunaan farmakoterapi untuk menurunkan kadar bilirubin seperti imunoglobilin
intravena, fenobarbital, metalloprotoporphyrin, tin-protoporphyrin (Sn-PP), tin-mesoporphyrin
(Sn-MP), dan inhibitor. (Kosim et al.,2014)
Daftra Pustaka
https://id.scribd.com/doc/222217959/LAPORAN-PENDAHULUAN-HIPERBILIRUBINEMIA