OLEH :
P07120017020
TINGKAT 3.1
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. S DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA
OLEH :
P07120017020
TINGKAT 3.1
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Smeltzer, 2002)
Jadi dapat disimpulkan bahwa hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar
bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Untuk bayi
yang baru lahir cukup bulan batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl,
sedangkan bayi yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10
mg/dl. Jika kemudian kadar bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka
ia dikategorikan hiperbilirubin.
B. ETIOLOGI
a. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan
darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang terdapat
pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol
(steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnyapada Hipoalbuminem
Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yangdapatlangsungmerusakselhatidandarahmerahsepertiinfeksi, Toksoplasmosis, Siphilis.
Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
C. PATOFISIOLOGI
Hemoglobin
Globin Hema
Bilivirdin Feco
Indikasi fototerapi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.
penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.
b.Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan ti
E. GEJALA KLINIS
F. PEMERIKSAAN FISIK
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium.
Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi ( Rh-
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
3) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4) Tes Coombs Positif.
5) Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6) Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7) Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8) Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
1) Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap
sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2) Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3) Menghilangkan Serum Bilirubin
4) Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang
dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen
A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek.
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Identitas diri pasien terdiri dari nama, tempat tanggal lahir dan jenis kelamin.
Identitas penanggung jawab terdiri dari nama (ayah dan ibu), umur, agama, suku,
pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan alamat. Identitas diri dilengkapi juga
dengan tanggal pengkajian.
2. Genogram
Merupakan silsilah keluarga yang mencakup minimal 3 generasi yang dibuat
- Riwayat Penyakit
Keadaan bayi setelah lahir yang perlu dikaji yaitu : APGAR (Appearance, Pulse,
a) Jika bayi menangis, batuk, bersin dan menarik diri ketika dokter
memberikan rangsangan (2)
b) Jika bayi meringis dan menangis lemah ketika dokter memberikan
rangsangan (1)
c) Jika bayi tidak menangis/berespon sama sekali (0)
Activity (Aktivitas Otot)
a) Jika bayi menggerakkan kedua kaki dan tangnnya secara spontan
begitu lahir (2)
b) Jika bayi hanya melakukan sedikit gerakan begitu lahir (1)
Pemeriksaan Umum
a. Lingkar kepala (33-35 cm)
b. Lingkar dada (30.5 – 33 cm)
c. Berat badan ( 2700 – 4000 gr)
d. Panjang kepala ke tumit (48 – 53 cm)
Tanda – tanda vital
a. Suhu (36.5 – 27 derajat celcius)
b. Frekuensi jantung ( 100 – 160 x/mnt)
c. Frekuensi pernapasan ( 30 – 60 x/mnt)
5. Pola Nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan hiperbilirubinemia adalah gangguan
absorpsi gastrointestinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi
untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolic, hipoglikemi disamping pemberian obat intravena.
Dikaji juga apakah bayi mendapatkan ASI secara eksklusif atu tidak.
6. Pola Eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekuensi, jumlah,
konsistensi, bau. BAK : frekuensi dan jumlah.
7. Pola Tidur
Yang perlu dikaji adalah apakah pola tidur bayi dalam batas normal
sekitar 16 – 17 jam sehari untuk bayi berusia 0-3 bulan, 14 – 16 jam untuk
bayi berusia 3-6 bulan, dan kurang lebih 14 jam untuk bayi berusai 7 – 12
bulan.
8. Pola Aktivitas
Yang perlu dikaji adalah apakah terjadi gerakan kaki dan tangan secara
refleks maupun tidak, seperti menggenggam, Babinski, klonus pergelangan
kaki.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian pernapasan
Perhatikan bentuk dada (barrel,cembung), penggunaan otot bantu pernapasan,
tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan, apakah ada bunyi napas
tambahan (stridor, krekles, ronkhi, wheezing), tentukan apakah penghisapan
diperlukan, dan tentukan sarturasi oksigen.
b. Pengkajian kardiovaskuler
Tentukan frekuensi dan irama jantung, adanya bunyi abnormal (mur mur,
friction rub), gambarkan warna bayi (icterus, sianosis, mottling), waktu
pengisian CRT (< 2 – 3 detik).
c. Pengkajian gastrointestinal
Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus,
muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d. Pengkajian neurologis-muskuloskletal
Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap
bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
e. Pengkajian genitourinaria
Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
f. Pengkajian suhu
Kaji suhu aksila dan perhatikan hubungannya dengan suhu lingkungan.
g. Pengkajian kulit
Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur
dan turgor kulit kering, halus, terkelupas. Warna kulit kuning, membrane
mukosa kuning, sklera kuning.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
untuk
9. Biarkan mencegah
tubuh bayi kerusakan
terpapar jaringan
sinar kornea pada
fototerapi klien akibat
secara paparan
berkelanjuta sinar
n fototerapi
10. Ganti segera 8. Jarak lampu
alas dan fototerapi
popok bayi dengan klien
jika 30 cm atau
BAB/BAK tergantung
11. Anjurkan dari
ibu spesifikasi
menyusui lampu
sesering fototerapi
mungkin 9. Agar
kadar
bilirubin
pada tubuh
dapat
dipecah oleh
sinar
fototerapi
dengan baik
10. Agar tidak
mengakibatk
an iritasi
pada kulit
bayi
11. Intake yang
baik akan
meningkatka
n
metabolisme
pada
klien
sehingga
klien tidak
mengalami
dehidrasi
2. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk
berhubungan intervensi keperawatan Hipertermia mengetahui
dengan terpapar selama …x…. maka 1. Monitor apakah ada
lingkungan panas, termoregulasi membaik suhu penigkatan
dehidrasi dengan kriteria hasil : sesering suhu tubuh
hipertermia
4. Untuk
mengetahui
keatifan bayi
5. Asupan oral
klien berupa
Asi atau susu
formula guna
meningkatkan
metabolism
sehingga
terjadi
penurunan
suhu tubuh
3. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen 1. klien merasa
menurun sebagai
• membran mukosa patokan
membaik pemberian
membaik 5. Asi
atau susu
formula
merupakan
makanan
utama bayi
klien
4. Resiko gangguan Setelah dilakukan Perawatan 1. Terapi
integritas kulit intervensi keperawatan Integritas Kulit fototerapi
berhubungan selama … x…. maka 1. Identifikasi merupakan
maka
kelembapan
kulit akan
terjaga
Setelah dilakukan Manajemen 1. Mengetahui
5. Risko cedera
intervensi keperawatan Keselamatan kebutuhan
berhubungan
selama … x …. maka Lingkungan keselamatan
dengan pasien
risko cedera menurun 1. Identifikasi
ketidaknormalan
dengan criteria hasil : kebutuhan 2. Dalam
profil darah
• Kejadian cedera keselamatan fototerapi
menurun (mis.kondisi perangkat
• Luka/lecet fisik, fungsi pelindung
menurun kognitif, yang diberikan
riwayat adalah
penyakit) biliband/
4. Jelaskan pasien
alasan terhadap
intervensi keselamatanny
pencegahan a
ke pasien dan 4. Menjelaskan
keluarga intervensi
yang
dilakukan
penting guna
memberikan
informasi yang
detailkepada
pasien dan
keluargaagar
tidak terjadi
kesalahpaham
an.
M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat berdasarkan SIKI dan
dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur pelaksanaan.
N. EVALUASI KEPERAWATAN
O. REFERENSI
DPP PPNI, Tim Pokja SDKI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta :
Salemba Medika.
Muslihatum, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya.