Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

OLEH :

NI WAYAN EKA ARY AGUSTINI

P07120017020

TINGKAT 3.1

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. S DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

DI RUANG PERINATOLOGI RSD MANGUSADA

TANGGAL 14 AGUSTUS – 16 AGUSTUS 2019

OLEH :

NI WAYAN EKA ARY AGUSTINI

P07120017020

TINGKAT 3.1

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN HIPERBILIRUBINEMIA

A. PENGERTIAN

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah


berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus. (Dorothy R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah
yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus
ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh. (Adi
Smith, G, 1988)
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.

Smeltzer, 2002)
Jadi dapat disimpulkan bahwa hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar
bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Untuk bayi
yang baru lahir cukup bulan batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl,
sedangkan bayi yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10
mg/dl. Jika kemudian kadar bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka
ia dikategorikan hiperbilirubin.

B. ETIOLOGI

a. Peningkatan produksi :
Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan
darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang terdapat
pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) , diol
(steroid).
Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnyapada Hipoalbuminem

Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yangdapatlangsungmerusakselhatidandarahmerahsepertiinfeksi, Toksoplasmosis, Siphilis.
Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
C. PATOFISIOLOGI

Secara skematis, patofisiologi hiperbilirubin dapat digambarkan pada pathway


sebagai berikut :

Hemoglobin

Globin Hema

Bilivirdin Feco

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport


bilirubin/peningkatan siklus entero hepatik), Hb dan eritrosit abnormal

Pemecahan bilirubin berlebih / bilirubin yang tidak berikatan dengan


albumin meningkat

Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk kembali ke siklus enterohepatik

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah, pengeluaran meconeum terlambat,


obstruksi usus, tinja berwarna pucat

Ikterik neonatus Icterus pada sklera, leher dan badan


peningkatan bilirubin indirek > 12
mg/dl

Indikasi fototerapi

Sinar fluorescent yang tinggi

Risiko cedera Resiko gangguan Risiko Hipovolemia Hipertermia


itegritas kulit
D. KLASIFIKASI

a.Ikterus neonatus fisiologi

Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.
penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.
b.Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan berat badan ti

E. GEJALA KLINIS

Kulit berwarna kuning sampai jingga


Pasien tampak lemah
Nafsu makan berkurang
Reflek hisap kurang
Urine pekat
Perut buncit
Pembesaran lien dan hati
Gangguan neurologic
Feses seperti dempul
Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau
Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3 -
4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
Tabel 1. Rumus Kramer

Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin


1 Kepala dan leher 5 mg %
2 Daerah 1 + badan bagian atas 9 mg %

3 Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan 11 mg %


tungkai
4 Daerah 1,2,3 + lengan dan kaki di 12 mg%
bawah lutut
5 Daeraha 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16 mg %

F. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan derajat ikterus, ikterus terlihat


pada sclera, tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu eritema palmaris, jari tubuh
(clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan termasuk pemeriksaan organ hati
(tentang ukuran, tepid an permukaan); ditemukan adanya pembesaran limpa
(splenomegali), pelebaran kandung empedu, dan masa abdominal, selaput lender,
kulit nerwarna merah tua, urine pekat warna teh, letargi, hipotonus, reflek
menghisap kurang/lemah, peka rangsang, tremor, kejang, dan tangisan melengking

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan laboratorium.

Test Coomb pada tali pusat BBL


Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif,


anti-A, anti-B dalam darah ibu.

Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi ( Rh-

positif, anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.


Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
Bilirubin total.
Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang mungkin dihubungkan d

 Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24
jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl
pada bayi praterm tegantung pada berat badan.
• Protein serum total
 Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama

pada bayi praterm.


• Hitung darah lengkap
 Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
 Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (<
45%) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
• Glukosa
 Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau
test glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.

Daya ikat karbon dioksida


 Penurunan kadar menunjukkan hemolisis .
• Meter ikterik transkutan
 Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
• Pemeriksaan bilirubin serum
 Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4
hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
 Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-
7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis

Smear darah perifer


 Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit RH
atau sperositis pada incompabilitas ABO
• Test Betke-Kleihauer

 Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.


b. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan
diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
c. Ultrasonografi

Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra


hepatic.
d. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk membedakan o

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tindakan umum meliputi :


1) Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah truma
lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
2) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
3) Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari
hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1) Menghilangkan Anemia
2) Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3) Meningkatkan Badan Serum Albumin
4) Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
a. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya
dengan intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah
Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi.
Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati.
Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum
untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan
Taeusch, 1984).
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar
Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.

Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5


mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan
mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama
pada bayi resiko tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
b. Tranfusi Pengganti / Tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1) Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2) Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.

3) Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4) Tes Coombs Positif.
5) Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6) Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7) Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8) Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9) Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :

1) Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap
sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2) Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3) Menghilangkan Serum Bilirubin
4) Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan
Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang
dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen
A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek.

Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.


I. KOMPLIKASI
a. Retardasi mental : kerusakan neurologist
b. Gangguan pendengaran dan penglihatan
c. Kematian.
d. Kernikterus.

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Identitas diri pasien terdiri dari nama, tempat tanggal lahir dan jenis kelamin.
Identitas penanggung jawab terdiri dari nama (ayah dan ibu), umur, agama, suku,
pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan alamat. Identitas diri dilengkapi juga
dengan tanggal pengkajian.
2. Genogram
Merupakan silsilah keluarga yang mencakup minimal 3 generasi yang dibuat

apabila penyakit bayi memiliki hubungan dengan status / kondisi keluarga.


3. Alasan Dirawat
- Keluhan Utama
Merupakan keluhan pokok yang menjadi alasan pasien harus diberikan asuhan
keperawatan seperti contoh Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi
kedinginan atau suhu tubuh rendah.

- Riwayat Penyakit

Keadaan bayi setelah lahir yang perlu dikaji yaitu : APGAR (Appearance, Pulse,

Grimace/reflek gerak, Activity, Respiration) Score. Apgar score dihitung pada


menit ke-1 dan ke-5 untuk semua bayi, kemudian dilanjutkan setiap 5 menit
sampai menit ke-20 untuk bayi dengan score apgar dibawah 7.

Apperarance (warna kulit)


a) Jika seluruh kulit berwarna kemerahan (2)
b) Jika kulit tubuh bayi berwarna kemerahan, tetapi tangan dan
kakinya berwarna kebiruan (1)
c) Jika seluruh kulit bayi berwarna kebiruan, keabu-abuan atau pucat
pasi (0)
Pulse ( Denyut Jantung)
a) Jika jantung bayi berdenyut setidaknya 100 kali permenit (2)
b) Jika jantung bayi berdenyut kurang dari 100 kali permenit (1)
c) Jika jantung bayi tidak berdenyut sama sekali (0)
Grimance (Reflek Gerak)

a) Jika bayi menangis, batuk, bersin dan menarik diri ketika dokter
memberikan rangsangan (2)
b) Jika bayi meringis dan menangis lemah ketika dokter memberikan
rangsangan (1)
c) Jika bayi tidak menangis/berespon sama sekali (0)
Activity (Aktivitas Otot)
a) Jika bayi menggerakkan kedua kaki dan tangnnya secara spontan
begitu lahir (2)
b) Jika bayi hanya melakukan sedikit gerakan begitu lahir (1)

c) Jika bayi tidak bergerak sama sekali begitu lahir (0)


Respirasi (Pernapasan)
a) Jika bayi langsung menangis dengan kencang dan kuat (2)
b) Jika bayi hanya merintih (1)
c) Jika bayi tidak menangis sama sekali (0)
Jika telah dilakukan penilaian apgar score, jika total score 0 – 7 dapat
dikatakan bayi normal.
Selain Apgar Score, dapat dilakukan pemeriksaan umum dan tanda tanda
vital bayi baru lahir yakni :

Pemeriksaan Umum
a. Lingkar kepala (33-35 cm)
b. Lingkar dada (30.5 – 33 cm)
c. Berat badan ( 2700 – 4000 gr)
d. Panjang kepala ke tumit (48 – 53 cm)
Tanda – tanda vital
a. Suhu (36.5 – 27 derajat celcius)
b. Frekuensi jantung ( 100 – 160 x/mnt)
c. Frekuensi pernapasan ( 30 – 60 x/mnt)

d. Tekanan darah (tekanan darah normal kurang lebih 90/60 mmHg)


Perhatikan juga keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan
wajah, sedikit atau tidak ada bukti lemak subkutan, pada wanita klitoris
menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung dan testis belum turun.
4. Riwayat Anak

Riwayat dalam masa kandungan (Pre natal)


Kaji apakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan atau tidak untuk
mengetahui keadaan ibu selama hamil disertai dengan kesan kehamilan,
obat-obatan yang telah diminum, imunisasi yang telah diberikan dan
penyakit yang pernah diderita ibu serta penyakit keluarga.
Kehamilan dengan resiko kengenital riwayat
persalinanpreterm(premature) Pemeriksaan kehamilan yang tidak
kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak
pada petugas kesehatan.

Riwayat natal komplikasi persalinan seperti Kala I (perdarahan


antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa), Kala II
(persalinan dengan tindakan bedar caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan system pusat pernafasan.

 Riwayat penyakit sekarang (post natal)


- Kaji umur kehamilan , berlangsungnya kelahiran ( biasa/susah/dengan
tindakan apa), ditolong oleh siapa dan lamanya proses kehamilan. Disertai
dengan keadaan bayi setelah lahir dan berat badan mencakup berat badan

dan LK/LD bayi.

5. Pola Nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan hiperbilirubinemia adalah gangguan
absorpsi gastrointestinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi
untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolic, hipoglikemi disamping pemberian obat intravena.
Dikaji juga apakah bayi mendapatkan ASI secara eksklusif atu tidak.

6. Pola Eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekuensi, jumlah,
konsistensi, bau. BAK : frekuensi dan jumlah.

7. Pola Tidur
Yang perlu dikaji adalah apakah pola tidur bayi dalam batas normal
sekitar 16 – 17 jam sehari untuk bayi berusia 0-3 bulan, 14 – 16 jam untuk
bayi berusia 3-6 bulan, dan kurang lebih 14 jam untuk bayi berusai 7 – 12
bulan.

8. Pola Aktivitas
Yang perlu dikaji adalah apakah terjadi gerakan kaki dan tangan secara
refleks maupun tidak, seperti menggenggam, Babinski, klonus pergelangan
kaki.

9. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian pernapasan
Perhatikan bentuk dada (barrel,cembung), penggunaan otot bantu pernapasan,
tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan, apakah ada bunyi napas
tambahan (stridor, krekles, ronkhi, wheezing), tentukan apakah penghisapan
diperlukan, dan tentukan sarturasi oksigen.
b. Pengkajian kardiovaskuler
Tentukan frekuensi dan irama jantung, adanya bunyi abnormal (mur mur,
friction rub), gambarkan warna bayi (icterus, sianosis, mottling), waktu
pengisian CRT (< 2 – 3 detik).
c. Pengkajian gastrointestinal
Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus,
muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.
d. Pengkajian neurologis-muskuloskletal
Gerakan bayi, refleks moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap
bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil,
tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
e. Pengkajian genitourinaria
Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
f. Pengkajian suhu
Kaji suhu aksila dan perhatikan hubungannya dengan suhu lingkungan.
g. Pengkajian kulit
Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur
dan turgor kulit kering, halus, terkelupas. Warna kulit kuning, membrane
mukosa kuning, sklera kuning.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Ikterik neonates berhubungan dengan penurunan berat badan abnormal (.7-8%


pada bayi lahir yang menyusu ASI > 15% pada bayi cukup bulan), pola makan
tidak ditetapkan dengan baik, kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin, usia
kurang dari 7 hari, keterlambatan pengeluaran feses (mekonium)
2) Hipertermia berhubungan dengan terpapar lingkungan panas, dehidrasi
3) Risiko hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan, evaporasi
4) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor elektris
(fototerapi)
5) Risiko cedera berhubungan dengan ketidaknormalan profil darah

L. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATN


KEPERAWATAN
NO TUJUAN & RASIONAL
& DATA INTERVENSI
KRITERIA HASIL
PENUNJANG

1 Ikterik neonatus Setelah dilakukan Fototerapi 1. Ikerik pada


berhubungan intervensi keperawatan Neonatus sclera dan
dengan penurunan selama … x…. maka 1. Monitor kulit bayi
berat badan ikterik neonatus ikterik pada menandakan
abnormal, pola menurun dengan sclera dan bayi
makan tidak kriteria hasil : kulit bayi mengalami
ditetapkan dengan • Kerusakan lapisan 2. Identifikasi hiperbilirubi
baik, kesulitan kulit menurun kebutuhan n
transisi ke (tida ada cairan sesuai 2. Kebutuhan
kehidupan ekstra kemerahan, tidak dengan usia cairan klien
uterin, usia kurang ada hematoma, meningkat
dari 7 hari, warna kulit gestasi dan saat terkena
keterlambatan normal) berat badan paparan
pengeluaran feses • Berat badan 3. Monitor sinar
(mekonium) meningkat suhu dan fluorescent

• Panjang badan tanda vital 3. Memantau

meningkat tiap 4 jam perubahan


• Kulit kuning sekali suhu pada

menurun 4. Monitor efek klien

• Sclera kuning samping 4. Mengetahui

menurun fototerapi efek yang


5. Siapkan ditimbulkan
• Membran mukosa
lampu seperti
kuning menurun
fototerapi muntah,
• Keterlambatan
dan diare, dll
pengeluaran feses
menurun incubator pada klien
atau kotak 5. Lampu
• Konsistensi feses
bayi fototerapi
membaik
6. Lepaskan diperlukan
• Frekuensi
pakaian bayi untuk
defekasi membaik
kecuali memecah
• Peristaltik usus
popok kadar
membaik
7. Berikan bilirubin
• Kemampuan
penutup pada klien
menyusu
membaik mata (eye 6. Pakaian bayi
protect/bilib dapat
• Aktivitas
and) pada menganggu
ektremitas
bayi kinerja
membaik
8. Ukur jarak terapi
• Respon terhadap
antara lampu fototerapi
stimulus sensorik
dan yang tidak
membaik
permukaan maksimal
kulit bayi 7. Mata ditutup

untuk
9. Biarkan mencegah
tubuh bayi kerusakan
terpapar jaringan
sinar kornea pada
fototerapi klien akibat

secara paparan
berkelanjuta sinar
n fototerapi
10. Ganti segera 8. Jarak lampu
alas dan fototerapi
popok bayi dengan klien
jika 30 cm atau
BAB/BAK tergantung
11. Anjurkan dari

ibu spesifikasi
menyusui lampu
sesering fototerapi
mungkin 9. Agar
kadar
bilirubin
pada tubuh
dapat
dipecah oleh
sinar

fototerapi
dengan baik
10. Agar tidak
mengakibatk
an iritasi
pada kulit
bayi
11. Intake yang
baik akan

meningkatka
n
metabolisme
pada
klien
sehingga
klien tidak

mengalami
dehidrasi
2. Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk
berhubungan intervensi keperawatan Hipertermia mengetahui
dengan terpapar selama …x…. maka 1. Monitor apakah ada
lingkungan panas, termoregulasi membaik suhu penigkatan
dehidrasi dengan kriteria hasil : sesering suhu tubuh

• Suhu tubuh mungkin pada bayi

membaik 2. Monitor 2. Untuk

• Warna kulit pucat warna kulit mengetahui


menurun 3. Monitor perubahan

• Turgor kulit Turgor Kulit warna kulit

membaik 4. Monitor 3. Turgor kulit


Gerak bayi yang tidak
5. Berikan elastic
cairan oral menandakan
klien
mengalami

hipertermia
4. Untuk
mengetahui
keatifan bayi
5. Asupan oral
klien berupa
Asi atau susu
formula guna
meningkatkan

metabolism
sehingga
terjadi
penurunan
suhu tubuh
3. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen 1. klien merasa

berhubungan intervensi keperawatan hipovolemia haus


dengan kekurangan selama …. X….maka 1. periksa tanda merupakan
intake cairan, risiko hipovolemia dan gejala salah satu
evaporasi menurun dengan hipovolemia tanda gejala
kriteria hasil : 2. timbang bb hipovolemia

• Turgor kulit 3. monitor 2. Mengetahui


meningkat intake dan dan

• Output urine output cairan membandin


meningkat 4. hitung gkan bb bayi
• berat badan kebutuhan 3. Untuk
membaik cairan menjaga
• intake cairan 5. berikan keseimbang
membaik asupan an nutrisi
• suhu tubuh cairan oral bayi
membaik berupa asi 4. Untuk

• asupan cairan atau susu mengetahui


meningkat formula jumlah

• dehidrasi residu dan

menurun sebagai
• membran mukosa patokan

membaik pemberian

• mata cekung intake

membaik 5. Asi
atau susu
formula
merupakan
makanan
utama bayi

klien
4. Resiko gangguan Setelah dilakukan Perawatan 1. Terapi
integritas kulit intervensi keperawatan Integritas Kulit fototerapi
berhubungan selama … x…. maka 1. Identifikasi merupakan

dengan terapi integritas kulit dan penyebab salah satu


radiasi jaringan membaik gangguan penyebab
dengan criteria hasil : integritas gangguan

• Kerusakan kulit integritas kulit

integritas jaringan 2. Ubah posisi 2. Agar kulit bayi

menurun (tidak ada tiap 2 jam tidak iritasi

kemerahan, warna 3. Anjurkan dan

kulit normal, meningkatka menimbulkan

turgor kulit n asupan luka

membaik) nutrisi 3. Meningkatkan


4. Anjurkan asupan nutrisi
mandi dan berupa ASI
menggunakan atau susu
sabun formula akan
secukupnya meningkatkan
elasitas
kulit klien
4. Dengan mandi

maka
kelembapan
kulit akan
terjaga
Setelah dilakukan Manajemen 1. Mengetahui
5. Risko cedera
intervensi keperawatan Keselamatan kebutuhan
berhubungan
selama … x …. maka Lingkungan keselamatan
dengan pasien
risko cedera menurun 1. Identifikasi
ketidaknormalan
dengan criteria hasil : kebutuhan 2. Dalam
profil darah
• Kejadian cedera keselamatan fototerapi
menurun (mis.kondisi perangkat
• Luka/lecet fisik, fungsi pelindung
menurun kognitif, yang diberikan
riwayat adalah
penyakit) biliband/

2. Gunakan penutup mata


perangkat guna
pelindung menghindari
3. Tingkatkan cedera mata
frekuensi akibat sinar
observasi dan fototerapi
pengawasan 3. Meningkatkan
pasien, sesuai kewasdapaan
kebutuhan dan menjaga

4. Jelaskan pasien
alasan terhadap
intervensi keselamatanny
pencegahan a
ke pasien dan 4. Menjelaskan
keluarga intervensi
yang
dilakukan
penting guna

memberikan
informasi yang
detailkepada

pasien dan
keluargaagar
tidak terjadi

kesalahpaham
an.

M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat berdasarkan SIKI dan
dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur pelaksanaan.

N. EVALUASI KEPERAWATAN

1. Evaluasi formatif : merefleksikan observasi perawat dan analis terhadap klien


terhadap respon langsung dan intervensi keperawatan
2. Evaluasi sumatif : merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu

O. REFERENSI
DPP PPNI, Tim Pokja SDKI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI

DPP PPNI, Tim Pokja SLKI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta


Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI

DPP PPNI, Tim Pokja SIKI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta


Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta :
Salemba Medika.

Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.

Muslihatum, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai