Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBINEMIA

A. Definisi
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah
berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus. (Dorothy R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh. (Adi Smith, G,
1988)
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer,
2002)
Jadi dapat disimpulkan bahwa hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar
bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Untuk bayi yang
baru lahir cukup bulan batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl, sedangkan bayi
yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah 10 mg/dl. Jika kemudian
kadar bilirubin diketahui melebihi angka-angka tersebut, maka ia dikategorikan
hiperbilirubin.

B. Klasifikasi Hiperbilirubin
a. Ikterus prehepatik
Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah
merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada
disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
b. Ikterus hepatik
Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati
maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta
gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam
doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.
c. Ikterus kolestatik
Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah
peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi
tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
d. Ikterus neonatus fisiologi
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.
penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.
e. Ikterus neonatus patologis
Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang
tinggi dan berat badan tidak bertambah.
f. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak
terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus  Subtalamus, Hipokampus,
Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

C. Etiologi
 Peningkatan produksi :
 Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
 Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
 Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
 Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
 Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) ,
diol (steroid).
 Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
 Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
 Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
 Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang
dapat langsung merusa sel hati dan darah merah seperti infeksi, Toksoplasmosis,
Siphilis.
 Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
 Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
D. Tanda dan Gejala
a. Kulit berwarna kuning sampai jingga
b. Pasien tampak lemah
c. Nafsu makan berkurang
d. Reflek hisap kurang
e. Urine pekat
f. Perut buncit
g. Pembesaran lien dan hati
h. Gangguan neurologic
i. Feses seperti dempul
j. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
k. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
l. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
m. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke
3 -4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

Tabel 1. Rumus Kramer

Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin


1 Kepala dan leher 5 mg %
2 Daerah 1 + badan bagian atas 9 mg %
3 Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan 11 mg %
tungkai
4 Daerah 1,2,3 + lengan dan kaki di bawah 12 mg%
lutut
5 Daeraha 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16 mg %

E.

E. Fatofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian yang 
sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, 
polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut kern ikterus. Pada umumnya dianggap bahwa
kelainan pada saraf pusa tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek
lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui
sawar otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah (BBLR), hipoksia dan
hipoglikemia. (Markum, 1991)
F. PATWAY

Hemoglobin

Globin Hema

Bilivirdin Feco

Peningkatan destruksi eritrosit (gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport


bilirubin/peningkatan siklus entero hepatik), Hb dan eritrosit abnormal

Pemecahan bilirubin berlebih / bilirubin yang tidak berikatan dengan


albumin meningkat

Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk kembali ke siklus enterohepatik

Peningkatan bilirubin unconjugned dalam darah, pengeluaran meconeum terlambat,


obstruksi usus, tinja berwarna pucat
Gangguan integritas kulit Icterus pada sklera, leher dan badan
peningkatan bilirubin indirek > 12 mg/dl
G. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium. Indikasi Fototerapi
 Test Coomb pada tali pusat BBL
- Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif, anti-
A, anti-B dalam darah ibu.
- Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif,
anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.
 Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
 Bilirubin total.
- Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang mungkin
dihubungkan dengan sepsis.
- Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24 jam
atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada
bayi praterm tegantung pada berat badan.
 Protein serum total
- Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama
pada bayi praterm.
 Hitung darah lengkap
- Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
- Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%)
dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
 Glukosa
- Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test
glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
 Daya ikat karbon dioksida
- Penurunan kadar menunjukkan hemolisis .
 Meter ikterik transkutan
- Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
 Pemeriksaan bilirubin serum
- Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari
setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
- Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7
hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis
 Smear darah perifer
- Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit RH
atau sperositis pada incompabilitas ABO
 Test Betke-Kleihauer
- Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
 Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma.
 Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.
 Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga
untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.

H. Penatalaksanaan
1. Tindakan umum meliputi :
 Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah truma
lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan
ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
 Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
 Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat. Berdasarkan pada penyebabnya,
maka manejemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah
anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia.
2. Tindakan khusus Fototerapi
Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi
untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi
foto. fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah
Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme
difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke
Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam
Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery
dan Taeusch, 1984).
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar
Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5
mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan
untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko
tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
3. Terapi obat-obatan
misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel
hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk
mengurangi timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.
I. Komplikasi
a. Retardasi mental : kerusakan neurologist
b. Gangguan pendengaran dan penglihatan
c. Kematian.
d. Kernikterus.
J. Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
a. Pengawasan antenatal yang baik
b. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa
kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.
c. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
d. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
e. Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir
f. Pemberian makanan yang dini.
g. Pencegahan infeksi
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Biasa ditemukan pada bayi baru lahir sampai  minggu I, Kejadian
ikterus  :  60 % bayi cukup bulan & 80 % pada bayi kurang bulan. Perhatian
utama  :  ikterus pada 24 jam pertama & bila kadar bilirubin > 5mg/dl dalam 24
jam.

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang
meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus.
2) Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data obyektif : lahir
prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan asfiksia.
3) Riwayat Post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak kuning.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia, gangguan saluran
cerna dan hati ( hepatitis )
5) Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
6) Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu terhadap bayi yang
ikterus.
c. Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional
1. Aktivitas / Istirahat
 Letargi, malas.
2. Sirkulasi
 Mungkin pucat menandakan anemia.
3. Eliminasi
 Bising usus hipoaktif.
 Pasase mekonium mungkin lambat.
 Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
 Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)
4. Makanan / Cairan
 Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih disusui
daripada menyusu botol. Pada umumnya bayi malas minum ( reflek
menghisap dan menelan lemah, sehingga BB bayi mengalami
penurunan). Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limfa,
hepar.
5. Neuro sensori
 Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang
parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran
ekstraksi vakum.
 Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada
dengan inkompatibilitas Rh berat.
 Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat opistotonus dengan
kekakuan lengkung punggung, fontanel menonjol, menangis lirih,
aktivitas kejang (tahap krisis).
6. Pernafasan
 Riwayat asfiksia
7. Keamanan
 Riwayat positif infeksi / sepsis neonatus
 Dapat mengalami ekimosis berlebihan, ptekie, perdarahan intracranial.
 Dapat tampak ikterik pada awalnya pada daerah wajah dan berlanjut
pada bagian distal tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi Bronze)
sebagai efek samping fototerapi.
8. Seksualitas
 Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan
retardasi pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi dengan ibu
diabetes.
 Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin, asfiksia,
hipoksia, asidosis, hipoglikemia.
 Terjadi lebih sering pada bayi pria dibandingkan perempuan.
9. Penyuluhan / Pembelajaran

 Faktor keluarga : missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan


sebelumnya, penyakit hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme
saat lahir (galaktosemia), diskrasias darah (sferositosis, defisiensi
gukosa-6-fosfat dehidrogenase.
 Faktor ibu, seperti diabetes ; mencerna obat-obatan (missal, salisilat,
sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin (Furadantin),
inkompatibilitas Rh/ABO, penyakit infeksi (misal, rubella,
sitomegalovirus, sifilis, toksoplamosis).
 Faktor penunjang intrapartum, seperti persalinan praterm, kelahiran
dengan ekstrasi vakum, induksi oksitosin, perlambatan pengkleman tali
pusat, atau trauma kelahiran

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Kerusakan integritas kulit/jaringan b.d. efek dari phototerapi
2.      Resiko ketidakseimbangan cairan b.d. phototerapi
3.      defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan
3. Intervensi keperawatan

Diagnosis Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor warna dan keadaan 1. Warna kulit  kekuningan sampai
berhubungan dengan keperawatan selama ......x24 kulit setiap 4-8 jam jingga yang semakin pekat
peningkatan kadar jam, diharapkan integritas menandakan konsentrasi bilirubin
bilirubin indirek dalam kulit kembali baik/ normal indirek dalam darah tinggi.
darah, ikterus pada sclera dengan 2. Monitor keadaan bilirubin 2. Kadar bilirubin indirek
leher dan badan. kriteria hasil : direk dan indirek ( kolaborasi merupakan indikator berat ringan
 Kadar bilirubin dalam batas dengan dokter dan analis ) joundice yang diderita.
normal ( 0,2 – 1,0 mg/dl ) 3. Ubah posisi miring atau
 Kulit tidak berwarna kuning/ tengkurap. Perubahan posisi 3. Menghindari adanya penekanan
warna kuning mulai setiap 2 jam berbarengan pada kulit yang terlalu lama
berkurang dengan perubahan posisi sehingga mencegah terjadinya
 Tidak timbul lecet akibat lakukan massage dan monitor dekubitus atau irtasi pada kuit
penekanan kulit yang terlalu keadaan kulit bayi.
lama 4. Jaga kebersihan kulit dan
kelembaban 4. Kulit yang bersih dan lembab
kulit/ Memandikan dan membantu memberi rasa nyaman
pemijatan bayi dan menghindari kulit bayi
meengelupas atau bersisik.

Kurang pengetahuan Setelah diberikan asuhan 1. Berikan informasi tentang 1. Memperbaiki kesalahan konsep,
keluarga mengenai keperawatan selama ......x 24 penyebab,penanganan dan meningkatkan pemahaman, dan
kondisi, prognosis dan jam, diharapkan pengetahuan implikasi masa datang dari menurunkan rasa takut dan
kebutuhan tindakan keluarga bertambah dengan hiperbilirubinemia. Tegaskan perasaan bersalah. Ikterik
berhubungan dengan kriteria hasil : atau jelaskan informasi sesuai neonates mungkin fisiologis,
kurangnya paparan  Mengungkapkan kebutuhan. akibat ASI, atau patologis dan
informasi pemahaman tentang protocol perawatan tergantung
penyebab, tindakan, dan pada penyebab dan factor
kemungkinan hasil 2. Tinjau ulang maksud dari pemberat.
hiperbilirubinemia mengkaji bayi terhadap 2. Memungkinkan orangtua
 Melatih orang tua bayi peningkatan kadar bilirubin mengenali tanda-tanda
memandikan, merawat tali ( mis., mengobservasi peningkatan kadar bilirubin dan
pusat dan pijat bayi . pemucatan kulit di atas mencari evaluasi medis tepat
tonjolan tulang atau waktu.
perubahan perilaku )
khususnya bila bayi pulang
dini.
3. Diskusikan penatalaksanaan 3. Pemahaman orangtua membantu
di rumah dari ikterik fisiologi mengembangkan kerja sama
ringan atau sedang, termasuk mereka bila bila bayi
peningkatan pemberian dipulangkan. Informasi
makan, pemajanan langsung membantu orangtua
pada sinar matahari dan melaksanakan penatalaksanaan
program tindak lanjut tes dengan aman dan dengan tepat
serum. serta mengenali pentingnya aspek
program penatalaksanaan.
4. Berikan informasi tentang 4. Membantu ibu untuk
mempertahankan suplai ASI mempertahankan pemahaman
melalui penggunaan pompa pentingnya terapi.
payudara dan tentang kembali Mempertahankan supaya
menyusui ASI bila ikterik orangtua tetap mendapatkan
memerlukan pemutusan informasi tentang keadaan bayi.
menyusui. Meningkatkan keputusan
5. Kaji situasi keluarga dan berdasarkan informasi.
system pendukung.berikan 5. Fototerapi di rumah dianjurkan
orangtua penjelasan tertulis hanya untuk bayi cukup bulan
yang tepat tentang fototerapi setelah 48 jam pertama
di rumah, daftarkan teknik kehidupan, dimana kadar
dan potensial masalah. bilirubin serum antara 14 – 18
6. Buat pengaturan yang tepat mg/dl tanpa peningkatan
konsentrasi bilirubin reaksi
untuk tes tindak lanjut dari langsung.
bilirubin serum pada fasilitas 6. Tindakan dihentikan bila
laboratorium. konsentrasi bilirubin serum turun
di bawah 14 mg/dl, tetapi kadar
serum harus diperiksa ulang
7. Diskusikan kemungkinan dalam 12-24 jam untuk
efek-efek jangka panjang dari mendeteksi kemungkinan
hiperbilirubinemia dan hiperbilirubinemia berbalik.
kebutuhan terhadap 7. Kerusakan neurologis
pengkajian lanjut dan dihubungkan dengan kernikterus
intervensi dini meliputi kematian, palsi serebral,
retardasi mental, kesulitan
sensori, pelambatan bicara,
koordinasi buruk, kesulitan
pembelajaran, dan
hipoplasiaemail atau warna gigi
hijau kekuningan

Risiko tinggi cedera Setelah diberikan asuhan 1. Periksa resus darah ABO 1. Inkompatibilitas ABO
terhadap keterlibatan SSP keperawatan selama...........x24 mempengaruhi 20%  dari semua
berhubungan dengan jam, diharapkan kadar kehamilan dan paling umum
peningkatan bilirubin bilirubin menurun dengan terjadi pada ibu dengan golongan
indirek dalam darah yang kriteria hasi l: darah O, yang antibodinya anti-A
bersifat toksik terhadap  Kadar bilirubin indirek dan anti-B melewati sirkulasi
otak. dibawah 12 mg/dl pada janin, menyebabkan aglutinasi
bayi cukup bulan pada usia dan hemolisis SDM. Serupa
3 hari dengan itu, bila ibu Rh-positif,
 Resolusi ikterik pada akhir 2. Tinjau catatan intrapartum antibody ibu melewati plasenta
minggu pertama kehidupan terhadap factor resiko yg dan bergabung pada SDM janin,
 SSP berfungsi  dengan khusus, seperti berat badan menyebabkan hemolisis lambat
normal lahir rendah (BBLR) atau atau segera
IUGR, prematuritas, proses 2. Kondisi klinis tertentu dapat
metabolic abnormal, cedera menyebabkan pembalikan barier
vaskuler, sirkulasi abnormal, darah-otak, memungkinkan
sepsis, atau polisitemia ikatan bilirubin terpisah pada
3. Perhatikan penggunaan tingkat membrane sel atau dalam
ekstrator vakum untuk sel itu sendiri, meningkatkan
kelahiran. Kaji bayi terhadap resiko terhadap keterlibatan SSP
adanya sefalohematoma dan
ekimosis atau petekie yang 3. Resorpsi darah yang terjebak
berlebihan pada jaringan kulit kepala janin
4. Tinjau ulang kondisi bayi dan hemolisis yang berlebihan
pada kelahiran, perhatikan dapat meningkatkan jumlah
kebutuhan terhadap resusitasi bilirubin yang dilepaskan dan
atau petunjuk adanya menyebabkan ikterik
ekimosis atau petekie yang 4. Asfiksia dan siadosis
berlebihan, stress dingin, menurunkan afinitas bilirubin
asfiksia, atau asidosis terhadap albumin.
5. Pertahankan bayi tetap hangat
dan kering, pantau kulit dan
suhu inti dengan sering
5. Stress dingin berpotensi
6. Mulai memberikan minum melepaskan asam lemak. Yang
oral awal dengan 4 sampai 6 bersaing pada sisi ikatan pada
jam setelah kelahiran, khusus albumin, sehingga meningkatkan
bila bayi diberi ASI. Kaji bayi kadar bilirubin yang bersirkulasi
terhadap tanda-tanda dengan bebas (tidak berikatan)
hipoglikemia. Dapatkan kadar 6. Keberadaan flora usus yang
Dextrostix, sesuai indikasi. sesuai untuk pengurangan
bilirubin terhadap urobilinogen;
turunkan sirkulasi enterohepatik
7. Evaluasi tingkat nutrisi ibu bilirubin Hipoglikemia
dan prenatal; perhatikan memerlukan penggunaan
kemungkinan simpanan lemak untuk asam
hipoproteinemia neonates, lemak pelepas-energi, yang
khususnya pada bayi praterm. bersaing dengan bilirubin untuk
bagian ikatan pada albumin.
7. Hipopoteinemia pada bayi baru
lahir dapa mengakibatkan ikterik.
8. Perhatikan usia bayi pada Satu gram albumin membawa 16
awitan ikterik; bedakan tipe mg bilirubin tidak terkonjugasi.
ikterik (mis, fisiologis, akibat Kekurangan albumin yang cukup
ASI, atau patologis) meningkatkan jumlah sirkulasi
bilirubin tidak terikat (indirek),
yang dapat melewati barier darah
otak.
9. Gunakan meter ikterik
8. Ikterik fisiologis biasanya tampak
transkutaneus.
antara hari pertama dan kedua
dari kehidupan, ikterik karena
ASI biasanya tampak antara hari
keempat dan keenam kehidupan,
mempengaruhi hanya 1%-2%
bayi menyusui.
10. Kaji bayi terhadap 9. Ikterik patologis tampak dalam
kemajuan tanda-tanda dan 24 jam pertama kehidupan dan
perubahan perilaku; tahap I lebih mungkin menimbulkan
meliputi neurodepresan (mis., perkembangan
letargi, hipotonia, atau kernikterus/ensefalopati bilirubin.
penurunan/tidak adanya Memberikan skrining noninvasif
reflek). Tahap II meliputi terhadap ikterik, menghitung
neurohiperefleksia (mis,. warna kulit dalam hubungannya
Kedutan,kacau mental, dengan bilirubin serum total.
opistotonus, atau demam). 10. Bilirubin tidak terkonjugasi
Tahap III ditandai dengan yang berlebihan (dihubungkan
tidak adanya manifestasi dengan ikterik patologis)
klinis. Tahap IV meliputi mempunyai afinitas terhadap
gejala sisa seperti palsi jaringan ekxtravaskuler, meliputi
serebra atau retardasi mental ganglia basal jaringan otak.
11. Pantau pemeriksaan Perubahan prilaku berhubungan
laboratorium, sesuai indikasi : dengan kernikterus biasanya
a. Bilirubin direk dan terjadi antara hari ke-3 dan ke-10
indirek. kehidupan dan jarang terjadi
sebelum 36 jam kehidupan.

11. Memantau kemajuan


penanganan

a. Bilirubin tampak dalam 2


bentuk: bilirubin direk; yang
di konjugasi oleh enzim
hepar glukoronil transferase,
dan bilirubin indirek, yang di
b. Tes Coombs darah tali konjugasi dan tampak dalam
pusat direk/indirek bentuk bebas dalam darah
atau terikat pada albumin.
Bayi potensial terhadap
kernikterus diprediksi paling
baik melalui peningkatan
kadar bilirubin indirek.
Peningkatan kadar bilirubin
c. Kekuatan combinasi indirek 18-20 mg/dl pada
karbondioksida (CO2) bayi cupup bulan, atau lebih
d. Jumlah retikulosit dan besar dari 13-15 mg/dl pada
smear perifer. bayi praterm atau bayi sakit,
adalah bermakna
b. Hasil positif dari tes Coombs
e. Hb/Ht indirek menandakan adanya
antibody (Rh-positif atau
anti-A atau anti-B) pada
darah ibu dan bayi baru lahir;
hasil positif tes Coombs
indirek menandakan adanya
sensitisasi (Rh-positif, Anti-
A, atau Anti-B) SDM pada
neonates
c. Penurunan konsisten dengan
hemolisis

d. Hemolisis berlebihan
menyebabkan jumlah
retikulosit meningkat. Smear
mengidentifikasi SDM
abnormal atau imatur
f. Protein serum total e. Peningkatan kadar Hb/Ht
( Hb lebih besar dari pada 22
g/dl; Ht lbih besar dari 65%)
g. Hitung kapasitas ikatan menandakan polisitemia,
plasma bilirubin-albumin kemungkinan disebabkan
oleh pelambatan pengkleman
tali pusat, transfusi maternal-
ibu transfuse kembaran-
kembaran, ibu diabetes, atau
stress intrauterus kronis pada
hipoksia, seperti trlihat pada
bayi BLR atau bayi dengan
h. Hentikan menyusui ASI penurunan sirkulasi plasenta.
selama 24-48 jam, sesuai Hemolisis kelebihan SDM
indikasi. Bantu ibu sesuai menyebabkan peningkatan
kebutuhan dengan kadar bilirubi dengan 1 g Hb
pemompaan panyudara menghasilkan 35 mg
dan memulai lagi bilirubin. Kadar Hb rendah
menyusui (14 mg/dl) mungkin
dihubungkan dengan hidrops
fetalis atau dengan
inkompatibilitas Rh yang
12. Berikan agens indikasi terjadi dalam uterus serta
enzim (fenobarbital, etanol) menyebabkan hemolisis,
bila dibutuhkan. edema, dan pucat.
f. Kadar rendah protein serum
(kurang dari 3,0 g/dl)
menandakan penurunan
kapasitas ikatan terhadap
bilirubin.
g. Membantu dalam
menentukan risiko
kernikterus dalam kebutuhan
tindakan. Bila nilai bilirubin
total dibagi dengan kadar
protein total serum kurang
dari 3,7 bahaya kernikterus
sangat rendah.Namun, resiko
cedera tergantung pada
derajat prematuritas, adanya
hipoksia atau asidosis, dan
aturan obat
(mis.Sulfonamide,
kloramfenikol).
h. Pendapat bervariasi apakah
menghentikan menyusui ASI
perlu bila terjadi ikterus.
Namun, mencerna formula
meningkatkan motilitas.
Gastrointestinal dan ekskresi
feses dan pigmen empedu,
dan kadar bilirubin serum
mulai tun dalam 48 jam
setelah penghentian
menyusui.
12. Merangsang enzim hepatic
untuk meningkatkan bersihan
bilirubin

Risiko tinggi kekurangan Setelah diberikan asuhan 1. Pantau masukan dan haluan 1. Peningkatan kehilangan air
volume cairan akibat efek keperawatan  selama .....x 24 cairan; timbang berat badan melalui feses dan evaporasi dapt
samping jam, cairan tubuh neonatus bayi 2 kali sehari. menyebabkan dehidrasi.
fototerapi berhubungan adekuat dengan kriteria hasil : 2. Perhatikan tanda- tanda
dengan pemaparan sinar  Tugor kulit baik dehidrasi (mis: penurunan 2. Bayi dapat tidur lebih lama dalam
dengan intensitas tinggi.  Membran mukosa lembab haluaran urine, fontanel hubungannya dengan fototerapi,
 Intake dan output cairan tertekan, kulit hangat atau meningkatkan resiko dehidrasi
seimbang kering dengan turgor buruk, bila jadwal pemberian makan
 Nadi, respirasi dalam batas dan mata cekung). yang sering tidak di pertahankan.)
normal (N: 120-160 3. Perhatikan warna dan 3. Defeksi encer, sering dan
x/menit, RR : 35 x/menit ), frekuensi defekasi dan urine. kehijauan serta urine kehijauan
suhu ( 36,5-37,5 C ) menandakan keefektifan
fototerapi dengan pemecahan dan
ekskresi bilirubin. Feces yang
4. Tingkatkan masukan cairan encer meningkatkatkan risiko
per oral sedikitnya 25%. Beri kekurangan volume cairan akibat
air diantara menyusui atau pengeluaran cairan berlebih.
memberi susu botol. 4. Meningkatkan input cairan
sebagai kompensasi pengeluaran
5. Pantau turgor kulit feces yang encer sehingga
mengurangi risiko bayi
kekurangan cairan.
6. Berikan cairan per parenteral 5. Turgor kult yang buruk, tidak
sesuai indikasi elastis merupakan indikator
adanya kekurangan volume
cairan dalam tubuh bayi.
6. Mungkin perlu untuk
memperbaiki atau mencegah
dehidrasi berat.
DAFTAR PUSTAKA

Khosim, M. Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi Edisi I. Jakarta : Perpustakaan
Nasional.

Lia Dewi, Vivian Nanny, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Salemba
Medika.

Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.

Mansyoer, Arid dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.

Muslihatum, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.

Prawirohadjo, Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Syaifuddin, Bari Abdul. 2000. Buku Ajar Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : JNPKKR/POGI dan Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai