Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP HIPERBILIRUBIN

Disusun oleh :
Restu Supriatna
E.0105.20.034

DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI
2022
A. DEFINISI
Peningkatan kadar bilirubin serum dihubungkan dengan hemolisis sel darah
merah dari bilirubin yang tidak terkonjugasi dari usus kecil, yang ditandai dengan
joundice pada kulit, sklera mukosa, dan urine. (Mitayani, 2012 : 191).
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang
menjurus kearah terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin, bila kadar
bilirubintidak dikendalikan, (Mansjoer,2008).
Hiperbiliruin adalah istilah yang dipakai untuk icterus neonatorum setelah ada
hasil laboratorium yang menunjukan peningkatan kadar serum bilirubin.(Iyan,2009).
Bilirubin diproduksi oleh kerusakan normal sel darah merah. Bilirubin
dibentuk oleh hati kemudian dilepaskan ke dalam usus sebagai empedu atau cairan
yang befungsi untuk membantu pencernaan (Mendri dan Prayogi, 2017).
Hiperbilirubinemia adalah kondisi di mana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah,
misalnya akibat hepatitis A, anemia hemolitik, kanker pankreas, ataupun ikterus
neonatorum. Hiperbilirubinemia dapat terjadi karena produksi bilirubin yang berlebih,
gangguan fungsi hepar, atau ekskresi bilirubin yang terganggu.
Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar bilirubin darah lebih dari 3 mg/dL.
Hiperbilirubinemia secara klinis dapat diamati pada jaringan seperti sklera, mukosa,
dan kulit, karena bilirubin mengalami penumpukan pada jaringan-jaringan tersebut.

B. ETIOLOGI
Meurut Haws Paulette (2007) penyebab hiperbilirubin yaitu:
1. Hemolysis pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidak sesuaian
golongan darah ibu dan anak pada golongan rhesus dan ABO
2. Gangguan konjugasi bilirubin
3. Rusaknya sel-sel hepar, obstruksi hepar
4. Pebentukan bilirubin yang berlebihan
5. Keracunan obat (hemolysis kimia : salsilat, kortiko steroid, kloramfenikol)
6. Bayi dari ibu diabetes, jaundice ASI
7. Penyakit hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
Disebut juga icterus hemolitik
8. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
hiperbilirubin atau karena pengaruh obat-obatan.
9. Bayi prematur, hipoksia, BBLR dan kelainan system syaraf pusat akibat
traumaifeksi
10. Gangguan fungsi hati (infeksi) yang dissebabkan oleh beberapa mikroorganisme
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah
seperti :infeksi toxoplasma, shypilis.

C. PATOFISOLOGI
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari
pengrusakan sel darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya kan masuk
sirkulasi, dimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Gloobin {protein}
digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme akan diruah menjadi bilirubin
unkonjugata dan berikatan dengan albumin. Kejadian yang sering ditemukan adalah
apabila terdapat penambahan bebabbilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu
berlebihan. Hal ini dapat ditemukanbila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia, memendeknya umureritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari
sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan
protein-Yterikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau
dengananoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim
glukuroni transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita
hepatitisneonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika.Pada derajat
tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringanotak. Toksisitas ini
terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang memungkinkan efek
patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris.
Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung
dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaanneonatus sendiri.
Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabilapada bayi terdapat
keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia dan
kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau infeksi.
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan.Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin
plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini
dapatterjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia,
asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah
apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami
gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu Bilirubin
ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan
pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam
lemak.sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila
Bilirubin tadidapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah
otak apabila bayi terdapat keadaan BBLR, hipoksia, dan hipoglikemia.

D. FATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada bayi dengan
hiperbilirubinemiadiantaranya :
1. Ikterus pada kulit dan konjungtiva, mukosa, dan alat-alat tubuh lainnya. Bila
ditekanakan timbul kuning.
2. Bilirubin direk ditandai dengan kulit kuning kehijauan dan keruh pada ikterus
berat.
3. Bilirubin indirek ditandai dengan kulit kuning terang pada ikterus berat.
4. Bayi menjadi lesu.
5. Bayi menjadi malas minum.
6. Tanda-tanda klinis ikterus jarang muncul.
7. Letargi.
8. Tonus otot meningkat.
9. Leher kaku.
10. Opistotonus.
11. Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.
12. (Mitayani, 2012 : 192)

F. KOMPLIKASI
1. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
2. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Test Coomb pada tali pusat BBL
Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif,anti-A,
anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya
sensitisasi ( Rh-positif, anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.
b. Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
c. Bilirubin total.
 Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yangmungkin -
dihubungkan dengan sepsis
 Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam24 jam atau
tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi
praterm tegantung pada berat badan.
d. Protein serum total Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas
ikatan terutama pada bayi praterm.
e. Hitung darah lengkap
 Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
 Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (<45%)
dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
f. Glukosa Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau
test glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
g. Daya ikat karbon dioksida
Penurunan kadar menunjukkan hemolisish.
h. Meter ikterik transkutan
Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
i. Pemeriksaan bilirubin serum Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang
lebih 6mg/dl antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl
tidak fisiologis.
j. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dlantara 5-7
hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologisk.
k. Smear darah perifer dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis
pada penyakit RH atau sperositis pada incompabilitas ABO.
l. Test Betke-Kleihauer
Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
2. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
3. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstrahepatic.
4. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk
membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepaticselain itu juga untuk
memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
H. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan umum
a. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah truma
lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
b. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
c. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.Berdasarkan pada
penyebabnya, maka manejemen bayi dengan Hiperbilirubinemia diarahkan untuk
mencegah anemia dan membatasiefek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan
mempunyai tujuan :
a) Menghilangkan Anemia
b) Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasic.
c) Meningkatkan Badan Serum Albumind.
d) Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Pengganti,
Infus Albumin dan Therapi Obat.
1) Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti
untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas
yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalamkulit. Fototherapi menurunkan kadar
Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini
terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi
menjadi duaisomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan
kepembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu
dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh Hati Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan
kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis
dapat menyebabkan Anemia. Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar
Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari
1000gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubin 5 mg/dl. Beberapa
ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama
pada bayi resiko tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
2) Tranfusi Pengganti / Tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
a. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
b. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
d. Tes Coombs Positif.
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
f. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
g. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
h. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
 Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible
(rentan)terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
 Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
 Menghilangkan Serum Bilirubin
 Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan bilirubin
 Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O
segera(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih
tidak mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8
jamkadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari
sampai stabil.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien dan keluarga
2. Riwayat Keperawatana.
a. Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat-obat yang meningkatkan
ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses
konjungasi sebelum ibu partus.
b. Riwayat Persalinan Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data
obyektif ; lahir prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan
asfiksia
c. Riwayat Post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak kuning.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak
polisitemia, gangguan saluran cerna dan hati (hepatitis)
e. Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
f. Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu terhadap bayi yang ikterus.
3. Pengkajian Kebutuhan Dasar manusia
a. Aktivitas / Istirahat Letargi, malas.
b. SirkulasiMungkin pucat menandakan anemia.
c. Eliminasi
Bising usus hipoaktif. Pasase mekonium mungkin lambat. Feses mungkinlunak/coklat
kehijauan selama pengeluaran bilirubin. Urin gelap pekat; hitamkecoklatan (sindrom
bayi bronze)
d. Makanan / Cairan
Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih disusui dari pada menyusu
botol. Pada umumnya bayi malas minum (reflek menghisap dan menelan lemah
sehingga BB bayi mengalami penurunan). Palpasi abdomendapat menunjukkan
pembesaran limfa, hepar
e. Neuro sensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal yang
berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi vakum. Edema umum,
hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada dengan inkompatibilitas Rh
berat. Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat. Opistotonus dengan kekakuan
lengkung punggung, fontanelmenonjol, menangis lirih, aktivitas kejang (tahap krisis)
f. Pernafasan
Riwayat asfiksia
g. Keamanan
Riwayat positif infeksi / sepsis neonates. Dapat mengalami ekimosisberlebihan,
ptekie, perdarahan intracranial. Dapat tampak ikterik padaawalnya pada daerah wajah
dan berlanjut pada bagian distal tubuh; kulithitam kecoklatan (sindrom bayi Bronze)
sebagai efek samping fototerapi.
h. Seksualitas
Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi dengan ibu diabetes. Trauma kelahiran
dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin, asfiksia, hipoksia, asidosis,
hipoglikemia. Terjadi lebih sering pada bayi pria dibandingkan perempuan.
i. Penyuluhan / Pembelajaran
Dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier, fibrosis kistik.Faktor
keluarga; missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan sebelumnya, penyakit
hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme saat lahir (galaktosemia), diskrasias
darah (sferositosis, defisiensi gukosa-6-fosfat dehidrogenase. Faktor ibu, seperti
diabetes; mencerna obat-obatan (missal, salisilat, sulfonamide oral pada kehamilan
akhir atau nitrofurantoin (Furadantin);inkompatibilitas Rh/ABO; penyakit infeksi
(misal, rubella, sitomegalovirus,sifilis, toksoplamosis). Faktor penunjang intrapartum,
seperti persalinan praterm, kelahiran denganekstrasi vakum, induksi oksitosin,
perlambatan pengkleman tali pusat, atau trauma kelahiran.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d. efek dari phototerapi.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. phototerapi.
3. Resiko tinggi cedera b.d. meningkatnya kadar bilirubin toksik dan
komplikasiberkenaan phototerapi.
4. Gangguan temperature tubuh (Hipertermia) berhubungan dengan terpapar
lingkungan panas
C. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan Pressure
integritas kulit b.d. keperawatan selama 2x24 jam Management
efek dari diharapkan integritas kulit 1. Anjurkan pasien
phototerapi. baik/normal. untuk
Mocous membrans menggunakan
Kriteria hasil pakaian yang
 Integritas kulit yang baik bisa di longgar
pertahankan 2. Hindari kerutan
 Perfusi jaringan baik pada tempat tidur
 Menunjukan pemahaman dalam 3. Jaga kebersihan
proses perbaikan kulit dan kulitagar tetap
mencegah terjadinya cedera bersih dankering
berulang 4. Mobilisasi
 Mampu melindungi kulit dan pasien setiap 2 jam
mempertahankan kelembaban sekali
kulit dan perawatan alami. 5. Monitor kulit
Indikator skala : akan adanya
1. Tidak pernah menunjukkan kemerahan.
2. Jarang menunjukkan 6. Oleskan
3. Kadang menunjukkan lotion /minyak /
4. Sering menunjukkan baby oil pada
5. Selalu menunjukkan daerah yang
tertekan
7. Mandikan pasien
dengan sabun dan
air hangat
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan MONITOR
kekurangan cairan keperawatan selama 2x24 jam CAIRAN
b.d phototerapi diharapkan tidak ada resiko 1. Tentukan
kekurangan cairan pada riwayat jumlah dan
klien.Kriteria Hasil : tipe intake cairan
1. TD dalam rentang yang dan eliminasi
diharapkan 2. Tentukan
2. Tekanan arteri rata-rata dalam kemungkinan
rentang yangdiharapkan faktor resiko dari
3. Nadi perifer teraba ketidak
4. Keseimbangan intake dan output seimbangan cairan
dalam 24 jam (hipertermia, terapi
5. Suara nafas tambahan tidak ada diuretik, kelainan
6. Berat badan stabil renal, gagal
Indicator Skala : jantung, diaporesis,
1. Tidak pernah menunjukkan. disfungsihati)
2. Jarang menunjukkan 3. Monitor berat
3. Kadang menunjukkan badan
4. Sering menunjukkan 4. Monitor
5. Selalu menunjukkan serumdan elektrolit
urine
5. Monitor serum
dan osmolaritas
urine
6. Monitor BP, HR,
RR
3. Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan Pencegahanjatuh
cedera b.d keperawtan selam 2x 24 jam 1. Kaji status
meningkatnya diharapkan tidak ada resiko cidera. neurologis
kadar  Risk control 2. Jelaskan pada
bilirubintoksik dan Kriteria hasil : pasiendan keluarga
komplikasi 1. Klien terbebas dari cidera tentang tujuan dari
berkenaan 2. Klien mampu menjelaskan metode metode
phototerapi. untuk mencegah injuri/ cidera pengamanan
3. Klien mampu memodifikasi gaya 3. Jaga keamanan
hidup untuk mencegah injuri. lingkungan
Indicator Skala : keamanan pasien
1. Tidak pernah menunjukkan 4. Libatkan
2. .Jarang menunjukkan keluarga untuk
3. Kadang menunjukkan mencegah bahaya
4. Sering menunjukkan jatuh
5. Selalu menunjukkan 5. Observasi
tingkat kesadaran
dan TTV
6. Dampingi pasien
4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
temperature tubuh keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Monitor suhu
(Hipertermia) diharapkan suhu dalam rentang sesering mingkin
berhubungan normal. 2. Monitor warna
dengan terpapar  Termo regulation dan suhu kulit
lingkungan panas Kriteria hasil : 3. Monitor tekanan
 Suhu tubuh dalam rentang darah, nadi,
normal danrespirasi
 Nadi dan respirasi dalam batas 4. Monitor intake
normal dan output
 tidak ada perubahan warna kulit
Indicator Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan.
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/40417331/Lp_Hiperbilirubin_aSKEP_JADI
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2575/4/Chapter%202.pdf
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/hiperbilirubinemia

Anda mungkin juga menyukai