Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY.

S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERBILIRUBIN
DI RUANG PERINATOLOGI ATAS RSUD KAB. TANGERANG

DISUSUN OLEH:
Mahda Fattwa Rossihan (P27905118017)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN NERS


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
TAHUN AJARAN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin darah yang kadar nilainya lebih
dari normal. Nilai normal bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4
mg/dl. (Suriadi 2010). Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar
bilirubinemia mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan
kernicterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik. Hyperbilirubinemia (icterus pada
bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler,
sehingga kulit, konjungtiva, mukosa, dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
(Ngastiyah, 2010).
2. Etiologi
1. Gangguan fungsi hati : defisiensi glukoromil transferase, obstruksi empedu
Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran
c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
d. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
e. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang jelas pada anak yang menderita hiperbilirubin adalah:
a. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan membran mukosa
b. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
c. Jaundice yang tampak pada hari kedua atau ketiga, dan mencapai puncak pada
hari ketiga – keempat dan menurun pada hari kelima – ketujuh yang biasanya
merupakan jaundice fisiologis
d. Ikterus adalah pengendapan bilirubin indirek pada kulit yang cenderung tampak
kuning terang atau orange, ikterus pada tipe obstruksi (bilirubin direk) kulit
berwarna kuning kehujauan atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada
ikterus yang berat
e. Muntah, anoksia, fatigue, warna urine gelap dan warna tinja pucat seperti dempul
f. Perut membuncit dan pembesaran pada hati
g. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata berputar-putar
h. Letargik (lemas), kejang, tidak mau mengisap
i. Dapat tuli, gangguan bicara dan retradasi mental
j. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot, epistotonus,
kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.
4. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit
a. Usia Gestasi
b. Asfiksia
c. Trauma lahir
d. Berat lahir bayi
e. Infeksi, dan
f. Hipoglikemi
5. Komplikasi
a. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
b. Kernikterus: kerusakan neurologis, cerebral palsy, retrdasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi dan tangisan yang melengking.
6. Patofisiologi dan Pathway
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa
keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.
Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein
Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak.
Kelainan yang terjadi pada otak disebut kern ikterus. Pada umumnya dianggap
bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar
darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus.
Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar otak apabila bayi terdapat keadaan berat
badan lahir rendah (BBLR), hipoksia dan hipoglikemia.
7. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian pada kasus hiperbilirubinemia meliputi:
a. Identitas, seperti: Bayi dengan kelahiran prematur, BBLR, dan lebih sering
diderita oleh bayi laki-laki.
b. Keluhan utama Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas
menyusu, tampak lemah, dan bab berwarna pucat.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak kuning, letargi, refleks hisap
kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah .20mg/dl dan sudah
sampai ke jaringan serebral maka bayi akan mengalami kejang dan
peningkatan tekanan intrakranial yang ditandai dengan tangisan
melengking.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis. Terdapat gangguan hemolisis
darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A,B,O). Infeksi,
hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan,
ibu menderita DM. Mungkin praterm, bayi kecil usia untuk gestasi (SGA),
bayi dengan letardasio pertumbuhan intra uterus (IUGR), bayi besar untuk
usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu diabetes. Terjadi lebih sering
pada bayi pria daripada bayi wanita.
3) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Antenatal care yang kurang baik, kelahiran prematur yang dapat
menyebabkan maturitas pada organ dan salah satunya hepar, neonatus
dengan berat badan lahir rendah, hipoksia dan asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin, neonatus dengan APGAR score rendah
juga memungkinkan terjadinya hipoksia serta asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala-leher.
Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.
2) Dada
Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan terlihat
pergerakan dada yang abnormal.
3) Perut
Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkan oleh gangguan
metabolisme bilirubin enterohepatik.
4) Ekstremitas
Kelemahan pada otot.
5) Kulit
Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerah kepala dan leher
termasuk ke grade satu, jika kuning pada daerah kepala serta badan bagian
atas digolongkan ke grade dua. Kuning terdapat pada kepala, badan bagian
atas, bawah dan tungkai termasuk ke grade tiga, grade empat
6) Pemeriksaan neurologis
Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah mencapai jaringan
serebral, maka akan menyebabkan kejang-kejang dan penurunan
kesadaran.
7) Urogenital
Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat. Bayi yang sudah
fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan. jika kuning pada
daerah kepala, badan bagian atas dan bawah serta kaki dibawah tungkai,
sedangkan grade 5 apabila kuning terjadi pada daerah kepala, badan
bagian atas dan bawah, tungkai, tangan dan kaki.
e. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan bilirubin serum
Bilirubin pada bayi cukup bulan mencapai puncak kira-kira 6 mg/dl,
antara 2 dan 4 hari kehidupan. Jika nilainya diatas 10 mg/dl yang berarti
tidak fisiologis, sedangkan bilirubin pada bayi prematur mencapai
puncaknya 10-12 mg/dl, antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin
yang lebih dari 14 mg/dl yaitu tidak fisiologis. Ikterus fisiologis pada bayi
cukup bulan bilirubin indirek munculnya ikterus 2 sampai 3 hari dan
hilang pada hari ke 4 dan ke 5 dengan kadar bilirubin yang mencapai
puncak 10-12 mg/dl, sedangkan pada bayi dengan prematur bilirubin
indirek munculnya sampai 3 sampai 4 hari dan hilang 7 sampai 9 hari
dengan kadar bilirubin yang mencapai puncak 15 mg/dl/hari. Pada ikterus
patologis meningkatnya bilirubin lebih dari 5 mg/dl perhari.
2) Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
3) Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan
hepatitis dan atresia biliary. (Surasmi, dkk, 2003; Lynn & Sowden, 2009;
Widagdo, 2012)
f. Data penunjang
1) Pemeriksaan kadar bilirubin serum (total) (normal = <2 mg/dl)
2) Pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi.
3) Penentuan golongan darah dari ibu dan bayi.
4) Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
5) Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin
terhadap galaktosemia.
6) Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin,
IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein (CPR).
g. Kemungkinan diagnose keperawatan
a. Icterus neonates
b. Resiko ketidakseimbangan cairan
c. Resiko gannguan integritas kulit/jaringan
d. Kurang pengetahuan keluarga
h. Rencana keperawatan

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN

1 Icterus neonates Setelah dilakukan tindakan - Monitor ikterik pada sclera dan kulit bayi
keperawatan, diharapkan: - Identifikasi kebutuhan cairan sesuai dengan usia
- Elastisitas meningkat getasi dan berat badan
- Hidrasi meningkat - Monitor suhu dantanda vitak setiap 4 jam sekali
- Perfusi jaringan meningkat - Monitor efek samping fototerapi (mis.
- Membrane mukosa kuning Hipertermi, diare, rush pada kulit dan penurunan
menurun berat badan berlebih)
- Kulit kuning menurun - Siapkan lampu fototerapi dan incubator
- Sklera kuning menurun - Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
- Berikan penutup mata
- Ukur jarak antara lampu dan permukaan kulit
bayi (30 cm atau tergantung spesifikasi lampu
fototerapi)
- Biarkan tubuh bayi terpapar sinar fototerapi
secara berkelanjutan
- Ganti segera alas dan popok bayi jika BAB/BAK
- Gunakan linen berwarna putih agar memantulkan
cahaya sebanyak mungkin
- Anjurkan ibu menyusui selama 20-30 menit
- Kolaborasi pemeriksaan darah vena bilirubin
direk dan indeirek

2 Resiko Setelah dilakukan tindakan - Monitor status dehidrasi


ketidakseimbangan keperawatan, diharapkan: - Monitor berat badan harian
cairan - Kekuatan nadi meningkat - Catat intake-output dan hitung balance cairan 24
- Turgor kulit meningkat jam
- Dispnea menurun - Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Frekuensi nadi membaik - Kolaborasi pemberian diuretic, jika diperlukan.
- Tekanan nadi membaik
- Kadar Hb membaik

3 Resiko gannguan Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
integritas keperawatan, diharapkan: - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
kulit/jaringan - Elasitas meningkat - Gunakan produk berbahan petroleum atau
- Hidrasi meningkat minyak pada kulit kering
- Perfusi jaringan meningkat - Hindari produk berbahan dasar alcohol pada
- Kerusakan jaringan menurun kulit kering
- Kerusakan lapisan kulit - Anjurkan meningkatkan cairan
- Kemampuan mencari - Anjurkan menghindari cuaca ekstrem
informasi tentang factor
resiko meningkat
- Kemampuan mengidentifikasi
factor resiko meningkat
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA By. NY. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERBILIRUBIN
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KAB. TANGERANG
Tgl/Jam MRS : 16 Januari 2021/ 15.00 WIB
Tanggal/Jam Pengkajian : 18 Januari 2021/ 13.00 wib
Diagnosa Medis : hiperbilirubin
No. RM : 00270659
I. Kasus Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : By. Ny. S
b. Tanggal lahir : 15 Januari 2021
c. Umur : 3 hari
d. Pendidikan :-
e. Alamat : Sawah Dalem rt 05/05 Panunggangan, Pinang Tangerang
f. Agama : Islam
g- Nama ayah/ibu : Ny.S/ Tn. M
h. Pekerjaan ayah : Wiraswasta
i. Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga
j - Pendidikan ibu : SMA
k. Suku bangsa : Sunda
2. Keluhan Utama
Bayi perempuan lahir dengan SC dan ibu PEB pada G5P2A2 hamil 34 minggu, ibu
dengan PPCM SE3 BSC 1x hyperglikemi ec susp DM tipe II
3. Riwayat Penyakit Sekarang
A/S: 5/6
BBL: 2615 gr
PB: 45 cm
Lk/ Ld/ Lp : 33/30/ 27 cm
Ada jejas vagina labia mayora sebelah kanan kebiruan, paha kiri dan pantat kebiruan,
lengan kiri kebiruan
4. Riwayat Masa Lampau
-
5. Riwayat Keluarga (disertai Genogram)
Dari RM ibu didapatkan ada riwayat diabetes mellitus dan hyperglikemi
6. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon
a. Pola nutrisi-metabolik
bayi diberikan nutrisi tiap 3 jam melalui syiring pump sebesar 35 ml dan disambungkan
melalui ogt.
b. Pola Eliminasi
Klien dapat mengeluarkan feses melalui anusnya dengan warna hijau pada feses dan
urine berwaarna kuning baunya khas
c. Pola aktifitas – Latihan
Klien hanya dapat menangis ketika merasa lapar dan popok merasa penuh
d. Pola istirahat tidur
Tidak terganggu
e. Pola persepsi- kognitif
Klien hanya menangis saja ketika merasa ada yang tidak nyaman
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum:
kesdadaraan umum: letargis
b. Tanda vital
N: 150X/menit
RR: 58x/menit
S: 37°C
c. TB/BB: 45 cm/2675 gr
d. Lingkar kepala: 33 cm
e. Mata: nampak sclera berwarna kuning
f. Hidung:lengkap, simteris
g. Mulut: mukosa berwarna kuning, tidak ada kandidiasis
h. Telinga: telinga lengkap, simteris, bersih tidak ada gangguan pendengaran
i. Tengkuk/leher: tidak ada peningkata jvp, simeteris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
j . Dada: tidak ada pembasaran dada, simetris, tidak terdengar bunyi tambahan, tidak teraba
adanya massa, sonor pada semua lapang dada.
k. Jantung: bunyi jantung normal, IC tidak nampak, IC tidak kuat angkat, bunyi batas
jantung kesan tidak melebar
L Paru-paru: pengembangan paru kanan dan kiri simetrik, Gerakan fokal fremitus antara
kanan dan kiri sama, bunyi paru resonan, suara dasar paru normal, terdengar vesikuler,
tidak ada wheezing
m. Abdomen: tidak ada asites, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran pada hati
n. Punggung:tidak ada luka terbuka maupun tertutup, tidak fraktur, tidak ada acne,
o. Genetalia: terdapat jejas pada labia mayoradextra
p. Ekstremitas: terdapat jejas pada paha kiri, lengan kiri, kebiruan
q. Kulit: ada jejas kebiruan pada vagina, paha kiri, pantat, lengan kiri.
10. Data laboraturium
Test Result Reference
Hematologic
Hemoglobin 16.1 11.7-15.5
Leukosit 11.24 3.6-11.00
Hematokrit 48 35-47
Trombosit 232 140-440
Hitung jenis
Basophil 0 0-1
Eosinophil 1 2-4
Batang 0 3-5
Segmen 59 50-70
Limfosit 24 25-40
Monosit 16 2-8

Gas darah
Temp 37.4 -
Ph(T) 7.332 7.350 – 7.450
PCO2 47.70 27.00 – 40.00
PO2 47.8 54.0- 95.0

B. Analisa data
No. Data Interpetasi Data Masalah

1, Ds:- Meningkatnya Icterus neunatus


Do: pada mukosa dan sclera bilirubin indirek
mata bayi berwarna kuning
2. Ds: - Mempertahankan Resiko hipotermi
Do:bayi dimasukan ke dalam suhu tubuh bayi
inkubator
3. Ds:- Menurunkan Gangguan
Do: terpaparnya sinar fototerapi icterus pada bayi integritas kulit
C. Diagnose keperawatan
1. Ikterik neonatus
2. Resiko Hipotermia
3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

A. INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Dx Diagnosa Tujuan Intervensi

(D.0024) Ikterik Setelah dilakukan tindakan 1. identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,


neonatus keperawatan 1x 4 jam frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
diharapkan Ikterik 2. Identifikasi skala nyeri
Neonatus membaik dengan 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
KH : 4. identifikasi faktor yang memperberat dan
- Membran mukosa kuning memperingan nyeri
menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
- Kulit kuning menurun tentang nyeri
- Sclera kuning menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
10. berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
11. KOntrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
12. Fasilitasi istirahat dan tidur
13. jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri
14. jelaskan strategi meredakan nyeri
15. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
16. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
17. ajarkan teknik nonfarmakologis
18. kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
(D.0140) Resiko Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh
Hipotermia tindakan keperawatan 2. Identifikasi penyebab hipoterma
selama 1x 4 jam 3. Monitor tanda dan gejala akibat
diharapkan Risiko hipotermia
Hipotermia membaik 4. Lakukan penghangatan pasif
dengan kriteria hasil : 5. Lakukan penanganan aktif eksternal
- Suhu tubuh membaik 6. Lakukan penanganan aktif internal
- Suhu kulit membaik 7. Anjurkan makan/minum hangat
(D.0129) Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi penyebab gangguan
Integritas tindakan keperawatan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
Kulit/Jaringa selama 1x 4 jam perubahan status nutrisi, penurunan
n diharapkan Integritas kulit kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
dan jaringan meningkat penurunan mobilitas)
dengan KH : 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Elastisitas meningkat 3. Gunakan produk berbahan ringan/alami
- Hidrasi meningkat dan hipoalergik pada kulit sensitive
4. Hindari produk berbahan dasar alcohol
pada kulit kering
5. Anjurkan minum air yang cukup
6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal Jam Diagnosa Implementasi TTD


21 Januari 08.00 (D.0024) 1. Memonitor ikterik pada sclera dan
2021 Ikterik kulit bayi
Neonatus 2. Memonitor suhu dan tanda vital
setiap 4 jam sekali
3. Menyiapkan lampu fototerapi dan
incubator atau kotak bayi
4. Melepaskan pakaian bayi kecuali
popok
5. Memberikan penutup mata pada
bayi
6. Mengukur jarak antara lampu dan
permukaan kulit bayi
7. Membiarkan tubuh bayi terpapar
sinar fototerapi secara berkelanjutan
8. Mengganti segera alas dan popok
bayi jika bab/bak
9. Melakukan kolaborasi pemeriksaan
darah vena bilirubin direk dan
indirek
21 Januari 09.35 (D.0140) 1. Memonitor suhu tubuh
2021 Resiko 2. Mengidentifikasi penyebab
Hipotermia hipoterma
3. Memonitor tanda dan
gejala akibat hipotermia
4. Lakukan penghangatan
pasif
5. Lakukan penanganan aktif
eksternal
6. Lakukan penanganan aktif
internal
7. Anjurkan makan/minum
hangat
21 Januari 10.15 (D.0129) 1. Mengidentifikasi penyebab
2021 Gangguan gangguan integritas kulit (mis.
Integritas Perubahan sirkulasi, perubahan
Kulit/Jaringan status nutrisi, penurunan
kelembaban, suhu lingkungan
ekstrem, penurunan mobilitas)
2. Mengubah posisi tiap 2 jam jika
tirah baring
F. EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Evaluasi TTD

21 Januari (D.0024) S:
2021 Ikterik O : Membran mukosa kuning
Neonatus menurun, kulit kuning menurun,
sclera kuning menurun
A : Diagnosa keperawatan Ikterik
Neonatus teratasi
P : Intervensi dihentikan

21 Januari (D.0140) S:
2021 Resiko O :Suhu tubuh dan kulit
Hipotermia membaik
A : Diagnosa keperawatan Resiko
HIpotermia teratasi
P : Intervensi dihentikan
11 Januari (D.0129) S:
2021 Gangguan O : Elastisitas meningkat, hidrasi
Integritas meningkat
Kulit/Jaringan A : Diagnosa Keperawatan Gangguan
Intgeritas Kulit/Jaringan

A : Diagnosa Keperawatan Gangguan


Intgeritas Kulit/Jaringan
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai