Disusun oleh
Galuh Krismaharani Putri
P17210183077/ 3B
1. PENGERTIAN
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana
menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin
dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5mg/ml
dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari
liper, sistem biliary, atau sistem hematologi ( Atikah & Jaya, 2016 ).
a. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat
lahir rendah, dan biasanya akan timbul pada hari kedua lalu
menghilang setelah minggu kedua. Ikterus fisiologis
muncul pada hari kedua dan ketiga. Bayi aterm yang
mengalami hiperbilirubin memiliki kadar bilirubin yang
tidak lebih dari 12 mg/dl, pada BBLR 10 mg/dl, dan
dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya ialah karna bayi
kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase
b. IkterusPatologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timnbul segera
dalam 24 jam pertama, dan terus bertamha 5mg/dl setiap
harinya, kadal bilirubin untuk bayi matur diatas 10 mg/dl,
dan 15 mg/dl pada bayi prematur, kemudian menetap
selama seminggu kelahiran. Ikterus patologis sangat butuh
penanganan dan perawatan khusus, hal ini disebabkan
karna ikterus patologis sangat berhubungan dengan
penyakit sepsis. Tanda-tandanya ialah :
1) Ikterus muncul dalam 24jam pertama dan kadal
melebihi 12mg/dl.
2) Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5
mg/dl dalam 24jam.
3) Ikterus yang disertai dengan hemolisis.
4) Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari
pada bayi aterm , dan 14 hari pada bayi BBLR.
2. FAKTOR YANG MEMENGARUHI
Nelson, (2011), secara garis besar penyebab ikterus neonatorum dapat dibagi :
a. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,
misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh,
AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke
hepar.Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih
banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang
mudah melekat ke sel otak.
d. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau
diluar hepar.Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan
hepar oleh penyebab lain.
e. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan bilirubin serum
Bilirubin pada bayi cukup bulan mencapai puncak kira-
kira 6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Jika nilainya
diatas 10 mg/dl yang berarti tidak fisiologis, sedangkan
bilirubin pada bayi prematur mencapai puncaknya 10-
12 mg/dl, antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin
yang lebih dari 14 mg/dl yaitu tidak fisiologis. Ikterus
fisiologis pada bayi cukup bulan bilirubin indirek
munculnya ikterus 2 sampai 3 hari dan hilang pada hari
ke 4 dan ke 5 dengan kadar bilirubin yang mencapai
puncak 10-12 mg/dl, sedangkan pada bayi dengan
prematur bilirubin indirek munculnya sampai 3 sampai 4
hari dan hilang 7 sampai 9 hari dengan kadar bilirubin
yang mencapai puncak 15 mg/dl/hari. Pada ikterus
patologis meningkatnya bilirubin lebih dari 5 mg/dl
perhari.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan
klien menuju pencapaian tujuan atau hasil keefektifan rencana
asuhan keperawatan dengan tindakan intelektual dalam
melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan untuk
diagnosa keperawatan, rencana intervensi dan implementasinya.
Tahap evalausi memungkinkan perawat dalam memonitor apa
yang terjadi selama pengkajian, analisis, perencanaan dan
implementasi intervensi (Nursalam,2008).