Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN BAYI DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBIN

OLEH :

NI PUTU ARISTA
NIM : 209012423

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI
DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBIN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Hiperbilirubin atau yang disebut dengan hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru
lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler,
sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning
(Ngastiyah, 2014).
Hiperbillirubin ialah suatu keadaan dimana kadar billirubinemia mencapai
suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kernikterus kalau tidak
ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 2016).
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kernikterus jika
tidak segera ditangani dengan baik. Kernikterus adalah suatu kerusakan otak akibat
peningkatan bilirubin indirek pada otak terutama pada corpus striatum, thalamus,
nukleus thalamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus
ke-4. Kadar bilirubin tersebut berkisar antara 10 mg / dl pada bayi cukup bulan dan
12,5 mg / dl pada bayi kurang bulan (Ngastiyah, 2014).

2. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar, ikterus neonatarum dapat
dibagi :
a. Produksi yang berlebihan Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang meningkat pada
inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi G6PD, piruvat
kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar Gangguan ini dapat
disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilir ubin,
gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukorinil transferase(Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab
lain adalah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam
uptake bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian
diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh
obat misalnya salisilat, sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih
banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah
melekat ke sel otak.
d. Gangguan dalam eksresi Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam
hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh
kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan
hepar oleh penyebab lain. (Hassan et al.2015).

3. Patofisiologi
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar (85-90%) terjadi
dari penguraian hemoglobin dan sebagian kecil (10-15%) dari senyawa lain seperti
mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin
yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi
dari heme sebagai cadangan untuk sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme
untuk menghasilkan tertapirol bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak
larut dalam air (bilirubin tak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini,
bilirubin dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air.
Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati, hepatosit melepas
bilirubin dari albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin ke
asam glukoronat (bilirubin terkonjugasi, direk)
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk
ke sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus, bilirubin
diuraikan oleh bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat diubah
menjadi sterkobilin dan diekskresikan sebagai feses. Sebagian urobilinogen
direabsorsi dari usus melalui jalur enterohepatik, dan darah porta membawanya
kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini umumnya diekskresikan ke dalam
empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi sebagian dibawa oleh sirkulasi
sistemik ke ginjal, tempat zat ini diekskresikan sebagai senyawa larut air bersama
urin (Sacher, 2012).
Pada dewasa normal level serum bilirubin 2mg/dl dan pada bayi yang baru
lahir akan muncul ikterus bila kadarnya >7mg/dl. Hiperbilirubinemia dapat
disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi kemampuan hati normal
untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati (karena rusak) untuk
mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah normal. Tanpa adanya
kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati juga akan menyebabkan
hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di dalam darah dan
jika konsentrasinya mencapai nilai tertentu (sekitar 2- 2,5mg/dl), senyawa ini akan
berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian menjadi kuning. Keadaan ini disebut
ikterus atau jaundice (Murray et al,2015).

4. Klasifikasi
a. Ikterus Fisiologis.
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang
tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernicterus” dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologik adalah ikterus yang
mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang
disebut hiperbilirubin.
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah ikterus
yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Timbul pada hari kedua - ketiga.
2) Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg% pada kurang bulan.
3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari.Kadar
bilirubin direk kurang dari 1 mg%.
4) Ikterus hilang pada 10 hari pertama.
5) Tidak mempunyai dasar patologis; tidak terbukti mempunyai hubungan
dengan keadaan patologis tertentu. Ikterus yang kemungkinan menjadi
patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik sebagai berikut :
Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran.
1) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau > setiap 24 jam.
2) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus < bulan dan
12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
3) Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim
G6PD dan sepsis).
4) Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia,
hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia,
hiperosmolalitas darah.
b. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia.
Icterus patologis adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam
darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan
dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila
kadar bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg% pada bayi
kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
c. Kern Ikterus.
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nucleus subtalamus, hipokampus,
nukleus merah, dan nukleus pada dasar ventrikulus IV.
Kern ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus
cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%) dan disertai
penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak.
Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang terjadi secara
kronik (Nagastiyah, 2014)
Rumus Kramer

Daerah Luas Ikterus Kadar Bilirubin

1 Kepala dan Leher 5 mg%

2 Daerah 1 + badan bagian atas 9 mg%

3 Daerah 1, 2 + badan bagian bawah dan 11 mg%


tungkai
4 Daerah 1, 2, 3 + lengan dan kaki 12 mg%
dibawah lutut

5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16 mg%

5. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir (neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya
kira-kira 6mg/dl. Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit
mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga.
Sedangkan ikterus obstruksi (bilirubin direk) memperlihatkan warna
kuningkehijauan atau kuning kotor. Perbedaan ini hanya dapat ditemukan pada
ikterus yang berat (Nelson, 2014).
a. Gambaran klinis ikterus fisiologis :
1) Tampak pada hari 3,4
2) Bayi tampak sehat (normal)
3) Kadar bilirubin total <12mg%
4) Menghilang paling lambat 10-14 hari
5) Tak ada faktor resiko
6) Sebab : proses fisiologis (berlangsung dalam kondisi fisiologis) (Prawirohadjo
&Sarwono, 2016).
b. Gambaran klinik ikterus patologis :
1) Timbul pada umur <36 jam
2) Cepat berkembang
3) Bisa disertai anemia
4) Menghilang lebih dari 2 minggu
5) Ada faktor resiko
6) Dasar : proses patologis (Prawirohadjo &Sarwono, 2016).
Tampak ikterus pada sklera, kuku, dan sebagian besar kulit serta membran
mukosa. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama sejak bayi lahir disebabkan
oleh penyakit hemolitik, sepsis atau ibu dengan diabetik dan infeksi. Jaundice yang
tampak pada hari ke-2 atau ke-3 dan mencapai puncak pada hari ke-3 sampaike-4
serta menurun pada hari ke-5 sapai hari ke-7 biasanya merupakan jaundice
fisiologis.
Gejala kernikterus berupa kulit kuning kehijauan, muntah, anorexia, fatique,
warna urine gelap, warna tinja seperti dempul, letargi (lemas), kejang, tak mau
menetek, tonus otot meninggi dan akhirnya opistotonus. (Ngastiyah, 2014).

6. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pemeriksaan derajat ikterus, ikterus terlihat
pada sclera, tanda-tanda penyakit hati kronis yaitu eritema palmaris, jari tubuh
(clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan termasuk pemeriksaan organ hati (tentang
ukuran, tepid an permukaan); ditemukan adanya pembesaran limpa (splenomega li),
pelebaran kandung empedu, dan masa abdominal, selaput lender, kulit nerwarna
merah tua, urine pekat warna teh, letargi, hipotonus, reflek menghisap
kurang/lemah, peka rangsang, tremor, kejang, dan tangisan melengking
(Prawirohadjo &Sarwono, 2016).

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium.
1) Test Coomb pada tali pusat BBL
Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif,
anti-A, anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Coomb direk
menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif, anti-A, anti-B) SDM dari
neonatus.
2) Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
3) Bilirubin total.
 Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang
mungkin -dihubungkan dengan sepsis.
 Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24
jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5
mg/dl pada bayi praterm tegantung pada berat badan.
4) Protein serum total
Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan
terutama pada bayi praterm.
5) Hitung darah lengkap
 Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
 Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (<
45%) dengan hemolisis dan anemia berlebihan.
6) Glukosa
Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test
glukosa serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai
menggunakan simpanan lemak dan melepaskan asam lemak.
7) Daya ikat karbon dioksida
Penurunan kadar menunjukkan hemolisis
8) Meter ikterik transkutan
Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
9) Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4
hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
10) Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-
7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis
11) Smear darah perifer
Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit
RH atau sperositis pada incompabilitas ABO
12) Test Betke-Kleihauer
Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
b. Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
c. Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatic.
d. Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga
untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma
(Prawirohadjo &Sarwono, 2016).
8. Therapy
a. Tindakan umum
1) Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah
truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.
2) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai
dengan kebutuhan bayi baru lahir.
3) Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek
dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
 Menghilangkan Anemia
 Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
 Meningkatkan Badan Serum Albumin
 Menurunkan Serum Bilirubin
b. Tindakan Khusus
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
1) Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya
dengan intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit.
Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi
Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi
jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh
darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke
Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses
tanpa proses konjugasi oleh Hati Fototherapi mempunyai peranan dalam
pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah
penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4
-5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram
harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg/dl. Beberapa ilmuan
mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam
pertama pada bayi resiko tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
2) Tranfusi Pengganti / Tukar
a) Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
 Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
 Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
 Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
 Tes Coombs Positif.
 Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
 Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
 Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
 Bayi dengan Hidrops saat lahir.
 Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
b) Transfusi Pengganti digunakan untuk :
 Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
 Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
 Menghilangkan Serum Bilirubin
 Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan Bilirubin
 Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam
kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari
sampai stabil.
3) Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi
bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus
enterohepatika (Sarwono et al, 2015)

9. Komplikasi
a. Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
b. Kernikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking
(Prawirohadjo &Sarwono, 2016).
10. Pathway
Peningkatan Gangguan Peningkatan Gangguan Gangguan
produksi bilirubin fungsi hati sirkulasi transportasi ekskresi
enterohepatik

Hiperbilirubin

Bilirubin indirek Peningkatan


meningkat pemecahan bilirubin

Fototerapi
Warna kulit kuning Pengeluaran cairan
empedu ke organ usus

Sinar dengan Radiasi Peristaltic usus


Lathargi
intensitas tinggi meningkat

Kemerahan
Sclera kuning, membrane Perubahan suhu Diare
mukosa kuning
lingkungan
Risiko gangguan
integritas kulit/ Pengeluaran volume
Saraf aferen jaringan cairan meningkat
Ikterik neonatus
dan intake menurun

Hipotalamus
Hipovolemia

Vasoontriksi

Penguapan

Hipertermia
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian (data subyektif dan data obyektif)
a. Identitas pasien dan keluarga
b. Riwayat Kehamilan & kelahiran
1) Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang
meningkatkan ikterus ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat
mempercepat proses konjungasi sebelum ibu partus.
2) Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter. Atau data obyektif ; lahir
prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan asfiksia
3) Riwayat Post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak
kuning.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia, gangguan
saluran cerna dan hati (hepatitis)
5) Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
6) Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu terhadap bayi yang
ikterus.
c. Keadaan kesehatan saat ini :
1) Aktivitas / Istirahat
Letargi, malas.
2) Eliminasi
Bising usus hipoaktif. Pasase mekonium mungkin lambat. Feses
mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin. Urin
gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze), diare, peristaltic
usus meningkat
3) Nutrisi/ Cairan
Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih disusui dari
pada menyusu botol. Pada umumnya bayi malas minum (reflek
menghisap dan menelan lemah sehingga BB bayi mengalami
penurunan). Palpasi abdomen dapat menunjukkan pembesaran limfa,
hepar
4) Neuro sensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang
parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi
vakum. Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin
ada dengan inkompatibilitas Rh berat. Kehilangan refleks Moro mungkin
terlihat. Opistotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel
menonjol, menangis lirih, aktivitas kejang (tahap krisis)
5) Pernafasan
Riwayat asfiksia
6) Keamanan
Riwayat positif infeksi / sepsis neonates. Dapat mengalami ekimosis
berlebihan, ptekie, perdarahan intracranial. Dapat tampak ikterik pada
awalnya pada daerah wajah dan berlanjut pada bagian distal tubuh; kulit
hitam kecoklatan (sindrom bayi Bronze) sebagai efek samping fototerapi.
7) Seksualitas
Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan
retardasi pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi dengan ibu
diabetes. Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin,
asfiksia, hipoksia, asidosis, hipoglikemia. Terjadi lebih sering pada bayi
pria dibandingkan perempuan.
8) Penyuluhan / Pembelajaran
Dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier, fibrosis kistik.
Faktor keluarga; missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan
sebelumnya, penyakit hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme saat
lahir (galaktosemia), diskrasias darah (sferositosis, defisiensi gukosa-6-
fosfat dehidrogenase.
Faktor ibu, seperti diabetes; mencerna obat-obatan (missal, salisilat,
sulfonamide oral pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin (Furadantin);
inkompatibilitas Rh/ABO; penyakit infeksi (misal, rubella,
sitomegalovirus, sifilis, toksoplamosis).
Faktor penunjang intrapartum, seperti persalinan praterm, kelahiran
dengan ekstrasi vakum, induksi oksitosin, perlambatan pengkleman tali
pusat, atau trauma kelahiran.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Lemah, lesu, pucat, kulit berwarna kuning/ merah tua
2) Tanda vital
Nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat,
subu tubuh meningkat
3) Mata
Ikterus terlihat pada sclera
4) Reflek
reflek menghisap kurang/lemah
5) Tonus aktivitas
letargi, hipotonus, peka rangsang, tremor, kejang, dan tangisan
melengking
6) Abdomen
Pemeriksaan organ hati (tenta ng ukuran, tepid an permukaan), ditemukan
adanya pembesaran limpa (splenomegali), pelebaran kandung empedu,
dan masa abdominal
7) Ekstremitas atas/bawah
Jari tubuh (clubbing), ginekomastia (kuku putih) dan adanya selaput
lender, turgor kulit menurun.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Ikterik neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi ke kehidupan ekstra
uterin ditandai dengan profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum
total > 2mg/dL, bilirubin serum total pada rentang risiko tinggi menurut usia
pada normogram spesifik waktu), membrane mukosa kuning, kulit kuning,
sklera kuning.
b. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan ditandai dengan
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor
kulit menurun, volue urine meningkat, bayi lemah, diare, peristaltic usus
meningkat.
c. Hipertermia berhubungan dengan penggunaan incubator ditandai dengan
akral kulit hangat,suhu tubuh meningkat dari rentang normal, kulit merah,
pucat, kejang, crt > 2 detik, letargi, hipotonus, peka rangsang, tremor, dan
tangisan melengking
d. Risiko gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan efek samping
terapi radiasi ditandai dengan kulit berwarna merah tua, kerusakan jaringan/
lapisan kulit.

3. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Riwayat Perawatan
Dx Tujuan dan Kreteria Hasil Intervensi
1. Ikterik neonatus Setelah diberikan asuhan a. Foterapi neonatus
Observasi:
berhubungan dengan keperawatan selama…x 24
1. Monitor ikterik pada
kesulitan transisi ke jam diharapkan integritas sclera dan kulit bayi
2. Monitor suhu dan tanda
kehidupan ekstra uterin kulit dan jaringan meningkat vital tiap 4 jam sekali
ditandai dengan profil dengan KH: 3. Monitor efek samping
fototerapi(mis:
darah abnormal 1. Elastisitas kulit hipertermi,rush pada
kulit)
(hemolisis, bilirubin meningkat Terapeutik:
serum total > 2mg/dL, 2. Suhu kulit membaik 4. Berikan penutup mata
5. Lepaskan pakaian bayi
bilirubin serum total pada 3. Perfusi jaringan kecuali popok
rentang risiko tinggi meningkat Edukasi:
6. Anjurkan ibu menyusui
menurut usia pada 4. Tekstur membaik sekitar 20-30 menit
normogram spesifik 5. Tidak ada kemerahan 7. Anjurkan ibu menyusui
sesering mungkin
waktu), membrane pada kulit Kolaborasi:
8. Kolaborasi pemeriksaan
mukosa kuning, kulit 6. Warna kulit normal darah vena bilirubin direk
kuning, sklera kuning. dan indirek
b. Perawatan bayi
Observasi:
9. Monitor tanda-tanda vital
bayi
Terapeutik:
10. Mandikan bayi dengan
suhu ruangan 21-24˚C
11. Bersihkan pangkal tali
pusat yang telat diolesi
air matang
12. Lakukan pemijatan bayi
13. Ganti popok bayi jika
basah
Edukasi:
14. Anjurkan ibu menyusui
sesuai kebutuhan bayi
15. Ajarkan ibu cara merawat
bayi dirumah
16. Ajarkan cara pemberian
makanan pendamping
ASI pada bayi usia >6
bulan.
2. Hipovolemia Setelah diberikan asuhan 1. Manajemen hipovolemia
Observasi
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 - Periksa tanda dan gejala
kekurangan intake cairan jam diharapkan cairan pasien hypovolemia (mis,
frekuensi nadi meningkat,
ditandai dengan frekuensi terpenuhi dengan kriteria hasil nadi teraba lemah,turgor
kulit menurun, membrane
nadi meningkat, nadi :
mukosa kering, volume
teraba lemah, tekanan 1. Mempertahankan urine urin menurun, lemah)
- Monitor intake dan
darah menurun, turgor output sesuai dengan usia output cairan
Terapeutik
kulit menurun, volue dan BB normal
- Hitung kebutuhan cairan
urine meningkat, bayi 2. Tekanan darah, nadi, suhu - Berikan asupan cairan
oral
lemah, diare, peristaltic tubuh dalam batas normal. Edukasi
usus meningkat 3. Kadar hematokrit dalam - Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
batas normal. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
4. Tidak ada tanda dehidrasi, cairan IV.
elastisitas turgor kulit
2. Pemantauan cairan
elastis, membran mukosa Observasi
- Monitor frekuensi nafas
lembab.
- Monitor berat badan
- Monitor elastisitas atau
turgor kulit
- Monitor jumlah, warna
dan berat jenis urine
Terapeutik
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan jika perlu

3. Hipertermia berhubungan Setelah diberikan asuhan a. Manajemen Hipertermia


Obsevasi
dengan penggunaan keperawatan selama …x…  Identifikasi penyebab
incubator ditandai jam diharapkan suhu tubuh hipertermia (mis.
Dehidrasi, terpapar
dengan akral kulit pasien kembali normal lingkungan panas,
penggunaan incubator)
hangat,suhu tubuh dengan kreteria hasil :
 Monitor suhu tubuh
meningkat dari rentang 1. Suhu tubuh pasien  Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluan urine
normal, kulit merah, kembali normal (36,5°C –
 Monitor komplikasi akibat
pucat, kejang, crt > 2 37,5°C) hipertermia
Terapeutik
deti, letargi, hipotonus, 2. Turgor kulit elastic  Sediakan lingkungan yang
peka rangsang, tremor, 3. Mukosa bibir lembab dingin
 Longgarkan atau lepaskan
dan tangisan melengking 4. Tidak terjadi kemerahan pakaian
 Basahi dan kipasi
pada kulit pasien. permukaan tubuh
5. Tubuh pasien tidak teraba  Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau
panas. lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
 Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjukan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

b. Regulasi temperature
Observasi
 Monitor suhu bayi sampai
stabil (36,50 C-37,50 C)
 Monitor suhu tubuh anak
jika perlu
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor dan catat tanda
dan gejala hipotermia atau
hipertermia
Terapeutik
 Tingkatkan asupan cairan
dan nutrisi yang adekuat
 Gunakan kasur pendingin,
water circulating blankets,
ice pack atau gel pad dan
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
4. Risiko gangguan Setelah diberikan asuhan Perawatan integritas kulit
Observasi
integritas kulit/ jaringan keperawatan selama …x 24 - Identifikasi penyebab
berhubungan dengan efek jam diharapkan integritas gangguan integritas kulit
Teraapeutik
samping terapi radiasi kulit meningkat dengan KH: - Ubah posisi tiap 2 jam jika
tirah baring
ditandai dengan kulit 1. Kerusakan jaringan - Lakukan pemijatan pada
berwarna merah tua, menurun area penonjolan tulang jika
perlu
kerusakan jaringan/ 2. Kerusakan lapisan kulit - Gunakan produk berbahan
lapisan kulit. menurun petroleum atau minyak
pada ulit kering
3. Suhu kulit membaik Edukasi
- Anjurkan menggunakan
4. Tekstur membaik pelembab
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi dilakukan berdasarkan respon pasien terhadap tindakan yang diberikan
(Doenges M. E, Moorhous M.F, Geissler A.C, (2012))
a. Ikterik neonatus berhubungan dengan kesulitan transisi ke kehidupan ekstra
uterin ditandai dengan profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total >
2mg/dL, bilirubin serum total pada rentang risiko tinggi menurut usia pada
normogram spesifik waktu), membrane mukosa kuning, kulit kuning, skleras
kuning. Evaluasi :
1) Elastisitas kulit meningkat
2) Suhu kulit membaik
3) Perfusi jaringan meningkat
4) Tekstur membaik
5) Tidak ada kemerahan pada kulit
6) Warna kulit normal
b. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan ditandai dengan
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor
kulit menurun, volue urine meningkat, bayi lemah, diare, peristaltic usus
meningkat. Evaluasi :
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB normal
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
3) Kadar hematokrit dalam batas normal.
4) Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit elastis, membran mukosa
lembab.
c. Hipertermia berhubungan dengan penggunaan incubator ditandai dengan akral
kulit hangat,suhu tubuh meningkat dari rentang normal, kulit merah, pucat,
kejang, crt > 2 detik, letargi, hipotonus, peka rangsang, tremor, dan tangisan
melengking. Evaluasi :
1) Suhu tubuh pasien kembali normal (36,5°C – 37,5°C)
2) Turgor kulit elastic
3) Mukosa bibir lembab
4) Tidak terjadi kemerahan pada kulit pasien.
5) Tubuh pasien tidak teraba panas.
d. Risiko gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan efek samping
terapi radiasi ditandai dengan kulit berwarna merah tua, kerusakan jaringan/
lapisan kulit. Evaluasi :
1) Kerusakan jaringan menurun
2) Kerusakan lapisan kulit menurun
3) Suhu kulit membaik
4) Tekstur membaik
DAFTAR PUSTAKA

Graner, Daryl. K, Murray, Robert .K. 2015. Biokimia Hepar. Edisi 29. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta

Hassan, R., 2017. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak..Jilid 3 Cetakan Kesebelas. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Nelson. 2014. Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Enam. Jakarta : Salemba Medika.

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Edisi II. Jakarta: EGC.

Prawirohadjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4


Cetakan 5. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sacher, Ronald, A., Richard A., McPherson. 2012. Tinjaun Klinis Hasil Pemeriksaan
Laborotorium. Edisi 11. Editor bahasa Indonesia: Hartonto, Huriawati.
Jakarta: EGC

Sarwono, Erwin, et al. 2015. Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/ UPF Ilmu Kesehatan
Anak. Ikterus Neonatorum(Hyperbilirubinemia Neonatorum). Surabaya:
RSUD Dr.Soetomo.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi
Dan Kreteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
Dan Tindakan Keperawatan
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS
STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

Nama mahasiswa : Ni Putu Arista


NIM : 209012423
Tempat Praktek : Ruang Perinatologi
Tanggal Pengkajian : 01 November – 04 November 2020
Tanggal praktek : 29 Oktober – 07 November 2020

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. A
Tempat/tgl lahir : Gianyar, 02 November 2020
Umur :0
No register : 000122200
Diagnose medis : Hiperbilirubin
Tanggal MRS : 01 November 2020
Nama ayah/ibu : Ny.N
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pendidikan Ayah : SMA
Alamat/No Telp : Gianyar/ 082990222999
Agama : Hindu

II. KELUAHAN UTAMA


Saat MRS : Ibu pasien mengeluh anaknya demam
Saat Pengkajian : Ibu pasien mengeluh anaknya kuning

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


A. Prenatal
 Jumlah kunjungan/ANC : 4 kali
 Tempat : dokter/bidan/lainnya
 Penkes yang diperoleh : penyuluhan pemberian ASI eksklusif
 HPHT : 01 februari 2020
 Kenaikan BB selama hamil : 14 kg
 Komplikasi kehamilan : tidak ada
 Komplikasi obat : tidak ada
 Obat-obatan yg didapat : asam folat, vitamin D
 Riwayat hospitalisasi : tidak ada
 Golongan darah ibu : A/B/AB/O
 Pemeriksaan kehamilan (maternal screening)
(  ) Rubella ( ) Hepatitis ( ) CMV
(  ) GO ( ) Herpes ( ) HIV
Lainnya : ………………………………………

B. Natal
 Awal persalinan : 8 jam
 Lama persalinan : 1 jam
 Saat persalinan : premature/matur/serotinus
 Komplikasi persalinan : tidak ada
 Terapi yang diberikan : injeksi oksitosin
 Cara melahirkan :
( ) pervaginam normal () SC
( ) vakum ekstasion () Lainnya : ………
 Tempat melahirkan :
( ) Rumah Sakit ( ) Rumah bersalin
( ) Rumah () Lainnya : ………
 Penolong persalinan :

C. Post Natal
 Usaha nafas
() dengan bantuan ( ) tanpa bantuan
 Kebutuhan resusitasi : baik
Jenis dan lamanya : pemakaian delee suction, 10 detik
APGAR Skor : 10
 Bayi langsung menangis : ya/tidak
 Tangisan bayi : kuat/lemah/lainnya
 Obat-obatan yang diberikan pada neonatus : vitamin K, salep mata,
imunisasi hepatitis B
 Interaksi orangtua dan bayi
 Trauma lahir : () ada ( ) tidak
 Narcosis : () ada ( ) tidak
 Keluarnya urine/BAB : ( ) ada () tidak
 Respon fisiologis atau perilaku bermakna
Bayi langsung menagis saat dilahirkan

IV. RIWAYAT KELUARGA


1. Sosial ekonomi :
Ibu pasien mengatakan bahwa keluarganya memiliki ekonomi yang
berkecukupan
2. Lingkungan rumah :
Pasien mengatakan lingkungan sekitar rumahnya bersih, banyak pepohonan
yang rindang, sawah dan jauh dari jalan raya.
3. Penyakit keluarga :
Ibu pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan di keluarga orang
tuanya maupun keluarga suaminya.

GENOGRAM

 

  

By. a

Keterangan :

: laki laki : pasien

: perempuan : Tinggal serumah

 : meninggal
V. RIWAYAT SOSIAL
A. System pendukung/keluarga terdekat yang dapat dihubungi
1. Pengasuh : ibu pasien mengatakan bayinya akan diasuh oleh dirinya sendir i
dan keluarganya
2. Pembawaan secara umum : ibu pasien mengatakan bayinya menagis saat
dilahirkan
3. Hubungan dengan anggota keluarga : ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya adalah anak kedua dan memiliki saudara laki-laki berusia 5 tahun
4. Hubungan dengan teman sebaya : ibu pasien mengatakan bayinya baru lahir

B. Hubungan orang tua dengan bayi


Menyentuh : Ibu [ ] Bapak [ ]
Memeluk : Ibu [ ] Bapak [ ]
Berbicara : Ibu [ ] Bapak [ ]
Berkunjung : Ibu [ ] Bapak [ ]
Kontak mata : Ibu [ ] Bapak [ ]

C. Anak yang lain


Anak ke- Jenis kelamin Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
1 Laki-laki Normal Anak sudah
mendapatkan
imunisasi lengkap

D. Lingkungan rumah
Pasien mengatakan lingkungan sekitar rumahnya bersih, banyak pepohonan
yang rindang, sawah dan jauh dari jalan raya.

E. Problem social yang penting


(- ) Kurangnya system pendukung social
(- ) Perbedaan bahasa
(- ) Riwayat penyalahgunaan zat adiftif (obat-obatan)
(- ) Lingkungan rumah yang memadai
(- ) Keuangan , penghasilan/bulan : Rp 2.500.000
( ) lain-lain, sebutkan………………………
VI. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
A. Diagnose medis
Hiperbilirubin
B. Tindakan operasi
Tidak ada dilakukan tindakan operasi
C. Status nutrisi
 Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan pada saat lahir bayinya mau minum ASI dengan lahap.
BB bayi 2300 gr, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 35
cm, lingkar lengan atas 8 cm, lingkar perut 32 cm. Ibu pasien mengatakan
anaknya menagis dengan kencang saat dilahirkan. Tidak ada dilakukan
pemeriksaan terkait laboratorium. Ibu pasien mengatakan lingkungan sekitar
rumah sakit tenang dan tidak terlalu banyak pengujung.
 Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan bayinya malas menyusui, bayi rewel dan menagis. BB
bayi 2300 gr, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 35 cm,
lingkar lengan atas 8 cm, lingkar perut 32 cm. Hasil pemeriksaan laboratorium
darah yaitu hemoglobin 15,8 mg %, hematokrit 47%, leukosit 14.500/ml3 ,
trombosit 260.000/mm3, bilirubin total 11mg/dL, bilirubin direk 1,5 mg/dL,
bilirubin indirek 1,1 mg/dL. Ibu pasien mengatakan lingkungan sekitar rumah
sakit tenang dan bersih tidak terlalu banyak pegunjung, bayinya berada pada
incubator
D. Status cairan
 Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan saat lahir bayinya mau minum ASI diberikan setiap 2
jam sekali dengan lahap, dalam 24 jam pertama bayi sudah BAK dengan warna
kuning jernih dan BAB dengan warna kuning, konsistensi cair.
 Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan bayi biasa menyusui ASI yang diberikan setiap 2 jam
sekali dengan lahap, bayi belum BAB dan BAK di 24 jam hari kedua.
E. Obat-obatan
Nama obat Dosis Rute Indikasi
Salep Mata - Mata Mencegah infeksi
mata pada bayi,
mencegah kebutaan
karena infesi bakteri
Vitamin K 1 mg IM Mengatasi gangguan
perdarahan akibat
defisiensi vitamin K
Imunisasi Hepatitis B 0,5 ml IM Mencegah infeksi hati
Paracetamol 40 mg Oral Menurunkan panas,
antpiretik & analgesic

F. Aktivitas
 Sebelum sakit :
Ibu pasien mengatakan bayinya aktif
 Selama sakit :
Ibu pasien mengatakan bayinya rewel, dan menagis

G. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan


 Melakukan tindakan pemeriksaan tanda-tanda vital
 Melakukan pengukuran saturasi oksigen

H. Hasil laboratorium
Darah lengkap
Hemoglobin 15,8 gr% 11,00-13,00 L
Hematokrit 30,4 % 36,0-44,0 L
Eritrosit 47% jt/mmk 3,60-5,00
MCH 27,80 Pg 23,00-31,00
MCV 82,00 Fl 77,00-101,00
MCHC 33,90 g/dl 8,00-36,00
Leukosit 14,50 ribu/mmk 6,00-18,00
Trombosit 260,0 ribu/mmk 150,0-400,0 H
I. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Kimia Darah
Fungsi Hati
Bilirubin total 11 mg/dL < 5 mg/Dl
Bilirubin direk 1,5 mg/dL 0,1-0,4 mg/dL
Bilirubin indirek 1,1 mg/dL 0,3-1,1 mg/dL

J. Lain-lain
Tidak dilakukan pemeriksaan lainnya

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Lemah
1. Kesadaran : Komposmentis
2. Tanda vital :
TD :- Nadi : 120 x/menit RR : 50 x/menit
BB : 2300gr TB : 50 cm Suhu badan : 38,0 o C
3. Antropometri
Saat lahir Saat ini
1. Berat badan 2300 gr 2300 gr
2. Panjang badan 50 cm 50 cm
3. Lingkar kepala 33 cm 33 cm
4. Lingkar dada 35 cm 35 cm
5. Lingkar lengan atas 8 cm 8 cm
6. Lingkar perut 32 cm 32 cm

4. Reflex
( ) Moro ( ) Menggenggam ( ) Menghisap
( ) lain-lain, sebutkan ……………………………………………..
5. Tonus/aktivitas
a. ( ) Aktif ( ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang
b. ( ) Menangis keras ( ) Lemah
( ) Melengking ( ) Sulit mengangis
6. Kepala/leher
a. Fontanel anterior
( ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar
( ) Menonjol ( ) Cekung
b. Sutura sagitalis
( ) Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh
c. Gambaran wajah
( ) Simetris ( ) Asimetris
d. Holding
( ) Caput succedaneum ( ) Chepalohematoma
7. Mata
( ) Bersih ( ) Sekresi
( ) sklera ikterik ( ) sklera anikterik
8. THT
a. Telinga
( ) Normal ( ) Abnormal
b. Hidung
( ) Bilateral ( ) Obstruksi ( ) Cuping hidung
c. Palatum
( ) Normal ( ) Abnormal
9. Thoraks
a. ( ) Simetris ( ) Asimetris
b. Retraksi : ( ) Derajat I ( ) Derajat II ( ) Derajat III
c. Klavikula : ( ) Normal ( ) Abnormal
10. Paru-paru
a. Suara nafas
( ) sama kanan-kiri ( ) tidak sama kanan-kiri ( ) Bersih
( ) Ronchi ( ) Rales ( ) Sekret
b. Bunyi nafas
( ) Terdengar di semua lapang paru
( ) Tidak terddengar ( ) Menurun
c. Respirasi
( ) Spontan, jumlah : 55 x/menit
( ) Sungkup/ Boxhead, jumlah : ……..x/menit
( ) Ventilasi assisted CPAP
11. Jantung
a. ( ) Bunyi normal sinus rhytm (NSR), jumlah : 120 x/menit
() Murmur ( ) lain-lain, sebutkan ……………….
b. Waktu pengisian kapiler : batang tubuh < 2 detik
Ekstremitas < 2 detik
c. Nadi perifer
Berat Lemah Tidak ada
Brachial kanan 
Brachial kiri 
Femoral kanan 
Femoral kiri 

12. Abdomen
a. ( ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( )Kembung
b. Liver : ( ) kurang dari 2 cm ( ) lebih dari 2 cm
c. Umbilicus
( ) Normal ( ) Abnormal ( ) Inflamasi () Drainase
13. Ekstremitas
a. ( ) semua ekstremitas gerak () ROM terbatas () tidak dapat dikaji
b. Ekstremitas atas dan bawah : ( ) Simetris () Asimetris
14. Genital
( ) Perempuan normal () laki-laki normal () Ambivalen
15. Anus
( ) Paten ( ) Imperforata
16. Spina
( ) Normal ( ) Abnormal
17. Kulit
a. Warna : () Pink ( ) Pucat ( ) Jaundice
b. ( ) Rash/kemerahan
c. ( ) Tanda lahir
18. Suhu
a. Lingkungan
( ) Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ()Inkubator
() Suhu ruang () Boks terbuka
b. Suhu kulit

VIII. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS


( ) Babinsky ( ) Chaddock ( ) Oppenheim
( ) Gordon ( ) Schaeffer ( ) Hoffman
( ) Tromner

IX. INFORMASI LAIN


Tidak ada informasi lain
X. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN
Pada tanggal 01 november 2020, pukul 08.00 wita bayi dilahirkan matur yaitu
dengan usia kehamilan 38 minggu, dengan berat badan 2300 gr, karena berat badan
yang kurang akhirnya bayi di letakkan pada inkubator dengan suhu hangat, pada
pukul 20.00 wita ibu pasien mengatakan bayinya demam, setelah dilakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan nadi 120x/mnt, RR 50x/mnt, suhu 380C,
asupan nutrisi utama bayi melalui ASI yang dicampurkan dengan obat paracetamol,
refleks menghisap bayi kuat, ibu memberikan ASI setiap 2 jam sekali, bayi mampu
menyusui 30 cc ASI, ibu pasien mengatakan pada 24 jam kedua bayinya
mengalami kuning, pada saat pemeriksaan bayi mengalami hiperbilirubin dari
wajah, leher, dada atas, perut dan tungkai, dengan rumus kramer’s rule masuk
kedalam grade 3, kadar bilirubin total 11mg/dL, bilirubin direk 1,5 mg/dL,
bilirubin indirek 1,1 mg/dL, ibu pasien tampak cemas dengan keadaan bayinya.
Tindakan perawatan yang telah dilakukan diantaranya: Untuk ibu : melakukan
perawatan dan pijat payudara untuk membantu melancarkan asi. Untuk bayi:
memandikan dan pijat bayi, menjaga suhu inkubator agar tetap stabil dan sesuai
dengan kebutuhan bayi, memaksimalkan pemerian ASI setiap 1 jam sekali sedikit
demi sedikit agar memenuhi nutrisi bayi.

XI. ANALISA DATA


DATA MASALAH PENYEBAB
DS : ibu pasien mengatakan Hipertermia Hiperbilirubin
anaknya demam
DO : pasien tampak lemas, rewel Bilirubin direk
meningkat
dan bayi hanya menagis, turgor
kulit teraba hangat, tanda-tanda BB bayi kurang
vital didapatkan nadi 120x/mnt,
Incubator
RR 50x/mnt, suhu 380C, dengan
berat badan 2300 gr.
Perubahan suhu

Saraf aferen
merangsang
hipotalamus

Hipertermia

DS : ibu pasien mengatakan Ikterik neonatus Peningkatan produksi


anaknya berwarna kuning bilirubin
DO : pasien tampak lemas, rewel
dan bayi hanya menagis, sclera Hiperbilirubin
ikterik, warna kuning dibagian
wajah, leher, daerah dada, Bilirubin direk
daerah perut, dan tungkai dalam meningkat
kramer’s rule masuk kedalam
grade 3, kadar bilirubin total Kulit berubah warna
11mg/dL, bilirubin direk 1,5 menjadi kuning dan
mg/dL, bilirubin indirek 1,1 sklera ikterik
mg/dL
Ikterik neonatus

DS : ibu pasien mengatakan Defisit pengetahuan Hiperbilirubin


bingung dengan penaganan
kuning pada bayinya dirumah Bilirubin direk
DO : ibu pasien tampak bingung, meningkat
cemas dan menayakan masalah
yang dihadapinya Klien belum
mengetahui perawatan
hiperbilirubin di
rumah yang sesuai

Defisit pengetahuan

XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Hipertermia berhubungan dengan penggunaan inkubator ditandai dengan ibu
pasien mengatakan anaknya demam, pasien tampak lemas, rewel dan bayi
hanya menagis, turgor kulit teraba hangat, tanda-tanda vital didapatkan nadi
120x/mnt, RR 50x/mnt suhu 380C dengan berat badan 2300 gr.
2. Ikterik neonatus berhubungan dengan usia kurang dari 7 hari ditandai dengan
ibu pasien mengatakan anaknya berwarna kuning, pasien tampak lemas, rewel
dan bayi hanya menagis, sclera ikterik, warna kuning dibagian wajah, leher,
daerah dada, daerah perut, dan tungkai dalam kramer’s rule masuk kedalam
grade 3 dan bilirubin total 11mg/dL, bilirubin direk 1,5 mg/dL, bilirubin indirek
1,1 mg/dL
3. Defsit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan ibu pasien mengatakan bingung dengan penaganan kuning pada
bayinya dirumah, ibu pasien tampak bingung, cemas dan menayakan masalah
yang dihadapinya.
XIII. RENCANA KEPERAWATAN
Hari/ Tgl/ No Rencana Perawatan
Jam Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Paraf
Minggu , 01 1 Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi penyebab
november
keperawatan selama 3 x 24 hipertermia (mis.
2020
20.00 wita jam diharapkan suhu tubuh Dehidrasi, terpapar Arista
pasien normal kreteria lingkungan panas,
hasil: penggunaan
1. Suhu tubuh pasien incubator)
kembali normal 2. Monitor suhu tubuh
(36,5°C – 37,5°C) 3. Tingkatkan asupan
2. Tidak terjadi cairan dan nutrisi
kemerahan pada yang adekuat
kulit bayi 4. Berikan informasi
3. Tubuh pasien tidak tentang cara
teraba panas. menurunkan demam
dengan kompres air
hangat
5. Anjurkan ibu
memberikan asi
eksklusif
6. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

Senin, 02 2 Setelah diberikan asuhan 1. Monitor ikterik pada


november keperawatan selama 2 x 24 sclera dan kulit bayi
2020
08.00 wita jam diharapkan integritas 2. Monitor tanda-tanda Arista
kulit dan jaringan vital bayi
meningkat dengan kreteria 3. Anjurkan ibu
hasil: menyusui sekitar 20-
1. Elastisitas kulit 30 menit
meningkat 4. Anjurkan ibu
2. Suhu kulit membaik menyusui sesering
3. Perfusi jaringan mungkin
meningkat 5. Kolaborasi
4. Tekstur membaik pemeriksaan darah
5. Tidak ada vena bilirubin direk
kemerahan pada dan indirek
kulit
6. Warna kulit normal

Selasa, 03 3 Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi kesiapan


november keperawatan selama 2 x 24 dan kemampuan
2020
08.00 wita jam diharapkan menerima informasi Arista

pengetahuan ibu efektif 2. Memberikan


kreteria hasil: infrmasi dan
1. Klien mampu sediakan materi dan
berperilaku sesuai media pendidikan
anjuran kesehatan
2. Pasien mampu 3. Anjurkan menyusui
memahami sesuai kebutuhan
penjelasan yang bayi
diberikan 4. Anjurkan untuk
3. Prilaku sesuai menjemur bayi
dengan pukul 07.00 wita-
pengetahuan 08.00 wita selama
4. Mampu aktif 15-30 menit setiap
bertanya masalah pagi
yang tidak 5. Ajarkan
dipahami memandikan bayi
dengan
memperhatikan suhu
ruangan 21-240C
dan dalam waktu 5-
10 menit, sehari 2
kali
6. Ajarkan pijat bayi

IMPLEMENTASI
Hari/ Tgl/ No. Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses Paraf
Jam Dx

Minggu, 1  Mengidentifikasi Ds : ibu pasien mengatakan


01/11/2020 anaknya demam
penyebab
Pukul 20.00 Do : bayi tampak lemas,
wita hipertermia (mis. dengan suhu tubuh 380C, Arista
faktor penyebab bayi panas
Dehidrasi, terpapar
yaitu penggunaan inkubator
lingkungan panas,
penggunaan
incubator)

Pukul 20.30 1  Memonitor suhu Ds : ibu pasien mengatakan


wita anaknya demam
tubuh
Do : akral kulit teraba hangat, Arista
kulit tidak elastis, dan suhu
tubuh bayi 380C

Pukul 21.00 1  Meningkatkan Ds :ibu pasien mengatakan


wita anaknya mampu menyusui
asupan cairan dan dengan lahap Arista
nutrisi yang adekuat Do : pasien tampak rewel dan
menagis

Pukul 21.10 1  Memberikan Ds : ibu pasien mengatakan


wita mengerti dan memahami
informasi tentang tentang informasi yang
diberikan perawat Arista
cara menurunkan
demam dengan
kompres air hangat
Pukul 21.20 1  Menganjurkan ibu Ds : ibu pasien mengatakan
wita bayinya mampu menyusui
memberikan asi
dengan aktif
eksklusif Do : ibu pasien tampak Arista
memberikan ASI setiap 2 jam
sekali

 Mendelegasikan
Pukul 21.20 1 Ds : ibu pasien mengatakan
wita pemberian obat bayinya mau minum obat
Do : bayi tampak rewel dan Arista
analgetik &
menagis
antipiretik yaitu
paracetamol

Senin, 1  Mengidentifikasi Ds : ibu pasien mengatakan


02/11/2020 anaknya demam
penyebab
Pukul 08.00 Do : bayi tampak lemas,
wita hipertermia (mis. dengan suhu tubuh 37,80C, arista
faktor penyebab bayi panas
Dehidrasi, terpapar
yaitu penggunaan inkubator
lingkungan panas,
penggunaan
incubator)

Pukul 08.30  Memonitor suhu Ds : ibu pasien mengatakan


wita 1 anaknya demam
tubuh Do : akral kulit teraba hangat,
kulit tidak elastis, dan suhu Arista
tubuh bayi 37,80C

Ds : ibu pasien mengatakan


 Memonitor ikterik
Pukul 09.00 2 anaknya berwarna kuning
wita pada sclera dan Do : sklera ikterik, adanya
hiperbilirubin pada wajah, Arista
kulit bayi
leher, dada, perut dan tungkai

Pukul 09.30 2  Memonitor tanda- Ds : ibu pasien mengatakan


wita anaknya lemas
tanda vital bayi
Do : tanda-tanda vital
didapatkan nadi 120x/mnt, Arista
RR 50x/mnt, suhu 37,80C
Pukul 10.00 1  Meningkatkan Ds :ibu pasien mengatakan
wita anaknya mampu menyusui
asupan cairan dan
dengan lahap
nutrisi yang adekuat Do : pasien tampak rewel dan Arista
menagis

Pukul 10.30 3  Menganjurkan Ds : ibu pasien mengatakan


wita menyusui sesuai menyusui anaknya setiap 2
jam sehari Arista
kebutuhan bayi Do : bayi tampak aktif
menyusui

Ds : ibu pasien mengatakan


Pukul 14.00 2  Memberikan mengerti dan memahami Arista
wita informasi tentang tentang informasi yang
diberikan perawat
cara menurunkan
demam dengan
kompres air hangat

Pukul 16.00 3 Mengajarkan Ds : ibu bayi mengatakan


wita memandikan bayi mengikuti anjuran dari
perawat Arista
dengan memperhatikan Do : ibu bayi tampak mampu
suhu ruangan 21-240C mengikuti anjuran dari
perawat
dan dalam waktu 5-10
menit, sehari 2 kali

Pukul 18.00 1  Menganjurkan ibu Ds : ibu pasien mengatakan


wita memberikan asi bayinya mampu menyusui
dengan aktif
eksklusif Do : ibu pasien tampak Arista
memberikan ASI setiap 2 jam
sekali

Pukul 20.00 1  Mendelegasikan


wita Ds : ibu pasien mengatakan
pemberian obat bayinya mau minum obat
analgetik & Do : bayi tampak rewel dan Arista
menagis
antipiretik yaitu
paracetamol

Selasa, 1  Mengidentifikasi Ds : ibu pasien mengatakan


03/11/2020 demam anaknya turun
penyebab
Pukul 08.00 Do : bayi tampak lebih segar,
wita hipertermia (mis. dengan suhu tubuh 37,50C, Arista
faktor penyebab bayi panas
Dehidrasi, terpapar
yaitu penggunaan inkubator
lingkungan panas,
penggunaan
incubator)

Pukul 08.30  Memonitor suhu Ds : ibu pasien mengatakan


wita 1 demam anaknya turun
tubuh Do : akral kulit teraba hangat, Arista
kulit elastis, dan suhu tubuh
bayi 37,50C

Ds : ibu pasien mengatakan


 Memonitor ikterik
Pukul 09.00 2 anaknya berwarna kuning
wita pada sclera dan Do : sklera ikterik, adanya Arista
hiperbilirubin pada wajah,
kulit bayi
leher, dada dengan hasil
bilirubin total 10,33 mg/dL

Pukul 09.30 2  Memonitor tanda- Ds : ibu pasien mengatakan


wita anaknya lebih aktif
tanda vital bayi
Do : tanda-tanda vital
didapatkan nadi 120x/mnt, Arista
RR 50x/mnt, suhu 37,50C

Ds :ibu pasien mengatakan


Pukul 10.00 1  Meningkatkan anaknya mampu menyusui
wita asupan cairan dan dengan lahap Arsita
Do : pasien tampak tidak
nutrisi yang adekuat rewel dan tidak menagis lagi

 Menganjurkan Ds : ibu pasien mengatakan


Pukul 10.30 3 menyusui anaknya setiap 2
wita menyusui sesuai jam sehari Arista
Do : bayi tampak aktif
kebutuhan bayi menyusui

Ds : ibu mengatakan mampu


Pukul 14.00 3  Mengidentifikasi menerima informasi yang
wita diberikan oleh perawat
kesiapan dan
Do : ibu bayi tampak Arista
kemampuan kooperatif dan mau
mendengarkan intruksi yang
menerima informasi
diberikan oleh perawat

Pukul 15.00 3  Memberikan Ds : : ibu mengatakan mampu Arista


wita menerima informasi yang
informasi dan diberikan oleh perawat
sediakan materi dan Do : ibu bayi tampak
kooperatif dan mau
media pendidikan mendengarkan intruksi yang
kesehatan diberikan oleh perawat

Pukul 16.00 2  Memberikan Ds : ibu pasien mengatakan


wita mengerti dan memahami Arista
informasi tentang tentang informasi yang
cara menurunkan diberikan perawat
demam dengan
kompres air hangat

Pukul 18.00 3  Mengajarkan


wita Ds : ibu bayi mengatakan
memandikan bayi
mengikuti anjuran dari Arista
dengan perawat
Do : ibu bayi tampak mampu
memperhatikan
mengikuti anjuran dari
suhu ruangan 21- perawat
240C dan dalam
waktu 5-10 menit,
sehari 2 kali

Pukul 19.00 1 Ds : ibu pasien mengatakan


 Menganjurkan ibu
wita bayinya mampu menyusui Arista
memberikan asi dengan aktif
Do : ibu pasien tampak
eksklusif
memberikan ASI setiap 2 jam
sekali
Pukul 19.30  Mendelegasikan Ds : ibu pasien mengatakan
wita 1 bayinya mau minum obat
pemberian obat
Do : bayi tampak tidak rewel
analgetik & dan tidak menagis lagi Arista

antipiretik yaitu
paracetamol
 Menganjurkan
Pukul 20.00 3 Ds : ibu bayi tampak mengerti
wita untuk menjemur dengan penjelasan perawat Arista
Do : ibu bayi tampak
bayi pukul 07.00
mengerti dan mau mencoba
wita- 08.00 wita besok
selama 15-30 menit
setiap pagi
Rabu, 1  Menganjurkan Ds : ibu bayi tampak mengerti
04/11/2020 untuk menjemur dengan penjelasan perawat
Pukul 08.00 bayi pukul 07.00 Do : ibu bayi tampak
wita mengerti dan mau sudah Arista
wita- 08.00 wita
menerapkan, nilai kadar
selama 15-30 menit bilirubin 10,33 mg/dL
setiap pagi

Pukul 08.30 2  Memonitor tanda- Ds : ibu pasien mengatakan


wita anaknya lebih aktif, tidak
tanda vital bayi rewel & menagis Arista
Do : bayi tampak lebih segar,
turgor kulit elastis, tanda-
tanda vital didapatkan nadi
120x/mnt, RR 50x/mnt, suhu
37,00C

Pukul 09.00 1  Menganjurkan Ds : ibu pasien mengatakan


wita bayinya mampu menyusui
menyusui sesuai dengan aktif Arista
Do : ibu pasien tampak
memberikan ASI setiap 2 jam
sekali, BB mningkat 2500 gr
 Memberikan
Pukul 10.00 3 Ds : ibu mengatakan mampu
wita informasi dan menerima informasi yang
Arista
sediakan materi dan diberikan oleh perawat
Do : ibu bayi tampak
media pendidikan kooperatif dan mau
kesehatan mendengarkan intruksi yang
diberikan oleh perawat
XIV. EVALUASI
No Hari No. Evaluasi Paraf
/Tgl/Jam Dx
1 Rabu, 1 S : ibu pasien mengatakan bayinya tidak panas lagi
04/11/2020 O :Pasien tampak lebih segar, bayi tidak rewel dan
09.00 wita tidak menagis, turgor kulit teraba hangat, turgor kulit
Arista
elastis, dengan suhu 36,5°C dan berat badan bayi 2500
gr
A : Masalah teratasi
P :Hentikan intervensi, pertahankan kondisi pasien

2 Rabu, 2 S : ibu pasien mengatakan kuning anaknya sudah


04/11/2020 berkurang
09.00 wita O : bayi tampak tidak lemas, bayi tampak tidak rewel
Arista
dan tidak menagis, sklera ikterik, warna kuning masih
di bagian wajah dan leher, daerah dada, dalam kramer’s
rule masuk kedalam grade 2 dan bilirubin total
10,33mg/dL
A :Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi di rumah, pertahankan kondisi
pasien

3 Rabu, S : Ibu pasien mengatakan sudah mengerti tentang cara


04/11/2020 perawatan bayinya
09.00 wita O : Ibu bayi tampak lebih tenang dan tidak cemas dan
Arista
bingung lagi dengan cara perawatan bayinya, ibu bayi
sangat kooperatif mau bertanya jika tidak mengerti dan
sudah memahami perawatan bayinya
A :Masalah teratasi
P:Hentikan intervensi, pertahankan kondisi pasien

Denpasar, ……2020
Mahasiswa,

(…………………)

Anda mungkin juga menyukai