Anda di halaman 1dari 95

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN LATIHAN


PURSED LIPS BREATHING UNTUK MENGATASI MASALAH
KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
NAFAS PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA
BRONCHIAL
DI RUANG ANGGREK RSAD TK II UDAYANA

Oleh :

NI LUH SUMARTINI, S.KEP


19.901.2236

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN LATIHAN
PURSED LIPS BREATHING UNTUK MENGATASI MASALAH
KEPERAWATAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN
NAFAS PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA
BRONCHIAL
DI RUANG ANGGREK RSAD TK II UDAYANA
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan
Studi Ners

Oleh :

NI LUH SUMARTINI, S.KEP


19.901.2236

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020

i
j
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya sendiri dan semua sumber

baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan benar.

Nama : Ni Luh Sumartini, S.Kep

Nim : 19.901.2236

Tanda Tangan :

Tanggal : 24 Juni 2020

ji
vi
j
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkatrahmat dan karuniaNya, peneliti dapat menyelesaikan KIA ini berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Tn.A Dengan Latihan Pursed Lips Breathing Untuk
Mengatasi Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada
Pasien Dengan Diagnosa Medis Asma Bronchial Di Ruang Anggrek RSAD TK II
Udayana” pada waktunya.
KIA ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk
memperoleh gelar Ners pada Program Studi profesi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Wira Medika Bali.
Peneliti banyak mendapat bantuan sejak awal sampai terselesainya KIA
ini, untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati, peneliti menyampaikan
penghargaan dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM. selaku Ketua STIKes Wira
Medika Bali.
2. Ns. Ni Wayan Trisnadewi,S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners.
3. Ns. Ni Putu Puspawati,S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan materi untuk kesempurnaan Kia ini.
4. Ns. Ni Putu Sri Darwini S.Kep selaku pembimbing klinik di Ruang Anggrek
RSAD TK II UDAYANA yang telah memberikan bantuan sehingga dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini tepat waktu.
5. Keluarga yang selalu memberikan doa, cinta dan kasih sayang serta
dukungan baik moril maupun material dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman – teman mahasiswa STIKes Wira Medika Bali Angkatan IX yang
ikut serta memberi dukungan semangat dan membantu dalam penyusunan
KIA-N
7. Pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya penyusunan
KIA-N
vii
Peneliti telah berusaha dengan segenap kemampuan dalam menuangkan
pemikiran ke dalam KIA-N ini, tentunya akan masih banyak ditemukan hal – hal
yang masih perlu diperbaiki. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran guna
penyempurnaan skripsi ini.

Denpasar, 24 Juni 2020


Peneliti

(Ni Luh Sumartini, S.Kep)

viii
j
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik STIKes Wira Medika Bali saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Ni Luh Sumartini, S.Kep
NIM : 19.901.2236
Program Studi : Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKes Wira Medika Bali Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah Akhir Ners saya yang berjudul: “Asuhan
Keperawatan Pada Tn.A Dengan Latihan Pursed Lips Breathing Untuk Mengatasi
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Dengan
Diagnosa Medis Asma Bronchial Di Ruang Anggrek Rsad TK II Udayana”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan)”. Dengan Hak Bebas Royalti
Noneklusif ini STIKes Wira Medika Bali berhak menyimpan, mengalih media/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Denpasar
Pada Tanggal : 24 Juni, 2020

(Ni Luh Sumartini, S.Kep)

ix
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN LATIHAN PURSED


LIPS BREATHING UNTUK MASALAH KEPERAWATAN
KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS DIAGNOSA MEDIS
ASMA BRONCHIAL DI RUANG ANGGREK RSAD TK II UDAYANA

Ni Luh Sumartini, S.Kep1, Ns. Ni Putu Puspawati,S.Kep., M.Kep 2

Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas


yang ditandai dengan adanya menggi, batuk, dan rasa sesak di dada yang
berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat
penyumbatan saluran pernapasan. (Infodatin, 2017) Kasus dengan serangan
asma bronchial menimbulkan masalah keperawatan salah satunya adalah
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Pursed Lips Breathing(PLB) Merupakan
latihan pernafasan yang terdiri dari dua mekanisme, yaitu menarik nafas
(Inspirasi) dengan mulut tertutup beberapa detik melalui hidung serta
mengeluarkan nafas (ekspirasi) perlahan-lahan melalui mulut dengan pola
mengerucutkan bibir seperti posisi bersiul (Hudak & Gallo, 2011). Metode
dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini berupa studi kasus yang diambil
saat praktek di RSAD TK II Udayana dengan melakukan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam. Hasil yang didapatkan setelah melakukan intervensi
terdapat adanya pengurangan sesak nafas dan secret dengan latihan pursed lip
breathing.Terjadi penurunan frekuensi sesak setelah dilakukan pursed lip
breathing dan suara nafas kembali normal. Disimpulkan ada pengaruh yang
signifikan terhadap latihan pursed lip breathing pada penderita asma
bronchial. Disarankan pada perawat untuk lebih menerapkan pursed lip
breathing yang tepat dengan posisi yang tepat pula.

Kata Kunci: Asma Bronchial, pursed lip breathing

x
ABSTRACT

THE NURSING ASSESMENT ON MR.A WITH MEDICAL PROBLEMS


ARE THE INEFFECTIVENESS OF AIRWAY CLEARANCE PURSED
LIPS BREATHING DIAGNOSIS ASTHMA BRONCHIAL AT ANGGREK
WARD RSAD TK II UDAYANA

Ni Luh Sumartini, S.Kep1, Ns. Ni Putu Puspawati,S.Kep., M.Kep 2

Asthma is an chronic inflammation of airway disease characterized by


by recurring coughing, coughing, and tightness in the chest and arises
especially at night or early morning due to blocked airways. (Infodatin, 2017)
Cases with bronchial asthma attacks causing a nursing problems, one of the
problems are the ineffectiveness of airway clearance Pursed Lips Breathing
(PLB) is a breathing exercise that consists of two mechanisms, namely
breathing in (inspiration) with the mouth closed a few seconds through the
nose and breathing out (expiration) slowly through the mouth with a pursed lip
pattern like a whistling position (Hudak & Gallo , 2011). The method in
writing this Final Scientific Nurse Research is a case study taken while
practicing at Udayana II Kindergarten RSAD by assessing nursing care for 3 x
24 hours. The results obtained that after the intervention there is a reduction in
shortness of breath and sputum with pursed lip breathing exercises. There was
a lessen in the frequency of tightness after pursed lip breathing and breathing
sound returned to normal. It was concluded that there is a significant effect on
pursed lip breathing training in bronchial asthma sufferers. It is recommended
for nurses to further apply the apropriate pursed lip breathing in the right
position as well.

Keywords: Bronchial Asthma, pursed lip breathing

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN KIA-N ............................................................... iii
LEMBAR KONSULTASI ............................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... x
ABSTRACT ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3. Tujuan ............................................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 6
1.4. Manfaat .......................................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Bagi Pelayanan ....................................................... 6
1.4.2 Manfaat Bagi Keilmuan ........................................................ 7
1.4.3 Manfaat Bagi Penelitian ....................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asma Bronchial ............................................................................ 8
2.1.1 Definisi ............................................................................... 8
2.2.1 Etiologi ................................................................................ 8
2.3.1 Klasifikasi ........................................................................... 9
2.4.1 Manifestasi klinik ................................................................ 12
2.5.1 Patofisiologi ........................................................................ 12
2.6.1 Pathway ............................................................................... 13
2.7.1 Penatalaksanaan Medis ....................................................... 16
2.8.1 Komplikasi .......................................................................... 16
2.9.1 Pemeriksaan Diagnosis…………………………………….21
2.2 Konsep Dasar Pursed Breathing .................................................... 24
2.2.1 Pengertian ............................................................................ 25
2.2.2 Tujuan Pursed Breathing ..................................................... 26
2.2.3 Teknik Pursed Breathing ..................................................... 26
2.2.4 Mekanisme Pursed Breathing ............................................. 26
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ............................................. 27
2.3.1 Pengkajian............................................................................. 27
2.3.2 Intervensi .............................................................................. 31
2.3.3 Implementasi......................................................................... 40
2.3.4 Evaluasi................................................................................. 40

xii
xii
BAB III LAPORAN KASUS KELOLAAN
3.1 Pengkajian .................................................................................... 41
3.2 Analisa Data ................................................................................. 42
3.3 Diagnosa Keperawatan.................................................................. 43
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan ..................................................... 38
3.5 Implementasi Keperawatan .......................................................... 40
3.6 Evaluasi ........................................................................................ 43
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Profil Lahan Praktik ..................................................................... 58
4.1.1 Sejarah RSAD TK II Udayana ............................................ 59
4.1.2 Gambaran Umum RSAD TK II Udayana ........................... 60
4.1.3 Visi, Misi, Motto dan Tujuan RSAD TK II Udayana ......... 61
4.2 Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Evidance Based
Practice Dan Konsep Kasus Terkait ............................................ 62
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi Dengan Konsep Evidance Based
Practice ........................................................................................ 62
4.4 Konsep Dan Penelitian Terkait .................................................... 62
4.5 Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan ............................. 63
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 68
5.2 Saran ............................................................................................. 68
5.2.1 Bagi Pelayanan .................................................................... 68
5.2.2 Bagi Keilmuan .................................................................... 68
5.2.3 Bagi Penelitian .................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA

iii
xiii j
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Intervensi Dasar Keperawatan 11


Tabel 3.1 : Pola Aktivitas dan latihan Pada Tn.A Dengan Diagnosa Medis Asma
Bronchial di Ruang Anggrek RSAD TK II Udayana ........................ 32
Tabel 3.2 : Data Laboratorium Pada Tn.A Dengan Diagnosa Medis Asma
Bronchial di Ruang Anggrek RSAD TK II Udayana ......................... 48
Tabel 3.3 : Terapi obat Tn.A Dengan Diagnosa Medis Asma Bronchial di
Ruang Anggrek RSAD TK II Udayana ............................................. 49
Tabel 3.4 : Analisa Data Tn. A Diagnosa Medis Asma Bronchial di Ruang
Anggrek RSAD TK II Udayana……………………………… ....... 50
Tabel 3.5 : Diagnosa Keperawatan Tn. A Diagnosa Medis Asma Bronchial di
Ruang Anggrek RSAD TK II Udayana…………………………… . 51
Tabel 3.6 : Intervensi Keperawatan Tn. A Diagnosa Medis Asma Bronchial
di Ruang Anggrek RSAD TK II Udayana………… ......................... 52
Tabel 3.7 : Implementasi Keperawatan Tn. A Diagnosa Medis Asma
Bronchial di Ruang Anggrek RSAD TK II Udayana ....................... 53
Tabel 3.8 : Evaluasi Keperawatan Tn. A Diagnosa Medis Asma Bronchial di
Ruang Anggrek RSAD TK II Udayana…………………………… . 54

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak

dijumpai pada anak-anak maupun dewasa. Menurut global initiative for asthma

(GINA) tahun 2015, asma didefinisikan sebagai “ suatu penyakit yang heterogen,

yang dikarakteristik oleh adanya inflamasi kronis pada saluran pernafasan. Hal

ini ditentukan oleh adanya riwayat gejala gangguan pernafasan seperti mengi,

nafas terengah- engah, dada terasa berat/tertekan, dan batuk, yang bervariasi

waktu dan intensitasnya, diikuti dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang

bervariasi”, (Kementrian Kesehatan RI, 2017)

Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-

anak hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-

anak.Menurut para ahli, prevalensi asma akan terus meningkat. Saat ini

diperkirakan sebanyak 235 juta orang menderita asma didunia (WHO, 2017).

Berdasarkan laporan WHO Desember 2016, tercatat pada tahun 2015 sebanyak

383.000 orang meninggal karena asma. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan

Dasar Nasional pada tahun 2018 jumlah pasien asma di Indonesia sebesar 2,4 %

Prevalensi asma di Bali cukup tinggi. Berdasarkan laporan Riskesdas Nasional

2018, prevalensi asma di Bali menempati peringkat ke -3 di Indonesia setelah

provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan provinsi Kalimantan Timur, Tercatat

prevalensi asma di Bali sebesar 3,9 % (Balibangkes 2018) Angka kejadian

1
asma bervariasi diberbagai negara,tetapi terlihat kecendrungan bahwa

penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakang ini obat-obatan

asma banyak dikembangkan. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Masalah yang sering dialami pada pasien asma adalah sesak napas. Sesak

napas ini terjadi karena obstruksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh

menebalnya dinding saluran napas yang ditimbulkan oleh peradangan dan edema

yang dipicu oleh pengeluaran zat histamine, tersumbatnya saluran napas oleh

sekresi berlebihan mukus kental, hiperesponsitivitas saluran napas yang ditandai

oleh konstriksi hebat saluran napas kecil akibat spasme otot polos di dinding

saluran napas (Sherwood, 2012). Obstruksi bertambah berat saat melakukan

ekspirasi karena fisiologis pernapasan menyempit pada fase tersebut. Diameter

bronkiolus lebih banyak berkurang pada saat ekspirasi daripada selama inspirasi

karena terjadi peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa sehingga

menekan bagian luar bronkiolus dan menutupnya saluran napas cenderung sangat

meningkat karena tekanan positif dalam dada selama eskpirasi. Hal ini

menyebabkan udara distal tempat terjadinya obstruksi tidak dapat

diekspirasikan sehingga volume udara yang masuk dan keluar tidak seimbang.

Penyempitan pada saluran napas ini akan mengakibatkan kesulitan dalam

ekspirasi (Guyton and Hall, 2012).

Kasus dengan Asma Bronchial ini menimbulkan adanya masalah

keperawatan, salah satunya adalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas,

ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk

2
mempertahankan kebersihan jalan nafas, sehingga terjadi sesak nafas.

Pengobatan untuk asma dibedakan atas dua macam yaitu pengobatan secara

farmakologis dan non farmakologis. Terdapat dua golongan medikasi secara

farmakologis yakni pengobatan jangka panjang dan pengobatan cepat atau quick

relief sebagai pereda gejala yang dikombinasikan sesuai kebutuhan (Smeltzer

and Bare, 2010). Bentuk pengobatan nonfarmakologi adalah pengobatan

komplementer yang meliputi breathing technique (teknik pernafasan),

acupunture, exercise theraphy, psychological therapies, manual therapies

(Council, 2011).

Latihan Pernapasan dapat digunakan dalam penanganan kasus Asma, salah

satu nya yaitu dengan tehnik Pursed Lip Breathing (PLB). Pursed Lip Breathing

adalah latihan pernapasan dengan menghirup udara melalui hidung dan

mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan atau dimonyongkan

dengan waktu ekspirasi lebih di perpanjang. Pursed Lips Breathing ini adalah

cara yang sangat mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan

juga tanpa efek negatif seperti pemakaian obat-obatan (Smeltzer & Bare,

2013).Pursed Lip Breathing (PLB) merupakan teknik yang dapat gunakan untuk

membantu bernapas lebih efektif, yang memungkinkan untuk mendapatkan

oksigen yang dibutuhkan. PLB melatih untuk mengeluarkan napas lebih lambat,

sehingga bernapas lebih mudah, pada tingkat yang lebih nyaman, apakah sedang

beristirahat atau bergerak (Tianet al, 2008)

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Feza Septa (2016)

yang berjudul “Pengaruh Pursed Lips Breathing (PLB) Terhadap Tingkat

3
Kontrol Asma Pada Pasien Asma Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

Semarang”, Penelitian ini adalah kuantitatif dengan pre eksperimen one group

pre and post test design, sampel penelitian ini 17 pasien asma penggumpulan

data dilakukan dengan menggunakan Asthma Control Questionnaire (ACQ)

untuk mengetahui tingkat control asma sebelum dan sesudah PLB Hasil

penelitian ini menunjukkan p-value 0,0001 (<0,05) yang artinya ada pengaruh

yang signifikan terhadap tingkat control asma sebelum dan sesudah dilakukan

PLB

Upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka kejadian asma

dengan peran serta perawat untuk merawat pasien dengan Asma adalah melalui

pendekatan proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan melalui

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan. Berdasarkan data di atas, penulis

tertarik untuk menyusun sebuah Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Tn. A dengan Latihan Pursed Lips Breathing Untuk

Mengatasi Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

Dengan Diagnosa Medis Asma Bronkial di Ruang Anggrek RSAD TK II

UDAYANA”.

1.2 Rumusan Masalah

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien penderita Asma

Bronkial hendaknya bersifat holistik yang bertujuan tidak hanya untuk mencapai

kembali tingkat kesehatan yang optimal bukan secara fisik saja tetapi juga untuk

memberikan dukungan psikososial dalam proses penyembuhan. Berdasarkan

4
uraian dalam latar belakang tersebut penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah

Akhir Ners (KIA-N) yang berjudul : “Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan

Latihan Pursed Lips Breathing Untuk Mengatasi Masalah Keperawatan

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Dengan Diagnosa Medis Asma Bronkial

di Ruang Anggrek RSAD TK II UDAYANA”.

1.1 Tujuan Penulisan

1.1.1 Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan medical bedah latihan Pernapasan

Pursed Lips Breathing dengan analisa Evidance Based Practice untuk salah

satu intervensi mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan

jalan nafas Dengan Diagnosa Medis Asma Bronkial

1.1.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis masalah keperawatan dengan konsep evidenced based

practice pada pasien asma bronkial.

2. Melakukan analisis salah satu intervensi latihan Pernapasan Pursed Lips

Breathing dengan konsep evidenced based practice pada pasien asma

bronchial.

3. Mampu memaparkan dan menganalisis konsep dan penelitian terkait pada

pasien asma bronkial

4. Mampu menganalisis alternative pemecahan yang dapat dilakukan pada

pasien asma bronchial

1.2 Manfaat Penulisan

5
Manfaat dari penulisan ini antara lain:

1. Pelayanan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber

informasi bagi para perawat dalam penyusunan asuhan keperawatan

pasien dengan asma bronkial khususnya dalam memberikan intervensi

keperawatan bagi pasien.

2. Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru

mengenai asma bronchial serta faktor risikonya yang dikaitkan dengan

kehidupan masyarakat serta tindakan efektif dalam menangani gejala yang

sering timbul pada pasien asma bronkial yaitu ketidakefektifan bersihan

jalan napas.Lebih lanjut dapat dimasukkan dalam praktik langsung kepada

pasien dengan kasus serupa.

3. Penulis selanjutnya

Hasil penulisan ini diharapkan mampu menjadi dasar untuk melakukan

penulisan selanjutnya dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan

napas yang ditemukan pada pasien dengan kasus yang berbeda dan

disesuaikan dengan penelitian terbaru.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asma Bronkial

2.1.1 Definisi

Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang

ditandai dengan adanya menggi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang

dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan

saluran pernapasan. (Infodatin, 2017)

Asma merupakan suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang

menyebabkan peradangan dan penyempitan ini bersifat sementara. Asma

terdiri dari Asma bronkial dan Asma kardial, dimana asma bronkial yaitu

penderita asma bronkial hipersensitif dari hiperaktif terhadap rangsangan dari

luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan lain penyebab alergi,

sedangkan asma kardial asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung

(Nuari dkk, 2015).

Asma adalah suatu penyakit heterogen berupa gangguan inflamasi

kronik saluran nafas yang hiverresponsivitas terhadap bronkus yang ditandai

dengan gejala episodic berulang berupa sesak nafas dan rasa berat di dada

terutama pada malam atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik

dengan atau tanpa pengobatan. (Amin & Hardi, 2016). Beberapa faktor

7
penyebab asma, antara lain umur pasien, status atopi, faktor keturunan, serta

faktor lingkungan.

Asma dibedakan menjadi 2 jenis, (Amin & Hardi, 2016) yakni :

1. Asma Bronkial

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap

rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan

lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga

gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Gangguan asma bronkial juga

bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan

saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan iniakibat berkerutnya otot

polos saluran pernapasan, pembengkaan selaput lendir, dan pembentukan

timbunan lendir yang berlebihan.

2. Asma Kardial

Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial

biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian

ini disebut nocturnal paroxymul dispnea. Biasanya terjadi pada saat

penderita sedang tidur.

2.1.2 Etiologi

Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkaan faktor

autonom, imunologis, infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat

pada berbagai individu. Pengendalian diameter jalan napas dapat dipandang

sebagai suatu keseimbangan gaya neural dan humoral. Aktivitas

bronkokonstriktor neural diperantarai oleh bagian kolinergik sistem saraf

8
otonom. Ujung sensoris vagus pada epitel jalan napas, disebut reseptor batu

atau iritan, tergantung pada lokasinya, mencetuskan refleks arkus cabang

aferens, yang pada ujung eferens merangsang kontraksi otot polos bronkus,

bronkus kemudian bercabang-cabang sampai kurang lebih 25 kali sebelum

mencapai percabangan terkecil yang mempunyai diameter 0,5 mm, berfungsi

menhangatkan, melembabkan, dan membersihkan udara.

1. Faktor genetic

Asma bronchial timbul karena faktor genetic /keturunan dan

lingkungan, asma bronchial tidak dapat timbul semata-mata hanya karena

faktor lingkungan namun juga harus di latar belakangi oleh adanya

bawaan/keturunan yang memiliki asma bronchial. Penderita dengan

penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga menderita

alergi. Jika salah satu orang tua menderita alergi kemungkinan anaknya

menderita alergi 25-50% dan kemungkinan bertambah 50-75% bila kedua

orangtuanya menderita alergi.

2. Faktor Usia

Asma bronchial dapat terjadi pada semua golongan usia, sekitar

setengah kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi

sebelum usia 40 tahun. Pada anak sering timbul pada usia dibawah 4 tahun,

masalah pengobatan timbul justru sesudah usia ini. Karena alas an yang

beum diketahui, serangan asma bronchial pada sebagian besar anak akan

berkurang dan bahkan mengilang . bahwa 60% asma bronchial anak akan

menghilang pada umur 10 tahun , 75-80% menghilang pada usia 14 tahun.

9
Asma bronchial pada orang dewasa dapat merupakan kelanjutan asma

bronchial yang terjadi pada masa kanak-kanak, atau asma bronchial yang

kambuh lagi atau yang memang pertama kali muncul pada usia dewasa

3. Faktor Imunologis

Pada beberapa penderita yang disebut asma ekstrinsik atau alergik,

eksaserbasi terjadi setelah pemaparan terhadap faktor lingkungan seperti

debu rumah, tepungsari, dan ketombe. Bentuk asma adanya instrinsik dan

ekstrinsik. Perbedaan intrinsik dan ekstrinsik mungkun pada hal buatan

(artifisial), karena dasar imun pada jejas mukosa akibat mediator pada

kedua kelompok tersebut. Asma ekstrinsikmungkin dihubungkan dengan

lebih mudahnya mengenali rangsangan pelepasan mediator daripada asma

instrinsik.

4. Faktor Endokrin

Asma dapat lebih buruk dalam hubungannya dengan kehamilan dan

menstruasi, terutama premenstruasi, atau dapat timbul pada saat wanita

menopause. Asma membaik pada beberapa anak saat pubertas.

5. Faktor Psikoloogis

Faktor emosi dapat memicu gejala-gejala pada beberapa anak dan

dewasa yang berpenyakit asma, tetapi “penyimpangan” emosional atau

sifat-sifat perilaku yang dijumpai pad anak asma tidak lebih sering daripada

anak dengan penyakit cacat kronis yang lain.(Nelson, 2013)

2.1.3 Klasifikasi

Keparahan asma juga dapat dinilai secara retrospektif dari tingkat obat

10
yang digunakan untuk mengontrol gejala dan serangan asma. Hal ini dapat

dinilai jika pasien telah menggunakan obat pengontrol untuk beberapa bulan.

Yang perlu dipahami adalah bahwa keparahan asma bukanlah bersifat statis,

namun bisa berubah dari waktu-waktu, dari bulan ke bulan, atau dari tahun ke

tahun, (GINA, 2015) , adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Asma Ringan

Adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau tahap 2,

yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat pengontrol dengan

intensitas rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antogonis

leukotrien, atau kromon, gejala-gejala lebih dari sekali per minggu tetapi

kuran dari satu kali per hari. Eksaserbasi dapat mempengaruhi aktivitas dan

tidur, gejala-gejala di malam hari lebih dari dua kali perbulan, APE > 80%

prediksi, variabilitas APE < 20-30%.

2. Asma Sedang

Adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi

dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah plus long acting

beta agonist (LABA). Gejala-gejala setiap hari, eksaserbasi dapat

mempengaruhi aktivitas dan tidur, gejala-gejala di malam hari lebih dari

dua kali perbulan, APE > 80% prediksi, variabilitas APE > 30%.

3. Asma Berat

Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi

dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long acting

beta agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma yang tidak

11
terkontrol meskipun telah mendapat terapi. Perlu dibedakan antara asma

berat dengan asma tidak terkontrol. Asma yang tidak terkontrol biasnya

disebabkan karena teknik inhalasi yang kurang tepat, kurangnya kepatuhan,

paparan alergen yang berlebih, atau ada komorbiditas. Asma yang tidak

terkontrol relatif bisa membaik dengan pengobatan. Sedangkan asma berat

merujuk pada kondisi asma yang walaupun mendapatkan pengobatan yang

adekuat tetapi sulit mencapai kontrol yang baik. Gejala-gejala setiap hari,

eksaserbasi sering kali , gejala-gejala asma bronchial malam hari sering

sekali, keterbatasan aktivitas fisik, APE < 60% prediksi, variabilitas APE >

30%.

2.1.4 Manifestasi Klinik

Gejala asma bronchial bersifat episodic, seringkali reversible dengan


atau tanpa pengobatan, Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut
Zullies (2016), tanda dan gejala pada penderita asma dibagi menjadi 2, yakni :

1. Stadium Dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol:

a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek terutama pada
malam hari

b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul

c. Wheezing belum ada

d. Belum ada kelainana bentuk thorak

12
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IGE

f. Blood gas analysis (BGA) belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b. Rasa berat di dada

c. Wheezing

d. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

e. Penurunan tekanan parial O2

2. Stadium Lanjut/ Kronik

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah-olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d, Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)

e. Thorak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g. Sianosis

h. Blood gas analysis (BGA) Pa O2 kurang dari 80 %

i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan


kiri

13
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis repiratorik

k. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/ tanpa stetoskop,


batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada seperti
tertekan, ekspirasi memanjang

2.1.5 Patofisiologi

Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap merupakan

penyakit yang disebabkan karena adanya penyempitan bronkus saja, sehingga

terapi utama pada saat itu adalah suatu bronkodilator, seperti betaegonis dan

golongan metil ksantin saja. Namun, para ahli mengemukakan konsep baru

ayng kemudian digunakan hingga kini, yaitu bahwa asma merupakan penyakit

inflamasi pada saluran pernafasan, yang ditandai dengan bronkokonstriksi,

inflamasi, dan respon yang berlebihan terhadap rangsangan

(hyperresponsiveness). Selain itu juga terdapat penghambatan terhadap aliran

udara dan penurunan kecepatan aliran udara akibat penyempitan bronkus.

Akibatnya terjadi hiperinflasi distal, perubahan mekanis paru- paru, dan

meningkatnya kesulitan bernafasan. Selain itu juga dapat terjadi peningkatan

sekresi mukus yang berlebihan (Zullies, 2016).

Secara klasik, asma dibagidalam dua kategori berdasarkan faktor

pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergi dan asma intrinsik atau

idiosinkratik. Asma ekstrinsik mengacu pada asma yang disebabkan karena

menghirup alergen, yang biasanya terjadi pada anak-anak yang memiliki

keluarga dan riwayat penyakit alergi (baik eksim, utikaria atau hay fever).

14
Asma instrinsik mengacu pada asma yang disebabkan oleh karena faktor-

faktordi luar mekanisme imunitas, dan umumnya dijumpai pada orang

dewasa. Disebut juga asma non alergik, di mana pasien tidak memiliki riwayat

alergi. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya asma antara lain : udara

dingin, obat-obatan, stress, dan olahraga. Khusus untuk asma yang dipicu oleh

olahraga. Khusus untuk asma yang dipicu oleh olahraga dikenal dengan istilah

(Zullies, 2016)

Seperti yang telah dikatakan diatas, asma adalah penyakit inflamasi

saluran napas. Meskipun ada berbagai cara untuk menimbulkan suatu respons

inflamasi, baik pada asma ekstrinik maupun instrinsik, tetapi karakteristik

inflamasi pada asma umunya sama, yaitu terjadinya infiltrasi eosinofil dan

limfosit serta terjadi pengelupasan sel-sel epitelial pada saluran nafas dan dan

peningkatan permeabilitas mukosa. Kejadian ini bahkan dapat dijumpai juga

pada penderita asma yang ringan. Pada pasien yang meninggal karena

serangan asma , secara histologis terlihat adana sumbatan (plugs) yang terdiri

dari mukus glikoprotein dan eksudat protein plasma yang memperangkap

debris yang berisi se-sel epitelial yang terkelupas dan sel-sel inflamasi. Selain

itu terlihat adanya penebalan lapisan subepitelial saluran nafas. Respons

inflamasi ini terjadi hampir di sepanjang saluran napas, dan trakea samapi

ujung bronkiolus. Juga terjadi hiperplasia dari kelenjar-kelenjar sel goblet

yang menyebabkan hiperserkesi mukus yang kemudian turut menyumbat

saluran napas (Zullies, 2016)

Penyakit asma melibatkan interaksi yang kompleks antara sel-sel

15
inflamasi, mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran napas. Sel-sel

inflamasi utama yang turut berkontribusi pada rangkaian kejadian pada

serangan asma antara lain adalah sel mast, limfosit, dan eosinofil, sedangkan

mediator inflamasi utama yang terlibat dalam asma adalah histamin,

leukotrein, faktor kemotaktik eosinofil dan beberapa sitokin yaitu : interleukin

(Zullies, 2016)

Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari

meningkatnya responsivitas otot polos bronkus terhadap adanya rangsangan

dari luar, yang disebut alergen. Rangsangan ini kemudian akan memicu

pelepasan berbagai senyawa endogen dari sel mast yang merupakan mediator

inflamasi, yaitu histamin, leukotrien, dan faktor kemotaktik eosinofil.

Histamin dan leukotrien merupakan bronkokonstriktor yang poten, sedangkan

faktorkemotaktik eosinofil bekerja menarik secara kimiawi sel-sel eosinofil

menuju tempat terjadinya peradangan yaitu di bronkus (Zullies, 2016).

2.1.6 Pathway

( Terlampir)

2.1.7 Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan Asma adalah mencapai asma terkontrol

sehingga penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Pada prinsipnya penatalaksanaan asma dibagi

menjadi 2, yaitu : penatalaksanaan asma jangka panjang dan penatalaksanaan

asma akut/saat serangan.

1. Tatalaksana Asma Jangka Panjang

16
Prinsip utama tatalaksana jangka panjang adalah edukasi, obat Asma

(pengontrol dan pelega), dan menjaga kebugaran (senam asma). Obat

pelega diberikan pada saat serangan, obat pengontrol ditujukan untuk

pencegahan serangan dan diberikan dalam jangka panjang dan terus

menerus

2. Tatalaksana Asma Akut pada Anak dan Dewasa

Tujuan tatalaksana serangan Asma akut:

a. Mengatasi gejala serangan asma

b. Mengembalikan fungsi paru ke keadaan sebelum serangan

c. Mencegah terjadinya kekambuhan

d. Mencegah kematian karena serangan asma

Menurut Kusuma (2016), ada program penatalaksanaan asma meliputi 7

komponen, yaitu :

a. Edukasi

Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti.

Edukasi tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga

pihak lain yang membutuhkan energi pemegang keputusan,

pembuat perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.

b. Menilai dan memonitor berat asma secara berkala

Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh

penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal

tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain :

1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan

17
perubahan terapi

2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami

perubahan pada asmanya

3) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu

direview, sehingga membantu penanganan asma terutama asma

mandiri.

a. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus

b. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang

Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit,

disebut sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu

dipertimbangkan :

1) Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala

obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.

2) Tahapan pengobatan

1. Asma Intermiten, medikasi pengontrol harian tidak perlu

sedangakan alternatif lainnya tidak ada.

2. Asma Presisten Ringan, medikasi pengontrol harian

diberikan Glukokortikosteroid ihalasi (200-400 ug Bd/hati

atau ekivalennya), untuk alternati diberikan Teofilin lepas

lambat, kromolin dan leukotriene modifiers.

3. Asma Persisten Sedang, medikasi pengontrol harian

diberikan Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (400-800

18
ug BD/hari atau ekivalennya), untuk alternatifnya diberikan

glukokortikosteroid ihalasi (400-800 ug Bd atau

ekivalennya) ditambah Teofilin dan di tambah agonis beta 2

kerja lama oral, atau Teofilin lepas lambat.

4. Asma Persisten Berat, medikasi pengontrol harian diberikan

ihalasi glukokortikosteroid (> 800 ug Bd atau ekivalennya)

dan agonis beta 2 kerja lama, ditambah 1 antara lain :

Teofilin lepas lambat, Leukotriene, Modifiers,

Glukokortikosteroid oral. Untuk alternatif lainnya

Prednisolo/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mg

ditambah agonis bate 2 kerja lama oral, ditambah Teofilin

lepas lambat.

3) Penanganan asma mandiri

Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat

untuk terjadi kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma.

Rencanakan pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi

penderita, realistik/ memungkinkan bagi penderita dengan maksud

mengontrol asma.

4) Menetapkan pengobatan pada serangan akut

Pengobatan pada serangan akut antara lain : Nebulisasi agonis

beta 2 tiap 4 jam, alternatifnya Agonis beta 2 subcutan, Aminofilin

IV, Adrenalin 1/1000 0,3 ml SK, dan oksigen bila mungkin

Kortikosteroid sistemik

19
5) Kontrol secara teratur

Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang

penting diperhatikan oleh dokter yaitu:

1. Tindak lanjut (follow-up) teratur

2. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penangan lanjut bila

diperlukan

6) Pola Hidup Sehat

1. Meningkatkan kebugaran fisik

Olahraga menghasilkan kebugaran fisik secara umum.

Walaupun terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan

sesudah execrise, akan tetapi tidak berarti penderita EIA dilarang

melakukan olahraga. Senam asma Indonesia (SAI) adalah salah

satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena melatih dan

menguatkan otot-otot pernapasan khususnya, selain manfaat lain

pada olahraga umumnya.

2. Berhenti atau tidak pernah merokok

3. Lingkungan kerja

Kenali lingkungan kerja yang berpotensi dapat

menimbukan asma

2.1.5 Komplikasi

Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka

akan terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks, yaitu

toraks menbungkuk ke depan dan memanjang. Pada foto rontgen toraks

20
terlihat diafragma letaknya rendah, gambaran jantung menyempit, corakan

hilus kiri dan kanan bertambah. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi

bentuk dada burung dara dan tampak sulkus Harrison.

Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat

sehingga dapat terjadi atelektasis pada lobus segmen yang sesuai.

Mediastinum tertarik ke arah atelektasis. Bila atelektasis berlangsung lama

dapat berubah menjadi bronkietasis, dan bila ada infeksi akan terjadi

bronkopneumonia. Serangan asma yang terus menerus dan berlangsung

beberapa hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang biasa

disebut status asmatikus. Bila tidak ditolong dengan semestinya dapat

menyebabkan kematian, kegagalan pernafasan dan kegagalan jantung.

2.1.9 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Ngastiyah (2013), ada beberapa pemeriksaan diagnostik bagi

para penderita asma, antara lain :

1. Uji faal paru

Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai

hasil provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti

perjalanan penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak

flow meter, caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali

(sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut kemudian

menghembuskan dengan kuat) dan dicatat hasil.

2. Foto toraks

Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung

21
pertama kali di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit

lain. Pada pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan

berupa hiperinflasi dan atelectasis

3. Pemeriksaan darah

Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung.

Bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan

uji tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan alergen.

Pemeriksaan Diagnostik Menurut Mubarak, Chayatin, dan Susanto

(2015) pemeriksaan diagnostik pada pasein asma bronchial yaitu :

Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan Sputum

Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma yang

berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi

dari edema mukosa, sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari

perlekatannya. Pewarnaan gram penting untuk melibat adanya bakteri,

cara tersebut kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa

antibiotik (Muttaqin, 2008)

b. Pemeriksaan Darah (Analisa Gas Darah/AGD/astrub)

1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi

hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

3) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3

dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

22
c. Sel Eosinofil

Sel eosinofil pada klien dengan status asmatikus dapat mencapai

1000-1500/mm3 baik asma intrinsik ataupun ekstrinsik, sedangkan hitung

sel eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai

penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat

(Muttaqin, 2008).

4. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu

serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni

radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta

diafragma yang menurun.

5. Pemeriksaan Tes Kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

6. Scanning Paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi

udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

7. Spirometer

Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan diagnosis juga

untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.

8. Peak Flow Meter/PFM

Peak flow meter merupakan alat pengukur faal paru sederhana, alat

tersebut digunakan untuk mengukur jumlah udara yang berasal dari paru.

23
9. X-ray Dada/Thorax

Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan asma.

10. Pemeriksaan IgE

Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya antibodi IgE

spesifik pada kulit. Uji tersebut untuk menyokong anamnesis dan mencari

faktor pencetus. Uji alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab

asma. Pemeriksaan darah IgE Atopi dilakukan dengan cara

radioallergosorbent test (RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak dapat

dilakukan (pada dermographism).

2.2 Konsep Dasar Pursed Lips Breathing

2.2.1 Pengertian Pursed Lips Breathing

Pengertian pursed lip breathing adalah salah satu teknik latihan

pernapasan dengan cara menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara

dengan cara bibir yang lebih dirapatkan dengan waktu ekspirasi yang

dipanjangkan. Pernapasan dengan bibir dirapatkan, yang dapat memperbaiki

transport oksigen, membantu untuk mengontrol pola nafas lambat dan dalam, dan

membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, bahkan dalam keadaan stress

fisik. Tipe pernapasan ini membantu mencegah kolaps jalan sekunder terhadap

kehilangan elastisitas paru (Smeltzer et al.,2013)

Pursed Lips Breathing(PLB) Merupakan latihan pernafasan yang terdiri

dari dua mekanisme, yaitu menarik nafas (Inspirasi) dengan mulut tertutup

beberapa detik melalui hidung serta mengeluarkan nafas (ekspirasi) perlahan-

lahan melalui mulut dengan pola mengerucutkan bibir seperti posisi bersiul

24
(Hudak & Gallo, 2011).

2.2.2 Tujuan Pursed Lip Breathing

Tujuan pursed lip breathing untuk memperpanjang pernapasan dan

meningkatkan tekanan jalan nafas selama eskpirasi sehingga dapat mengurangi

jumlah udara yang terperangkap dan mengurangi hambatan jalan napas,

membantu pasien dalam memperbaiki transpor oksigen, mengatur pola nafas

lambat dan dalam, membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, dan

mencegah kolaps alveoli (Smeltzer et al., 2013).

Pursed lip breathing dapat meningkatkan aliran udara ekshalasi dan

mempertahankan kepatenan jalan napas yang kolaps selama ekhalasi. Proses ini

membantu menurunkan pengeluaran udara yang terjebak sehingga dapat

mengontrol ekspirasi dan memfasilitasi pengosongan alveoli secara maksimal

(Khasanah 2013)

2.2.3 Teknik Pursed Lip Breathing

Pursed lips breathing dapat dilakukan dalam dua keadaan yakni dalam

keadaan tidur dan duduk dengan menghirup udara dari hidung dan mengeluarkan

udara dari mulut dengan mengatupkan bibir (Smeltzer et al., 2013).

Berikut adalah langkah-langkah melakukan pursed lips breathing (Smeltzer et al.,

2013) :

a. Anjurkan pasien untuk rileks dan berikan posisi yang nyaman.

b. Berikan instruksi pada pasien untuk menghirup nafas melalui hidung

sambil melibatkan otot otot abdomen menghitung sampai 3 seperti saat

menghirup wangi dari bunga mawar.

25
c. Berikan instruksi pada pasien untuk menghembuskan dengan lambat dan

rata melalui bibir yang dirapatkan sambil mengencangkan otot-otot

abdomen (merapatkan bibir meningkatkan tekanan intratrakeal .

menghembuskan melalui mulut memberikan tahanan lebih sedikit pada

udara yang dihembuskan).

d. Hitung hingga 7 sambil memperpanjang ekspirasi melalui bibir yang

dirapatkan seperti sedang meniup lilin.

Melakukan pursed lips breathing sambil duduk:

a. Anjurkan pasien untuk duduk dengan rileks.

b. Anjurkan pada pasien untuk melipat tangan di atas abdomen.

c. Berikan instruksi pada pasien untuk menghirup nafas melalui hidung

sampai hitungan 3 dan hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan

sambil menghitung hingga hitungan 7 (Smeltzer et al., 2013)

2.2.4 Mekanisme Pursed Lip Breathing

Pursed lip breathing merupakan latihan pernapasan yang menekankan

pada proses ekspirasi yang dilakukan secara tenang dan rileks dengan tujuan

untuk mempermudah proses pengeluaran udara yang terjebak oleh saluran napas

(Potter and Perry 2010). Pursed lip breathing terdiri dari dua mekanisme yaitu

inspirasi secara dalam serta ekspirasi aktif dalam dan panjang. Proses ekspirasi

secara normal merupakan proses mengeluarkan nafas tanpa menggunakan energi

berlebih, namun pada teknik pursed lip breathing akan melibatkan proses

ekspirasi secara aktif dan panjang.

26
Inspirasi dalam dan ekspirasi panjang pada teknik pursed lip ini akan

membantu meningkatkan kekuatan kontraksi otot intra abdomen. Kekuatan otot

intra abdomen meningkat akan menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat

melebihi pada saat ekspirasi pasif. Tekanan intra abdomen yang meningkat lebih

kuat akan meningkatkan pergerakan diafragma ke atas dan membuat rongga

thorak semakin mengecil. Rongga thorak yang semakin mengecil ini

menyebabkan tekanan intra alveolus semakin meningkat sehingga melebihi

tekanan udara atmosfer. Kondisi tersebut akan menyebabkan udara dapat dengan

mudah mengalir keluar dari paru ke atmosfer. Ekspirasi panjang saat bernafas

pursed lip breathing juga akan menyebabkan obstruksi jalan nafas dihilangkan

sehingga resistensi pernafasan menurun. Penurunan resistensi pernafasan akan

memperlancar udara yang dihirup dan dihembuskan sehingga akan mengurangi

sesak nafas (Smeltzer et al., 2013).

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian Keperawatan dilakukan pada pasien asma bronkial menurut

Wijaya & Putri (2013) dan Priscilla, Karen, Gerene (2016) meliputi :

a. Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin ras dll

b. Informasi dan diagnosa medik yang penting

c. Data riwayat kesehatan

d. Riwayat kesehatan masa lalu

1. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya

27
2. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor

lingkungan

e. Riwayat kesehatan sekarang

1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat

tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas

2) Sesak setelah melakukan aktivitas / menghadapi suatu krisis

emosional

3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu

4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.

f. Riwayat kesehatan keluarga

1) Riwayat keluarga yang mengalami asma

2) Riwayat keluarga positif menderita penyakit alergi, seperti rinitis

alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain.

g. Pemeriksaan fisik : tingkat distres yang tampak ,tanda-tanda vital,

kecepatan pernapasan dan ekskursi, suara napas di seluruh lapang paru,

nadi apikal.

h. Pemeriksaan diagnostik meliputi volume ekspirasi paksa, kecepatan aliran

ekspirasi puncak, gas darah.

i. Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alcohol

2. Pola nutrisi dan metabolisme

28
Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah, frekuensi dan

kuantitas makan dan minum, berat badan sebelum dan sesudah sakit

3. Pola eliminasi

Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB, bagaimana kuantitas apakah

timbul nyeri

4. Pola aktivitas dan latihan

Menggunakan table aktifitas meliputi makan, mandi, berpakaian,

eliminasi, mobilisasi, di tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik

tangga

5. Pola tidur dan istirahat

Biasanya pasien mengalami kesukaran untuk istirahat karena

kesulitan bernafas

6. Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena pasien mengalami

nyeri ulu hati dan sesak nafas

7. Pola persepsi dan konsep diri

Pasien merasa lemas, kurang kooperatif.

8. Pola sensori dan kognitif

Adakah gangguan pengelihatan, pendengaran (panca indra)

9. Pola reproduksi seksual

Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat nyeri yang

dirasakan dan kesulitan untuk tidur

29
10. Pola penanggulangan stress

Pasien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah

karena proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Pasien biasanya jarang melakukan ibadah karena lemas yang

dirasakan

2.3.2 Diagnosa keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme

jalan nafas ditandai pasien tampak sesak,wheezing

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot

pernafasan ditandai dengan pasien tampak sesak,nyeri pada ulu hati

c. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita ditandai

dengan pasien pasien tampak gelisah

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebih

e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan factor-faktor pencetus asma

ditandai dengan pasien tampak bingung

f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen

2.3.3 Intervensi keperawatan


Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

30
1 Ketidakefektifan NOC NIC
bersihan jalan nafas 1. Respiratory status: 1. Monitor respirasi dan
Definisi : ventilation status O2
ketidakmampuan untuk 2. Respiratory status: 2. Auskultasi suara nafas,
membersihkan sekresi airway patency catat adanya suara
atau obstruksi dari Kriteria Hasil : tambahan
saluran pernapasan untuk 1. Mendemonstrasikan 3. Posisikan pasien untuk
mempertahankan batuk efektif dan memaksimalkan
kebersihan jalan nafas. suara nafas yang ventilasi
Batasan Karakteristik : bersih, tidak ada 4. Lakukan fisoterapi
a. Tidak ada batuk sianosis dan dyspnea dada jika perlu
b. Suara nafas (mampu 5. Ajarkan pasien cara
tambahan mengeluarkan mengeluarkan 31ecret
c. Perubahan sputum, mampu dengan batuk efektif
frekuensi napas bernafas dengan 6. Kolaborasi dalam
d. Perubahan irama mudah, tidak ada pemberian therapy
nafas pursed lips)
e. Sianosis 2. Menunjukkan jalan
f. Kesulitan nafas yang paten
berbicara atau (klien tidak merasa
mengeluarkan tercekik, irama nafas,
siara frekuensi pernafasan
g. Penurunan bunyi dalam rentang
nafas normal, tidak ada
h. Dispneu suara nafas abnormal)
i. Gelisah 3. Mampu
Faktor-faktor yang mengidentifikasikan
berhubungan : dan mencegah factor
Lingkungan : yang dapat

31
a. Perokok pasif menghambat jalan
b. Menghisap asap nafas
c. Merokok
Obstruksi jalan nafas :
a. Spasme jalan
nafas
b. Mokus dalam
jumlah berlebihan
c. Eksudat dalam
jdwal alveoli
d. Adanya jalan
napas buatan
e. Sekresi dalam
bronki
Fisiologis :
a. Jalan nafas
alergik
b. Asma
c. Penyakit paru
obstruktif kronik
d. Disfungi
neuromuskular

2 Ketidakefektifan pola
nafas NOC NIC
Definisi : inspirasi 1. Respiratory status : 1. Monitor vital sign
dan/ekspirasi yang tidak Ventilation 2. Monitor respirasi dan
memberi ventilasi 2. Respiratory status : status O2

32
Batasan karakteristik : Airway patency 3. Auskultasi suara nafas,
a. Perubahan kedalaman 3. Vital sign Status catat adanya suara
pernapasan Kriteria Hasil: tambahan
b. Perubaan ekskursi 1. Mendemonstrasikan 4. Posisikan pasien untuk
dada batuk efektif dan memaksimalkanventilas
c. Bradipneu suara nafas yang 5. Informasikan pada
d. Penurunan tekanan bersih, tidak ada pasien dan keluarga
ekspirasi sianosis dan dyspneu tentang tehnik relaksasi
e. Penurunan ventilasi (mampu untuk memperbaiki pola
semenit mengeluarkan nafas.
f. Dipneu sputum, mampu 6. Kolaborasi dalam
g. Pernapasan cuping bernafas dg mudah, pemberian therapy
hidung tidakada pursed lips)
h. Takipneu 2. Menunjukkan jalan
Faktor yang nafas yang paten
berhubungan : (klien tidak merasa
a. Ansietas tercekik, irama nafas,
b. Deformitas tulang frekuensi pernafasan
c. Deformitas dinding dalam rentang
dada normal, tidak ada
d. Keletihan suara nafas abnormal)
e. Hiperventilasi 3. Tanda Tanda vital
f. Sindrom dalam rentang normal
hipoventilasi (tekanan darah, nadi,
g. Gangguan pernafasan)
muskuloskeletal
3 Ansietas NOC NIC
Definisi : perasaan tidak a. Anxiety self-control Anxiety Reduction
nyaman atau kekawatiran b. Anxiety level (penurunan kecemasan)

33
yang samar disertai c. Coping a. Gunakan pendekatan
respon autonom, Kriteria Hasil : yang menenangkan
perasaan takut yang a. Klien mampu b. Nyatakan dengan jelas
disebabkan oleh mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
antisipasi terhadap dan mengungkapkan pasien
bahaya. gejala cemas c. Jelaskan semua
Batasan Karakteristik : b. Mengidentifikasi, prosedur dan apa yang
a. Penurunan mengugkapkan dan dirasakan selama
produktivitas menunjukkan tehnik prosedur
b. Gerakan yang untuk mengontrol d. Pahami prespektif
ireleven cemas pasien terhadap situasi
c. Gelisah c. Vitak sign dalam stres
d. Melihat sepintas batas normal e. Temani pasien untuk
e. Insomnia d. Postur tubuh, memberikan keamanan
f. Kontak mata yang ekspresi wajah, dan mengurangi takut
buruk bahsa tubuh dan f. Dorong keluarga untuk
g. Mengekspresikan tingkat aktivitas menemani anak
kekawatiran karena menunjukkan g. Lakukan back/neck rub
perubahan dalam berkurangya h. Dengarkan dengan
peristiwa hidup kecemasan penuh perhatian
h. Agitasi i. Identifikasi tingkat
Affektif kecemasan
a. Gelisah, distress j. Bantu pasien mengenal
b. Kesedihan yang situasi yang
mendalam menimbulkan
c. Ketakutan perasaan kecemasan
tidak adekuat k. Dorong pasien untuk
d. Berfokus pada diri mengungkapkan
sendiri perasaan, ketakutan,

34
Fisiologis persepsi
a. Wajah tegang, tremor l. Instruksikan pasien
tangan menggunakan tehnik
b. Peningkatan keringat relaksasi
c. Suara bergetar m. Berikan obat untuk
Simpatik mengurangi kecemasan
a. Anoreksia
b. Eksitasi
kardiovaskuler
c. Diare, mulut kering
d. Jantung berdebar-
debar
e. Peningkatan TD
f. Peningkatan Nadi
Parasimpatik
a. Nyeri abdomen
b. Penurunan TD
c. Penurunan denyut
nadi
Kognitif
a. Menyadari gejala
fisiologis
b. Penurunan lapang
persepsi
c. Kesulitan
berkonsentrasi
Faktor yang
berhubungan :
a. Perubahan dalam

35
(status ekonomi,
lingkungan, status
kesehatan, pola
interaksi, fungsi
peran, status peran)
b. Pemajanan toksin
c. Herediter
d. Infeksi
e. Stres ancaman
kematian
f. Kebutuhan yang
tidak terpenuhi

a
a

a.

4 Gangguan pola tidur NOC NIC


Definisi : gangguan 1. anxiety reduction 1. Determinasi efek-efek
kualitas dan kuantitas 2. Comfort level medikasi terhadap pola
waktu tidur akibat faktor 3. pain level tidur
eksternal 4. Rest : Extent and 2. Ciptakan lingkungan
Batasan Karakteristik : Pattern yang nyaman
a. Perubahan pola 5. Sleep : Extent ang 3. Fasilitasi untuk
tidur normal Pattern mempertahankan
b. Penurunan Kriteria Hasil: aktivitas sebelum tidur
kemampuan a. Jumlah jam tidur (membaca)

36
berfungsi dalam batas normal 4. Jelaskan pentingnya
c. Ketidakpuasan b. Pola tidur,kualitas tidur yang adekuat
tidur dalam batas normal 5. Kolaburasi pemberian
d. Menyatakan c. Perasaan fresh obat tidur
sering terjaga sesudah tidur/istirahat
e. Menyatakan tidak d. Mampu
merasa cukup mengidentifikasi hal-
istirahat hal yang
Faktor yang meningkatkan tidur
berhubungan :
a. Kelembaban
lingkungan
sekitar
b. Suhu lingkungan
sekitar
c. Tanggung jawab
memberi asuhan
d. Perubahan
pejanan terhadap
cahaya gelap
e. Kurang kontrol
tidur
f. Kurang privasi,
pencahayaan
g. Bisinh, bau gas
h. Restrain fisik,
teman tidur
5 Defisit pengetahuan NOC NIC
Definisi : ketiadaan atau 1. Kowlwdge : disease 1. Kaji tingkat pengetahuan

37
defisiensi informasi process pasien dan keluarga
kognitif yang berkaitan 2. Kowledge : health 2. Jelaskan patofisiologi
dengan topik tertentu. Behavior dari penyakit dan
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil: bagaimana hal ini
a. Perilaku a. Pasien dan keluarga berhubungan dengan
hiperbola menyatakan anatomi dan fisiologi,
b. Ketidakakuratan pemahaman tentang dengan cara yang tepat.
mengikuti penyakit, kondisi, 3. Gambarkan tanda dan
perintah prognosis dan gejala yang biasa muncul
c. Perilaku tidak program pengobatan pada penyakit, dengan
tepat b. Pasien dan keluarga cara yang tepat
d. Pengungkapan mampu melaksanakan 4. Gambarkan proses
masalah prosedur yang penyakit, dengan cara
Faktor yang dijelaskan secara yang tepat
berhubungan : benar
a. Keterbatasan c. Pasien dan keluarga
kognitif mampu menjelaskan
b. Salah intepretasi kembali apa yang
informasi dijelaskan
c. Kurang pajanan perawat/tim kesehatan
d. Kurang minat lainnya
dalam belajar
e. Kurang tepat
mengingat
f. Tidak familier
dengan sumber
informasi
6 Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : - Perawatan diri: 1. Kaji adanya faktor

38
ketidakcukupan energi ADLs yang menyebabkan
psikologis atau - Konservasi eneergi kelelahan
menyeselesaikan aktifitas Kriteria Hasil : 2. Monitor nutrisi dan
kehidupan sehari-hari. a. Berpartisipasi dalam sumber energi yang
aktivitas fisik tanpa adekuat
disertai peningkatan 3. Monitor respon
tekanan darah, nadi kardiovaskuler
dan RR terhadap aktivitas
b. Mampu melakukan (takikardi, disritmia,
aktivitas sehari hari sesak nafas, diaporesis,
(ADLs) secara pucat, perubahan
mandiri hemodinamik)
c. Keseimbangan 4. Kolaborasikan dengan
aktivitas dan istirahat Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
5. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
6. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
7. Bantu untuk
mendapatkan alat

39
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek

2.3.4 Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan, implementasi

merupakan tahap pengerjaan atau tindakan dari intervensi yang telah di

susun.tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang dilakukan

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana keperawatan tercapai

40
BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Pada bab ini akan diuraikan tentang asuhan keperawatan pada Tn.A

dengan pemberian latihan pernapasan Pursed Lips Breathing untuk mengatasi

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien asma bronchial di Ruang Anggrek

RSAD TK II Udayana yang dilakukan pada tanggal 3 Desember 2019. Asuhan

41
keperawatan ini dilakukan dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

3.1 Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di Ruang Anggrek RSAD

TK II Udayana didapatkan data terkait identitas pasien dan keluarga pada

tanggal 3 Desember 2019 pada pukul 07.00 wita yaitu pasien atas nama Tn.A,

berusia 41 tahun beragama Kristen dan memiliki pekerjaan sebagai karyawan

swasta . Pasien tinggal di Jl. Imam Bonjol, Gg Rahayu No 11 Denpasar. Pasien

merupakan kepala keluarga yang tinggal bersama anak dan istrinya. Saat

pengkajian pasien mengatakan bahwa mual dan muntah 1 kali berwarna

kecoklatan, BAK hitam seperti kopi, sesak nafas, batuk, dan nyeri pada ulu

hatinya, pasien mengatakan sesak nafas sudah sejak 4 hari yang lalu, pasien

mengatakan pada tanggal 2 desember 2019 pasien dibawa ke rumah sakit Surya

Husada dan pada tanggal 3 desember 2019 jam 02.00 wita pasien dirujuk ke

rumah sakit TK II UDAYANA selanjutnya pasien dirawat inap di ruang

anggreek Rumah Sakit TK II UDAYANA.

Saat pengkajian didapatkan data bahwa kesadaran pasien composmentis

dan saat ini keluhan utama yang dirasakan yaitu pasien mengeluh sesak nafas.
o
GCS : E4V5M6, tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi: 88x/ menit, suhu : 38,5 C,

respirasi : 26x/ menit.

3.1.1 Pola Fungsi Kesehatan Gordon

a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan

42
Pasien mengatakan penyakit yang diderita merupakan penyakit medis

dan untuk mengatasinya pasien segera berobat ke dokter dan apabila

tidak sembuh pasien langsung dibawa ke rumah sakit untuk

mendapatkan perawatan lebih lanjut.

b. Pola Nutrisi-Metabolik

Sebelum sakit:

Pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur, dan

daging, juga pasien minum air ± 6 gelas setiap harinya.

Saat sakit:

Pasien mengatakan setelah sakit dan dirawat dirumah sakit pasien

dianjurkan untk puasa karena untuk mengetahui hasil gula darahnya,

setelah selesai puasa pasien makan habis 1 porsi makanan rumah sakit

dan minum air ± 4 gelas setiap harinya.

c. Pola Eleminasi

Sebelum sakit:

BAB : Pasien mengatakan BAB seperti biasa 1 kali sehari dengan

konsistensi lembek dengan warna kecoklatan dan berbau khas feses.

BAK : Pasien mengatakan BAK 4 kali sehari dengan warna kencing

kuning jernih dan berbau khas urine.

Saat sakit:

BAB : Pasien mengatakan sempat BAB dengan warna feses hitam

seperti kopi dengan konsistensi keras.

43
BAK : Pasien mengatakan BAK tidak terdapat masalah, pasien BAK

seperti biasanya sama seperti sebelum sakit.

d. Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum Sakit : Pasien mengatakan sebelum pasien sakit pasien aktif

beraktifitas dan bekerja tanpa memerlukan bantuan dari orang lain.

Saat Sakit : Pasien mengatakan aktivitasnya terganggu dan

memerlukan bantuan dari orang lain, karena kondisinya lemah dan

harus beristirahat di tempat tidur.

Tabel 3.1
Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan 0 1 2 3 4

perawatan diri

Makan dan minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

44
Berpindah √

0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain

dan alat, 4 : tergantung total

e. Pola Kognitif dan Persepsi

Pasien mengatakan pasien tahu tentang penyakitnya setelah diberikan

penjelasan oleh dokter dan perawat yang merawatnya.

f. Pola Persepsi Konsep Diri

Citra tubuh:

Pasien mengatakan selalu mensyukuri semua bagian tubuhnya.

Harga diri:

Pasien mengatakan percaya diri dengan keadaanya

Ideal diri:

Pasien mengatakan ingin cepat pulih dan bisa beraktivitas normal

Peran diri:

Pasien mengatakan memiiki tanggung jawab menafkahi keluarganya

Identitas diri:

Pasien adalah seorang kepala keluarga yang memiliki istri dan anak

g. Pola Tidur dan Istirahat

Sebelum sakit:

Pasien mengatakan biasa tidur 8 – 10 jam perhari dengan kualitas tidur

yang nyenyak.

Saat sakit:

45
Pasien mengatakan saat sakit kualitas tidur terganggu dan berkurang

karena pasien merasaan nyeri pada uluhatinya dan sesak nafas serta

batuk yang dirasakan.

h. Pola Peran – Hubungan

Sebelum sakit:

Pasien mengatakan sebelum sakit komunikasi dan hubungan dengan

semua anggota keluarga baik, pasien berperan sebagai anak dan suami.

Saat sakit:

Pasien mengatakan tetap menjalin komunikasi dan hubungan dengan

keluarga, maupun temannya, hal ini di buktikan dengan banyak teman

dan keluarga menjenguk di rumah sakit.

i. Pola Seksual – Reproduksi

Sebelum sakit:

Pasien mengatakan sudah menikah dan mempunyai anak

Saat sakit:

Tidak terkaji

j. Pola Nilai – Kepercayaan

Pasien mengatakan tidak menyalahkan tuhan atas apa yang terjadi

pada dirinya, sebelum sakit pasien rajin sembahyang ke gereja terdekat

dirumahnya dan selalu berdoa agar selalu diberikan kesehatan.

3.1.2 Pemerisaan Fisik

a. Keadaan Umum: Lemah

GCS : E: 4 V: 5 M: 6

46
b. Tanda Vital

S: 38,5 0C, Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 88 x/menit,

Respirasi: 26 x/menit

c. Kepala

I: Bentuk kepala normacepali, persebaran rambut merata, tidak

terdapat ketombe, warna rambut hitam, kondisi rambut bersih. Tida

ada lesi pada kepala, kulit kepala bersih

P: Tidak terdapat nyeri tekan pada kepala.

d. Mata

I : Kedua mata simetris, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat lesi

pada mata konjungtiva anemis,sklera aninterik, pergerakan bola mata

normal

P: Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua mata

e. Hidung

I: Lubang hidung simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat secret,

terdapat pernapasan cuping hidung.

P: Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung

f. Telinga

I: Kedua telinga simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat lesi

pada telinga, kondisi teinga bagus dan bersih.

P: Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua telinga

g. Mulut

47
I: Mulut tampak bersih, tidak terdapat stomatitis, kondisi bibir kering,

tidak terdapat lesi pada mulut.

P: Tidak terdapat nyeri tekan pada mulut

h. Leher

I: Tidak ada lesi pada leher, tidak terdapat benjolan, tidak terdapat

pembesaran pada vena jugularis

P: Tidak terdapat nyeri tekan pada leher

i. Dada dan Punggung

I: Tidak terdapat kelainan bentuk dada, tidak terdapat lesi dan jejas

P: Terdapat nyeri tekan pada dada pasien

P: Suara perkusi hipersonor

A: Suara nafas weezing atau mengi

j. Abdomen

I: Tidak terdapat luka, jejas pada perut, tidak terdapat distensi pada

perut

A: Paristaltik usus 15x /menit

P: Suara perkusi timpani pada kesembilan kuadran

P: Tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen

k. Ekstremitas

Atas:

I: Pada tangan kiri pasien terpasang infus

P: Tidak terdapat nyeri tekan pada tangan kanan dan kiri pasien

48
Bawah

I: Kaki kiri dan kanan simetris tidak terdapat lesi

P: Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua kaki

l. Genetalia

Pasien berjenis kelamin laki-laki

m. Anus

Tidak terkaji

3.1.3 Data Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik):

Data laboratorium yang berhubungan tanggal 03 Desember 2019

Tabel 3.2
Data laboratorium
Jenis Hasil satuan Nilai Rujukan

pemeriksaan

WBC 10,87 10^3/uL 3,8 – 10,6

Eosinofil 0,0 % 2,0 – 4,0

HGB 11,4 g/dL 13,2 – 17,3

HCT 32,7 % 40,0 – 52,0

Neutrofil 76,6 % 50,0 - 70,0

Limfosit 12,8 % 25,0 - 40,0

Monosit 10,4 % 2,0 - 8,0

RBC 3,64 10^6/uL 4,4 - 5,9

49
4. Therapi

Tabel 3.3
Terapi pasien

No. Tanggal awal Nama Dosis Rate

diberikan

1 03 desember IVFD 20 tpm IV

2019

2 03 desember Ondansentron 2x 1 Tablet Oral

2019

3 03 desember Cefftriaxone 2x1,1 Gram IV

2019

4 04 desember Ventolin 2x1 Inhaler

2019

5 03 desember Oksigen 4 liter Inhaler

2019

6 04 desember Paracetamol 2x1, 500mg Oral

2019

50
3.2 Analisa Data

Tabel 3.4
Analisa Data

Data Etiologi Masalah Kolaboratif /


Keperawatan
DS : Pasien mengatakan sesak, batuk Merokok
dan mengeluh nyeri pada ulu Ketidakefektifan Bersihan Jalan
hatinya. Nafas
Respon dinding bronkus
DO :
1. Keadaan umum pasien lemah
Hipersekret Mukosa
2. Batuk
3. Pasien tampak sesak dengan
Penumpukan Secret kental
respirasi 26 x/menit
4. Pasien tampak meringis
Secret tidak bisa keluar
kesakitan dengan skala nyeri
4
Menyumbat Jalan Nafas
5. Perkusi paru hipersonor
6. Auskultasi suara paru
Ketidakefektifan bersihan jalan
wheezing
nafas
7. Ttv : TD : 120/80 mmHg
N : 88 x / menit

51
S : 38,5 ⁰C
RR : 26 x / menit

3.3 Tabel Daftar Masalah Kolaboratif / Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.5
Diagnosa keperawatan

No. Hari/ Tanggal/ Jam Diagnosa Keperawatan Tanggal dan Jam Teratasi
Ditemukan
1 Selasa/03 Desember 2019 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d 05 Desember 2019 /16.00
/11.30 Wita spasme jalan nafas d.d pasien tampak Wita
sesak, batuk, nyeri pada ulu hati.

52
3.4 Perencanaan

Tabel 3.6
Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi keadaan 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24 keadaan umum
bersihan jalan nafas b.d umum pasien
jam diharapkan pasien
spasme jalan nafas d.d ketidakefektifan bersihan 2. Observasi TTV 2. Untuk mengetahui
jalan nafas dapat teratasi TTV dalam batas
pasien tampak sesak, pasien
dengan kriteria hasil : normal
batuk, nyeri pada ulu 1. Pasien tidak 3. Berikan oksigenasi 3. Untuk mengurangi
mengeluh sesak, sesak pasien
hati 4. Anjurkan pasien
batuk dan nyeri ulu 4. Untuk melatih
hati teknik teknik pernafasan
2. TTV dalam batas 5. Untuk
nonfarmakologi(puse
normal: mengencerkan
Td : 120/80 mmHg d lips breathing) dahak
N : 80 x/menit
5. Kolaborasikan
Rr : 20 x/menit
S : 36⁰C dengan pemberian
3. Suara nafas normal
Nebulizer

53
3.5 Implementasi

Tabel 3.6
Implementasi Keperawatan
Hari/tgl/ Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi Nama dan
jam TTD
Selasa 1 Mengobservasi keadaan umum pasien Ds : Pasien mengatakan lemah Sumar
3-12-19 Do: Pasien tampak lemah berbaring di
09.00 tempat tidur
Wita

1 Mengobservasi TTV pasien Ds:Pasien mengatakan sesak, batuk Sumar


berdahak, dan merasa badanya panas
Do:Pasien tampak sesak, akral teraba
hangat
TTV: TD :120/80 mmHg
N : 88x/menit
S :38,5⁰C
RR :26x/menit

9.20 1 Memberikan terapi oksigen Sumar


menggunakan nasal canul dengan Ds:Pasien mengatakan mau dipasang
aliran oksigen 4 liter oksigen
Do:Oksigen terpasang dihudung pasien,
pasien tampak menghirupnya

10.00 1 Mengajarkan teknik non farmakologi Sumar

54
(pused lips breathing) Ds:Pasien mengatakan sesak nafas
Do:Pasien mampu mengikuti instruksi yang
diberikan
13.00 1 Memberikan nebulizer dengan obat Sumar
ventolin 2,5 mg dengan posisi semi Ds:Pasien mengatakan mau di nebulizer
fowler Do:Pasien tampak menghirup obat
nebulizer dan memperbaiki posisi
15.00 1 Mengobservasi keadaan umum pasien Sumar
Ds : Pasien mengatakan lemah
Do: Pasien tampak lemah berbaring di
tempat tidur
17.00 1 Mengobservasi TTV pasien Sumar
Ds:Pasien mengatakan sesak, batuk
berdahak, dan merasa badanya panas
Do:Pasien tampak sesak, akral teraba
hangat
TTV: TD :120/80 mmHg
N : 88x/menit
S :38,5⁰C
19.00 1 Memberikan terapi oksigen RR :26x/menit Sumar
menggunakan nasal canul dengan
aliran oksigen 4 liter Ds:Pasien mengatakan mau dipasang
oksigen
Do:Oksigen terpasang dihidung pasien,
20.00 1 Mengajarkan teknik non farmakologi pasien tampak menghirupnya Sumar
(pused lips breathing)
Ds:Pasien mengatakan sesak nafas
Do:Pasien mampu mengikuti instruksi yang
Memberikan nebulizer dengan obat diberikan
ventolin 2,5 mg dengan posisi semi
22.00 1 fowler Sumar

55
Mengobservasi keadaan umum pasien Ds:Pasien mengatakan mau di nebulizer
Do:Pasien tampak menghirup obat
Rabu 1 nebulizer dan memperbaiki posisi Sumar
4-12-19
02.00 Ds Pasien mengatakan masih lemah
Wita Mengobservasi TTV pasien Do :Pasien tampak masihlemah berbaring
di tempat tidur
05.00 1 Sumar

Ds:Pasien mengatakan masih sesak, batuk


berdahak, dan merasa badanya panas
Do:Pasien tampak sesak, akral teraba
hangat
Mengobservasi keadaan umum pasien TTV: TD :120/80 mmHg
N : 85x/menit
07.00 1 S :38⁰C Sumar
Memberikan nebulizer dengan obat RR :23x/menit
ventolin 2,5 mg dengan posisi semi
10.00 1 fowler Ds Pasien mengatakan masih lemah Sumar
Do :Pasien tampak masihlemah berbaring
Mengajarkan teknik non farmakologi di tempat tidur
(pused lips breathing) Ds:Pasien mengatakan mau di nebulizer
15.00 1 Do:Pasien tampak menghirup obat Sumar
Memberikan nebulizer dengan obat nebulizer dan memperbaiki posisi
ventolin 2,5 mg dengan posisi semi
16.10 1 fowler Ds:Pasien mengatakan sesak berkurang Sumar
Do:Pasien mampu mengikuti instruksi yang
Mengobservasi keadaan umum pasien diberikan
Ds:Pasien mengatakan masih sesak
18.00 1 Do:Pasien tampak memperbaiki posisi dan Sumar

56
tampak menghirup uap dari nebulizer
Mengobservasi TTV pasien
Ds Pasien mengatakan merasa baikan dari
20.00 1 sebelumnya Sumar
Do :Pasien tampak tidak lemah lagi

Ds:Pasien mengatakan sesak, batuk


berdahak, sudah berkurang dan merasa
badanya tidak panas lagi
Mengobservasi keadaan umum pasien Do:Pasien tampak rileks
TTV: TD :110/80 mmHg
24.00 1 N : 80x/menit Sumar
S :37⁰C
Mengobservasi TTV pasien RR :22x/menit
Ds Pasien mengatakan merasa baikan dari
Kamis 1 sebelumnya Sumar
5-12-19 Do :Pasien tampak tidak lemah lagi
09.00
Wita Ds:Pasien mengatakan sesak, batuk
berdahak, sudah berkurang dan merasa
badanya tidak panas lagi
Do:Pasien tampak rileks
Mengajarkan teknik non farmakologi TTV: TD :120/80 mmHg
(pused lips breathing) N : 80x/menit
9.30 1 S :37⁰C Sumar
RR :20x/menit

Mengedukasi keluarga pasien tentang Ds:Pasien mengatakan tidak sesak lagi


serangan asma yang kambuh Do:Pasien tampak tidak sesak, pasien tidak
lemah dan merasa lebih baik
11,00 1 Sumar

57
Mengajarkan teknik non farmakologi Ds: Keluarga pasien mengatakan mengerti
(pused lips breathing) tentang penjelasan yang diberikan
Do: Keluarga pasien menyimak apa yang
13.00 1 sedang disampaikan Sumar
Mengedukasi keluarga pasien tentang
serangan asma yang kambuh Ds:Pasien mengatakan tidak sesak lagi
Do:Pasien tampak tidak sesak, pasien tidak
15.00 1 lemah dan merasa lebih baik Sumar

Mengobservasi keadaan umum pasien Ds: Keluarga pasien mengatakan mengerti


tentang penjelasan yang diberikan
Do: Keluarga pasien menyimak apa yang
16.00 1 sedang disampaikan Sumar

Ds Pasien mengatakan merasa baikan dari


sebelumnya
Do :Pasien tampak tidak lemah lagi

3.6 Evaluasi

58
Tabel 3.7
Evaluasi Keperawatan
No. Hari/tgl/ Diagnosa Evaluasi Nama dan
jam TTD
1 Kamis Ketidakefektifan S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak Sumar
5-12-19
bersihan jalan nafas b.d
09.00 O : Keadaan umum baik
Wita spasme jalan nafas d.d TTV dalam batas normal
TD: 120/80 mmHg
pasien tampak sesak,
N: 80x/menit
batuk berdahak, nyeri S: 37⁰C
RR:20x/menit
pada ulu hati
Pasien tampak tenang dan rileks, tidak ada sesak
Suara nafas normal

A : Tujuan tercapai masalah keperawatan teratasi

P : Pertahankan kondisi pasien

59
60
BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang analisis situasi terkait pelaksanaan asuhan

keperawatan pada TN.A dengan mengajarkan teknik pursed lips breathing untuk

mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Ruang Anggrek

RSAD TK II Udayana. Analisis yang dilakukan meliputi profil lahan praktek,

analisis masalah keperawatan, analisis intervensi dan analisis alternative

pemecahan masalah.

4.1 Profil Lahan Praktik

4.1.1. Sejarah RSAD TK II Udayana

Rumah Sakit Tk. II Udayana merupakan Rumah Sakit Militer yang menjadi

Rumah Sakit rujukan tertinggi di lingkungan Kodam IX/Udayana yang

mempunyai tugas pokok yaitu memberikan pelayanan Kesehatan bagi personel

TNI – AD, PNS beserta keluarganya di jajaran Kodam IX/Udayana dan

merupakan Rumah Sakit rujukan dari personel TNI-AU/ TNI-AL/ PNS dan

keluarganya ( Rumah Sakit integrasi). Dalam perjalanannya, Rumah Sakit Tk. II

Udayana mengalami perkembangan dan perubahan baik secara fisik bangunan,

fasilitas kesehatan maupun nama dan status Rumah Sakit.

Rumah Sakit ini memulai perjalanan sejarahnya pada tahun 1950 dimana

terjadi serah terima pemerintahan dari Hindia Belanda kepada pemerintah

Republik Indonesia yang pada saat ini diserahkan kepada Tentara Nasional

Indonesia sehingga terjadi pergantian nama Rumah Sakit dari Palang Merah

61
KNIL menjadi Jawatan Kesehatan Tentara ynag disingkat DKT yang beralamat di

jalan Melati Denpasar (sekarang menjadi Rumah Dinas Kakesdam IX/ Udayana

dan Kantor Koramil Denpasar Timur), sedangkan yang berlokasi di Jalan Thamrin

Denpasar (sekarang merupakan bangunan CV. Gajah Gotra) yang dulu dipakai

sebagai Bangsal Bersalin dan Bangsal Anak. Selama kurun waktu perjalanan

sejarah dari tahun 1950 sampai dengan sekarang Rumah Sakit Tk. II Udayana

mengalami pergantian nama Rumah Sakit dan pergantian Pejabat-pejabat Kepala

Rumah Sakit maupun dilakukan perbaikan / penambahan bangunan baik

bangunan utama/perkantoran, sarana penunjang maupun bangsal perawatan.Dari

perjalanan waktu ke waktu sampai dengan sekarang, Rumah Sakit Tk. II Udayana

mengalami pergantian nama berdasarkan keputusan pimpinan Angkatan Darat,

dimana pergantian dimulai tahun 1950 sampai dengan sekarang, sebagai berikut

1. .Tahun 1950 – 1957 dengan nama Palang Merah KNIL menjadi Dinas
Kesehatan Tentara (DKT).
2. Tahun 1958 – 1963 Perubahan nama dari DKT menjadi Jawatan
Kesehatan Teritorial Tujuh.
3. Tahun 1964 – 1976 Perubahan nama dari Jawatan Kesehatan Teritorial
Tujuh menjadi Rumah Sakit Tentara (RST).
4. Tahun 1977 – 1985 Perubahan nama dari RST menjadi Rumkitdam
XVI/Udayana.
5. Tahun 1985 – 2012 Perubahan nama dari Rumkitdam XVI/Udayana
menjadi Rumah Sakit Tk. III Denpasar.

62
4.1.2. Visi, Misi, Motto dan Tujuan RSAD TK II Udayana

Visi

Menjadikan Rumah Sakit Tk. II Udayana sebagai Rumah Sakit

kebanggaan Prajurit dan Masyarakat Umum dengan penampilan yang

Bersih, Indah, Nyaman dan Aman dengan pelayanan yang Profesional,

Merata dan Memuaskan .

Misi

1. Menjaga kebersihan, keindahan dan kenyamanan dan keamanan Rumah

Sakit.

2. Melengkapi sarana, prasarana dan peralatan Rumah Sakit sesuai dengan

kemajuan IPTEK.

3. Memberikan pelayanan yang Utuh, Terpadu Profesional, Merata, dan

Memuaskan

4. Meningkatkan kwalitas Kopetensi dan Keimanan Personel melalui

pendidikan, pelatihan dan bimbingan Rohani

5. Melaksanakan Fungsi Sosial Rumah Sakit.

Motto

Mengutamakan tindakan pelayanan kesehatan dengan mengacu pada

protap-protap pelayanan dengan konsep patient safety dan pelayanan prima

dengan sentuhan 3 S : senyum, sopan, simpati dan 3 A : attitude, action

attention.

63
4.1.3 Peran Perawat

Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana dapat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dariluar

profesi keperawatan yang bersipat konstan. terdiri dari :

1. Pemberi Asuhan Keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan

perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia

yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan

dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat

ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan

dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan

dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat

perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan

dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

2. Advokat Klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga

dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi

pelayanan atau informasi lain khusunya dalam pengambilan

persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada

pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-

hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak

64
atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk

menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi

akibat kelalaian.

3. Edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan

tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bhkan tindakan

yang diberikankan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien

setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Koordinator

peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan

kebutuan klien.

5. Kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-

lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan

yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam

penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini

dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan

65
pelayanan keperawatan yang diberikan.

7. Peneliti / Pembaharu

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah

sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan

Pada praktik di rumah sakit, pasien yang bernama Tn. A,dirawat di ruang

anggrek RSAD TK II Udayana dengan diagnosa medis yaitu asma bronkial. Tn.A

mengatakan merasa sesak nafas,batuk berdahak, nyeri dada, data obyektif

berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan data kesadaran pasien

composmentis, GCS : E4V5M6, tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi: 86 x/ menit,

suhu : 38,5 oC , respirasi : 26x/ menit, suara nafas wheezing

Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. A adalah Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas b/d spasme jalan nafas, Ketidakefektifan bersihan jalan napas

berhubungan dengan spasme jalan napas: mukus berlebih , karena dengan

terjadinya bronkospasme akan membuat jalan napas menjadi sempit dan ini

diperburuk dengan adanya sekret atau mukus yang berlebihan sehingga penderita

asma akan menjadi tambah sesak napas. Hal ini didukung oleh pendapat daru

Brunner & Sudarth (2002) jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas

sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibandingkan dengan inspirasi,

yang mendorong pasien untuk duduk tegak, menggunakan setiap otot aksesori

pernapasan sehingga meyebabkan perasaan nyeri dan berat pada dada,

66
penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang

dapat menyebabkan penderita asma kelelahan dan nyeri pada saat bernapas ketika

serangan atau katika beraktivitas.

Hal ini sejalan dengan penelitian Firdausiyah (2018) dengan judul

penelitian “ Asuhan Keperawatan pada Ny M Dengan Asma Bronchial Yang

Mengalami Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di

Ruang Melati RSUD Rr Haryoto Lumajang Tahun 2018” penelitian ini

mengangkat masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada

pasien asma bronchial dimana Ny. M Dari pengkajian yang di dapat pasien

mengeluh sesak nafas yang hebat , batuk yang disertai dahak, dan terdengar suara

wheezing, terjadi ketidakmampuan membersihkan sekresi dan obstruksi dari

saluran nafas, frekuensi pernafasan Ny. M adalah 26x/menit.

4.3 Analisis Salah Satu Intervensi Dengan Konsep Evidance Based Practice

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada Tn.A dengan diagnosa

medis Asma Bronchial, maka salah satu intervensi yang dapat diberikan adalah

Terapi non farmakologis yang umumnya digunakan untuk pengelolaan asma

adalah dengan melakukan terapi pernapasan. Terapi pernapasan bertujuan untuk

melatih cara bernapas yang benar, melenturkan dan memperkuat otot

pernapasan,melatih ekspektorasi yang efektif, meningkatkan sirkulasi,

mempercepat dan mempertahankan pengontrolan asma yang ditandai dengan

penurunan gejala dan meningkatkan kualitas hidup bagi penderitanya. Pada

penderita asma terapi pernapasan selain ditujukan untuk memperbaiki fungsi alat

67
pernapasan, juga bertujuan melatih penderita untuk dapat mengatur pernapasan

pada saat terasa akan datang serangan, ataupun sewaktu serangan asma (Nugroho,

2013)

Salah satu bentuk terapi pernapasan yang dapat diberikan kepada pasien

asma adalah latihan Pursed Lips Breathing (PLB). PLB merupakan suatu teknik

pernapasan,dimana proses ekspirasi dilakukan dengan menahan udara yang

dikeluarkan melalui pengerutan bibir dengan tujuan untuk melambatkan proses

ekspirasi. Membuat bibir mengerucut seolah-olah meniup lilin, menimbulkan

perlawanan melalui saluran udara yang memungkinkan pengosongan paru-paru

secara sempurna kemudian menggantikannya dengan udara baru dan segar. PLB

memungkinkan terjadinya pertukaran udara secara menyeluruh di paru-paru dan

memudahkan untuk bernapas, memberikan paru-paru tekanan kecil kembali, dan

menjaga saluran udara terbuka untuk waktu yang cukup lama sehingga dapat

memeperlancar proses oksigenasi di dalam tubuh. Oksigenasi yang lancar dapat

menurunkan kejadian hiperventilasi dan hipoksia pada penderita asma. Latihan

PLB juga menyebabkan perubahan dalam penggunaan otot otot pernapasan yaitu

dengan mengurangi penggunaan otot-otot diafragma dan memaksimalkan

penggunaan otot perut dan dada selama proses pernapasan sehingga pernapasan

menjadi lebih efisien. Penderita asma menjadi lebih tenang,tidak kelelahan saat

bernapas ketika kondisi krisis atau ketika beraktivitas(Fregonezi dkk., 2010).

PLB dapat dilakukan dalam menurunkan sesak nafas pada pasien asma

adalah dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada pasien asma yang

mengalami sesak dan penanganan pertama saat terjadi asma serta mengajarkan

68
bagaimana terapi teknik-teknik pernafasan yang dapat membuat relaksasi dan

mengurangi sesak nafas, salah satunya adalah Pursed Lips Breathing (PLB).

Kelebihan dari teknik pernafasan Pursed Lips Breathing (PLB) ini adalah bahwa

teknik pernafasan ini dapat dilakukan dimana saja, hanya bermodal pengetahuan

bagaimana langkah-langkahnya saja pasien dapat mengatasi keluhannya sendiri

paling tidak dalam penanganan pertama. Intervensi keperawatan ini juga harus

mendapat dukungan dari keluarga dan teman terdekat, karena dukungan dari

keluarga adalah salah satu motivasi dan bagian dari tingkat keberhasilan terapi ini

ketika pasien merasakan keluhan dan mulai gelisah serta panik

Langkah- langkah atau cara melakukan pursed lips breathing ini adalah

dengan cara menghirup napas melalui hidung sambil menghitung sampai 3 seperti

saat menghirup wangi bunga mawar. Hembuskan dengan lambat dan rata melalui

bibir yang dirapatkan sambil mengencangkan otot- otot abdomen. (merapatkan

bibir meningkatkan tekanan intratrakeal; menghembuskan melalui mulut

memberikan tahana lebih sedikit pada udara yang dihembuskan). Hitung hingga 7

sambil memperpanjang ekspirasi melalui bibir yang dirapatkan seperti saat sedang

meniup lilin. Sambil duduk dikursi, lipat tangan diatas abdomen, hirup napas

melalui hidung sambil menghitung hingga 3, membungkuk ke depan dan

menghembuskan dengan lambat melalui bibir yang dirapatkan sambil menghitung

hingga 7. Latihan ini dilakukan 3 kali dalam satu minggu dengan durasi waktu 10

menit. Dosis Pursed Lips Breathing, dengan dosis yaitu melakukan pengulangan

selama 1 menit dengan jeda 2 detik setiap pengulangan, mengikuti dengan periode

istirahat 2 menit: lakukan latihan dalam siklus selama 15 menit. Setelah

69
diberikanya latihan pursed lip breathing pada Tn.A selama 3 hari terjadi

penurunan RR setiap harinya, saat melakukan pursed lip breathing Tn A

kooperatif mengikuti intruksi yang diajarkan.

4.4 Konsep dan Penelitian Terkait

Hasil dari analisa yang dilakukan penulis sesudah memberikan latihan

pernafasan Pused lips breathing (PLB) kepada pasien, sesak pasien berkurang dan

hal tersebut menandakan bahwa PLB merupakan terapi pernapasan yang dapat

mengurangi obstruksi pernapasan pada pasien asma. PLB dapat meningkatkan

tekanan intrabronkial selama proses ekspirasi dan mengakibatkan peningkatan

diameter bronkial sehingga aliran inspirasi dan ekspirasi menjadi lebih efisien.

Sebagaimana penelitian Fregonezi (2010) mengenai perbedaan efek

penambahan PLB pada intervensi jet nebulizer dan postural drainage terhadap

penurunan frekuensi serangan pada penderita asma bronkial. Penelitian ini bersifat

quasi eksperimental. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 14 orang pasien asma

dimana 7 pasien diberi intervensi PLB dan 7 pasien lagi sebagai kontrol. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan efek yang sangat signifikan

terhadap pemberian penambahan PLB pada intervensi jet nebulizer dan postural

drainage terhadap penurunan frekuensi serangan pada penderita asma bronkial.

Penelitian yang sejalan juga dilakukan oleh Ratna Yuliana (2017) dengan

judul “Analisa Praktek Klinik Keperawatan Dengan Intervensi Pemberian Pursed

Lips Breathing Terhadap Penurunan RR Pada Pasien Asma” hasil penelitian yang

didapatkan adalah pada pasien Tn. K adanya penurunan RR , Pada Tn. K , klien

mengatakan sesak nafas mulai berkurang dengan RR awal 29x/menit setelah di

70
berikan posisi semi fowler dan diajarkan teknik pernafasan pursed lips breathing

(PLB)

Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrasyid (2017) dengan judul

“Efektivitas Pursed Lip Breathing Technique Pada Asma” penelitian ini bersifat

quasi exsperiment dengan pre-post test design untuk mengetahui perbedaan suatu

latihan yang diberikan terhadap objek penelitian, sampel dikelompokkan menjadi

kelompok perlakuan terdiri dari 7 orang, hasil didapatkan data berdistribusi

normal dengan nilai p=0,003 terdapat pengaruh segnifikan pada pasien yang

diberikan pursed lip breathing.

4.5 Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan

Pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan intervensi

pemberian Pursed lip breathing, penulis mengaharapkan tenaga kesehatan

khususnya perawat selain mengobati biologis pasien juga memperhatikan

psikologis, social, dan spiritualnya, banyaknnya tindakan keperawatan yang

dilakukan oleh seorang perawat terkadang melupakan tanggung jawab perawat

dalam memberikan tindakan mandiri. Padahal tindakan mandiri perawat tidak

membutuhkan waktu banyak dalam pelaksanaanya, karena yang memiliki waktu

banyak disamping pasien. Sehingga hubungan antara perawat dan pasien jauh

lebih baik dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya.

Selain itu dalam pelaksanaan penulis mengharapkan tindakan asuhan

keperawatan melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain untuk hasil yang

maksimal. Dibutuhkan kerja sama antara tenaga kesehatan dan keluarga serta

71
pasien sendiri dalam memberikan asuhan keperawatan. Komunikasi yang baik

akan mengurangi konflik antara petugas dengan pasien dan keluarga, sehingga

jika komunikasi yang terbina cukup baik, maka memudahkan keberhasilan terapi

nonfarmakologis pursed lip breathing (PLB)

Alternatif lain adalah dengan cara mencegah kekambuahan asma, yaitu

serangan asma secara tiba-tiba hal ini bisa dilakukan dengan pola hidup sehat

seperti menghindari alergen debu, polusi udara dan cuaca yang dingin, supaya

tidak terjadi serangan asma berulang maka hal-hal yang harus dihindari agar

penyakit asma tidak kambuh lagi diantaranya: Debu dan polusi udara, debu dan

polusi udara yang semakin banyak menjadi salah satu pemicu timbulnya asma

ditambah dengan radikal bebas yang tidak bisa dihindari lagi, sebaiknya

menggunakan masker atau sapu tangan ketika berpergian keluar rumah terutama

didaerah yang berasap pabrik maupun kendaraan. Rokok dan tembakau, rokok

merupakan pemicu asma yang paling sering ditemukan diberbagai tempat, oleh

karena itu sebaiknya hindari tempat-tempat yang banyak perokok, Pemicu alergi,

hindari

72
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa

1. Pengkajian keperawatan yang dilakukan di Ruang Anggrek RSAD TK II

Udayana didapatkan data terkait identitas pasien/ keluarga pada tanggal

03 Desember 2019. Pasien dengan diagnosa medis asma bronchial atas

nama TN.A yang berusia 41 tahun. Pasien mengeluh sesak napas, batuk

berahak dan nyeri dada , kesadaran pasien composmentis, GCS : E4V5M6,

tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi: 88 x/ menit, suhu : 38,5 oC, respirasi :

26 x/ menit, terdengar suara wheezing.

2. Diagnosa utama yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan

dengan spasme jalan nafas ditandai dengan pasien tampak sesak, batuk,

berdahak, nyeri pada hulu hati, kesadaran pasien composmentis, GCS :

E4V5M6, tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi: 88 x/ menit, suhu : 38,5 oC

, respirasi : 26 x/ menit

3. Intervensi yang akan diberikan pada masalah keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan napas pada TN.A dengan sesuai kebutuhan pasien

4. Implementasi yang diberikan pada masalah keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan napas pada TN.A dengan diagnosa asma bronchial adalah

latihan pernafasan pursed lips breathing dan mengukur hasilnya secara

73
subjektif dan objektif dilakukan mulai dari tanggal 03 desember 2019 – 05

desember 2019.

5. Evaluasi yang didapatkan pada asuhan keperawatan pada TN.A dengan

diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan diagnosa asma

bronchial Dengan di berikan latihan pernafasan pursed lip breathing

(PLB) setelah tanggal 5 Desember 2019 pasien mengatakan batuk

berkurang, dan tidak sesak.TTV dalam batas normal : Td 120/80 mmHg,

N: 80x/menit, S: 37oC, Rr: 20 x/ menit, suara nafas normal.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan dapat mengembangkan intervensi keperawatan dalam

mengelola penderita asma dalam pemberian latihan nafas sebagai

intervensi inovasi yang diterapkan dengan baik dan profesional.

5.2.2 Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan perawat bisa lebih up to date, mengenai terapi-terapi terbaru

untuk menyelesaikan masalah pada pasien asma. Perawat juga diharapkan

bisa lebih mengupgrade ilmu dengan membaca jurnal-jurnal terbaru

mengenai rehabilitatif pasien asma

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya bisa meneruskan penelitian pengaruh

teknik pernafasan lain untuk pemulihan pada pasien asma. Selain itu

diharapkan juga bisa menyediakan kajian lebih lanjut mengenai terapi ini.

74
DAFTAR PUSTAKA

Amin. (2016). Keperawatan Medikal Bedah dan Kesehatan : Perangkat,


Pengkajian, Intervensi dan Penyuluhan, EGC, Jakarta.

Amin & Hardi. (2016).Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


Nanda Nic-Noc . Yogyakarta.Mediaction

Andrianty (2017). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Cv EGC.

Firdausyah. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan asma bronkial


yang mengalami masalah keperawatan bersihan jalan nafas di
ruang melati RSUD Dr Haryoto Lumajang

Fregonezi et al. (2010). Pursed Lip Breathing. Área de Rehabilitació


Respiratoria. Barcelona
Ganong, W. F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review Of Medical
Physiology). Jakarta: EGC.

GINA. (2015). At A Glance Asthma Management Reference.


http:www.ginaasthma.org/At-a-Glance-Asthma-Management-
Reference.

Guyton AC, Hall JE. (2012).Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta:EGC

Hidayat. (2014). Metode Penelitian dan Teknik Analisa data. Jakarta:


Salemba Medika.

Ikawati, Z. (2007).Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernapasan.Hal 43-50.


Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta..
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan,: Jakarta Selemba Medika

Nelson, K, A. (2013). Ilmu kesehatan Anak Esensial. Jakarta:IDAI

Ngastiyah. (2013). Pemeriksaan Diagnostik Asma Bronchial. : Pustaka As


Salam

Nugroho S. (2013). Terapi Pernapasan Pada Penderita Asma. Yogyakarta :


Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

Padila. (2013). Definisi dan Patofisiologi Asma Dalam Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

75
Sherwood L. (2011).Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Smeltzer, S.C. Bare, B.G.Hinkle, J. L & Cheever, K. H. (2013).Brunner


&Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing. 11th
edition. Philadelphia : Lippincott

Strickland, S, L et al. (2015) AARC Clinical Practice Guideline:


Effectiveness of Pharmacologic Airway Clearance Therapies
in Hospitalized patients, Respiratory Care 60(7): 1071-77

76
Pathway
Faktor Ekstrisik Faktor Intrinsik

Bronkial menjadi sensitive Penurunan stimulasi reseptor


terhadap Ig E iritan pada trakeobronkhial

Peningkatan cell mast merangsang reflek reseptor


pada trakeobronkhial trakeobrokhial

Stimulasi reflek pelepasan histamine stimulasi bronkospasme dan


reseptor syaraf terjadi stimulasi pada kontraksi otor bronkhiolus
parasimpatis pada bronkospasme sehingga
muskosa bronchial terjadi kontraksi bronkus

peningkatan permeabilitas
vaskuler sebagai keocoran
protein dan cairan didalam
jaringan

perubahan jaringan dan peningkatan IgE dalam serum

respon dinding bronkus

Bronkospasme oedema mukosa hipersekresi mukosa

Wheezing penyempitan bronkus penumpukan secret kental

Ketidakefektifan pola nafas Ventilasi terganggu secret tidak bisa keluar


tidak efektif

Hiperkapnia penurunan penurunan Menyumbat jalan nafas


suplai O2 suplai O2
Hipoksemia kejaringan ke otak
Ketidakefektifan
bersihan jalan
Gelisah Ketidakefektifan Gangguan nafas
perfusi perfusi
Krisis jaringan serebral
situasinal

Sesak nafas Kurang


Ansietas metabolisme menurun informasi
Gangguan pola
energi menurun tidur
Defisit
kelemahan fisik pengetahuan

Intoleransi Aktivitas

77
Standar Operasional Prosedur (SOP)

Latihan Pernapasan Pursed Lips

Breathing

Persiapan Alat :

1. Buku Catatan

2. Alat tulis

Tujuan :

1. Mencegah terjadinya kolaps alveolar (pernapasan pursed-lip)

2. Untuk memperpanjang pernapasan dan meningkatkan tekanan jalan nafas

selama eskpirasi sehingga dapat mengurangi jumlah udara yang

terperangkap dan mengurangi hambatan jalan napas

Persiapan pasien, perawat, dan lingkungan :

1. Perkenalkan diri pada klien dan menjelaskan maksud dan tujuan yang akan

dilakukan

2. Pastikan identitas pasien

3. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan dalam istilah yang dapat

dipahami pasien

4. Persiapan perawat : Cuci tangan sebelum kontak kepada pasien

5. Tutup sketsel untuk menjaga privasi pasien

6. Sesuaikan tempat tidur atau kursi pada tinggi yang tepat (fowler)

7. Yakinkan bahwa klien nyaman

8. Bila pasien di tempat tidur, turunkan pagar tempat tidur ppada sisi paling

dekat perawat

78
Prosedur :
Pernapasan Pursed-Lip Breathing
Pengertian : Pursed lip breathing adalah salah satu teknik latihan pernapasan

dengan cara menghirup udara melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan

cara bibir yang lebih dirapatkan dengan waktu ekspirasi yang dipanjangkan

e. Anjurkan pasien untuk rileks dan berikan posisi yang nyaman.

f. Berikan instruksi pada pasien untuk menghirup nafas melalui hidung

sambil melibatkan otot otot abdomen menghitung sampai 3 seperti saat

menghirup wangi dari bunga mawar.

g. Berikan instruksi pada pasien untuk menghembuskan dengan lambat

dan rata melalui bibir yang dirapatkan sambil mengencangkan otot-

otot abdomen (merapatkan bibir meningkatkan tekanan intratrakeal .

menghembuskan melalui mulut memberikan tahanan lebih sedikit pada

udara yang dihembuskan).

h. Hitung hingga 7 sambil memperpanjang ekspirasi melalui bibir yang

dirapatkan seperti sedang meniup lilin.

Melakukan pursed lips breathing sambil duduk:

d. Anjurkan pasien untuk duduk dengan rileks.

e. Anjurkan pada pasien untuk melipat tangan di atas abdomen.

f. Berikan instruksi pada pasien untuk menghirup nafas melalui hidung

sampai hitungan 3 dan hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan

sambil menghitung hingga hitungan 7 (Smeltzer et al., 2013)

79
Terminasi :
1. Ucapkan terima kasih atas kerjasama pasien

2. Atur kembali posisi pasien dalam posisi senyaman mungkin

3. Kembalikan tempat tidur pada posisi tepat

4. Dokumentasi hasil prosedur dan toleransi pasien

80
81
82

Anda mungkin juga menyukai