Anda di halaman 1dari 50

SKRIPSI

MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN PASCA


OPERASI APENDIKTOMI DI RSAD TK II UDAYANA
MULTIPLE CASE STUDY

NYOMAN SRI WAHYUNI

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021

i
SKRIPSI

MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN PASCA


OPERASI APENDIKTOMI DI RSAD TK II UDAYANA
MULTIPLE CASE STUDY

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Anestesiologi


(S.Tr.Kes) Pada Institut Teknologi dan kesehatan Bali

Diajukan Oleh:
NYOMAN SRI WAHYUNI
NIM. 17D10049

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI KPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi penelitian dengan judul “Manajemen Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi
Apendiktomi Di RSAD Tk II Udayana”, telah mendapatkan persetujuan pembimbing
untuk diajukan dalam ujian skripsi penelitian.

Denpasar, 12 Juli 2021

Pembimbing I Pembimbing II

I Ketut Swarjana, S.KM.,MPH.,Dr.PH Ns. I Nyoman Arya Maha Putra, M.Kep.,Sp.Kep.MB


NIDN. 0807087401 NIR. 13112

iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Studi DIV
Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi dan Kesehatan Bali pada tanggal 12 Juli
2021

Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Rektor ITEKES Bali


Nomor: DL.02.02.1820.TU.IX.20

Ketua : dr. Agus Baratha, Sp.An., KNC


NIDN. 0812047805

Anggota :
1. I Ketut Swarjana, S.KM., MPH., Dr.PH
NIDN. 0807087401

2. Ns. I Nyoman Arya Maha Putra, M.Kep.,Sp.Kep.MB


NIR. 13112

iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Manajemen Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi


Apendiktomi Di RSAD Tk II Udayana”, telah disajikan di depan dewan penguji pada
tanggal 12 Juli 2021 telah diterima serta disahkan oleh dewan penguji Skripsi dan
Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.

Denpasar, 12 Juli 2021


Disahkan oleh:
Dewan Penguji Skripsi
Ketua : dr. Agus Baratha, Sp.An., KNC
NIDN. 0812047805

Anggota :
1. I Ketut Swarjana, S.KM., MPH., Dr.PH
NIDN. 0807087401

2. Ns. I Nyoman Arya Maha Putra, M.Kep.,Sp.Kep.MB


NIR. 13112

Mengetahui

Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali Program Studi Sarjana D-IV


Keperawatan Anestesiologi
Rektor Ketua

I Gede Putu Darma Suyasa., S.Kp., M.Ng.,Ph.D dr. Agus Shuarsedana, Sp.An
NIDN. 0823067802 NIR. 17131

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Manajemen
Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Apendiktomi di RSAD TK II Udayana Tahun
2021”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan tepat
pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku Rektor Institut
Teknoogi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Ns. Ni Luh Pt. Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep. selaku Wakil Rektor
(Warek) I yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor II yang
telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi
ini.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak I Ketut Swarjana, S.KM.,MPH., Dr.PH selaku Dosen pembimbing I
yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini
6. Bapak Ns. I Nyoman Arya Maha Putra, S.Kep.,M.Kep.,Sp.KMB selaku
Dosen pembimbing II yang yang dengan sabar membimbing dan memberikan
saran, dukungan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
7. Bapak dr. Gede Agus Shuarsedana, Sp.An selaku Ketua Program Studi D IV
Keperawatan Anestesiologi yang memberikan dukungan moral kepada
penulis.
8. Bapak Ns. Emanuel Ileatan Lewar, S.Kep., MM selaku sekretaris Program
Studi D IV Keperawatan Anestesiologi yang memberikan dukungan moral
kepada penulis.

vi
9. Ibu Ni Made Nurtini, S.Si.T.,M.Kes. Selaku pembimbing akademik Program
Studi D IV Keperawatan Anestesiologi kelas A yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis.
10. Semua dosen dan staf pendidikan, sekretariat dan perpustakaan serta semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
11. Seluruh keluarga terutama ibu, bapak, kakak, adik, sahabat, teman dan adik
tingkat yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat selama
penyusunan skripsi ini.
12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, untuk
itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif
untuk kesempurnaan skripsi ini.

Denpasar, 12 Juli 2021

Penulis
Nyoman Sri Wahyuni

vii
MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN PASCA
OPERASI APENDIKTOMI DI RSAD TK II UDAYANA

Nyoman Sri Wahyuni


Fakultas Kesehatan
Program Studi DIV Keperawatan Anestesiologi
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali
Email: nyomanwahyuni25@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks yang mana


terjadi infeksi yang menyebakan abdomen akut. Apendiks memiliki panjang sekitar 6
cm sampai 9 cm pada orang dewasa. Dasar apendiks melekat pada sekum dan
ujungnya memiliki beberapa posisi seperti retrosekal, pelvis, antesekal, preileal,
retroileal, atau perikolik kanan.
Tujuan: Untuk mengetahui Manajemen Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi
Apendiktomi. di RSAD Tk II Udayana
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian study kasus deskriptif kualitatif dengan
metode case analysis dan cross case analysis. Alat pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa lembar wawancara dan lembar observasi. Jumlah
partisipan yang digunakan adalah 2 partisipan
Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih efektif menggunakan manajemen
farmakologi pada pasien pasca operasi apendiktomi pada nyeri sedang sampai nyeri
berat
Kesimpulan: Manajemen nyeri farmakologi menggunakan obat golongan NSAID
yaitu tramadol dan ketorolac dan obat tambahan multimodal ketamin dan tramodal
sedangkan non farmakologi tindakan yang diberikan melakukan distraksi, dan
melakukan teknik relaksasi napas dalam

Kata Kunci: Manajemen Nyeri, Pasca Operasi, Apendiktomi, Farmakologi, Non


Farmakologi

viii
PAIN MANAGEMENT ON POST APPENDECTOMY PATIENTS
AT TK II UDAYANA HOSPITAL

Nyoman Sri Wahyuni


Faculty of Health
Diploma IV of Nursing Anesthesiology
The Institute of Technology and Health Bali
Email: nyomanwahyuni25@gmail.com

ABSTRACT

Background: Appendicitis is an inflammation of the appendix where there is an


infection that causes an acute abdomen. The appendix is about 6 cm to 9 cm long in
adults. The base of the appendix is attached to the cecum and its tip has several
positions such as retrocecal, pelvic, antececal, preileal, retroileal, or right pericolic.
Purpose: The purpose of this study was to identify pain management on post
appendectomy patients at TK II Udayana Hospital
Method: This study was a qualitative descriptive case study with case analysis and
cross case analysis methods. Data collection tools used in this study were interview
sheets and observation sheets. The number of participants used was 2 participants
Result: The results showed that it was more effective to use pharmacological
management in post-operative appendectomy patients in moderate to severe pain
Conclusion: Pharmacology pain management employ NSAIDs, namely tramadol and
ketorolac and additional drugs multimodal ketamine and tranmodal while the non-
pharmacology actions provided are distraction and deep breathing relaxation
techniques.

Keyword: Pain Management, Post Operation, Appendectomy, Pharmacology,


Non-Pharmacology

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN……………………………………………….i


HALAMAN DENGAN SFESIFIKASI……………………………………….ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………….. iii
PERNYATAAN PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI……………... iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN………………………………...v
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. vi
ABSTRAK…………………………………………………………………... viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………xii
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………….xiii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………....2
C. Tujuan……………………………………………………………………...3
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………4
A. Konsep Dasar Penyakit Apendisitis……………………………………….4
1. Definisi ………………………………………………………………..4
2. Penyebab ……………………………………………………………...4
3. Patofiologi …………………………………………………………… 5
4. Tanda dan Gejala……………………………………………………...5
5. Penatalaksanaan ………………………………………………………5
B. Konsep Nyeri ……………………………………………………………..6
1. Pengertian Nyeri………………………………………………………6
2. Klasifikasi Nyeri………………………………………………………6
3. Mekanisme Nyeri…………………………………………………….. 7
4. Tanda dan Gejala Nyeri……………………………………………….8
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nyeri…………………………… 8
6. Pengkajian Nyeri……………………………………………………..11
7. Skala dan Intensitas Nyeri…………………………………………...12
8. Penanganan Nyeri……………………………………………………14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….16

x
A. Desain Penelitian…………………………………………………………16
B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………16
C. Partisipan…………………………………………………………………16
D. Pengumpulan Data……………………………………………………….17
E. Analisa Data……………………………………………………………...18
F. Etika Penelitian…………………………………………………………..19
BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………………...21
A. Karakteristik Penata Anestesi Lama Kerja di Rumah Sakit dan Lama
Pendidikan……………………………………………………………….21
B. Karakteristik Nyeri dan Skala Nyeri Pasien Yang Menjalani Pasca
Operasi Apendiktomi…………………………………………………….21
C. Mengidentifikasi Manajemen Nyeri Secara Non Farmakolohi dan Non
Farmakologi Pada Pasien Pasca Operasi Apendiktomi…………………. 21
BAB V PEMBAHASAN……………………………………………………..23
A. Karakteristik Penata Anestesi Lama Kerja di Rumah Sakit dan Lama
Pendidikan………………………………………………………………23
B. Karakteristik Nyeri dan Skala Nyeri Pasien Yang Menjalani Pasca
Operasi Apendiktomi…………………………………………………...23
C. Manajemen Nyeri Farmakologi dan Non Farmakologi Pada Pasien
Pasca Operasi Apendiktomi……………………………………………..24
D. Keterbatasan Penelitian………………………………………………....25
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN………………………………………...26
A. Kesimpulan………………………………………………………………26
B. Saran ………………………………………………………………….....26
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...27
LAMPIRAN………………………………………………………………......29

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Wawancara

Lampiran 2 : Lembar Observasi

Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Partisipan

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Partisipan

Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 6 : Surat Ijin Penelitian dan Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Provinsi Bali

Lampiran 7 : Ethical Clearance

Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian di RSAD Tk. II Udayana

xii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


Riskesdas : Riset Kesehatan dasar
VDS : Verbal Descriptor Scale
VAS : Visual Analogue Scale
NRS : Numeric Rating Scale
IASP : International Association For The Study Of Pain

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apendisitis merupakan peradangan pada Apendiks yang berbahaya jika tidak


ditangani dengan segera yang mana terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan
pecahnya lumen usus. Apendisitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah
gangren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi
peritonitis umum. Pada dinding apendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh
jaringan nekrotik. Apendisitis adalah peradangan dari apendiks veriformis dan
merupakan penyebab abdomen akut. Apendiks memiliki panjang sekitar 6 cm sampai
9 cm pada orang dewasa 20-30 tahun Dasar apendiks melekat pada sekum dan
ujungnya memiliki beberapa posisi seperti retrosekal, pelvis, antesekal, preileal,
retroileal, atau perikolik kanan. Prevalensi apendisitis lebih banyak di Negara maju
dari pada Negara berkembang, disebabkan karena masyarakat di Negara maju kurang
mengkonsumsi makanan berserat tinggi sehingga terjadi pembentukan fase fekalit lalu
menjadi obstruksi lumen yang akan menyebabkan penyakit apendisitis (Amalina et
al., 2018)

Menurut World Health Organisation (WHO) (2010), menyatakan kejadian


Apendiksitis cukup tinggi didunia. Angka kematian akibat Apendiksitis mencapai
21.000 jiwa, populasi laki – laki 11.000 jiwa dan 10.000 jiwa pada perempuan. Data
dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia penyakit apendiksitis menjadi urutan
keempat terbanyak pada tahun 2016. jumlah penderita penyakit Apendiksitis di
Indonesia mencapai 591.819 orang dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 596.132
orang. (Hartawan & Dkk, 2020)

Data pada pasien rawat inap di RSUD Provinsi Bali tahun 2018 penyakit
apendiksitis sebanyak 2.864. Pada pasien rawat inap di RSD Mangusada Badung pada
tahun 2017 terdapat 43 orang yang mengalami apendiksitis, pada tahun 2018 terdapat
51 orang yang mengalami apendiksitis, pada tahun 2019 terdapat 121 orang yang
mengalami apendiksitis. Pada umumnya post operasi Apendiktomi mengalami nyeri
akibat bedah luka operasi. Nyeri yang paling lazim adalah nyeri insisi. Seorang yang
mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari. Dampak fisik seperti rasa

1
ketidaknyaman, dampak perilaku seperti mendengkur, sesak nafas, menangis dan
perasaan gelisah, dampak aktivitas seperti dapat membatasi pergerakan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Gedara et al, (2015),


prevalensi pasien yang mengalami nyeri berat setelah melakukan pasca bedah sekitar
50 % dan 10 % pasien mengalami nyeri sedang sampai berat. Selain itu prevalensi
pasien pasca operasi yang merasakan nyeri sedang sampai berat pada hari ke 0
sebanyak 41 % pasien, hari ke 1 30 %, hari ke 2 19 %, hari ke 3 16 % dan hari ke 4 14
%. (Sommer et al, 2008).

Definisi nyeri merupakan pengalaman sensori atau emosional yang tidak


menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset
mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan (PPNI, 2016). Pengalaman individu terhadap nyeri pasca operasi berbeda
untuk setiap orang. Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri pasca operasi seperti
faktor usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan,
pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga dan sosial (Rahmatun &
Heru, 2020)

Manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu, dengan cara farmakologi dan non
farmakologi. Tindakan secara farmakologi dilakukan dengan memberikan analgesik,
ialah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Sedangkan tindakan secara
non farmakologis adalah terapi untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan
Teknik manajemen nyeri seperti kompres hangat dan dingin, terapi musik, imajinasi
terbimbing, Teknik relaksasi napas dalam. (Wati et al., 2020)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti


manajemen nyeri pada pasien pasca operasi apendiktomi. di RSAD Tk II Udayana.
Sehingga di harapkan hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menurunkan
nyeri pada pasien pasca operasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah “ bagaimanakah manajemen nyeri pada pasien pasca
operasi apendiktomi di RSAD Tk II Udayana” ?

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Manajemen Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Apendiktomi. di
RSAD Tk II Udayana.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik penata anestesi. lama kerja di rumah sakit, dan
lama Pendidikan.
b. Mengidentifikasi karakteristik nyeri, dan skala nyeri pasien pasca operasi
apendiktomi.
c. Mengidentifikasi manajemen nyeri secara farmakologi, dan secara non
farmakologi pada pasien pasca operasi apendiktomi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis dan teori sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Untuk mengetahui apakah tindakan manajemen nyeri dapat menurunkan nyeri pada
pasien pasca operasi apendiktomi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai


manajemen nyeri pada pasien pasca operasi apendiktomi bagi mahasiswa jurusan
kesehatan, khususnya mahasiswa anestesiologi.

a. Bagi Penata Anestesi

Sebagai sumber untuk menambah wawasan atau pengetahuan bagi penata anestesi
khususnya manajemen nyeri pada pasien pasca operasi apendiktomi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Apendisitis

1. Definisi
Apendisitis adalah salah satu kasus bedah abdomen yang paling sering
terjadi. Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum).
Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.
Salah satu untuk tindakan pasien apendiks akut adalah dengan cara
pembedahan atau yang disebut appendiktomi yang merupakan tindakan invasif
dengan membuka bagian tubuh yang akan ditangani, pembukaan ini umumnya
dilakukan dengan sayatan, pada pembedahan appendiktomi, insisi McBurney
paling banyak dipilih oleh ahli bedah. (Wati et al., 2020)

2. Penyebab
apendisitis disebabkan oleh infeksi bakteria. Sumbatan lumen apendiks
merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping
hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris yang
dapat menyebabkan sumbatan terdapat pula penyebab yang dapat
menimbulkan apendisitis yaitu erosi mukosa apendiks karena parasit seperti
e.histolytica.

Penelitian epidemiologi menyatakan peran kebiasaan makan makanan


rendah serat dan mempengaruhi konstipasi dapat menimbulkan apendisitis
karena konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal yang dapat
menimbulkan sumbatan pada fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman. (Sulung & Rani, 2017)

4
3. Patofisiologi
Peradangan apendiks biasanya dimulai pada mukosa dan kemudian
melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks mulai dari submucosa, lamina
muskularis, dan lamina serosa. Proses awal ini terjadinya dalam waktu 12-24
jam pertama. Obstruksi pada bagian yang lebih proksimal dari lumen
menyebabkan stasis bagian distal apendiks, sehingga mucus yang terbentuk
secara terus-menerus akan terakumulasi. Kapasitas normal lumen apendiks
hanya 0,1 ml. Sekresi cairan yang melebihi 0,5 ml akan meningkatkan tekanan
intraluminal sebesar 60 cm H2O.
Peningkatan tekanan intraluminer dan edema akibat gangguan sirkulasi
limfe akan memacu proses translokasi kuman, di dalam lumen menembus
mukosa dan menyebabkan ulserasi mukosa apendiks. Obstruksi yang
berkelanjutan menyebabkan terjadinya gangguan sirkulasi vaskuler. Sirkulasi
venular akan mengalami gangguan lebih dahulu daripada arterial. Keadaan ini
akan menyebabkan iskemi jaringan dan invasi bakteri semakin berat sehingga
terjadi pernanahan yang disebut apendisitis akut . (Wati et al., 2020)

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala apendisitis antara lain yaitu :
a. Nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di
sekitar umbilikus.
b. Terdapat benjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada abses
periapendikuler.
c. Mual dan kadang ada muntah
d. Nafsu makan menurun
e. Perut kembung
f. Konstipasi atau diare
g. Demam dengan suhu 37,5-38,5 °C
5. Penatalaksanaan
a. Apendiktomi dengan laparatomi merupakan salah satu pembedahan
dengan tindakan konvensional dengan membuka dinding abdomen.
Tindakan ini juga digunakan untuk melihat apakah ada komplikasi
pada jaringan apendiks maupun di sekitar apendiks. Tindakan
laparatomi dilakukan dengan membuang apendiks yang terinfeksi
melalui suatu insisi di regio kanan bawah perut dengan lebar insisi

5
sekitar 2 hingga 3 inci. Apendiktomi bisa dilakukan secara terbuka atau
dengan laparatomi insisi Mc Burney paling banyak dipilih ahli bedah
(LeMone,2015)
b. Laparatomi merupakan suatu prosedur pembedahan mayor dengan
melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk
mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah ada 4 cara yaitu :
1. Sayatan garis tengah
2. Paramedian, yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm),
panjang (12,5 cm).
3. Sayatan perut bagian atas melintang, misalnya pembedahan
kolesistomi dan splenektomi.
4. Sayatan perut bagian bawah melintang, insisi di bagian bawah ± 4
cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya pada operasi
apendiktomi.

B. Konsep Nyeri
1. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan. Nyeri adalah bentuk suatu rasa sensorik ketidaknyamanan yang
bersifat subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan ( International
Association For The Study Of Pain, IASP ) (Aisyah, 2017)
2. Klasifikasi Nyeri
Macam -macam nyeri menurut (Witjaksono, 2013 ) antara lain :
a. Berdasarkan waktu durasi nyeri :
1) Nyeri akut: < 3 bulan, mendadak akibat trauma atau inflamasi, tanda
respon simpatis, penderita anxietas sedangkan keluarga suportif.
2) Nyeri kronik: > 3 bulan, hilang timbul atau terus menerus, tanda
respon parasimpatis, penderita depresi sedangkan keluarga lelah.
b. Berdasarkan etiologi, ke dalam:
1) Nyeri nosiseptik; rangsang timbul oleh mediator nyeri, seperti pada
paska trauma-operasi dan luka bakar.

6
2) Nyeri neuropatik: rangsang oleh kerusakan saraf atau disfungsi saraf,
seperti pada diabetes mellitus, herpes zoster.
c. Berdasarkan intensitas nyeri, ke dalam:
1) Skala visual analog score: 1-10
2) Skala wajah Wong Baker: tanpa nyeri, nyeri ringan, sedang, berat, tak
tertahankan.
d. Berdasarkan lokasi:
1) Nyeri superfisial: nyeri pada kulit, subkutan, bersifat tajam, terlokasi
2) Nyeri somatik dalam: nyeri berasal dari otot, tendo, tumpul, kurang
terlokasi
3) Nyeri viskeral: nyeri berasal dari organ internal atau organ
pembungkusnya, seperti nyeri kolik gastrointestinal dan kolik ureter.
4) Nyeri alih/referred: masukan dari organ dalam pada tingkat spinal
disalah artikan oleh penderita sebagai masukan dari daerah kulit pada
segmen spinal yang sama.
5) Nyeri proyeksi: misalnya pada herpes zooster, kerusakan saraf
menyebabkan nyeri yang dialihkan ke sepanjang bagian tubuh yang
diinerfasi oleh saraf yang rusak tersebut.
3. Mekanisme Nyeri
a. Transduksi merupakan proses stimuli nyeri atau naxious stimuli yang
diterjemahkan atau diubah menjadi suatu aktivitas listrik pada ujung-ujung
saraf.
b. Transmisi merupakan proses penyaluran implus melalui saraf sensoris
menyusul proses transduksi.
c. Modulasi adalah proses interaksi antara sistem analgesik endogen dengan
implus nyeri yang masuk ke kornu posterior medula spinalis. Sistem
analgesik endogen meliputi, enkefalin, endorfina, serotonin dan
noradrenalin yang mempunyai efek menekan implus nyeri pada kornu
posterior medulla spinalis.
d. Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik
yang dimulai dari proses transduksi, transmisi dan modulasi yang ada
gilirannya menghasilkan suatu yang subyektif yang dikenal sebagai
persepsi nyeri. (Bahrudin, 2018)

7
4. Tanda dan Gejala Nyeri
Pasien dengan nyeri akut memiliki tanda dan gejala mayor maupun minor
sebagai berikut (PPNI,2016) :
a. Tanda dan gejala mayor :
1) Secara subjektif pasien mengeluh nyeri.
2) Secara objektif pasien tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi
meningkat dan sulit tidur.
b. Tanda dan gejala minor :
1) Secara subjektif tidak ada gejala minor dan nyeri akut
2) Secara objektif nyeri akut ditandai dengan tekanan darah meningkat,
pola napas berubah, nafsu makan menurun, proses berpikir terganggu,
menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis.

Secara spesifik tanda dan gejala nyeri akut pada pasien apendisitis
nyeri akut yang muncul data subyektif seperti nyeri daerah pusar menjalar ke
daerah perut kanan bawah, mual,muntah, kembung, tidak nafsu makan,
demam, tungkai kanan tidak dapat diluruskan , diare atau konstipasi, data
obyektif seperti nyeri tekan di titik mc.burney, spasme otot, takikardi,
takipnea, pucat, gelisah, bising usus berkurang atau tidak ada, demam 38-
38,5°c.

5. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Persepsi individu terhadap nyeri di pengaruhi oleh beberapa faktor antara


lain (Hardono et al., 2020).

a. Usia
Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan
prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Mereka belum
dapat mengucapkan kata-kata untuk mengungkapkan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas kesehatan. Pada
sebagian anak, terkadang segan untuk mengungkapkan keberadaan nyeri
yang ia alami disebabkan mereka takut akan tindakan perawatan yang
harus mereka terima nantinya.

8
b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam berespon terhadap


nyeri. Perbedaan jenis kelamin telah diidentifikasi dalam hal nyeri dan
respon nyeri. Laki-laki memiliki sensitifitas yang lebih rendah
dibandingkan wanita atau kurang merasakan nyeri.

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu


mengatasi nyeri. Budaya berpengaruh pada bagaimana seseorang
merespon terhadap nyeri. Sejak dini pada masa kanak-kanak, individu
belajar dari sekitar mereka respon nyeri yang bagaimana yang dapat
diterima atau tidak diterima. Latar belakang budaya merupakan faktor
yang memengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresinyeri. Sebagai
contoh, individu dari budaya tertentu cenderung ekspresif dalam
mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari budaya lain cenderung
lebih memilih menahan perasaan mereka dan tidak ingin merepotkan
orang lain.

d. Makna Nyeri

Makna seseorang yang berkaitan dengan nyeri mempengaruhi


pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Individu
akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda, apabila nyeri
tersebut memberi kesan ancaman, suatau kehilangan, hukuman dan
tantangan.

e. Perhatian

Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat


mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan ( distraksi )
dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun.

9
f. Ansietas

Ansietas seringkali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi. Ancaman


yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri atau
peristiwa di sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri. Sebaliknya,
individu yang percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang
mereka rasakan akan mengalami peurunan rasa takut dan kecemasan yang
akan menurunkan persepsi nyeri mereka.

g. Keletihan

Keletihan/kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan


persepsi nyeri. Rasa kelelahan akan menyebabkan sensasi nyeri semakin
intensif dan menurunkan kemampuan koping.

h. Pengalaman Sebelumnya

Pengalaman masa lalu juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri


individu dan kepekaannya terhadap nyeri. Apabila individu sejak lama
sering mengalami serangkaian nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita
nyeri yang berat maka ansietas atau bahkan rasa takut akan muncul. Dan,
apabila individu mengalami nyeri dengan jenis yang sama berulang-ulang
tetapi kemudian nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan, akan lebih
mudah bagi individu tersebut untuk menginterprestasikan sensasi nyeri
akibanya, klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk menghilangkan nyeri.

i. Gaya Koping

Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun


keseluruhan/total. Sumber-sumber seperti berkomunikasi dengan keluarga
pendukung melakukan latihan, atau menyanyi dapat digunakan dalam
rencana asuhan keperawatan dalam upaya mendukung klien dan
mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu.

10
j. Dukungan Keluarga dan Sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah


kehadiran orangorang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap
klien. Individu yang mengalamai nyeri sering kali bergantung pada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan,
atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang
yang dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila
tidak ada keluarga atau teman seringkali pengalaman nyeri membuat klien
semakin tertekan. Kehadiran orangtua sangat penting bagi anak-anak yang
sedang mengalami nyeri.

6. Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri ada beberapa tahap yaitu :

a. Lokasi : Untuk menetukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien


menunjukan area nyerinya. Pegkajian ini bisa dilakukan dengan bantuan
gambar tubuh. Klien bisa menandai bagian tubuh yang mengalami nyeri.
Ini sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang memiliki lebih dari satu
sumber nyeri.
b. Intensitas nyeri : Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang
mudah dan terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala
nyeri yang paling sering digunakan adalah rentang 0- 5 atau 0-10. Angka
“0” menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan
“nyeri” terhebat yang dirasakan klien.
c. Kualitas nyeri : Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul “ atau
“ditusuk-tusuk”.
d. Pola nyeri meliputi : waktu , durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.
e. Faktor prespitasi : Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu munculnya
nyeri.
f. Gejala yang menyertai : Gejala ini meliputi mual, muntah,pusing dan diare
Pengaruh pada aktivitas sehari-hari. Dengan mengetahui sejauh mana
nyeri memengaruhi aktivitas harian klien akan membantu perawat
memahami perspektif klien tentang nyeri.

11
7. Skala dan Intensitas Nyeri
Untuk menilai skala nyeri terdapat beberapa macam skala nyeri yang
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri seseorang menurut (Potter &
Perry, 2010 antara lain :
a. Verbal Descriptor Scale (VDS)
Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garis yang terdiri dari tiga
sampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan jarak yang sama
sepanjang garis. Ukuran skala ini diurutkan dari “tidak terasa nyeri” sampai
“nyeri tidak tertahan”. Perawat menunjukkan ke klien tentang skala tersebut
dan meminta klien untuk memilih skala nyeri terbaru yang dirasakan.Perawat
juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa
jauh nyeri terasa tidak menyakitkan. Alat VDS memungkinkan klien untuk
memilih dan mendeskripsikan skala nyeri yang dirasakan.
Gambar : skala pengukur nyeri VDS

b. Visual Analogue Scale (VAS)


VAS merupakan suatu garis lurus yang menggambarkan skala nyeri
terus menerus. Skala ini menjadikan klien bebas untuk memilih tingkat nyeri
yang dirasakan.VAS sebagai pengukur keparahan tingkat nyeri yang lebih
sensitif karena klien dapat menentukan setiap titik dari rangkaian yang
tersedia tanpa dipaksa untuk memilih satu kata. Penjelasan tentang intensitas
digambarkan sebagai berikut:

12
Gambar : skala pengukur nyeri VAS

Skala nyeri pada skala 0 berarti tidak terjadi nyeri, skala nyeri pada
skala 1-3 seperti gatal, tersetrum, nyut-nyutan, melilit, terpukul, perih, mules.
Skala nyeri 4-6 digambarkan seperti kram, kaku, tertekan, sulit bergerak,
terbakar, ditusuk-tusuk.Skala 7-9 merupakan skala sangat nyeri tetapi masih
dapat dikontrol oleh klien, sedangkan skala 10 merupakan skala nyeri yang
sangat berat dan tidak dapat dikontrol. Ujung kiri pada VAS menunjukkan
“tidak ada rasa nyeri”, sedangkan ujung kanan menandakan “nyeri yang paling
berat”.
c. Numeric Rating Scale (NRS)
Gambar : Skala Pengukuran Nyeri NRS

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-2 menunjukkan
nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkaan angka
7-10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh karena itu, skala NRS akan
digunakan sebagai instrumen penelitian. Menurut Skala nyeri dikategorikan
sebagai berikut:
1) 0: tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.
2) 1-3: mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan.
3) 4-6: rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan usaha untuk
menahan, nyeri sedang.
4) 7-10 : rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat ditahan, meringis,
menjerit bahkan teriak, nyeri berat.

13
d. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

Skala ini terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang
menggambarkan wajah yang sedang tersenyum untuk menandai tidak adanya
rasa nyeri yang dirasakan, kemudian secara bertahap meningkat menjadi
wajah kurang bahagia, wajah sangat sedih, sampai wajah yang sangat
ketakutan yang berati skala nyeri yang dirasakan sangat nyeri.
Gambar : Skala Pengukuran Nyeri FRS

Skala nyeri tersebut banyak digunakan pada pasien pediatrik dengan


kesulitan atau keterbatasan verbal. Dijelaskan kepada pasien mengenai
perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih sesuai rasa nyeri
yang dirasakannya.

8. Penanganan Nyeri
Manajemen Penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi
dibedakan menjadi dua faktor antara lain (Rahmatun & Heru, 2020).
a. Penatalaksanaan Secara Farmakologi dengan memberikan analgesik,
golongan opioid untuk nyeri hebat dan golongan anti inflamasi non steroid
(NSAID) untuk nyeri sedang atau ringan. Metode menghilangkan nyeri
dengan cara sistematis (oral, rektal, transdermal, sublingual, subkutan,
intramuskular, intravena atau per infus.
b. Penatalaksanann terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan
pendekatan secara fisik dan perilaku kognitif yaitu teknik relaksasi napas
dalam, terapi musik, dan imajinasi terbimbing.
1. Teknik relaksasi napas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana mengembuskan nafas secara
perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi
nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi darah.

14
2. Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat
penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa
sejahtera. Musik dapat mempengaruhi fungsi fisiologis, seperti
respirasi, denyut jantung dan tekanan darah.
3. Imajinasi terbimbing merupakan salah satu teknik yang dapat
menimbulkan efek relaksasi pada penggunanya. imajinasi dari individu
secara terbimbing yang bertujuan mengembangkan relaksasi dan
meningkatkan kualitas hidup individu. Dengan membayangkan suatu
tempat atau situasi yang menyenangkan individu akan menemukan
titik rileksnya, terlebih jika ketika berimajinasi melibatkan indra yang
dimiliki seperti pengelihatan, penciuman, perabaan, pendengaran,
bahkan pengecapan.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan desain
multiple case study. Metode penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang
digunakan peneliti untuk menemukan pengetahuan atau teori terhadap penelitian pada
satu waktu tertentu (Mukthar, 2013). Salah satu jenis studi kasus adalah multiple-
kasus (multiple case study). Menurut (Sri Wahyuningsih, 2013) multiple case study
adalah penarikan generalisasi untuk lingkup yang lebih luas dan untuk
mengidentifikasi perbedaan corak khusus dengan menyelidiki persamaan dan
perbedaan antar kasus. Demikian dengan penelitian ini, peneliti menggunakan desain
penelitian multiple case study untuk mengetahui manajemen nyeri pada apsien pasca
operasi apendiktomi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan direncanakan di Rumah Sakit RSAD Tk II Udayana, Pada bulan
Mei - Juni 2021.
C. Partisipan
1. Partisipan penelitian
Partisipan pada penelitian ini adalah penata anestesi yang akan melakukan
tindakan manajemen nyeri pada pasien pasca operasi apendiktomi dan pasien yang
akan menjalani tindakan pembedahan di RSAD Tk II Udayana tahun 2021.
2. Jumlah partisipan
Partisipan pada penelitian ini adalah penata anestesi yang masih aktif bertugas di
RSAD Tk II Udayana, dan pasien pasca operasi apendiktomi yang mengalami
nyeri akibat pembedahan. Pengambilan partisipan dalam penelitian ini hanya 2
partisipan yang menjalani pembedahan pasca operasi apendiktomi.
3. Kriteria pemilihan partisipan
Kriteria sample dibedakan menjadi dua yaitu : kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi.
a) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi


target yang terjangkau yang akan diteliti (Perry & Potter, 2010).

16
1. Pasien yang menjalani pasca operasi apendiktomi dengan laparatomi
2. Penata anestesi dalam manajemen nyeri farmakologi dan non farmakologi
pasca operasi apendiktomi.

b) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah suatu karakteristik dari populasi yang dapat


menyebabkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi namum tidak dapat
disertakan menjadi subjek penelitian (Perry & Potter, 2010). Pada penelitian ini,
kriteria eksklusi meliputi :

1. Penata anestesi yang sedang menangani pasien operasi cito


2. Pasien dengan komplikasi perdarahan pasca operasi apendiktomi

D. Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer


dengan wawancara dan observasi. Metode ini dipakai untuk membantu
memecahkan masalah-masalah yang akan diteliti dan hasil penyelidikan data atau
informasi yang didapat di lapangan. Ada beberapa teknik pengumpulan data yang
dapat dilakukan dalam peneliti ini, yaitu sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.
Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yaitu
wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis
dan pertanyaan yang diajukan telah disusun. Wawancara dilakukan kepada penata
anestesi dengan manajemen nyeri pada pasien pasca operasi apendiktomi Di
RSAD Tk II Udayana Denpasar.
b. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Inti dari observasi adalah adanya
perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak
dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung oleh mata, dapat didengar,
17
dapat dihitung, dan dapat diukur. Observasi yang dilakukan peneliti adalah
dengan melihat bagaimana manajemen nyeri pada pasien pasca operasi
apendiktomi Di RSAD Tk II Udayana Denpasar.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan list
daftar pertanyaan.
E. Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah analisis
deskriftif. Yakni menghubungkan antara data yang satu dengan data yang lainnya.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu case analysis dan croos
case analysis dengan membandingkan temuan-temuan yang diperoleh dari masing-
masing kasus, sekaligus sebagai proses memadukan antar kasus. Teknik Analisa data
pada penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu :
1. Mereduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, menggolongkan, penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis dilapangan. Data hasil observasi yang terkumpul dalam bentuk cacatan
lapangan disajikan dalam satu transkip dan dikelompokkan menjadi data-data
sesuai dengan yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.
2. Penyajian data
Penyajian data disesuaikan dengan desain studi kasus deskriptif yang dipilih untuk
studi kasus. Data dikelompokkan menjadi bagian dan sub bagian sesuai dengan
informasi yang diperoleh, kemudian disajikan secara terstruktur dalam bentuk
naratif. Data hasil wawancara mendalam, diuraikan pernyataan subyek yang
diwawancara, uraian tentang sikap, keyakinan dan pemikirannya. Data hasil
pengamatan/observasi, diuraikan secara rinci tentang situasi, kejadian, interaksi,
dan tingkah laku yang diamati.
3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan sebagai bagian dari satu kegiatan yang utuh. Data yang
sudah direduksi dan disajikan secara sistematis kemudian ditarik kesimpulan
sementara. Kesimpulan sementara kemudian diverifikasi, Teknik yang digunakan
untuk memverifikasi adalah triangulasi sumber data. Triangulasi dengan sumber
artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Triangulasi melibatkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang

18
kemudian akan dibandingkan sehingga didapatkan sebuah kesimpulan akhir. Data
juga dibahas dan dibandingkan dengan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan
secara teoritis dengan perilaku kesehatan kemudian.

F. Etika Penelitian
Setiap melakukan penelitian yang mengikutsertakan manusia sebagai subjek
penelitian, harus diwajibkan menerapkan tiga prinsip etik atau kaidah dasar
penelitian, yaitu respect for pearsons (others), beneficence dan non maleficence serta
justice.
1. Respect for pearsons (others), peneliti selalu menjaga dan menghormati harkat
dan martabat bagi patisipan sebagai makhluk bio, psiko, sosial dan spiritual.
Peneliti memberikan kebebasan pada partisipan untuk memilih menjadi partisipan
sehingga dalam penelitian ini tidak ada unsur paksaan.
2. Beneficence dan non maleficence, prinsip ini menekankan peneliti untuk
melakukan penelitian yang memberikan manfaat bagi partisipan. Prinsip ini
memberikan keuntungan dengan cara memberikan informasi betapa pentingnya
upaya perawat anestesi dalam menurunkan kecemasan pasien dan menggali sejauh
mana kesiagaan yang dilakukan perawat anestesi di RSU Bangli.
3. Justice, peneliti tidak diskriminasi dalam memperlakukan partisipan, peneltian ini
tidak mengandung resiko yang mengancam rasa aman partisipan. Peneliti
menjamin kerahasiaan partisipan, menghentikan penelitian jika ternyata dalam
proses penelitian tidak nyaman, dan memberikan kesempatan kepada partisipan
penelitian untuk mengajukan pertanyaan tentang penelitian.
Selain harus memperhatikan ketiga prinsip diatas peneliti juga harus
memperhatikan beberapa hal yang mendasari penyusunan studi kasus, yang terdiri
dari:
1. Informed consent (persetujuan menjadi partisipan)
Informed consent merupakan bentuk peretujuan antara peneliti dengan
responden peneliti dengan memberikan lembar pesetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan dengan menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar
subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika
subyek bersedia maka mereka harus menandatangani hak responden.

19
2. Anonymity (tanpa nama)
Anonymity merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam subyek
penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencatumkan nama responden
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Confidentiality merupakan kerahasiaan hasil penlitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan
pada hasil penelitian.

20
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Penata Anestesi Lama Kerja di Rumah Sakit dan Lama Pendidikan
Partisipan dalam penelitian ini adalah yakni tuan WS penata anestesi yang
sudah memiliki pengalaman kerja selama 15 tahun lulusan D III Keperawatan
Anestesi, dan sedang menjalani Pendidikan alih jenjang ke D-IV keperawatan
anestesi. Narasumber yang kedua yakni penata anestesi AD dengan pengalaman kerja
3 tahun lulusan D III Keperawatan Anestesi dan sedang menjalani pelatihan penata
anestesi di RSAD Tk II Udayana.

B. Karakteristik Nyeri dan Skala Nyeri Pasien yang Menjalani Pasca Operasi
Apendiktomi
Pada penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi yang dilakukan
oleh peneliti pada dua partisipan pasien pasca operasi apendiktomi yang mengalami
nyeri. Pada penelitian ini karakteristik nyeri dikaji dengan PQRST yang mana P
(Provoking) merupakan faktor yang mempengaruhi berat atau ringanya nyeri, Q
(Quality) merupakan kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk, tersayat atau tumpul, R
(region) merupakan daerah nyeri, S (Severity) merupakan tingkat keparahan nyeri,
dan T ( Time ) merupakan waktu timbulnya nyeri. Alat ukur yang digunakan untuk
mengkaji skala nyeri pasien menggunakan Numeric Rating Scale (NRS).

C. Mengidentifikasi Manajemen Nyeri Secara Farmakologi dan Secara Non Farmakologi


Pada Pasien Pasca Operasi Apendiktomi
Berdasrkan hasil wawancara pada partisipan penata anestesi. didapatkan hasil
bahwa peran penata anestesi ada dua yaitu : peran mandiri, dan peran kolaboratif.
Peran mandiri penata anestesi dilakukan di pre, intra, dan pasca sedangkan peran
kolaborasi dilakukan berkolaborasi dengan dokter spesialis anestesi dalam tindakan
anestesi. Nyeri bersifat subjektif. pasien pasca operasi apendiktomi pada umumnya
mengalami nyeri sedang hinga berat, dengan skala 5-7.
Tindakan Secara farmakologi diberikan obat-obatan golongan NSAID yaitu
tramadol dan ketorolac. Dosis yang diberikan tramadol 50 mg, dan dosis ketorolac 30
mg. di RSAD Tk II Udayana juga menggunakan obat multimodal yaitu ketamin, dan
tramadol antara 200-250 mg dan ketorolac tergantung berat badan pada umumnya di
RSAD Tk II Udayana dosis yang diberikan 60 mg. di drip dalam D5% kemudian

21
ketorolac pemberian intens setiap 8 jam diberikan 30 mg IV. di harapkan jika
menggunakan spinal 30 menit sebelum obat habis diberikan bolus/IV. di berikan
setiap 8 jam sekali. Adapun obat tambahan multimodal yang terbaru digunakan yaitu
dexsamethasone disamping sebagai anti nyeri dan anti mual. Sedangkan tindakan
secara non farmakologi sifatnya persepsi yaitu mengalihkan perhatian. Melakukan
distraksi, dan melakukan Teknik relaksasi napas dalam. diberikan setiap 10-15 menit
sekali.

22
BAB V
PEMBAHASAN

A. Karakteristik penata anestesi lama kerja di rumah sakit dan lama Pendidikan
Partisipan dalam penelitian ini adalah dua narasumber yaitu penata anestesi.
Narasumber pertama yakni tuan WS jenis kelamin laki-laki, umur 41 tahun, penata
anestesi yang sudah memiliki pengalaman kerja selama 15 tahun lulusan D III
Keperawatan Anestesi, dan sedang menjalani Pendidikan alih jenjang ke D-IV
keperawatan anestesi. Narasumber yang kedua yakni penata anestesi inisial AD jenis
kelamin perempuan, umur 38 tahun dengan pengalaman kerja 3 tahun. Lulusan D III
Keperawatan Anestesi dan sedang menjalani pelatihan penata anestesi di RSAD Tk II
Udayana.
B. Karakteristik nyeri dan skala nyeri pasien yang menjalani pasca operasi apendiktomi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kedua partisipan yaitu
partisipan 1 Tn.S, umur 32 th, Pendidikan terakhir SMA, di dapatkan tekanan darah
110/70 mmHg, nadi 80x/mnt, RR 20x/mnt, SpO2 : 98% dengan skala nyeri
menggunakan PQRST P (Provoking) : nyeri bertambah saat bergerak, Q (Quality) :
seperti tertusuk-tusuk, R (region) : perut bagian bawah kanan, S (Severity) : 7 nyeri
berat , T ( Time ) : terus-menerus. Partisipan 2 yaitu Tn. A, umur 42 tahun,
Pendidikan terakhir D III, di dapatkan Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 85x/mnt,
RR 22x/mnt, SpO2 : 99% dengan skala nyeri menggunakan P (Provoking) : nyeri
bertambah saat bergerak, Q (Quality) : tertusuk benda tajam, R (region) : perut kanan
bawah, , S (Severity) : 5 nyeri sedang, T ( Time ) : hilang timbul.
“Dapat dilihat adanya perbedaan skala nyeri yang dialami pada kedua partisipan
mengalami sama-sama nyeri pasca operasi apendiktomi. Skala nyeri dari masing-
masing partisipan pada penelitian partisipan 1 mengalami skala nyeri 7 nyeri berat.
sedangkan partisipan 2 mengalami skala nyeri 5 yaitu nyeri sedang”
Berdasarkan penelitian studi kasus menyatakan bahwa nyeri timbul karena
robeknya jaringan tubuh disebabkan oleh benda tajam atau tumpul yang membuat
ujung-ujung saraf rusak atau terputus gejala pasca operasi apendiktomi adalah nyeri
visceral epigastrium pindah ke kanan bawah ke titik Mc Burney. Apabila nyeri tidak
ditangani maka dapat menimbulkan masalah seperti hambatan mobilitas fisik
(Tsamsuhidajat & Wong de jong 2010).

23
C. Manajemen nyeri farmakologi dan non farmakologi pada pasien pasca operasi
apendiktomi
Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan pada partisipan. Peran penata
anestesi ada dua yaitu : yang pertama peran mandiri yaitu melakukan asuhan
kepenataan anestesi pada pre, intra maupun pasca. yang kedua peran kolaborasi yaitu
berkolaborasi dengan dokter spesialis anestesi dalam tindakan anestesi. Nyeri pasca
operasi apendiktomi adalah nyeri bersifat subjektif dan emosional yang tidak
menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial. Nyeri
pasca operasi dilihat dari kriteria operasi. Operasi apendiksitis termasuk operasi
sedang, kembali lagi jika nyeri itu sifatnya subjektif. Jadi setiap orang berbeda-beda.
Tapi pada umumnya nyeri yang disebabkan oleh operasi apendiktomi tidak sampai
ditemukan nyeri berat kecuali tidak ada terapi nyeri. jika sudah diawali dengan terapi
nyeri, didapatkan nyeri sedang. skala nyeri pada pasien pasca operasi apendiktomi
antara 5-7.
Pada pasien pasca operasi apendiktomi lebih efektif menggunakan
farmakologi karena langsung bekerja ke pusat otak. Jika menggunakan non
farmakologi mungkin untuk nyeri-nyeri yang kronis, nyeri yang sifatnya derajat
rendah bisa menggunakan farmakologi. Nyeri yang sedang keatas harus
menggunakan penanganan nyeri farmakologi. Jika farmakologi langsung bekerja ke
pusat nyeri dari tranduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Secara otomatis nyeri
tidak akan terjadi.
Tindakan farmakologi yang diberikan pada pasien operasi pasca apendiktomi
di RSAD Tk II Udayana selama ini belum pernah memakai obat narkotik. Obat-
obatan yang digunakan adalah obat golongan NSAID atau golongan yang kerjanya
sentral yaitu tramadol dan ketorolac. Dosis yang diberikan bervariasi tiap dokter di
RSAD Tk II udayana juga menggunakan obat multimodal. Diawal sudah diberikan,
misalnya operasi spinal diharapkan diawal sudah memblok nyeri dan ditambahkan
obat multimodal ketamin dan tramadol anatara 200-250 mg. ketorolac tergantung
berat badan pada umumnya di RSAD Tk II udayana dosis yang diberikan 60 mg dan
di drip dalam D5% kemudian ketorolac intens setiap 8 jam diberikan 30 mg IV bolus.
Rentang waktu yang diberikan, jika mengunakan spinal sebelum habis obat spinal 30
menit sebelum harus diberikan bolus atau lodding dose. Dengan pemberian dosis
tramadol 50 mg dan ketorolac 30 mg. diharapkan kandungan di dalam darah tinggi,
setelah itu dilanjutkan dengan pemberian drip. Sehingga tidak cepat turun konsentrasi
di tubuh pasien dan tetap stabil. Pemberian obat setiap 8 jam sekali diberikan. jam

24
pertama diberikan di pre, 8 jam kemudian di berikan RR (recovery room), 8 jam
kemudian diberikan diruang rawat. Ketorolac diberikan 3x30 mg tergantung umur,
jika dewasa sekian. di RSAD Tk II udayana juga menggunakan obat tambahan
multimodal yaitu dexsamethasone dengan dosis 5 mg diberikan 5-10 mg IV Bolus.
sebagai anti nyeri dan anti mual.
Tindakan non farmakologi yang diberikan yaitu sifatnya persepsi atau
mengalihkan perhatian. Contohnya memberikan distraksi atau pengalihan perhatian
dengan Teknik relaksasi napas dalam tujuanya menghirup oksigen lebih banyak.
Karena jaringan yang tidak sehat butuh oksigen yang lebih banyak sehingga dapat
asupan oksigen lebih banyak.
Berdasarkan hasil penelitian studi kasus menyatakan penanganan nyeri bisa
dilakukan secara farmokologis dan non farmakologis. Penanganan secara
farmakologis yaitu kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic dan
anestesi. Sedangkan non farmakologi yaitu dengan distraksi, kompres dingin dan
panas, hypnosis, guide imagery, Teknik relaksasi napas dalam (Potter & Perry,
2010).

D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara mendalam (indepth
interview), dilakukan di ruang RR (recovery room), yang mana terdapat orang lain
dan aktifitas lain yang dilakukan dalam satu ruangan menyebabkan bising dan kurang
fokus yang bisa menjadi bias dikarenakan wawancara mendalam mengharuskan
partisipan untuk fokus dalam menjawab pertanyaan, sehingga penelitian berikutnya
agar dapat mengkondisikan tempat penelitian agar lebih kondusif dan mengurangi
bias dalam penelitian.

25
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Manajemen nyeri pada
pasien pasca operasi apendiktomi di RSAD Tk II Udayana. partisipan yakni WS
pendidikan terakhir DIII keperawatan anestesi dan bekerja sebagai penata anestesi
selama 15 tahun sedangkan AD jenjang pendidikan DIII keperawatan anestesi dan
bekerja sebagai penata anestesi 3 tahun. Adapun nyeri pasca operasi apendiktomi
kedua partisipan sama-sama mengalami nyeri dan perbedaan skala nyeri pada
partisipan 1 nyeri bertambah saat bergerak, nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri pada
perut bagian bawah kanan, skala 7 nyeri berat, terus-menerus partisipan 2 nyeri
bertambah saat bergerak, nyeri tertusuk benda tajam, nyeri perut kanan bawah, skala
nyeri 5 nyeri sedang, nyeri hilang timbul. Manajemen nyeri farmakologi
menggunakan obat golongan NSAID yaitu tramadol dan ketorolac dan obat tambahan
multimodal ketamin dan tramodal sedangkan non farmakologi tindakan yang
diberikan melakukan distraksi, dan melakukan Teknik relaksasi napas dalam.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan diatas
beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya :
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan agar pelayanan kesehatan atau rumah sakit tempat penata
anestesi bekerja dapat meningkatkan penanganan secara farmakologi maupun non
farmakologi
2. Bagi Penata Anestesi
Bagi peneliti khususnya di bidang anestesiologi, diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman tentang manajemen nyeri pada pasien pasca operasi apendiktomi
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain agar dapat mengkondisikan ruangan atau tempat penelitian agar
lebih kondusif dan tidak menyebabkan kebisingan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2017). Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan Pendekatan Non


Farmakologi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(1).
https://doi.org/10.30651/jkm.v2i1.1201

Amalina, A., Suchitra, A., & Saputra, D. (2018). Hubungan Jumlah Leukosit Pre
Operasi dengan Kejadian Komplikasi Pasca Operasi Apendektomi pada Pasien
Apendisitis Perforasi di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
7(4), 491. https://doi.org/10.25077/jka.v7i4.907

Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1), 7.


https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449

Hardono, H., Marthalena, Y., & Yusuf, J. A. (2020). Obesitas, Anemia dan Mobilitas
Dini mempengaruhi Penyembuhan Luka Post-Op Apendiktomi. Wellness and
Healthy Magazine, 2(February), 177–186.

Hartawan, I. G. . B. R. M., & Dkk. (2020). Karakteristik kasus apendisitis di rumah


sakit umum pusat sanglah denpasar bali tahun 2018. 9(10), 6–10.
https://ocs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/67019/37307

Rahmatun, V., & Heru, W. (2020). Penerapan Tehnik Distraksi Nafas Ritmik Untuk
Menurunkan Nyeri Pada Pasien Post Apendiktomi. Jurnal Manajemen Asuhan
Keperawatan, 4(1), 43–52. https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.81

Sulung, N., & Rani, S. D. (2017). Pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang Lubuk Pakam. Jurnal Endurance, 2(3),
397–405.

Wati, R. A., Widyastuti, Y., & Istiqomah, N. (2020). Perbandingan Terapi Musik
Klasik Dan Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Post Operasi
Appendiktomy. Jurnal Surya Muda, 2(2), 97–109.
https://doi.org/10.38102/jsm.v2i2.71

Zuriati, R. (2016). K arakteristik Penderita Apendisitis akut di Rsud Palembang Bari


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

27
(R. Sjamsuhidajat, 2011)Aisyah, S. (2017). Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan
Pendekatan Non Farmakologi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(1).
https://doi.org/10.30651/jkm.v2i1.1201

Wati, R. A., Widyastuti, Y., & Istiqomah, N. (2020). Perbandingan Terapi Musik
Klasik Dan Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri Post Operasi
Appendiktomy. Jurnal Surya Muda, 2(2), 97–109.
https://doi.org/10.38102/jsm.v2i2.71

Mukthar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Reference.

Sri Wahyuningsih. (2013). Metode Penelitian Studi Kasus (1st ed.). Madura: UTM
Press.

Potter, P., & Perry, A. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

28
Lampiran 1

LEMBAR WAWANCARA

Petunjuk Pengisian
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan mengisi sesuai kondisi dan keadaan
partisipan (dimohon dengan hormat seluruh pertanyaan di jawab semua).

1. Apa saja peran perawat anestesi yang Bapak/Ibu ketahui ?


…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
2. Dalam pengalaman Bapak/Ibu seberapa nyeri pasien pasca operasi
apendiktomi yang pernah ditangani ?
………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………....
…………………………………………………………………………………
3. Menurut Bapak/Ibu lebih efektif mana menggunakan farmakologi atau non
farmakologi ?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
4. Bagaimana tindakan farmakologi diberikan ? berapa kali dan berapa lama
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
5. Bagaimana tindakan non farmakologi yang diberikan ? berapa kali dan
berapa lama
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

29
Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI

Manajemen Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi


Apendiktomi di RSAD Tk II Udayana

Berilah tanda centang ( √ ) pada kolom yang ada disebelah kanan dengan pilihan
sesuai dengan jawaban partisipan berikut :

Identitas Partisipan
Nama/inisial :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
No RM :

No Observasi Pasien 1 Pasien 2


Nilai Iya Tidak Nilai Iya Tidak

1 Tekanan darah 110/70 √ 120/80 √


mmHg mmHg
2 Nadi 80x/menit √ 85x/menit √
3 RR 20x/menit √ 22x/menit √
4 Suhu Tubuh 36,5°C √ 36°C √
5 SpO2 98% √ 99% √
6 CRT < 2 detik √ < 2 detik √
7 Berat Badan 65 kg √ 60 kg √
8 Tinggi Badan 170 cm √ 165 cm √
9 Kesadaran Compos √ Compos √
mentis mentis
10 Pengukuran Skala
Nyeri pasien
dengan PQRST Nyeri Nyeri
P (Provoking) : bertambah bertambah
Fator yang saat saat

30
mempengaruhi bergerak bergerak
berat atau ringanya
nyeri Tertusuk-
Q (Quality) : tusuk Tertusuk
Kualitas nyeri benda tajam
seperti tertusuk,
tersayat atau
tumpul. Perut Perut bawah
R (Region) : bagian kanan
Daerah nyeri kanan Skala 5
S (Severity) : bawah
Tingkat parahnya Skala 7 Hilang
nyeri timbul
T (Time) : Terus-
Waktu timbulnya menerus
nyeri, lamanya
nyeri dan frekunsi
nyeri.

31
Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN

Kepada:
Yth: Bapak/ Ibu Perawat Anestesi di RSAD Tk II Udayana
di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nyoman Sri Wahyuni
NIM : 17D10049
Pekerjaan : Mahasiswa semester VII Pogram Studi D IV Keperawatan
Anestesiologi, ITEKES BALI
Alamat : Jl Muhammad Yamin VI, No 10 Renon.
Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk bersedia
menjadi partisipan dalam penelitian saya yang berjudul “Manajemen Nyeri Pada
Pasien Pasca Operasi Apendiktomi di RSAD Tk II Udayana Denpasar”, yang
pengumpulan datanya akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2021. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perawat anestesi dalam
memanajmen nyeri pada pasien pasca operasi apendiktomi. Saya akan tetap menjaga
segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan pada partisipan.
Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama dari
kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.

Denpasar, 17 Mei 2021


Peneliti

Nyoman Sri Wahyuni


NIM: 17D10049

32
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Partisipan yang diajukan oleh


Saudari Nyoman Sri Wahyuni Mahasiswa semester VII Program Studi D-IV
Keperawatan Anestesiologi ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul “Manajemen
Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Apendiktomi di RSAD Tk II Udayana Denpasar”,
maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian
tersebut, secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Peneliti
menjamin segala bentuk privasi akan tetap dijaga oleh peneliti dan tidak
disebarluaskan kepada siapapun demi menjaga kenyamanan dan keamanan partisipan
serta segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan.
Demikian persetujuan ini saya berikan agar dapat digunakan. Sebagaimana mestinya.

Denpasar, …………………2021
Partisipan

…………………………

33
Lampiran 5

34
Lampiran 6

35
Lampiran 7

36
Lampiran 8

37

Anda mungkin juga menyukai