Anda di halaman 1dari 83

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA DENGAN


PERILAKU LANSIA DALAM PEMENUHAN PERSONAL HYGIENE
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS KLUNGKUNG I

NI PUTU DENTIKA ASVINI

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021

i
SKRIPSI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA DENGAN
PERILAKU LANSIA DALAM PEMENUHAN PERSONAL HYGIENE
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS KLUNGKUNG I

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.)


Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

Diajukan Oleh :

NI PUTU DENTIKA ASVINI


NIM.17C10161

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan


Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan Personal Hygiene di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Klungkung I” telah mendapatkan persetujuan pembimbing untuk
diajukan dalam ujian proposal penelitian.

Denpasar, , 2021

Pembimbing I Pembimbing II

AAA. Yuliati Darmini, S. Kep., Ns., MNS I.B. Maha Gandamayu, MPH
NIDN. 0821076701 NIDN. 0817128501

iii
PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Studi
Sarjana Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
pada tanggal …… 2021
Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Rektor ITEKES Bali
Nomor :……………………………………….
Ketua :………………………………………………… ………………
NIR/NIDN :……………………………………
Anggota :
1. …………………………………………
NIR/NIDN……………………………..
2. ………………………………………….
NIR/NIDN……………………………..

Mengetahui

Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Program Studi Sarjana Keperawatan

Rektor Ketua

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D AAA. Yuliati Darmini, S. Kep., Ns., MNS
NIDN. 0823067802 NIDN. 0821076701

iv
v
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Perilak


u Lansia Dalam Pemenuhan Personal Hygiene di Wilayah Kerja UPT Puskes
mas Klungkung I”, telah disajikan di depan dewan penguji pada tanggal …….. d
an telah diterima serta disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi dan Rektor Institut T
eknologi Dan Kesehatan Bali.

Denpasar, ……. 2021


Disahkan oleh :
Dewan Penguji Skripsi

Ketua :………………………………………………… ………………


NIR/NIDN :……………………………………
Anggota :
1. …………………………………………
NIR/NIDN……………………………..
2. ………………………………………….
NIR/NIDN……………………………..

Mengetahui

Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Program Studi Sarjana Keperawatan


Rektor Ketua

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D AAA. Yuliati Darmini, S. Kep., Ns., MNS
NIDN. 0823067802 NIDN. 0821076701

vi
FORMAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Putu Dentika Asvini


NIM : 17C10161

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul


“Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Lansia Dalam
Pemenuhan Personal Hygiene di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Klungkung I”,
yang saya tulis ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri. Semua sumber
baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya cantumkan dengan benar.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi adalah hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika dikemudian hari pernyatan ini tidak benar.

Dibuat di : Denpasar
Pada tanggal :
Yang menyatakan

(Ni Putu Dentika Asvini)

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skri
psi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Lansi
a Dalam Pemenuhan Personal Hygiene di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Klungk
ung I”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, penga
rahan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ng.,Ph.D. selaku Rektor Inst
itut Teknologi Dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempat
an kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep selaku Wakil Rektor (Ware
k) I Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan ke
sempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep.,MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesem
patan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto.,S.Kep.,Ns.,MNS selaku Dekan Fakultas Keseh
atan Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali yang memberikan dukungan mora
l kepada penulis.
5. Ibu Anak Agung Ayu Yuliati Darmini, S.Kp.,Ns.,MNS selaku Ketua Program
Studi Sarjana Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali dan sekalig
us menjadi Pembimbing I yang telah memberikan dukungan moral dan banya
k memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak I.B. Maha Gandamayu, MPH., selaku pembimbing II yang telah banya
k memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Ns. Yustina Ni Putu Yusniawati, S.Kep.,M.Kep., selaku dosen pengolah d
ata yang telah banyak membantu peneliti dalam melakukan analisa data.

viii
8. Ibu Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep.,M.Kes selaku Wali Kelas C Prodi Sarjana K
eperawatan Tingkat IV yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepa
da penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Ibu Desak Sayang selaku penanggungjawab lansia di Puskesmas Klungkung I
yang telah banyak memberi dukungan dan membantu dalam proses pengump
ulan data
10. Seluruh keluarga terutama, Bapak I Wayan Suartika dan Ibu Ni Ketut Deden
selaku orang tua yang telah banyak memberikan dukungan serta dorongan mo
ral, materi dan doa hingga selesainya skripsi ini.
11. Teman terdekat penulis Arysandhi Yudistira dan adik penulis Tapayasa Putra
Nadi, yang telah ikut membantu, memberikan motivasi dan penghibur selama
penyusunan skripsi.
12. Sahabat penulis Ari Prawangsa, Agung Sudendra dan Ariskanitha, yang telah
memberi penulis semangat dan penghiburan.
13. Teman – teman seperjuangan di Sarjana Keperawatan C Sandra, Putri, Kremi,
Kresniari, Piyantari, Indah, Ika dan angkatan 2017 yang tidak tersebut namun
telah memberikan bantuan, dukungan dan semangat dalam penyelesaian skrip
si ini
14. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna.
Maka dari itu dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
kontruktif untuk dapat memperbaiki serta menyempurnakan tulisan ini.

Denpasar, …… 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................iii
PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI........................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN.....................................................vi
FORMAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................vii
KATA PENGANTAR.........................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................5
1. Tujuan umum.......................................................................................................5
2. Tujuan khusus......................................................................................................5
D. Manfaat..............................................................................................................6
1. Manfaat Teoritis...................................................................................................6
2. Manfaat Praktis....................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
A. Lansia..................................................................................................................7
B. Personal Hygiene (Kebersihan Diri).................................................................11
C. PERILAKU.......................................................................................................14
D. PENGETAHUAN.............................................................................................19
E. PENELITIAN TERKAIT..................................................................................22
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL DAN DEFINISI
OPERASIONAL..................................................................................................26
A. Kerangka Konsep..............................................................................................26
B. Hipotesis............................................................................................................27
C. Variabel dan Definisi Operasional....................................................................27

x
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................32
A. Desain Penelitian...............................................................................................32
B. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................32
C. Populasi, Sampel dan Sampling........................................................................33
D. Pengumpulan Data............................................................................................36
E. Analisa Data.......................................................................................................41
F. Etika Penelitian..................................................................................................48
BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................50
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................50
B. Karakteristik Responden...................................................................................51
C. Hasil Penelitian..................................................................................................53
BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................64
A. Tingkat Pengetahuan Personal Hygiene Lansia................................................64
B. Perilaku Pemenuhan Personal Hygiene Lansia.................................................65
C. Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Lansia Dalam
Pemenuhan Personal Hygiene...............................................................................66
D. Keterbatasan Penelitian.....................................................................................67
BAB VII PENUTUP.............................................................................................68
A. Simpulan............................................................................................................68
B. Saran..................................................................................................................68
BAB VII PENUTUP
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

xi
Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................28

Tabel 4.1 Jumlah Sampel Pada Metode Propotional Stratified Sampling.............36

Tabel 4.2 Coding tingkat pengetahuan personal hygiene lansia ………………...43

Tabel 4.3 Coding perilaku personal hygiene lansia ……………………………..44

Tabel 4.4 Kekuatan Korelasi .................................................................................47

Tabel 5.1 Karakteristik Responden ……………………………………..………44

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas ………………………………………………….53

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Komponen Pernyataan Tingkat Pengetahuan …54

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Pengetahuan ............................56

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Komponen Pernyataan Perilaku...........................58

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kategori Perilaku .................................................60

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Uji Korelasi Tingkat Pengetahuan dan Perilaku. 58

DAFTAR GAMBAR

xii
Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep...............................................................................26
Gambar 5.1 Scatter Plot Tingkat Pengetahuan Personal Pygiene.........................34
Gambar 5.2 Scatter Plot Perilaku Personal Hygiene Lansia.................................34

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Instrument Penelitian

Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penduduk lanjut usia terus mengalami peningkatan seiring kemajua
n di bidang kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya angka harapan
hidup dan menurunnya angka kematian. Dalam waktu hampir lima dekade,
menurut data dari Badan Statistik Indonesia persentase lansia Indonesia m
eningkat sekitar dua kali lipat (1971-2019), yakni menjadi 9,6 persen (25 j
uta-an). Dari seluruh lansia yang ada di Indonesia, lansia muda jauh mend
ominasi dengan besaran yang mencapai 63,82 persen, selanjutnya diikuti o
leh lansia madya dan lansia tua (80+ tahun) dengan besaran masing-masin
g 27,68 persen dan 8,50 persen. (Kemenkes, 2019).
Pada tahun ini sudah ada lima provinsi yang memiliki struktur pen
duduk tua di mana penduduk lansianya sudah mencapai 10 persen, yaitu:
DI Yogyakarta (14,50 persen), Jawa Tengah (13,36 persen), Jawa Timur
(12,96 persen), Bali (11,30 persen) dan Sulawesi Barat (11,15 persen). Pop
ulasi lansia meningkat sangat cepat. Tahun 2020, jumlah lansia diprediksi
sudah menyamai jumlah balita. Sebelas persen dari 6,9 milyar penduduk d
unia adalah lansia (WHO, 2013). Di Provinsi Bali jumlah penduduk lansia
yang berumur >60 tahun pada tahun 2015 mencapai 517.500 jiwa (Rhisma
wati, 2015).
Dari jumlah tersebut Kabupaten Klungkung menjadi Kabupaten de
ngan jumlah lansia terbanyak di tahun 2020 yaitu sebesar 16,62%, lalu dis
usul Kabupaten Jembrana diurutan kedua dengan jumlah lansia 16,53% (B
adan Pusat Statistik, 2015). Kabupaten Klungkung memiliki 9 puskesmas
yang tersebar di wilayah Kabupaten Klungkung. UPT

1
2

Puskesmas Klungkung I merupakan puskesmas dengan data kunju


ngan lansia terbanyak yaitu sebesar 6.551 per tahun 2018.
Jumlah lansia yang semakin besar dan mengalami peningkatan,
kini menjadi tantangan untuk kita semua agar dapat mempersiapkan lansia
yang sehat dan mandiri. Karena seiring bertambahnya usia, maka fungsi
normal tubuh akan menurun. Fisik akan menjadi lemah akibat dampak
penurunan degenerative daripada lansia yang akan berdampak pada
aktivitas sehari-hari. Salah satu masalah yang terjadi pada lansia adalah ma
salah personal hygiene. Berdasarkan data World Health Organization pada
tahun 2015, menunjukan lansia yang sudah tidak dapat melakukan
aktivitas fisik sehingga tidak menjaga kebersihan diri diperkirakan sekitar
38,2% di dunia. Dari proporsi penduduk lansia di Indonesia menunjukan
lansia yang kurang menjaga kebersihan diri diperkirakan sekitar 18,2%
dari jumlah populasi lansia, dikarenakan terbatasnya kemampuan diri
dalam melaksanakan hygiene (Iswantiah, 2012).
Personal hygiene adalah cara merawat diri untuk menjaga dan me
melihara fisik dan psikis diri pada masing-masing individu. Kebersihan me
rupakan hal yang harus diperhatikan dan sangat penting, karena kebersihan
akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendir
i sangat dipengaruhi oleh pola kebiasan dan individu itu sendiri. Tujuan dil
akukannya personal hygiene adalah untuk meningkatan derajat kesehatan,
memelihara kesehatan diri, memperbaiki personal hygiene, mencegah pen
yakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan. (Ambar
awati & Sunarsih, 2011). Personal hygiene lansia senantiasa harus terpenu
hi karena merupakan tindakan pencegahan primer yang spesifik untuk me
minimalkan mikroorganisme bakteri yang pada ahirnya mencegah seseora
ng terkena penyakit (Kuntoro, 2015).
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi personal hygiene me
nurut Yuni (2015) yaitu, citra tubuh (body image), penampilan umum, pra
ktik sosial, status sosial ekonomi, sumber daya ekonomi seseorang mempe
ngaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Pentingnya p
3

engetahuan hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi prakti


k hygiene. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia terh
adap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melal
ui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2014).
Skinner dalam Notoatmodjo (2014), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan da
ri luar). Oleh karena perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus ter
hadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori
ini disebut teori S-O-R atau Stimulus-Organisme-Response. Perilaku manu
sia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta
dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Tingkat
Pengetahuan dengan Perilaku merupakan hasil daripada segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya.
Penelitian oleh Hardono, Tohiriah, Wijayanto dan Sutrisno (2019)
yang dilakuan di desa Bulokarto mengenai faktor - faktor yang mempenga
ruhi personal hygiene. Didapatkan hasil bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi personal hygiene, diantaranya : faktor status sosial ekonom
i, faktor pengetahuan dan juga faktor kondisi fisik. Dari ketiga faktor terse
but terdapat satu faktor yang berhubungan dengan penelitian yang akan pe
neliti lakukan yaitu hubungan antara faktor pengetahuan dengan pemenuha
n personal hygiene pada lansia. Dengan hasil ada hubungan antara faktor p
engetahuan dengan pemenuhan personal hygiene. Responden pada peneliti
an ini sebagain besar menunjukan pengetahuan rendah. Menurut asumsi pe
neliti responden yang memiliki pengetahuan kurang baik karena mereka ti
dak mengerti yang dimaksud personal hygiene secara keseluruhan. Mereka
4

hanya melakukan aktivitas untuk membersihkan diri seadanya yaitu mandi,


mencuci tangan, gosok gigi.
Hasil penelitian Simbolon, Pomarida, & Magda (2019) yang dilaku
kan di Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun men
unjukkan bahwa hasil uji statistik didapat ada hubungan yang signifikan (p
value 0,001) antara pengetahuan dengan personal hygiene lansia. Hasil pe
nelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang personal hygiene propor
si tertinggi kategori baik sebanyak 62 orang (82,7%) dan proporsi tertinggi
memiliki personal hygiene yang baik sebanyak 59 orang (78,7%) (Simbol
on dkk., 2019). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarmi &
Wogono (2019) yang dilakukan di Desa Ruko Kecamatan Tobelo Utara K
abupaten Halmahera Utara yang menunjukan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan sikap personal hygiene pada lanjut usia di Desa Ruko
Kecamatan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Savitri & Utami (2012) den
gan judul hubungan pengetahuan lanjut usia dengan sikap memelihara keb
ersihan diri pada lansia di Kelurahan Bandungharjo Kecamatan Toroh Kab
upaten Grobogan didapatkan hasil berbanding terbalik dengan penelitian S
imbolon dkk. (2019) dan Sudarmi & Wogono (2019). Hasil penelitian ini
menunjukan lebih dari 50% pengetahuan lanjut usia tentang kebersihan dir
i kurang disebabkan karena tingkat pendidikan yang masih rendah yaitu m
ayoritas lulus SD yaitu masih merupakan pendidikan yang sangat rendah.
Hasil tabulasi silang yang menunjukkan bahwa terdapat 22 responden den
gan pengetahuan baik, namun sikapnya yang kurang. Tidak signifikannya
secara statistik disebabkan tidak ditemukannya pengetahuan yang baik pad
a responden dalam memelihara kebersihan diri.
Hasil yang berbeda juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan o
leh Yulaikhah, dkk (2017) didapatkan hasil bahwa meskipun responden pa
da penelitian tersebut memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu tidak
sekolah, SD, dan SMP sebagian besar melakukan personal hygiene dengan
baik. Peneliti menjelaskan hal tersebut dapat terjadi dikarenakan tingkat pe
5

ndidikan yang rendah bukan berarti memiliki tingkat pengetahuan yang re


ndah pula. Pengetahuan dapat diperoleh melalui informasi dari luar. Petug
as panti selalu menanamkan akan kebersihan sehingga lansia dapat menjag
a kebersihan dengan baik.
Semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik pada lansia
juga akan menurun, dan semakin banyak pula penyakit yang timbul. Untuk
mencegah itu hal yang perlu dijaga dan dirawat salah satunya adalah
masalah personal hygiene, untuk menjaga kebersihan perorangan yang
sangat penting dan harus dipehatikan karena kebersihan akan
mempengaruhi kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan
lansia. Tingkat pengetahuan dan perilaku lansia dalam melakukan
personal hygiene memiliki keterikatan yang erat, dengan kondisi lansia
yang sudah semakin berumur. Berdasarkan data diatas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai personal
hygiene dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan
Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan Personal Hygiene di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Klungkung I.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dibuat
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Apakah Ada Hubungan
Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan
Personal Hygiene di UPT Puskesmas Klungkung I ?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan lansia dengan perilaku lansia
dalam pemenuhan personal hygiene di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Klungkung I
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan tentang personal
hygiene lansia di di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Klungkung I
6

b. Untuk mengidentifikasi perilaku lansia terhadap personal hygiene


di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Klungkung I
c. Menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku
lansia dalam pemenuhan personal hygiene di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Klungkung I.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hubungan yang diteliti pada tingkat pengetahuan dan perilaku
lansia dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam pengembangan ilmu dalam bidang keperawatan gerontik
berkaitan dengan personal hygiene pada lansia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku
personal hygiene pada lansia. Penelitian ini juga dapat dijadikan
sebagai sarana dalam menerapkan ilmu dan teori yang didapat di
bangku kuliah.
b. Bagi Lansia
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
bagi lansia tentang pentingnya perawatan diri dan menambah
wawasan lansia terkait perawatan diri pada usia lanjut.
c. Bagi Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagi informasi
dan juga acuan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia
melalui upaya pentingnya perawatan diri lansia.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang konsep teori yang mendasari penelitian yang
akan dilakukan. Konsep teori yang dimaksud adalah konsep dari semua variable
penelitian yang akan diteliti. Sumber dari variable didapatkan dari buku dan
artikel-artikel penelitian terkait

A. Lansia
1. Definisi
Lanjut usia (lansia) merupakan orang yang sudah mencapai usia
60th keatas. menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
tahun 1998. (Pusdatin, 2014).
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) pada
tahun 1999 dalam Kholifah (2016). Lansia merupakan salah satu
kelompok atau populasi berisiko (population at risk) yang semakin
meningkat jumlahnya. Banyak diantara lanjut usia yang masih
produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa.
2. Batasan Lanjut Usia
Klasifiaksifkasi lansia menurut WHO (1999) dalam Kholifah
(2016), adalah sebagai berikut :
a. Usia lanjut (elderly) antara usis 60 – 74 tahun.
b. Usia tua (old) 75 – 90 tahun.
c. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun
3. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan
8

manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak


hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak,
dewasa dan tua. (Kemenkes, 2017).
4. Ciri – Ciri Lansia
Menurut Kholifah (2016) ciri-ciri lansia dalah sebagai berikut :
a) Lansia merupakan metode kemunduran.
Kemunduran pada lansia berhubungan dengan faktor fisik dan juga
faktor psikologis, motivasi juga merupakan salah satu yang
berperan penting dalam kemunduran lansia.
b) Lansia memiliki status kelompok minoritas
Kondisi ini terjadi akibat sikap social yang tidak menyenangkan
terhadap lansia, dan juga diperkuat oleh pendapat yang kurang
baik.
c) Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan peran pada lansia
yang mengalami kemunduran dalam segala aspek.
d) Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perilaku buruk yang dilakukan kepada lansia akan membuat lansia
mengembangkan dengan sendirinya konsep diri yang buruk, yang
tentunya memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
5. Masalah – masalah pada Lanjut usia
Masalah yang sering terjadi pada Lanjut usia menurut Padila
(2013) yaitu sebagai berikut :
a. Immobility (kurang bergerak)
Kurang bergerak yaitu gangguan fisik, jiwa dan faktor
lingkungan, peyebab yang palig sering adalah ganguan tulang,
sendi, otot, gangguan saraf, penyakit jantung, dan pembuluh
darah yang meyebabkan lansia kurang bergerak.
9

b. Instability (tidak stabil/mudah jatuh)


Ketidakstabilan merupakan penyebab terjatuh pada lansia
berupa faktor intristik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan
tubuh penderita) dan faktor ekstrinsik (hal yang berasal dari
luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan lingkungan.
c. Incontinence (buang air kecil dan buang air besar)
Buang air kecil (BAK) keluarnya air seni yang tanpa
disadari merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada
lansia yang menjadi masalah kesehatan dan juga sosial
sehingga dapat memperburuk kulitas kesehatan lansia.
d. Intellectual impairment (gangguan intelektual/dimensia)
Gangguan intelektual merupakan kumpulan gejala klinik
yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang
cukup berat yang dapat menyebabkan terganggunya aktifitas
sehari-hari.
e. Infection (infeksi)
Infeksi mrupakan salah satu masalah kesehatan yang paling
penting pada lansia, karena sering ditemukan pada lansia
karena gejala tidak khas yang dapat menyebabkan
keterlambatan diagnosis dan penanganan sehingga beresiko
fatal.
f. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convelecense, skin intergrity (gangguan panca indra,
komunikasi, penyembuhan, dan kulit)
Gangguan panca indra, komunikasi, penyembuhan dan kulit
fungsinya akan berkurang akibat dari proses menua. Akibat
proses menua kulit juga menjadi cepat rapuh dan kering.
g. Impaction (sulit buang air besar)
Sulit buang air besar (konstipasi) beberapa factor yang
meyebabkan konstipasi seperti kurangnya gerakan fisik, asupan
10

makanan yang kurang berserat, kurang minum, dan juga akibat


konsumsi obat - obatan tertentu.
h. Isolation (depresi)
Pertambahan usia, penyakit dan berkurangnya kemandirian
sosial akibat proses dari menua juga menjadi salah satu faktor
pemicu munculnya depresi pada lansia.
i. Inanition (kurang gizi)
Kurang gizi pada lansia disebabkan oleh perubahan
lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor kondisi
kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur,
alcohol, dan obat-obatan.
j. Impecunity (tidak memiliki uang)
Semakin bertambahnya usia, maka kemampuan fisik dan
juga mental akan berkurang, yang menyebabkan
ketidakmapuan tubuh untuk mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaan sehingga tidak mampu menghasilakn uang.
k. Iatrogenesi (menderita akibat obat-obatan)
Penyakit yang muncul karena komplikasi dari penyakit
yang sudah ada, disebabkan oleh komplikasi dan konsumsi
obat-obatan yang banyak akibat dari penyakit.
l. Insomnia (gangguan tidur)
Gangguan tidur merupakan masalah paling sering terjadi
pada lansia yang merupakan keadaan yang aman seseorang
tidak cukup tidur. Keluhan yang sering ditemukan pada lansia,
yaitu sulit masuk dalam proses tidur.
m. Impotence (impotensi)
Impotensi atau disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan
pria mencapai dan mempertahankan ereksi. Penyebab terjadi
impotensi ada 2 yaitu, faktor psikis dan fisik. Usia lansia yang
menyebabkan kemampuan fisik berkurang dan akan
mempengaruhi psikis. Faktor psikis pada lansia yang sangat
11

berpengaruh sekali pada kemampuan seksual seseorang adalah


depresi.
B. Personal Hygiene (Kebersihan Diri)
1. Definisi Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Personal hygiene suatu
bentuk tindakan dalam upaya pemeliharaan kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan dirinya mencakup kesehatan fisik
maupun psikisnya (Isro’in & Sulistio, 2012).
Kebersihan diri merupakan kondisi yang sangat penting
diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari karena mempengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan seseorang merupakan
bagian dari penampilan dan harga diri sehingga jika seseorang
mengalami keterbatasan dalam memenuhi personal hygiene bisa jadi
akan memperngaruhi kesehatan secara umum (Isro’in & Sulistio,
2012).
2. Tujuan Personal Hygiene
Menurut Isro’in & Sulistio (2012) tujuan daripada perawatan
personal hygiene adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan
3. Macam – macam Personal Hygiene
Menurut Nugroho (2008) dikutip dari Yuni (2015) macam-macam
personal hygiene adalah sebagai berikut :
a. Kebersihan Mulut dan Gigi
Kebersihan mulut dan gigi pada lansia harus tetap dijaga
dengan menyikat gigi dan juga berkumur secara teratur
12

meskipun sudang ompong. Bagi lansia yang masih memiliki


gigi lengkap, dapat menyikat giginya 2 kali sehari ketika
bangun pagi dan malam sebelum tidur.
b. Kebersihan Kulit
Kulit sebagai organ yang memiliki peranan sentral dalam
menjaga tubuh yang fungsinya membantu dan menjalankan
sistem kerja tubuh, seperti pengaturan suhu, ekresi dan sekresi.
Usaha membersihkan kulit dan badan bisa dilakukan dengan
cara mandi seacar teratur 2 kali sehari. Tujuan daripada mandi
pada lansia adalah untuk menghilangkan bau, menghilangkan
kotoran, mempelancar peredaran darah, memberi kesegaran.
c. Kebersihan Kepala dan Rambut
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi
sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan
status kesehatan diri dapat teridentifikasi. Tujuan
membersihkan kepada adalah meghilangkan debu dan kotoran
yang melekat di kulit kepala.
d. Kebersihan Kaki, Tangan dan Kuku
Menjaga kesehatan kaki, tangan dan kuku sangat penting
dalam mempertahankan personal hygiene, karena semuanya
rentan terhadap berbagai macam infeksi. Kuku merupakan
cermin kebersihan diri begitu juga dengan kaki dan tangan.
Kuku dan kaki yang tidak bersih akan mejadi jalan masuk bagi
kuman dan dapat menimbulkan penyakit. Oleh karena itu lansia
harus secara teratur memotong kukunya dan mencuci kaki dan
tangan secara rutin apalagi di masa pandemi seperti saat ini.
e. Kebersihan Tempat Tidur dan Posisi Tidur
Tempat tidur yang bersih dapat memberi perasaan nyaman
pada waktu tidur. Pada kondisi lansia yang masih aktif, mereka
cukup diberikan pengarahan cara membersihkan tempat tidur
dan menjaga agar tempat tidur tetap nyaman.
13

f. Genitalia
Perawatan genitalia memiliki tujuan untuk mencegah dan
mengontol infeksi, mencegah kerusakan kulit, serta
mempertahankan kebrsihan. Pada wanita, perawatan genital
dilakukan dengan membersihakn genital eksterna pada saat
mandi. Sementara pada pria, perawatan ysang sama juga
dilakukan dua kali sehari saat mandi, terutama pada saat
mereka yang belum di sirkumsisi (Isro’in & Sulistyo, 2012)
4. Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh
sejumlah faktor, antara lain (Yuni, 2015):
a. Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh mempengaruhi cara seseorang memelihara
personal hygiene. Jika seseorang terlihat bersih rapi maka
perawat mepertibangkan rician kerapian ketika merencanakan
keperawatan.
b. Praktik Sosial
Kelompok sosial mempengaruhi bagaimana lansia
melaksanakan praktik personal hygiene. Pada lansia beberapa
praktik hygiene berubah karena kondisi hidupnya dan sumber
yang tersedia.
c. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi akan mempengaruhi jenis dan sejauh
mana praktik hygiene dilakukan. Pendapatan juga dapat
mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan
fasilitas dan kebutuhan untuk melakukan praktik personal
hygiene. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan seperti kamar
mandi, peralatan mandi, serta perlengkapan mandi.
d. Tingkat Pengetahuan dan Motivasi
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Tetapi
14

pengetahuan tidaklah cukup, harus ada motivasi untuk


memelihara personal hygiene itu sendiri. Kesulitan internal
yang mempengaruhi akses praktik hygiene ketiadaan motivasi
karena kurangnya pengetahuan.
e. Variabel budaya
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan
perawatan personal hygiene. Seseorang dengan latar belakang
kebudayaan yang berbeda akan mengikuti praktek keperawatan
yang berbeda sesuai kepercayaan masing-masing.
f. Kebiasaan atau Pilihan Pribadi
Setiap orang memiliki keinginan individu dan pilihan
tentang kapan akan mandi, bercukur, dan melakukan perawatan
rambut.
g. Kondisi Fisik Seseorang
Orang yang memiliki keterbatasan fisik tertentu biasanya tidak
memiliki energi dan juga ketangkasan sehingga tidak mampu
melakukan proses perawatan personal hygiene.
5. Dampak Yang Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
Tarwonto & Wartonah (2004) dikutip dari Yuni (2015) meliputi :
a. Dampak Fisik
Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas
kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene
adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai
dan mencintai , kebutuhan harga diri, aktualisasi dan gangguan
interaksi sosial.
C. PERILAKU
1. Definisi Perilaku
15

Perilaku berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia,


sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang
ada dalam diri manusia. Perilaku mempunyai mempunyai arti yang
kongkrit, karena itu perilaku lebih mudah dipelajari daripada jiwa, dan
dari perilaku bisa menilai jiwa seseorang (Hartono, 2016).
Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2014)
mengungkapkan perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia
terjadi melalui proses stimulus, organisme, respons. Sehingga teori
skinner disebut dengan teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons)
2. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Purwanto (1998) dikutip dari Hartono (2016), ada 2 faktor
yang mendasari perilaku manusia diantaranya, adalah :
a. Keturunan
Keturunan sering pula disebut dengan pembawaan,
heredity. Sesuai dengan azas komfromitas yang meyebut setiap
individu akan menyerupai ciri- ciri yang diturunkan oleh
kelompok rasnya.
b. Lingkungan
Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi
pengembangan sifat dan perilaku individu mulai mengecap di
alam dan sekitarnya sehingga manusia tidak akan bisa
melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan
terhadap perilaku.
3. Perilaku Personal Hygiene Pada Lansia
a. Perawatan Kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung,
sekresi, ekskresi, pengaturan temperatur, dan sensasi. Kulit
memiliki tiga lapisan utama: Epidermis, dermis, dan subkutan.
Frekuensi mandi penting untuk mengurangi bau badan. (Potter &
Perry, 2012) dikutip dari Prakoso (2015). Manfaat mandi adalah
16

menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang


peredaran darah, dan memberi kesegaran pada tubuh. Menurut
Nugroho (2014) pengawasan yang perlu dilakukan selama
perawatan kulit adalah :
1) Memeriksa ada / tidaknya lecet
2) Mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi
agar kulit tidak terlalu kering.
3) Menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna
merangsang peredaran darah dan mencegah kedinginan
4) Menggunkan sabun halus yang tidak berisi butiran kasar
karena hal ini dapat membuat kulit lansia rentan lecet.
b. Perawatan Mulut dan Gigi
Hygiene mulut membantu mempertahankan status
kesehatan mulut, gigi, gusi dan bibir. Menggosok membersihkan
gigi dari partikel-partikel makanan, plak, bakteri, dan mengurangi
ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak
nyaman. (Potter & Perry. 2012) dikutip dari Prakoso (2015).
Bagi lansia yang Menggunakna gigi palsu, dapat dirawat
dengan cara sebagai berikut (Nugroho, 2014) :
1) Gigi palsu dilepas, dikeluarkan dari mulut dengan
menggunakan kasa atau sapu tangan yang bersih.
2) Kemudian gigi palsu disikat perlahan di bawah air mengalir
sampai bersih. Pasta gigi juga dapat dihunakan pabila perlu.
3) Pada waktu istirahat tidur maka gigi palsu dilepas dan
direndam di dalam air biasa, tidak boleh air hangat ataupun
dijemur.

Bagi lansia yang tidak memiliki gigi yang lengkap ataupun


tidak memakai gigi palsu, setiap kali habis makan ia harus
berkumur untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan yang melekat
diantara gigi.
17

c. Perawatan Rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang sering kali
tergantung dari cara penampilan dan perasaan mengenai
rambutnya. Cara untuk perawatan rambut dengan memotong
rambut, menyikat, menyisir, dan bershampo agar tidak terlihat
kusut dan tidak sehat. (Potter & Perry, 2012) dikuti dari Prakoso
(2015).
Perawatan rambut pada lansia menurut Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (2019) adalah sebagai berikut :
1) Sisirlah rambut terlebih dahulu,
2) Keramas dengan menggunakan air hangat dan shampo bayi,
3) Pijit-pijit secara lembut kepala dengan jari- jari tangan pada
saat meratakan shampo,
4) Bilas dan keringkan rambut secepat mungkin dengan handuk
kering,
5) Sisir rambut dengan rapi,
6) Jika lansia menggunakan penutup kepala, pastikan rambut
sudah kering sebelum menggunakan penutup kepala.
d. Perawatan Kaki, Tangan dan Kuku
Kaki, Tangan dan kuku seringkali memerlukan perhatian
khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan.
Perawatan dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang
terpisah. Perawatan yang salah atau kurang terhadap kaki, tangan
dan kuku seperti menggigit kuku atau pemotongan yang tidak
tepat, pemaparan dengan zat – zat kimia yang tajam dan pemakaian
sepatu yang tidak pas.
Perawatan kaki, tangan dan kuku pada lansia menurut
Kemenkes RI (2019) adalah sebagai berikut :
Perawatan pada kuku dan kaki :
1) Rendam kaki dan tangan dengan air hangat agar kuku lebih
lunak dan mudah dipotong,
18

2) Memotong kuku jangan terlalu pendek dan jangan terlalu


melengkung ke dalam terutama untuk penderita kencing manis
3) Bila kuku retak atau terkelupas oleskan krim/ losion
berpelembab.
4) Jika kaki suka berkeringat, seringlah dicuci dan keringkan,
5) Gunakan ukuran sepatu yang sesuai, sol sepatu yang lentur dan
tidak licin,
6) Gunakan kaos kaki yang terbuat dari bahan katun,
7) Selalu gunakan alas kaki yang tertutup agar terlindung dari
benda tajam, terutama untuk lansia yang menderita kencing
manis,
e. Perawatan Alat Kelamin
Pada lansia sangat rawan terjadinya infeksi pada alat
kelaminnya. Menjaga alat kelamin dapat dilakukan dengan
membersihkan alat kelamin dngan air bersih sesudah BAB/BAK.
Perawatan alat kelamin pada lansia menurut Kemenkes RI
(2019) adalah sebagai berikut :
1) Siapkan sabun berpelembab dan air hangat,
2) Pasang pispot senyaman mungkin,
3) Siram dengan air dan cuci daerah alat kelamin dan sekitarnya
dengan sabun kemudian bilas dengan air,
4) Arah membersihkan alat kelamin:
- Laki-laki: dari ujung kemaluan ke arah pangkal kemaluan
hingga anus,
- Wanita: dari arah atas ke bawah, meliputi bibir dalam dan
luar kemaluan hingga anus.
5) Keringkan dengan handuk bersih
Apabila lansia masih mampu dan berkeinginan untuk
membersihkan alat kelamin dan sekitarnya secara mandiri,
dapat diberikan air, sabun, dan washlap basah. Ganti celana
dalam setiap selesai mandi dan setiap kali jika terkena
19

kotoran/basah. Hindari penggunaan tisu basah agar tidak terjadi


iritasi.
4. Penilaian Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2014) pengukuran perilaku manusia dapat
dibagi ke dalam tiga domain:
a. Cognitive domain, ini dapat diukur dari knowledge
(pengetahuan) seseorang.
b. Affective domain, ini dapat diukur dari attitude (sikap)
seseorang.
c. Psychomotor domain, ini dapat diukur dari psychomotor/
practice (ketrampilan) seseorang.
Terbentuknya perilaku baru, khususnya pada orang dewasa dapat
dijelaskan sebagai berikut. Diawali dengan Cognitive domain, yaitu
individu tahu terlebih dahulu terhadap stimulus berupa obyek sehingga
menimbulkan pengetahuan baru pada individu. Affective domain, yaitu
timbul respon batin dalam bentuk sikap dari individu terhadap obyek
yang diketahuinya. Berakhir pada psychomotor domain, yaitu obyek
yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya yang akhirnya
menimbulkan respon berupa tindakan
D. PENGETAHUAN
1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia
terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan
seseorang (ovent behaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
2. Tingkat Pengetahuan
20

Tingkat pengetahuan tiap orang akan berbeda-beda tergantung dari


bagaimana penginderaannya masing-masing terhadap objek atau
sesuatu. Secara garis besar terdapat 6 tingkatan pengetahuan
(Notoatmodjo, 2014), yaitu:
a. Tahu (knowledge)
Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa
adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan
mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan
yang pernah berhasil dihimpun atau dikenali sebelumnya
(recall of facts).
b. Memahami (comprehension)
Pemahaman diartikan dicapainya pengertian
(understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Termasuk
dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan
menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan,
meramalkan dan mengeksplorasikan.
c. Menerapkan (application)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal
yang sudah dipahami ke dalam situasi dan kondisi yang sesuai.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi
menjadi rincian yang terdiri dari unsur-unsur atau komponen-
komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya
dalam suatu bentuk susunan berarti.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali
bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan
yang mengandung arti tertentu.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk
membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa
21

atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan


menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.
3. Faktor - faktor yang mempegaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut
Notoatmodjo (2012), beberapa faktor tersebut Antara lain :
a. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami
seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat
diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain yang
mampu memperluas pengetahuan seseorang.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat membawa wawasan atau
pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang
berpendidikan tinggi akan semakin mudah menerima informasi
dan semakin banyak pengetahuan yang dimiliki dibandingkan
dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
c. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
d. Usia
Bertambahnya umur seseorang akan menyebabkan
terjadinya perubahan pada aspek psikis dan psikologis
(mental).
e. Minat
Sebagai sesuatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu, menjadikan seseorang untuk mencoba dan
menekuni sesuatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan
yang lebih mendalam.
f. Keyakinan
22

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan


tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif
maupun negatif.
g. Fasilitas
Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang misalnya seperti radio,
televisi, majalah, koran dan buku.
h. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang
terhadap sesuatu.
4. Kategori Pengetahuan
Arikunto (2010) dikutip menyatakan bahwa kategori tingkat
pengetahuan dapat ditentukan dengan kriteria :
a. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100%
dengan benar dari total jawaban pertanyaan.
b. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75%
dengan benar dari total jawaban pertanyaan.
c. Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari
total jawaban pertanyaan.
5. Pengetahuan Tetang Personal Hygiene Yang Harus Dimiliki Lansia
a. Definisi Personal Hygiene
b. Tujuan Personal Hygiene
c. Macam - Macam Personal Hygiene
d. Dampak Personal Hygiene
e. Personal hygiene Pada Lansia

E. PENELITIAN TERKAIT
Berikut ini dibahas beberapa artikel penelitian yang terkait dengan
masalah penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Artikel penelitian
23

terkait sesuai dengan topic yang diambil oleh eneliti, yaitu sebagai
berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Erdhayanti & Kartinah . (2012)
dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan
Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan Personal Hygiene Di Panti Wreda
Darma Bakti Pajang Surakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif korelasi dengan pendekatan crossectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah lansia yang menghuni di panti Wreda Darma
Bakti Pajang Surakarta sebanyak 85 lansia. Pengambilan sampel
menggunakan teknik Probability sampling dengan menggunakan
Metode proportionate random sampling dan diperoleh 46 lansia. Hasil
dari penelitian ini ada hubungan tingkat pengetahuan lansia dengan
perilaku lansia dalam pemenuhan personal hygiene di panti Wreda
Darma Bakti Pajang Surakarta. Arah hubungan antara pengetahuan
lansia dengan perilaku lansia dalam pemenuhan personal hygiene
adalah positif yang bermakna bahwa semakin tinggi pengetahuan
semakin baik pemenuhan personal hygiene lansia.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Savitri & Utami (2012) dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Lanjut Usia Dengan Sikap Memelihara
Kebersihan Diri Pada Lansia Di Kelurahan Bandungharjo Kecamatan
Toroh Kabupaten Grobogan”. Penelitian ini menggunakan metode
survei dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian
berjumlah 86 lansia dan diambil dengan teknik purposive sampling
teknik. Disimpulkan berdasarkan hasil analisa data penelitian ini
menunjukan tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap personal
hygiene lansia di Bandungharjo Desa Toroh Kecamatan Grobogan.
3. Penelitian yang dilakukan Shinta& Prabowo (2017) dengan judul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Personal
Hygiene Lansia Di Dusun Krasakan Lumbungrejo Tempel Sleman
Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan desain asosiatif, dengan
pendekatan waktu cross sectional. Sampel pada penelitian ini
24

sebanyak 50 lansia dengan teknik sampling menggunakan total


sampling. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara tingkat
pengetahuan lansia dengan perilaku personal hygiene lansia di desa
krasakan lumbungrejo tempel sleman yogyakarta.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yulaikhah, Triana & Yuni (2017)
dengan judul “Perilaku Personal Hygiene Lanjut Usia”. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian ini menggunakan deskriptif
eksploratif dengan pendekatan secara cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh lansia yang yang tinggal di Panti
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Cepiring Kendal, sejumlah 80 lansia.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar lansia mempunyai
perilaku personal hygiene yang baik yaitu sebanyak 50 (62,5%) lansia.
Meskipun responden pada penelitian tersebut memiliki tingkat pendidi
kan yang rendah yaitu tidak sekolah, SD, dan SMP.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarmi & Septi (2019) dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Personal Hygiene Pada
Lanjut Usia Di Desa Ruko Kecamatan Tobelo Utara Kabupaten
Halmahera Utara”. Menggunakan metode penelitian deskriptif non
eksperimen dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada
penelitian ini sebanyak 62 orang pada lanjut usia di Desa Ruko.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan
pengetahuan dengan personal hygiene pada lanjut usia di Desa Ruko
Kecamatan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Simbolon, Pomarida, & Magda (2019)
dengan judul “Hubungan Pengetahuan Lansia dengan Personal
Hygiene di Desa Lestari Indah Kecamatan Siantar Kabupaten
Simalungun”. Metode penelitian menggunakan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang ada di Desa Lestari
Indah Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Besar sampel 75
orang. Dari hasil penelitian ini didapatkan, ada hubungan yang
25

signifikan antara pengetahuan dengan personal hygiene lansia di Desa


Lestari Indah Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Hardono, Tohiriah, Wijayanto &
Sutrisno. (2019) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemenuhan Personal Hygiene pada Lansia”. Design penelitian ini
adalah kuantitatif, penelitian ini mengunakan metode analitik dengan
pendekatan cross sectional. Jumlah populasi adalah semua lansia di
desa Bulukarto sejumlah 58 digolongkan menjadi 37 lansia wanita dan
21 lansia laki-laki. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan total sampling. Hasil penelitian ini ada hubungan antara
faktor pengetahuan dengan pemenuhan personal hygiene pada lansia.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Choudhury, Tarafdar, Miah, Shila,
Tonim & Syed (2020) dengan judul “Study on Knowledge, Attitude
and Practice of Personal Hygiene among selected rural people”. Jenis
penelitian deskriptif cross sectional, dengan sampel 308 orang.
Berdasarkan penelitian terkait dapat disimpulkan bahwa, sebagian
besar responden memiliki pengetahuan tentang pentingnya mencuci
tangan tetapi masih ada juga responden yang enggan mencuci tangan
walaupun sudah tau pengetahuan tentang mencuci tangan. Mengenai
faktor penyebab enggan mencuci tangan sekitar 123 (39,9%)
responden lupa mencuci, 74 (24%) merasa kekurangan waktu dan 70
(22,8%) tidak tahu.
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL DAN DEFINISI


OPERASIONAL

Pada bab ini akan dijelaskan tentang kerangka konsep penelitian, hipotesis
dan definisi operasional.

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan konsep yang digunakan sebagai
landasan berpikir dari kegiatan ilmu, absrtraksi dari suatu realitas agar
dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan
keterkaitan antarvariabel. (Nursalam,2014)

Faktor-faktor yang mempengaruhi


tingkat pengetahuan, menurut
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Notoatmodjo (2012) :
perilaku menurut Purwanto H (1998)
1. Pengalaman dikutip dari Hartono (2016) :
2. Pekerjaan
1. Keturunan
3. Usia
2. Lingkungan
4. Minat
5. Keyakinan
6. Fasilitas
7. Sosial Budaya

Perilaku lansia tentang


personal hygiene :

Tingkat pengetahuan 1. Perawatan kulit


2. Perawatan mulut
lansia tentang personal
dan Gigi
hygiene. 3. Perawatan rambut
4. Perawatan kaki,
tangan dan kuku
5. Perawatan alat
kelamin
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia
Dengan Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan Personal Hygiene

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variable yang tidak diteliti

: Garis sebab akibat

Penjelasan :

Dari kerangka konsep pada penelitian diatas dijelaskan bahwa dalam


penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan terdiri dari
pengalaman, tingkat pendidikan, usia, minat, keyakinan, fasilitas, dan sosial
budaya. Faktor ini menentukan bagaimana tingkat pengetahuan personal hygiene
pada lansia. Adapun faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri dari 2 faktor yaitu
keturunan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut menentukan bagaimana tingkat
pengetahuan dengan perilaku personal hygiene pada lansia apakah baik, cukup,
atau kurang.

B. Hipotesis
Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi
dari sebuah penelitian (Swarjana, 2014).
Pada penelitian ini, peneliti menyatakan hipotesis alternative yaitu
ada hubungan antara tingkat pengetahuan lansia dengan perilaku personal
hygiene di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Klungkung I.
C. Variabel dan Definisi Operasional
Menurut Swarjana (2014), variabel adalah sebuah konsep yang
dioperasionalkan yang lebih tepatnya operasional property dari sebuah
objek. Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu :
Independent variable (variabel bebas) adalah variabel yang dapat
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan timbulnya variabel
terikat.Variabel independent pada penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan personal hygiene.
Dependent variabel (variabel terikat) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel
dependent pada peneltian ini adalah perilaku personal hygiene lansia.
Menurut Thomas, dkk, (2010) yang dikutip dari Swarjana (2014)
mengatakan definisi operasional penelitian merupakan fenomena
observasional yang memungkinkan peneliti untuk mengujinya secara
empiris apakah yang diprediksi tersebut benar atau salah.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia


Dengan Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan Personal Hygiene.

N Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


o Operasional dan Cara
Ukur
1 Tingkat Tingkat Alat ukur Pada pilihan Interva
Pengetahua pengetahuan yang jawaban untuk l
n lansia adalah digunakan pernyataan positif
Lansia kemampuan adalah benar diberi skor 1
kognitif lansia kuesioner dan jawaban Salah
dalam menggunaka diberikan skor 0.
mengingat, n skala Sedangkan untuk
memahami, guttman pernyataan
mengaplikasika dengan negatif, Benar
n, menganalisis, pilihan 2 diberi skor 0,
mengevaluasi jawaban. Salah diberi skor
dan berkreasi 1. Total skor
mengenai kuesioner tingkat
personal pengetahuan
hygiene lansia adalah 18,
dengan skor
tertinggi 18 dan
skor terendah
adalah 0. Semakin
tinggi skor
jawaban
responden
mengindikasikan
tingkat
pengetahuan
lansia baik dan
sebaliknya
semakin rendah
skor maka tingkat
pengetahuan
semakin buruk.
2 Perilaku Perilaku yang Alat ukur Rentang skor Interva
Pemenuhan dimiliki oleh yang Selalu, Sering, l
Personal lansia dalam digunakan Kadang-
Hygiene pemenuhan adalah Kadang, dan
lansia kebersihan diri , kuesioner Tidak Pernah.
yang meliputi melalui Pada
perilaku google form pernyataan
pemenuhan menggunaka positif pilihan
kebersihan diri n skala likert jawaban Selalu
pada kulit, dengan diberi skor 4,
perilaku pilihan 4 Sering diberi
pemenuhan jawaban. skor 3, Kadang-
kebersihan diri Kadang diberi
pada mulut dan skor 2, dan
gigi, perilaku Tidak Pernah
pemenuhan diberi skor 1.
kebersihan diri Pada
pada rambut, pernyataan
perilaku negatif pilihan
pemenuhan jawaban Selalu
kebersihan diri diberi skor 1,
pada kaki dan Sering diberi
kuku, dan skor 2, Kadang-
perilaku Kadang diberi
pemenuhan skor 3, dan
kebersihan diri Tidak Pernah
pada genetalia. diberi skor 4.
Total skor akan
diperoleh
dengan cara
mejumlahkan
skor pertanyaan
1-16. Skor
tertinggi adalah
64 dan skor
terendah 16.
Semakin tinggi
skor maka
mengindikasika
n pemenuhan
personal
hygiene pada
perawatan kulit,
mulut dan gigi,
rambut, kaki,
tangan dan
kuku serta
kelamin
semakin baik.
BAB IV

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai desain penelitian, tempat dan waktu
penelitian, populasi, sampel dan sampling, metode pengumpulan data, alat
pengumpulan data, tehnik pengumpulan data, analisa data dan etika penelitian.

A. Desain Penelitian
Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan sesuatu yang
penting dalam melaukan penelitian, yang mana akan memungkinkan
pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi
suatu hasil (Nursalam, 2014). Dalam penelitian ini desain yang digunakan
adalah desain deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, yaitu penelitian
yang desain pengumpulan datanya akan dilakukan pada satu titik tertentu (at
one point in time) atau fenomena yang diteliti ialah selama satu periode
pengumpulan data (Swarjana, 2014). Pada penelitian ini peneliti tidak
memberikan intervensi tetapi hanya melihat hubungan tingkat pengetahuan
lansia dengan perilaku personal hygiene di UPT Puskesmas Klungkung I.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kerja UPT Puskesmas
Klungkung I dengan pertimbangan jumlah lansia Kabupaten Klungkung
yang menjadi penyumbang lansia terbanyak di Provinsi Bali pada tahun
2020 yaitu sebesar 16,62% (Badan Pusat Statistik, 2015). Kabupaten
Klungkung memiliki 9 puskesmas yang tersebar di wilayah Kabupaten
Klungkung. UPT Puskesmas Klungkung I merupakan puskesmas dengan
data kunjungan lansia terbanyak yaitu sebesar 6.551 per tahun 2018. Maka
dari itu dipilih wilayah UPT Puskesmas Klungkung I sebagai tempat
penelitian.

32
33

2. Waktu Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yang
dimulai dari 10 Februari 2021 sampai dengan 23 Maret 2021.
C. Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian merupakan subjek (manusia : klien) yang
mana sudah memenuhi kriteria dan akan menjadi sasaran akhir penelitian
(Nursalam, 2014). Populasi juga dapat diartikan sebagai kumpulan dari
individu atau objek atau fenomena yang secara potensial dapat diukur
sebagai bagian dari penelitian menurut Mazhindu (2005) dalam Swarjana
(2014). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di wilayah
UPT Puskesmas Klungkung I. Total lansia yang ada di wilayah Kerja UPT
Puskesmas Klungkung I adalah 4690 pertahun 2020.
2. Sampel
a. Besar Sampel
Besar sampel menurut Nursalam (2014) merupakan bagian
populasi yang terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitin melalui sampling
Ukuran sampel diambil dari jumlah populasi, besar sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Sugiyono (2014) :

2
χ . N . P .Q
s=
d 2 ( N −1)+ χ 2 . P .Q
2
1 . 4 . 690 .0,5. 0,5
s=
0 , 05 (4 . 690−1 )+12 .. 0,5 .0,5
2

1 ,172
s=
11,972
s=97 ,8
s = 98 orang
34

untuk menghindari adanya missing data pada saat pengolahan data, maka
peneliti menambahkan sampel taraf kesalahan 10% dari sample size.
Yaitu :

= 98 + 10%
= 98 + 9,8
= 107,8
= 108 orang

Maka berdasarkan perhitungan diatas jumlah sampel dalam penelitian ini


sebanyak 108 orang.

Keterangan :
= 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%
P = Q = 0,5
d = 0,05 tingkat signifikasi
s = jumlah sampel
N = populasi
b. Kriteria Sampel
Penentuan kriteria sampel sangat mempengaruhi peneliti untuk
mengurangi bias hasil penelitian. Kriteria sampel dibagi menjadi dua
bagian, yaitu : inklusi dan ekslusi. (Nursalam, 2014)
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Saat
menentukan kriteria inklusi harus ada pertimbagan ilmiah yang
nantinya dijadikan pedoman. Adapun kriteria inklusi pada
penelitian ini, adalah:
a) Lansia yang berusia ≥ 60 tahun yang tinggal di wilayah kerja
UPT Puskesmas Klungkung I
b) Lansia yang bersedia menjadi responden dan menandatangani
informed consent.
35

2) Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.
Adapun kriteria ekslusi pada penelitian ini, adalah lansia dalam
keadaan sakit parah atau memiliki gangguan fisik.
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2014). Sampling juga diartikan sebagai
proses menyeleksi unit yang diobservasi dari keseluruhan populasi yang
akan diteliti sehingga kelompok yang diobservasi dapat digunakan untuk
membuat kesimpulan atau membuat inferensi tentang populasi tersebut
(Swarjana, 2014).
Pada penelitian ini cara pengambilan sampling yang digunakan adalah
menggunakan probability sampling yaitu teknik sampling yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Dan tehnik yang akan digunakan dalam
pengambilan sampel adalah proportionate stratified random sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel pada populasi yang heterogen dan
berstrata dengan mengambil sampel dari tiap-tiap sub populasi yang
jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota dari masing-masing sub
populasi secara acak atau serampangan pada metode ini digunakan karena
penelitian yang dilaksanakan melibatkan kelompok/grup atau memastikan
elemen tiap grup terpilih (Swarjana, 2015).
Teknik pengambilan sampel secara proportionate stratified random
sampling digunakan dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang
representatif dengan melihat populasi lansia yang ada di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Klungkung I yang berstrata, yakni terdiri beberapa
tingkatan usia yang heterogen (tidak sejenis). Sehingga peneliti mengambil
sampel dari umur 60-64 tahun, 65-70 tahun dan ≥70 tahun dari masing-
masing kategori diambil wakilnya sebagai sampel.
36

Table 4.1 Jumlah sampel yang diperlukan pada setiap usia dengan metode
propotionate stratified sampling.

No Usia Populasi Sampel


1 60 – 64 tahun N1=108 (1.390/4.690) 32
2 65 – 70 tahun N2=108 (1.595/4.690) 37
3 >70 tahun N3=108 (1.705/4.690) 39
Total 108

D. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, akuratnya data penelitian yang dikumpulkan sangat
mempengaruhi hasil penelitian. Agar data yang dikumpulkan tersebut
akurat, maka data yang dikumpulkan harus valid dan juga reliable, dengan
metode yang tepat menurut Swarjana (2014). Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan kuesioner melalui
google form dengan bantuan keluarga dan juga kader dari puskesmas.
Calon responden yang telah memenuhi kriteria inklusi diberikan penjelasan
mengenai maksud dan tujuan dari penelitian, dan diberikan lembar
persetujuan (informd consent) lalu mulai di berikan kuesioner oleh peneliti.
Kelengkapan data yang sudah terkumpul dicek kembali oleh peneliti. Lalu
peneliti melakukan olah data dengan dosen analisis data untuk segera
mengetahui hasil dari penumpulan data.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar kuesioner. Menurut Swarjana (2014), kuesioner berarti sebuah form
yang berisikan pertanyaan - pertanyaan yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi (data) dari dan tentang orang – orang sebagai
bagian dari sebuah survey. Kuesioner dalam penelitian ini akan disebar
melalui google form secara online dan ada beberapa yang disebarkan secara
offline.
37

Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan lansia dengan perilaku


lansia dalam pemenuhan personal hygiene di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Klungkung I, maka peneliti meggunakan kuesioner yang
dikembangkan oleh peneliti dengan melakukan uji validitas (face validity)
yang diujikan oleh expert , yang berisi beberapa pertanyaan sebagai berikut
:
a. Karakteristik Responden
Pada kuesioner ini peneliti mencantumkan beberapa pertanyaan untuk
respnden, diantaranya nama, umur, jenis kelamin, dan pendidikan
terakhir.
b. Tingkat Pengetahuan Lansia Terhadap Pesonal Hygiene
Kuesioner tingkat pengetahuan lansia terdiri dari 18 butir pertanyaan
positif dan negative dengan menggunakan skala guttman yang diadopsi
dari kuesioner Jaya (2019) dengan pilihan jawaban Benar dan Salah.
Pada pernyataan positif yang ada pada soal nomor
1,2,3,5,6,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17 pilihan jawaban Benar diberi skor
1 dan jawaban Salah diberikan skor 0. Sedangkan pada pernyataan
negatif yang ada pada soal nomor 4,7,18 Benar diberi skor 0 dan
jawaban Salah diberikan skor 1. Total skor kuesioner tingkat
pengetahuan lansia adalah 18, dengan skor tertinggi 18 dan skor
terendah adalah 0. Semakin tinggi skor jawaban responden
mengindikasikan tingkat pengetahuan lansia baik dan sebaliknya
semakin rendah skor maka tingkat pengetahuan semakin buruk.
c. Perilaku lansia dalam pemenuhan personal hygiene pada perawatan
kulit, mulut dan gigi, rambut, kaki dan kuku dan yang terakhir alat
kelamin
Kuesioner yang digunakan terdiri dari 16 butir pertanyaan positif
dengan menggunakan skala likert yang diadopsi dari kuesioner
Sudiastika (2016), dengan pilihan jawaban Selalu, Sering, Kadang-
Kadang, dan Tidak Pernah. Pada pernyataan positif yang ada pada soal
nomor 1,3,4,5,6,8,9,10,11,12,14,15,16 pilihan jawaban Selalu diberi
38

skor 4, Sering diberi skor 3, Kadang-Kadang diberi skor 2, dan Tidak


Pernah diberi skor 1. Sedangkan pada pernyataan negatif pada soal
nomor 2,7,13 pilihan jawaban Selalu diberi skor 1, Sering diberi skor 2,
Kadang-Kadang diberi skor 3, dan Tidak Pernah diberi skor 4. Total
skor akan diperoleh dengan cara mejumlahkan skor pertanyaan 1-16.
Skor tertinggi adalah 64 dan skor terendah 16. Semakin tinggi skor
maka mengindikasikan pemenuhan personal hygiene pada perawatan
kulit, mulud dan gigi, rambut, kaki dan kuku serta kelamin semakin
baik.
Untuk menilai dan mengetahui kelayakan kuesioner sebelum
digunakan dalam proses pengumpulan data, maka peneliti perlu
melakukan uji validitas
Uji Validitas adalah derajat dimana instrument mengukur apa yang
seharusnya diukur yang dikategorikan menjadi logical (face validity),
content validity, criteria dan construcy (Thomas et al,2010 dalam
Swarjana, 2014). Uji validitas dalam penelitian ini akan menggunakan
face validity. Menurut Bryman (2004) dikutip di Swarjana (2014), face
validity merupakan pertanyaan yang dianggap valid apabila pertanyaan
yang disusun kelihatan sudah valid. Dalam penelitian ini uji validitas
akan dilakukan di dua dosen expert di bidangnya yang akan
memvalidasi kuesioner. Dua orang expert, dosen expert I adalah expert
di bidang keperawatan komunitas dan dosen expert II adalah expert di
bidang keperawatan gerontik. Selama proses bimbingan, peneliti
memperoleh masukan dan arahan dari expert I yaitu dosen di bidang
keperawatan komunitas dan expert II yaitu dosen di bidang
keperawatan gerontik, dilaksanakan dengan cara menentukan
karakteristik responden, merubah beberapa kuesioner yang memiliki
arti sama dan menentukan jumlah pernyataan pada setiap kuesioner.
Expert I dan Expert II menyatakan kuesioner tersebut telah valid, maka
selanjutnya peneliti dapat menggunakannya, maka peneliti selanjutnya
dapat menggunakan instrument tersebut.
39

3. Tehnik Pengumpulan Data


a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan yang perlu diperhatikan adalah hal-hal sebagai
berikut :
1) Peneliti menyiapkan materi dan konsep yang mendukung penelitian.
Lalu telah melakukan revisi proposal dan telah disetujui oleh kedua
dosen pembimbing dan juga penguji.
2) Setelah revisi ujian proposal penelitian disetujui, peneliti
menyiapkan permohonan untuk menjadi responden dan persetujuan
menjadi responden (informed consent) dalam bentuk pernyataan
yang dibuat di Google Form.
3) Peneliti melakukan uji expert atau face validity yang telah diuji
oleh dua orang expert di bidang keperawatan jiwa dan di bidang
keperawatan komunitas sampai kuesioner yang digunakan
dinyatakan valid dan di setujui oleh kedua expert.
4) Selanjutnya peneliti mengajukan surat izin penelitian dengan cara
mengirim berkas kepada dosen penanggung jawab pada bidang izin
penelitian untuk mendapatkan tanda tangan dari Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang diserahkan kepada Badan
Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali.
5) Pengajuan surat izin penelitian yang ditanda tangani oleh Rektor
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali sudah dilaksanakan dengan
nomor DL.02.02.0439.TU.I.2021 pada tanggal 2 Februari 2021
untuk diserahkan kepada Badan Penanaman Modal dan Peizinan
Provinsi Bali.
6) Setelah mendapat surat izin penelitian dari Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Provinsi Bali dengan nomor surat
070/507/IZIN-C/DSPMPT pada tanggal 5 Februari 2021. Peneliti
mengajukan surat tersebut ke Dinas Penanaman Modal Kabupaten
40

Klungkung untuk selanjutnya mendapatkan izin penelitian di


Klungkung.
7) Peneliti telah mendapatkan izin penelitian dari Dinas Penanaman
Modal Kabupaten Klungkung dengan nomor
503/018/RP/DPMPTSP/2021 pada tanggal 8 Februari 2021.
Kemudian peneliti mebawa surat tembusan tersebut ke beberapa
instansi seperti, Dinas Kesehatan Klungkung, Kesbangpolinmas
Kab. Klungkung, Danramil Kab. Klungkung, Polsek Klungkung,
Camat Klungkung dan UPT Puskesmas Klungkung I.
8) Pengurusan surat izin penelitian sudah dilaksanakan, selanjutnya
peneliti mengurus izin Ethical Clearance di Komisi Etik Penelitian
(KEP) Institut Teknologi dan Kesehatan Bali dilaksanakan dengan
cara menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan dan mendaftar etik
di Dosen yang bertanggung jawab dalam etik penelitian.
9) Peneliti telah mendapatkan izin Ethical Clearance dengan nomor
03.0037/KEPITEKES-BALI/II/2021 pada tanggal 9 Februari 2021.
10) Peneliti menyiapkan instrument penelitian berupa lembar kuesioner
dan link kuesioner lalu memulai penelitian yang dilaksanakan
dengan cara menyebarkan link kepada responden melalui online
dan secara offline
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah ijin diperoleh, di lanjutkan ke tahap pelaksanaan antara lain:
1) Peneliti mengambil sampel berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi
dengan menggunkan teknik probability sampling, dengan
proportionate random sampling.
2) Peneliti kemudian berkoordinasi dengan kader lansia di UPT
Puskesmas Klungkung I melalui WhatsApp (WA), melalu telfon
dan juga beberapa kali bertatap muka dengan tetap mematuhi
protokol kesehatan untuk melakukan penelitian online dengan
mengisi kuesioner melalui google form, data yang dikumpulkan
sebagian diisi langsung oleh perwakilan keluarga lansia, dan
41

sebagian dikumpulkan melalui kuesioner online melalui bantuan


Puskesmas Pembantu (PusTu) yang ada disetiap desa yang berada
di wilayah kerja UPT Puskesmas Klungkung I. Ada juga desa yang
langsung didatangi oleh peneliti untuk pengumpulan datanya atas
rekomendasi dari kader.
3) Peneliti melakukan kontrak waktu dan memberikan responden
penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian, bagi responden
yang bersedia dijadikan sampel, calon responden menandatangani
informed consent sebagai bukti persetujuan menjadi responden.
4) Peneliti kemudian menjelaskan tata cara pengisian kuesioner
kepada responden.
5) Bagi responden yang tidak berkenan untuk mengisi kuesioner,
peneliti menjelaskan kembali maksud dan tujuan penelitian ini
serta memastikan kerahasiaan data yang diberikan oleh responden.
Peneliti tidak memaksa responden yang tetap tidak mau mengisi
kuesioner
6) Peneliti meminta responden untuk ke halaman Google Form
berikutnya untuk mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk
pengisian.
7) Peneliti memeriksa kelengkapan data yang diperoleh setelah
melakukan penelitian
8) Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas
partisipasinya dalam penelitian.
9) Setelah semua data terkumpul, kemudian peneliti melakukan
pengolahan data bersama dosen analisa data.

E. Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Menurut Swarjana (2015) langkah-langkah dalam proses pengolahan
data adalah sebagai berikut:
a. Editing
42

Editing adalah suatu cara untuk memeriksa kembali kebenaran data


yang diperoleh atau dikumpulkan melalui instrument penelitian. Dalam
tahap ini, peneliti melakukan pemeriksaan antara lain kesesuaian
jawaban dan kelengkapan pengisian lembar kuisioner ketika data telah
terkumpul.
b. Coding
Coding adalah suatu kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan coding untuk memudahkan proses pengolahan data.
Pemberian kode yang dilakukan pada penelitian ini, sebagai berikut:
1) Berdasarkan Alamat :
1. Kode (1) untuk wilayah Tangkas
2. Kode (2) untuk wilayah Gelgel
3. Kode (3) untuk wilayah Jumpai
4. Kode (4) untuk wilayah Kampung Gelgel
5. Kode (5) untuk wilayah Kamasan
6. Kode (6) untuk wilayah SP. Klod Kangin
7. Kode (7) untuk wilayah SP. Klod
8. Kode (8) untuk wilayah SP. Kauh
9. Kode (9) untuk wilayah Tojan
10. Kode (10) untuk wilayah Satra
2) Berdasarkan jenis kelamin :
1. Kode (1) untuk laki-laki,
2. Kode (2) untuk perempuan.
3) Berdasarkan umur :
1. Kode (1) untuk lansia umur 60 – 64 tahun
2. Kode (2) untuk lansia umur 65 – 70 tahun.
3. Kode (3) untuk lansia umur >70 tahun
4) Berdasarkan pendidikan terakhir
1. Kode (1) untuk tidak sekolah,
2. Kode (2) untuk SD,
43

3. Kode (3) untuk SMP


4. Kode (4) untuk SMA
5. kode (5) untuk Akademi/Perguruan Tinggi

5) Pada kuesioner tingkat pengetahuan personal hygiene lansia :


Pernyataan Positif :
Tabel 4.2 Coding tingkat pengetahuan personal hygiene lansia
Pernyataa Soal : 1. Kode (1)
n 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, untuk Benar
positif 15, 16, 17 2. Kode (0)
untuk Salah

Pernyataa Soal : 4, 7, 18 1. Kode (1)


n Negatif untuk Salah
2. Kode (0)
untung
Benar

6) Pada kuesioner perilaku lansia dalam pemenuhan personal hygiene :


Tabel 4.3 Coding perilaku lansia dalam pemenuhan personal
hygiene
Pernyataa Soal : 1. Kode (1)
n 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, untuk Tidak
positif 16 Pernah
2. Kode (2)
untuk
Kadang -
kadang
3. Kode (3)
untuk Sering
44

4. Kode (4)
Selalu
Pernyataa Soal : 2,7,13 1. Kode (1)
n Negatif untuk Selalu
2. Kode (2)
untuk Sering
3. Kode (3)
untuk
Kadang-
kadang
4. Kode (4)
untuk Tidak
Pernah

c. Entry Data
Entry data adalah suatu kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan dalam data base komputer. Peneliti memasukkan semua
data yang diperoleh dari responden dengan menggunakan Statistical
Program for Social Science (SPSS). Selama proses entry data, peneliti
memastikan dengan teliti data yang dimasukkan agar tidak ada data
yang tertinggal.
d. Cleaning
Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali setelah semua
sumber data atau responden selesai dimasukan untuk melihat
kemungkinan - kemungkinan adanya suatu kesalahan kode,
ketidaklengkapan dan lain sebagainya. Pada saat peneliti melakukan
cleaning tidak ditemukan adanya missing data

2. Teknik Analisa Data


Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan
perilaku lansia dalam pemenuhan personal hygiene. Analisa yang
digunakan pada penelitian ini adalah analisa univarat dan bivarat.
45

a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah data yang terkait dengan pengukuran satu
variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2016).
1) Analisa tingkat pengetahuan personal hygiene lansia.
Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
personal hygiene lansia, Untuk menunjukan hasil selanjutnya
ditafsirkan dengan mengacu pada skor tertinggi 18 dan skor
terendah adalah 0. Semakin tinggi skor jawaban responden
mengindikasikan tingkat pengetahuan lansia baik dan sebaliknya
semakin rendah skor maka tingkat pengetahuan semakin buruk.
2) Perilaku lansia dalam pemenuhan personal hygiene
Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku lansia dalam
pemenuhan personal hygiene. Untuk menunjukan hasil selanjutnya
ditafsirkan dengan mengacu pada pilihan jawaban Selalu diberi skor
4, Sering diberi skor 3, Kadang-Kadang diberi skor 2, dan Tidak
Pernah diberi skor 1 untuk penyataan positif. Sedangkan pada
pernyataan negatif Selalu diberi skor 1, Sering diberi skor 2,
Kadang-Kadang diberi skor 3, dan Tidak Pernah diberi skor 4. Total
skor akan diperoleh dengan cara mejumlahkan skor pertanyaan 1-
16. Skor tertinggi adalah 64 dan skor terendah 16. Semakin tinggi
skor maka mengindikasikan pemenuhan personal hygiene pada
perawatan kulit, mulud dan gigi, rambut, kaki dan kuku serta
kelamin semakin baik.

b. Analisis Bivariat
Analisa bivarat adalah melakukan analisis terhadap dua variable
secara simultan (Swarjana, 2014). Dalam penelitian ini, data yang
dianalisa adalah hubungan tingkat pengetahuan personal hygiene
dengan perilaku lansia dalam pemenuhan personal hygiene. Uji
normalitas dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui data dengan
kolmogorove smirnove karena jumlah sampel lebih dari 50 responden,
46

untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian


ini, jika data berdistribusi normal maka uji statistik yang di gunakan
adalah parametrik correlation pearson product moment dan jika data
berdistribusi tidak normal, maka uji statistik yang digunakan adalah non
parametrik spearman’s rho yang merupakan uji alternatif dari pearson
product moment (Swarjana, 2014). Pengolahan data pada penelitian ini
akan menggunakan Microsoft Excel dan dianalisis dengan Program
For Social Science (SPSS For Windows versi 25). Dengan tingkat
kesalahan 5%, apabila didapatkan P < 0,05 maka Ha dan Ho ditolak.
Dari koefisien korelasi yang didapatkan, dapat digunakan untuk
mengukur tingkat korelasi antara kedua variabel.
1) Nilai signifikasi hipotesis
Menurut Swarjana (2014) nilai signifikasi hipotesis, adalah sebagai
berikut :
a) Jika nilai signifikan (sig) < α (0,05), maka Ho ditolak dan
sebaliknya Ha diterima hal ini menunjukan ada hubungan yang
bermakna antara dua variabel yang diuji
b) Jika nilai signifikan (sig) > α (0,05), maka Ho diterima dan Ha
ditolak hal ini menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna
antara dua variabel yang diuji.

Pada penelitian ini nilai signifikasi yang di dapat adalah signifikasi


p-value sebesar 0,00 dengan α = 0,05, yang mana p-value < α
(0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku lansia dalam pemenuhan personal
hygiene dan menunjukan arah korelasi yang sangat kuat dan positif
(r = 0,952).

2) Arah korelasi
Menurut Sugiyono (2018) sifat korelasi dapat dibedakan menjadi
2, yaitu:
47

a) Arah hubungan positif (+) berarti jika variabel X mengalami


kenaikan maka variabel Y juga akan mengalami kenaikan atau
sebaliknya, jika variabel X mengalami penurunan maka
variabel Y juga akan mengalami penurunan.
b) Arah korelasi negatif (-) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y mengalami penurunan begitu pula
sebaliknya, jika variabel x mengalami penurunan maka
variabel Y mengalami kenaikan.
Pada penelitian ini arah korelasi yang didapatkan adalah korelasi
positif yang mana dilhat hasil pengetahuan lansia baik berbanding
lurus dengan perilaku lansia yang juga memperlihatkan hasil yg
baik. yang artinya baik semakin baik tingkat pengetahuan lansia
maka semakin baik perilaku lansia dalam pemenuhan personal
hygiene.

3) Kekuatan korelasi (r)


Tabel 4.4 Kekuatan korelasi untuk menentukan kuat lemahnya
hubugan kedua variabel yang peneliti gunakan sebagi berikut,
(Sugiyono, 2014) :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,20 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat

F. Etika Penelitian
Dalam suatu penelitian banyak hal yang harus dipertimbangkan, tidak
hanya metode, desain, dan aspek lainnya, tetapi ada hal sangat penting dan
serius yang harus diperhatikan oleh peneliti, yaitu ethical principles atau etika
penelitian (Swarjana, 2014). Adapun prinsip-prinsip etika dalam melakukan
penelitian adalah sebagai berikut :
48

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)


Informed consent berarti responden punya informasi yang adekuat tentang
penelitian, mampu memahami informasi, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent
juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
2. Anonymity (tanpa nama)
Anonymity yaitu tidak mencantumkan nama responden pada lembar
kuesioner atau alat ukur yang digunakan, namun hanya menuliskan
inisialnya saja karena responden mempunnyai hak untuk data yang
diberikan harus dijaga kerahasiaanya.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, untuk menjaga privasi responden.

4. Protection from discomfort (perlindungan dan ketidaknyamanan)


Melindungi responden dari ketidaknyamanan, baik fisik maupun psikologi.
Peneliti dalam penelitian ini sudah mendapatkan izin untuk melakukan
penelitian seperti yang dijelaskan ditahap persiapan
5. Beneficence
Beneficence merupakan prinsip untuk memberikan manfaat bagi orang lain,
namun tidak membahayakan orang lain. Dalam proses penelitian ini
peneliti akan melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur dan akan
memberikan penjelasan tentang manfaat penelitian.
49
BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas hasil penelitian dengan lebih jelas dan lebih
rinci, yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden,
dan data hasil penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia
Dengan Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan Personal Hygiene di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Klungkung I”

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


UPT Puskesmas Klungkung I terletak di Desa Gelgel, Kecamatan
Klungkung, Kabupaten Klungkung yang didirikan tahun 1974 dan
beroperasi mulai bulan April 1975. Wilayah kerja UPT Puskesmas
Klungkung I meliputi 3 kelurahan yaitu kelurahan Semarapura Kauh,
kelurahan Semarapura Klod, kelurahan Semarapura Klod Kangin dan
terdiri dari 7 desa yaitu Desa Gelgel, Desa Tojan, Desa Satra, Desa
Kamasan, Desa Tangkas, Desa Jumpai, Desa Kampung Gelgel serta terdiri
dari 35 dusun/lingkungan dengan luas sekitar 15,322 km2 dengan jarak
tempuh rata-rata 5-10 menit dari desa ke puskesmas. Adapun Visi
Puskesmas Klungkung I yaitu Prima Dalam Pelayanan dan Mantap Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Menuju Kecamatan Klungkung Yang Unggul
dan Sejahtera.
Penelitian ini dilakukan di UPT Puskesmas Klungkung I dengan
pertimbangan jumlah lansia Kabupaten Klungkung yang menjadi
penyumbang lansia terbanyak di Provinsi Bali pada tahun 2020 yaitu
sebesar 16,62% (Badan Pusat Statistik, 2015). Dan didukung juga dengan
puskesmas dengan data kunjungan lansia terbanyak yaitu sebesar 6.551
per tahun 2018. Maka dari itu dipilih wilayah UPT Puskesmas Klungkung
I sebagai tempat penelitian.

50
51

B. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja
UPT Puskesmas Klungkung I dengan jumlah responden sebanyak 108
orang. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibedakan menjadi
empat bagian yaitu alamat, jenis kelamin, rentang umur, dan pendidikan
terakhir. Karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut :
Tabel 5.1 Frekuensi (f) dan persentase (%) Karakteristik Responden
(n=108)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Alamat
Wilayah Tangkas 11 10.2%
Wilayah Gelgel 11 10.2%
Wilayah Jumpai 10 9.3%
Wilayah Kampung 11 10.2%
Gelgel
Wilayah Kamasan 11 10.2%
Wilayah Sp. Kelod 11 10.2%
Kangin
Wilayah Sp. Kelod 11 10.2%
Wilayah Sp Kauh 11 10.2%
Wilayah Tojan 11 10.2%
Wilayah Satra 10 9.3%

Jenis Kelamin
Laki-Laki 41 38.0%
Perempuan 67 62.0%

Umur
Lansia 60-64 Tahun 32 29.6%
Lansia 65-70 Tahun 37 34.3%
Lansia >70 Tahun 39 36.1%

Pendidikan Terakhir
Tidak Sekolah 42 38.9%
Sd 33 30.6%
Smp 10 9.3%
Sma 18 16.7%
Akademi/PT 5 4.6%
52

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan karakteristik responden


berdasarkan alamat, jenis kelamin, umur dan pendidikan terakhir.
Karakteristik responden berdasarkan alamat diperoleh bahwa dari 108
responden, paling banyak ada di wilayah Tangkas, Gelgel, Kampung
Gelgel, Kamasan, SP. Kauh, SP. Klod, SP. Kangin, Tojan sebanyak 88
(81,5%) responden dan terendah wilayah Satra dan Jumpai sebanyak 20
(18,5%) responden. Berdasarkan jenis kelamin diperoleh bahwa dari 108
responden menunjukan jumlah terbanyak adalah responden perempuan
sebanyak 67 (62.0%) dan sisanya responden laki-laki 41 (38.0%).
Berdasarkan umur diperoleh bahwa dari 108 responden menunjukan
jumlah terbanyak yaitu responden dengan rentang umur >70 tahun yaitu
sebanyak 39 (36,1%) responden, disusul rentang usia 65-70 tahun
sebanyak 37 (34.3%) responden dan jumlah terendah di rentang umur 60-
64 tahun 32 (29.6%) responden. Pada karakteristik responden berdasarkan
pendidikan terakhir diperoleh bahwa dari 108 responden menunjukan
jumlah terbanyak yaitu responden yang tidak sekolah sebanyak 42
(38,.9%) responden, lalu SD 33 (30.6%) responden, SMP 10 (9.3%)
responden , SMA 18 (16.7%) responden, dan yang terendah yaitu
Akademi/Perguruan Tinggi 5 (4.6%) responden.

C. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji
Kolmogorov-Smirnov karena responden dalam penelitian ini
jumlahnya lebih dari seratus responden, yaitu berjumlah 108 (n=108)
responden. Maka dari itu uji normalitas yang digunakan adalah
Kolmogorov-Smirnov.
Tabel 5.2 Hasil uji normalitas tingkat pengetahuan dan perilaku lansia
dalam pemenuhan personal hygiene di wilayah kerja UPT Puskesmas
Klungkumg I. (n=108)
53

Kolmogorov-Smirnov
Test of nomality Statistic P-value
Tingkat Pengetahuan 0,298 0,000
Perilaku 0,209 0,000
Berdasarkan tabel 5.2 hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
pada tingkat pengetahuan di dapat p-value 0,000 dan pada perilaku di
dapat p-value 0,000 dengan hasil data berdistribusi tidak normal
karena p-value <0,05. Maka dari itu uji non parametrik tes yang
digunakan adalah Spearmen’s rho

2. Analisa Univariat
Pada penelitian telah dilakukan analisa data dan tidak terdapat
missing data data. Hasil penelitian dari masing – masing variabel dari
tingkat pengetahuan dan perilaku, akan ditampilkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi. Dengan jumlah 18 pernyataan, 15 pernyataan
positif dan 3 pernyataan negative pada point 4,7,dan 18.

a. Tingkat Pengetahuan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Komponen Pernyataan Tingkat
Pengetahuan Personal Hygiene Lansia di Wilayah UPT
Puskesmas Klungkung I (n=108).

Pernyataan Benar Salah


n(%) n(%)
1. Kebersihan diri adalah tindakan 108 0
menghilangkan kotoran diseluruh (100.0%) (0%)
tubuh untuk memelihara kesehatan
seseorang.
2. Salah satu tujuan kebersihan diri pada 107 1
masa pandemi adalah untuk (99.1%) (0,9%)
mempertahankan derajat kesehatan
individu.
3. Jenis kebersihan diri yaitu perawatan 108 0
pada kulit, rambut, gigi dan mulut, (100.0%) (0%)
tangan, kuku dan kaki, serta kemaluan.
4. Walaupun tidak melakukan kebersihan 16 92
diri setiap hari, tidak akan (14.8%) (85.2%)
menimbulkan gangguan kulit.
5. Manfaat mandi ialah menghilangkan 107 1
54

bau, menghilangkan kotoran, (99.1%) (0,9%)


memperlancar peredaran darah, dan
memberi kesegaran pada tubuh.
6. Perawatan kulit dilakukan dengan 106 2
mandi sebanyak dua kali sehari, serta (98,1%) (1,9%)
mandi setiap usai bepergian.
7. Perawatan kulit dilakukan dengan 18 90
mandi menggunakan air bersih saja (16,7%) (83,35%)
tanpa sabun.
8. Mengganti pakaian dilakukan sehabis 107 1
mandi, dan setiap usai bepergian. (99.1%) (0,9%)
9. Perawatan rambut dan kepala 97 11
dilakukan dengan keramas sebanyak 1 (89,85) (10,2%)
– 2 kali seminggu.
10 Perawatan rambut dan kulit kepala bisa 107 1
. dilakukan dengan mencuci rambut (99.1%) (0,9%)
menggunakan sampo.
11 Agar tidak kering, rambut sebaiknya 105 3
. diberikan minyak rambut. (97,2%) (2,8%)
12 Perawatan gigi dan mulut bisa 106 2
. dilakukan dengan menyikat gigi (98,1%) (1,9%)
menggunakan sikat gigi dan pasta gigi
13 Perawatan gigi dan mulut dilakukan 107 1
. dengan menyikat gigi sebanyak 2 kali (99.1%) (0,9%)
sehari pada pagi hari saat mandi dan
malam hari sebelum tidur.
14 Perawatan tangan bisa dilakukan 105 3
. dengan mencuci tangan sebelum (97,2%) (2,8%)
makan, setelah makan, setelah
menyentuh benda – benda asing, dan
setelah kontak dengan orang – orang
diluar rumah.
15 Perawatan kaki dilakukan dengan 105 3
. mencuci kaki dan menggunakan alas (97,2%) (2,8%)
kaki setiap hari.
16 Perawatan kuku bisa dilakukan dengan 103 5
. memotong dan membersihkan kuku (95,4%) (4,6%)
apabila sudah panjang dan kotor.
17 Perawatan kemaluan dilakukan dengan 98 10
. membersihkan bagian luar kemaluan (90,7%) (9,3%)
pada saat mandi dan setelah
BAK/BAB
18 Mengganti pakaian dalam dilakukan 7 101
. seminggu sekali. (6,5%) (93,5%)
55

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukan bahwa dari 108 responden


sebagian besar menjawab benar pada pernyataan positif dilihat dari
jawaban tertinggi pada pernyataan, kebersihan diri adalah tindakan
menghilangkan kotoran diseluruh tubuh untuk memelihara kesehatan
seseorang 108 (100.0%) responden menjawab benar. Dan pada
pernyataan, jenis kebersihan diri yaitu perawatan pada kulit, rambut, gigi
dan mulut, tangan, kuku dan kaki, serta kemaluan sebanyak 108
(100.0%) responden menjawab benar. Lalu sisanya masih ada beberapa
responden menjawab salah pada pernyataan positif namun sebagian besar
menjawab benar. Untuk penyataan negatif jawaban tertinggi ada pada
pernyataan, mengganti pakaian dalam dilakukan seminggu sekali
sebanyak 101 (93,5%) responden menjawab salah. Disusul dengan
pernyataan, walaupun tidak melakukan kebersihan diri setiap hari, tidak
akan menimbulkan gangguan kulit sebanyak 92 (85,2%) responden
menjawab salah. Dan terakhir pernyataan negatif dengan jawaban
terendah yaitu pada pernyataan, perawatan kulit dilakukan dengan mandi
menggunakan air bersih saja tanpa sabun 90 (83,35%) responden
menjawab salah.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Pengetahuan Personal


Hygiene Lansia di Wilayah UPT Puskesmas Klungkung I.
(n=108)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Baik 96 88,9
Cukup 12 11,1
Kurang 0 0
Total 108 100

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukan bahwa dari total 108


responden, jumlah tertinggi tingkat pengetahuan lansia terhadap
personal hygiene ada di kategori baik dengan jumlah 96 (88,9%)
responden, dan kategori cukup sebanyak 12 (11,1%) responden.
56

Gambar 5.1 Scatter Plot Tingkat Pengetahuan Personal Hygiene Lansia di


Wilayah UPT Puskesmas Klungkung I. (n=108)
57

b. Perilaku
Hasil penelitian variabel dari perilaku, akan ditampilkan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi. Dengan jumlah 16 pernyataan, 13
pernyataan positif dan 3 pernyataan negative pada point 2,7, dan
13.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Komponen Pernyataan Perilaku


Personal Hygiene Lansia di Wilayah UPT Puskesmas Klungkung I
(n=108).

Pernyataan Tidak Kadang Sering Selalu


Pernah -
kadang
1. Saya melakukan 1 2 16 89
perawatan pada kulit (0,9%) (1,9%) (14,8%) (82,4%)
dengan cara mandi
secara teratur dua kali
58

dalam sehari dan setiap


usai bepergian
2. Saya tidak menggunakan 89 10 3 6
sabun setiap saya mandi. (82,4% (9,3%) (2,8%) (5,6%)
)
3. Saya menggunakan 22 35 19 32
minyak pelembab jika (20,4% (32,4%) (17,6%) (29,6%)
kulit saya kering. )
4. Saya mengganti pakaian 3 9 14 82
setiap hari dan setiap kali (2,8%) (8,3%) (13,0%) (75,9%)
usai bepergian.
5. Saya mencuci rambut 5 15 24 64
dua kali dalam (4,6%) (13,9%) (22,2%) (59,3%)
seminggu.
6. Saya mencuci rambut 1 4 14 89
menggunakan sampo. (0,9%) (3,7%) (13,0%) (82,4%)
7. Saya tidak memakai 14 54 19 21
minyak rambut. (13,0% (50,0%) (17,6%) (19,4%)
)
8. Saya menggosok gigi 3 11 8 86
dua kali sehari pada pagi (2,8%) (10,2%) (7,4%) (79,6%)
hari saat mandi dan
malam hari sebelum
tidur.
9. Saya menggunakan sikat 2 7 11 88
gigi dan pasta gigi setiap (1,9%) (6,5%) (10,2%) (81,9%)
menyikat gigi.
10. Setelah makan saya 3 17 34 54
berkumur menggunakan (2,8%) (15,7%) (31,5%) (50,0%)
air.
11. Saya mencuci tangan 2 6 16 84
dengan sabun sebelum (1,9%) (5,6%) (14,8%) (77,8%)
makan, sesudah makan,
setelah menyentuh benda
– benda asing, dan
setelah kontak dengan
orang – orang diluar
rumah.
12. Saya memotong dan 0 5 13 90
membersihkan kuku (0%) (4,6%) (12,0%) (83,3%)
apabila sudah panjang
dan kotor.
13. Saya tidak memakai 81 14 3 10
sandal atau sepatu saat (75,0% (13,0%) (2,8%) (9,3%)
keluar rumah. )
14. Saya mencuci dan 1 12 17 78
59

mengeringkan kaki (0,9%) (11,1%) (15,7%) (72,2%)


setiap hari.
15. Saya cebok dan 0 0 9 99
membersihkan daerah (0%) (0%) (8,3%) (91,7%)
kemaluan saya dengan
air bersih setelah
BAB/BAK.
16. Saya mengganti pakaian 7 4 5 92
dalam setiap hari. (6,5%) (3,7%) (4,6%) (85,2%)
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukan bahwa dari 108 responden
sebagian besar menjawab “selalu” pada pernyataan positif dilihat dari
jawaban tertinggi pada pernyataan, saya cebok dan membersihkan
daerah kemaluan saya dengan air bersih setelah BAB/BAK sebanyak 99
(91,7%), lalu perolehan jawaban “selalu” terendah ada pada pernyataan,
saya menggunakan minyak pelembab jika kulit saya kering sebanyak
32 (29,6%) responden dengan jawaban selalu terendah pada pernyataan
positif. Jawaban “sering” tertinggi ada pada penyataan positif, Setelah
makan saya berkumur menggunakan air, sebanyak 34 (31,5%)
responden. Jawaban “kadang” tertinggi ada pada pernyataan positif,
Saya menggunakan minyak pelembab jika kulit saya kering sebanyak
35 (32,4%) responden. Untuk pernyataan negatif sebagian besar
responden menjawab “tidak pernah” dilihat dari skor tertingi ada pada
pernyataan, saya tidak menggunakan sabun setiap saya mandi 89
(82,4%) responden menjawab tidak pernah, disusul dengan pernyataan,
saya tidak memakai sandal atau sepatu saat keluar rumah 81 (75,0%)
responden menjawab tidak pernah. Sedangkangkan pada pernyataan
negatif, saya tidak memakai minyak rambut sebanyak 54 (50,0%)
responden menjawab kadang, 21 (19,4%) menjawab selalu, 19 (17,6%)
menjawab sering dan sisanya sebanyak 14 (13,0%) responden
menjawab tidak pernah, yang artinya ini merupakan nilai terendah
“tidak pernah” pada penyataan negatif.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Kategori Perilaku Personal Hygiene


Lansia di Wilayah UPT Puskesmas Klungkung I. (n=108)
60

Perilaku Frekuensi Persentase (%)


Baik 97 89,8
Cukup 11 10,2
Kurang 0 0
Total 108 100

Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukan bahwa dari total 108


responden, jumlah tertinggi perilaku lansia dalam pemenuhan
personal hygiene ada di kategori baik dengan jumlah 97 (89,8%)
responden, dan kategori cukup sebanyak 11 (10,2%) responden.

Gambar 5.2 Scatter Plot Perilaku Personal Hygiene Lansia di Wilayah


UPT Puskesmas Klungkung I (n=108)
61

3. Analisa Bivariat
Pada analisis bivariat memaparkan hasil penelitian berupa
hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku lansia dalam
pemenuhan personal hygiene akan ditampilkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi. Setelah dilakukan uji normalitas data, hasil
menunjukan bahwa data tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu uji
korelasi yang digunakan adalah uji non parametric yaitu uji
Spearmen’s rho dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Uji Korelasi Tingkat Pengetahuan dan
Perilaku Personal Hygiene Lansia di Wilayah UPT Puskesmas
Klungkung I. (n=108)

Spearmen’s Tingkat Perilaku


rho Pengetahuan
Tingkat Correlation Coefficient 1.000 .952
pengetahuan Sig. (2-tailed) . .000
N 108 108

Perilaku Correlation Coefficient .952 1.000


Sig. (2-tailed) .000 .
N 108 108

Berdasarkan Tabel 5.7 menunjukan hasil uji statistik Spearmen’s


rho yang dilihat bahwa hasil signifikasi p-value sebesar 0,00 dengan α
= 0,05, yang mana p-value < α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku lansia dalam
pemenuhan personal hygiene. Yang mana kuatnya hubungan dapat
dilihat dari Correlation Coefficient (r hitung) yaitu 0,952 yang artinya
korelasi sangat kuat antara kedua variabel. Hasil ini menunjukan arah
korelasi positif yang artinya semakin baik tingkat pengetahuan lansia
maka semakin baik perilaku lansia dalam pemenuhan personal
hygiene.
62

Gambar 5.2 Scatter Plot Tingkat Pengetahuan Personal Hygiene Lansia di


Wilayah UPT Puskesmas Klungkung I. (n=108)
63
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas dengan lengkap mengenai hasil penelitian
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan
Personal Hygiene di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Klungkung I, serta akan
membahas pula keterbatasan dalam penelitian.

A. Tingkat Pengetahuan Personal Hygiene Lansia


Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manusia
terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca
indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam pembentukan tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut
Notoatmodjo yaitu pengalaman, tingkat pendidikan, pekerjaan, usia,
minat, keyakinan, fasilitas, dan social budaya. Hasil penelitian
menunjukan sebagian besar lansia tidak sekolah sebanyak 42 (38,9%)
responden, berpendidikan SD yaitu sebanyak 33 (30,6%) responden,
disusul dengan pedidikan tingkat SMA sebanyak 18 (16,7%) responden,
SMP 10 (9,3%), dan terakhir dengan pendidikan Akademi/Perguruan
Tinggi sebanyak 5 (4,6%) responden
Hasil penelitian pada tingkat pengetahuan menunjukan bahwa dari
108 responden, 96 (88,9%) responden menyatakan tingkat pengetahuan
personal hygiene lansia baik dan sisanya menyatakan cukup sebanyak 12
(11,1%) responden. Hal ini menunjukan bahwa lansia memiliki cukup
informasi mengenai personal hygiene. Penelitian ini menunjukan bahwa
mayoritas lansia menjawab benar pada penyataan kebersihan diri adalah
tindakan menghilangkan kotoran diseluruh tubuh untuk memelihara
kesehatan seseorang dan mayoritas lansia menjawab benar jenis
kebersihan diri yaitu perawatan pada kulit, rambut, gigi dan mulut, tangan,

64
65

kuku dan kaki, serta kemaluan. Sesuai dengan teori dari Isro’in &
Sulistio (2012), tujuan perawatan personal hygiene adalah untuk
menghilangkan kotoran diseluruh tubuh untuk memelihara kesehatan
seseorang, pencegah penyakit.
Meskipun mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan
negatif, namun pada peryataan negatif walaupun tidak melakukan
kebersihan diri setiap hari, tidak akan menimbulkan gangguan kulit
sebanyak 16 (14,8%) responden. Pada pernyataan negatif perawatan kulit
dilakukan dengan mandi menggunakan air bersih saja tanpa sabun
sebanyak 18 (16,7%) responden. Hal tersebut menunjukan bahwa lansia
belum tahu lebih mendalam arti dari personal hygiene. Seperti yang
diungkapkan oleh Budiman & Riyanto (2013) bahwa informasi juga
mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi
tentang suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan
wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi
tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.

B. Perilaku Pemenuhan Personal Hygiene Lansia


Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Personal hygiene suatu
bentuk tindakan dalam upaya pemeliharaan kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan dirinya mencakup kesehatan fisik maupun
psikisnya. Kebersihan seseorang merupakan bagian dari penampilan dan
harga diri sehingga jika seseorang mengalami keterbatasan dalam
memenuhi personal hygiene bisa jadi akan memperngaruhi kesehatan
secara umum (Isro’in & Sulistio, 2012).
Hasil penelitian dari perilaku personal hygiene lansia menunjukan
bahwa dari 108 responden, 97 (89,8%) responden memiliki perilaku
personal hygiene yang baik, dan sebanyak 11 (10,2) responden memiliki
perilaku yang cukup. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas perilaku lansia
sudah baik. Namun jika ditinjau lebih teliti lagi sebanyak 21 (19,4%)
66

responden menjawab selalu dan sering sebanyak 19 (17,6%) responden,


pada pernyatan tidak memakai minyak rambut. Sementara itu ada juga
beberapa dari responden yang mejawab selain selalu dan sering pada
pernyataan mencuci rambut 2 kali dalam seminggu dan mencuci rambut
menggunakan shampoo.
Hal ini menunjukan bahwa masih ada beberapa lansia yang masih
belum menyadari secar keseluruhan arti dari kebersihan rambut. Menurut
Potter & Perry (2012) dikuti dari Prakoso (2015) penampilan dan
kesejahteraan seseorang sering kali tergantung dari cara penampilan dan
perasaan mengenai rambutnya. Cara untuk perawatan rambut dengan
memotong rambut, menyikat, menyisir, dan bershampo agar tidak terlihat
kusut dan tidak sehat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Erdhayanti & Kartinah (2012) dengan judul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Lansia Dalam Pemenuhan
Personal Hygiene Di Panti Wreda Darma Bakti Pajang Surakarta”.
Didapatkan bahwa lansia tidak rutin mencuci rambut 2 kali seminggu dan
juga jarang menggunakan minyak rambut sehingga rambut terlihat kusut.

C. Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Perilaku Lansia


Dalam Pemenuhan Personal Hygiene
Pada hasil penelitian yang diuji dengan teknik (Spearmen Rho),
menunjukan bahwa terdapat hubungan diantara tingkat pengetahuan
dengan perilaku lansia dalam pemenuhan personal hygiene. Hal ini
ditunjukan dengan hasil nilai signifikan yaitu 0,00 (p-value <0,05) dan
nilai koefisien 0,952 yang artinya Ha diterima atau ada hubungan yang
sangat kuat antara tingkat pengetahuan lansia dengan perilaku lansia dalam
pemenuhan personal hygiene yang bersifat positif dan searah. Yang
menunjukan hal tersebut berarti semakin baik tingkat pengetahuan lansia
terhadap pngetahuan personal hygiene semakin baik pula perilaku lansia
dalam pemenuhan personal hygiene.
67

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Sudarmi & Wogono (2019) yang dilakukan di Desa Ruko Kecamatan
Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara yang menunjukan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan sikap personal hygiene pada lanjut
usia di Desa Ruko Kecamatan Tobelo Utara Kabupaten Halmahera Utara
diperoleh p-value 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Pada penelitian ini
didapatkan semakin tinggi pengetahuan seseorang terhadap suatu objek
maka akan semakin tinggi pula perilaku seseorang. Pengetahuan dan
perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak factor. (Purwanto,1998)
dikutip dari (Hartono, 2016).

D. Keterbatasan Penelitian
Peneliti memiliki beberapa hal yang menjadi keterbatasan yaitu :
1. Pada proses pengumpulan data masih terdapat jawaban kuesioner yang
tidak konsisten menurut pengamatan peneliti. Karena responden yang
cenderung kurang teliti terhadap pernyataan yang ada sehingga terjadi
tidak konsisten terhadap jawaban kuesioner.
2. Peneliti kesulitan mencari referensi teori seperti penelitian yang terkait
karena minimnya penelitian personal hygiene terhadap lansia.
BAB VII

PENUTUP

Pada bab ini menerangkan semua hasil penelitian dan pembahasan tentang
temuan-temuan penelitian yang telah diuraikan secara lengkap dalam bab
sebelumnya. Selanjutnya dibuat kesimpulan dan saran-saran sebagai tindak lanjut
penelitian ini. Adapun tindak lanjut tersebut adalah sebagai berikut:

A. Simpulan
Hasil penelitian yang sudah diuraikan diatas memberikan simpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa dari total 108 responden,
menyatakan pengetahuan lansia terhadap personal hygiene mayoritas
ada di kategori baik sejumlah 96 (88,9%) responden.
2. Dari total 108 responden, sebagian besar lansia yang berada di wilayah
kerja UPT Puskesmas Klungkung I menunjukan, perilaku lansia dalam
pemenuhan personal hygiene mayoritas berada di kategori baik yaitu
sejumlah 97 (89,8%) responden.
3. Dilihat dari hasil signifikasi dengan uji statistik Spearmen’s rho,
terdapat signifikasi p-value sebesar 0,00 dengan α = 0,05, yang mana
p-value < α (0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan perilaku lansia dalam pemenuhan personal
hygiene dan menunjukan arah korelasi yang sangat kuat dan positif (r =
0,952).

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, ada beberapa saran
yang ingin penulis sampaikan diantaranya:
1. Bagi Lansia
Hasil dari penelitian ini masih ditemukan lansia yang tidak melakukan
personal hygiene dengan baik dan benar, oleh karena itu diharapkan

68
69

lansia untuk mau berperilaku dalam menjaga kesehatan, termasuk


berperilaku dalam personal hygiene seperti menggosok gigi secara
teratur, menggunakan shampoo saat keramas dan menggunakan sandal
ketika keluar rumah.
2. Bagi Tempat Penelitian
Mengadakan kegiatan pemantauan rutin untuk memantau personal
hygiene para lansia dan berperan aktif meningkatkan dan
mempertahankan personal hygiene lansia
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan mengkaji lebih banyak sumber dan
referensi yang terkait dengan personal hygiene lansia dan
mempersiapkan diri dalam proses pengambilan dan pengumpulan data,
sehingga penelitian dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai