OLEH:
NI KOMANG KRESNIARI
NIM. 2114901221
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS PADA PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
1) Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersiahan diri. Perubaha fisik akibat
operasi bedah, misalnya, dapat memicu individu untuk
tidak peduli terhadap kebersihannya.
2) Status sosial ekonomi
3) Pengetahuan
4) Variabel kebudayaan
5) Kondisi fisik
c. Manifestasi Klinis
1) Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan
badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu,
atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi,
mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau
mengambil potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta
memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga memiliki
ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih
pakaian, mnggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian,
dan mengenakan sepatu.
3) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan
makanan, mempersiapkan makanan, menangani perkakas,
mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan
makanan, membuka container, memanipulasi makanan dalam
mulut, mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke
mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan menurut cara
yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas , serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
4) BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, memebersihkan
diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau
kamar kecil (Direja, 2011).
d. Komplikasi
Mobilisasi sangat penting untuk kesehatan. Imobilisasi yang
berkepanjangan dan bedrest akann menyebabkan serangkaian
komplikasi pada berbagai sistem tubuh antara lain :
1) Kontraktur : jaringan ikat kolagen pada otot dan persendian
akan digantikan oleh jaringan fibrosa yang tidak elastic
sehinggaa akan menyebabkan kekauan pada pergerakan
persendian.
2) Konstipasi : imobilisasi menyebabkan peristaltic menurun
sehingga menyebabkan absorpsi cairan berlebihan pada
intestinum.
3) Pressure Ulcer : pasien imobilisasi beresiko untuk mengalami
luka tekan sebagai akibat adanya penekanan pada tulang
menonjol (bony prominen).
4) Gastritis : selama bedrest sekresi bikarbonat lambung menurun
sehingga meningkatkan keasaman pada lambung.
5) Kehilangan mineral tulang : imobilisasi dan bedrest
berhubungan dengan demineralisasi tulang akibat aktivitas
osteoklas dan peningkatan kadar kalsium darah.
5. Pemeriksaan Diagnostik / Pemeriksaan Penunjang
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1) Foto Rontgen (Untuk menggambarkan kepadatan tulang, tekstur,
erosi, dan perubahan hubungan tulang).
2) CT Scan tulang (mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang di daerah yang sulit untuk dievaluasi)
3) MRI (untuk melihat abnormalitas : tumor, penyempitan jalur
jaringan lunak melalui tulang)
b. Hasil temuan yang tidak normal
c. Interpretasi hasil
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Fisiotrapi
2) Latihan mobilisasi ringan seperti : miring kanan-miring kiri
3) ROM (Range Of Motion)
B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan
optimal. Dengan menggunakan proses keperawatan dapat terhindar dari
tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi tidak unik bagi individu
klien. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar
utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
nyeri. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan adalah
membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki. Proses keperawatan terdiri atas 5 langkah yang
sistematis yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan, pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali
atau mendapatkan data utama tentang kesehatan pasien baik itu fisik,
psikologis, maupun emosional (Debora, 2013). pengkajian dilakukan
dua tahap yaitu pengumpulan data (informasi subjektif dan objektif)
dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medic (NANDA,
2018).
1) Pengumpulan data
a) Identitas pasien
Identitas pasien yang terdiri dari, Nama, Umur, Jenis kelamin,
status perkawinan, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, nomer telepon, nomer register dan tanggal masuk
rumah sakit.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Keluhan yang membuat pasien datang untuk memeriksakan
kesehatannya ke rumah sakit.
(2) Keluhan utama saat pengkajian
Keluhan yang disampaikan oleh pasien pada saat dilakukan
pengkajian. Misalnya, klien mengeluh nyeri, badannya
merasa lemas, klien merasa cemas karena nyeri yang
dirasakan tidak berkurang dan merasa tidak nyaman dengan
kondisinya.
(3) Riwayat penyakit sekarang
Kaji tentang riwayat kesehatan yang sedang dialami klien
(4) Riwayat penyakit sebelumnya
Kaji tentang riwayat kesehatan yang pernah dialami klien.
Apakah riwayat kesehatan yang pernah dialami klien
sehingga klien tidak mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri.
(5) Riwayat penyakit keluarga
Kaji riwayat kesehatan keluarga. Apakah ada keluarga yang
menderita penyakit yang sama seperti klien.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap
adanya pengalaman dan respon individu, keluarga ataupun komunitas
terhadap masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada
proses kehidupan. Diagnosis keperawatan adalah bagian vital dalam
menentukan proses asuhan keperawatan yang sesuai dalam membantu
pasien mencapai kesehatan yang optimal. Mengingat diagnosis
keperawatan sangat penting maka dibutuhkan standar diagnose
keperawatan yang bisa diterapkan secara nasional di Indonesia dengan
mengacu pada standar diagnosa yang telah dibakukan sebelumnya
(PPNI, 2016). Adapun diagnosa yang muncul berdasarlan SDKI
(2016) diantaranya :
1) Defisit perawatan diri berhubungan dengan :
a) Gangguan muskuloskeletal
b) Gangguan neuromuskuler
c) Kelemahan
d) Gangguan psikologis dan/atau psikotik
e) Penurunan motivasi/minat
c. Perencanaan
1) Prioritas Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
2) Rencana Assuhan Keperawatan
Setelah dilakukan asuhan keperawatanselama … x 24 jam
diharapkan perawatan diri meningkat drengan kriteria hasil
d. Implementasi Keperawatan
Perawat mengimplementasikan dari rencana keperawatan yang
telah disusun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Implementasi keperawatan terdiri dari 7 proses yaitu:
1) Bekerja sama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan
Keperawatan.
2) Kolaborasi profesi kesehatan, meningkatkan status kesehatan.
3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan klien.
4) Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksanaan, tenaga
keperawatan dibawah tanggung jawabnya.
5) Menjadi coordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien
tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada.
6) Memberikan pendidikan kepada klien tentang status keluarga
mengenai konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu
klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
7) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan
keperawatan berdasarkan respon klien.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keoperawatan
dengan cara melakukan identitas sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon
terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tidakan keperawatan dengan criteria hasil. Menurut
Nursalam (2008), pada tahapan evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan
yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasiselama proses
perawatan berlangsung (evaluasi proses) dan kegiatan melakukan
evalusia dengan targettujuan yang diharapkan (evaluasi hasil).
1. Evaluasi proses (evaluasi formatif)
Fokus padaevaluasi ini adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Evaluasi ini harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai
efektifitas intervensi tersebut. Metode pengumpulan data
evaluasi ini menggunakan analisis rencana sduhan
keperawatan, open chart audit, pertemuaan kelompok,
wawancara, observasi, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisannya dapat menggunakan system SOAP.
2. Evaluasi hasil (evaluasi sumatif)
Fokus pada evaluasi hasil (evaluasi sumatif) adalah pada
perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan pada akhirnya
asuhan keperawatan secara paripurna. Evaluasi hasil bersifat
objektif, fleksibel, dan efesien. Metode pelaksanaannya terdiri
dari close chart audit, wawancara pada pertemuan terakhir
asuhan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga.
Daftar Pustaka
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI. Smeltzer
& Bare. (2008). Textbook of Medical Surgical Nursing Vol.2.
WOC
Lansia
Aging
proses
Kerusakan
neuromuskuler
Hambatan Defisit
mobilitas fisik perawatan diri
RESUME EVALUASI PRAKTEK KEPERAWATAN DASAR PROFESI
PADA PASIEN Tn. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS CF FRAKTUR
PATELLA (D) DI RUANG OK RSUD KARYA USADA
TANGGAL 06 SEPTEMBER 2020
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 14 September 2021 pukul
08.00 wita di Rumah klien dengan metode observasi, wawancara, pemeriksaan
fisik dan dokumentasi (rekam medis)
1. PENGUMPULAN DATA
A. Identitas Pasien
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Pada tanggal 14 September 2021 saat dilakukan pengkajian klien
mengeluh tidak bisa melakukan aktivitas merawat diri secara
mandiri. Hal tersebut disebabkan karena klien merasakan lalu pada
persendian.
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 14 September 2021 pukul 09.00
wita. Saat pengakajian pre operasi: pasien mengatakan tidak dapat
melakukan kegiatan BAK secara mandiri.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 06 September 2020 pasien diantar ke IGD RSUD
Karya Usada setelah mengalami kecelakaan lalu lintas dengan
keluhan kaki kanan pasien nyeri. Setelah dilakukan pemeriksaan di
IGD pasien didiagnosa CF Fraktur Platela (D) kemudian pasien
direncanakan tindakan bedah ORIF dan dirawat di ruang rawat
inap Belibis sebelum operasi. Saat pengkajian yaitu pada tanggal
06 September 2020 pukul 08.00 wita di ruang OK didapatkan hasil
pengkajian pre operatif opasien mengeluh nyeri pada kaki kanan
dan bertambah apabila pasien menggerakan kakinya, dengan skala
nyeri yang dirasakan 7 dari 0-10 skala nyeri yang diberikan, nyeri
yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, dan pasien tampak berbaring
lemas, pasien tampak meringis, hasil TTV: TD: 120/70 mmHg,
nadi: 86x/menit, Respirasi 23x/menit, suhu: 36,50C. Seluruh hasil
pemeriksaan darah lengkap untuk persiapan operasi normal
terutama masa perdarahan dan pembekuan dalam batas normal.
4) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat inap pada tahun
2019 dengan keluhan demam dan kaku sendi.
5) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga
seperti : Asma, Hipertensi, Diabetes Melitus dan tidak pernah
menderita penyakit menular, seperti : TBC, Hepatitis.
6) Dx Medis dan terapi saat pengkajian
a. IVFD RL 20 tts/menit,
b. Petidine 100 mcg + ketorolac 60 mg dalam 500 ml infus Dex 5
habis dalam 24 jam,
c. Cefotaxim 3 x 1 gr,
d. Diet nasi
C. Pola Kebiasaan pasien
1) Gerak dan aktivitas
Sebelum Pengkajian : Aktivitas sehari-hari klien sebelum
sakit adalah melakukan kegiatan rumah
tangga seperti memasak, menyapu dan
kegiatan lainnnya.
Saat Pengkajian : Pasien mengatakan aktivitasnya saat ini
sangat terbatas, hal tersebut disebabkan
karena kekakuan sendi yang dialami
menyebabkan sklien sulit untuk
beraktivitas. Klien mengatakan hanya
tertidur dan bangun untuk makan, ketika
makan klien dibantu oleh anaknya.
2) Istirahat dan tidur
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidur 7-8 jam sehari
Saat Pengkajian : Jumlah jam tidur (7-8 jam/hari),
□ sering terjaga
□ susah tidur
□ penggunaan obat tidur (obat (-))
√tidur siang (1 jam/hari)
3) Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian : sebelum sakit klien mengatakan tidak
merasakan ketidaknyamanan
Saat Pengkajian : √ tidak dapat melakukan aktivitasnya
seperti saat sebelum sakit
4) Ibadah
Sebelum Pengkajian : pasien mengatakan menganut agama
hindu dan melakukan persembahyangan
2x sehari.
Saat Pengkajian : Agama /kepercayaan yg dianut hindu
Kebiasaan beribadah : Pasien mengatakan hanya bisa
melakukan sembahyang diatas dtempat
tidur
D. PemeriksaanFisik
1) KeadaanUmum
a) Cara Berjalan : □ lancar terkoordinir, √ terganggu,
Data lainnya:
b) Gerak Motorik : □ normal, √ tergangu,
Data lainnya:
c) Gejala Kardinal : TD : 120/70 mmhg
N : 86 x/mnt
S : 36,5 oC
RR : 23 x/mnt
d) Ukuran lain : BB : 45 kg
TB : 147 cm
LL : - cm
2) Ekstremitas
a) Ektremitas Atas
□ pergerakan bebas, deformitas, □ Oedema, □ Sianosis pada
ujung kuku, □ Clubbing finger, □ CRT <2 detik □ Luka,
Lokasi -
b) Ektremitas Bawah
Nyeri pada pinggang ketika melakukan aktivitas
Data lainnya -
c) Kekuatan Otot
555 555
111 555
2. ANALISA DATA
Analisa Data Pasien Tn. A Dengan CF Fraktur Platela (D)
Ruang OK RSUD Karya Usada
Data Subyektif Data Obyektif Masalah
1. Pasien mengeluh nyeri 1. pasien tampak berbaring Nyeri akut
pada kaki kanan dan lemas
bertambah apabila 2. pasien tampak meringis
pasien menggerakan 3. hasil TTV:
kakinya, dengan skala TD: 120/70 mmHg, nadi:
nyeri yang dirasakan 7 86x/menit, Respirasi:
dari 0-10 skala nyeri 23x/menit, suhu: 36,50C.
yang diberikan, nyeri 4. Seluruh hasil
yang dirasakan seperti pemeriksaan darah
tertusuk-tusuk. lengkap untuk persiapan
operasi normal terutama
masa perdarahan dan
pembekuan dalam batas
normal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik yang ditandai dengan Pasien
mengeluh nyeri pada kaki kanan dan bertambah apabila pasien menggerakan
kakinya, dengan skala nyeri yang dirasakan 7 dari 0-10 skala nyeri yang
diberikan, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, pasien tampak
berbaring lemas, pasien tampak meringis, hasil TTV: TD: 120/70 mmHg,
nadi: 86x/menit, Respirasi: 23x/menit, suhu: 36,50C, Seluruh hasil
pemeriksaan darah lengkap untuk persiapan operasi normal terutama masa
perdarahan dan pembekuan dalam batas normal.
C. PERENCANAAN
1. Prioritas
Masalah Keperawatan
Nyeri akut
2. Rencana Keperawatan /
Nursing care plan
NO. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Jam
1. Selasa, Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan a. Lakukan pengkajian nyeri
06 September dengan agen cedera fisik keperawatan selama 1 x 24 secara komprehensif
2020 yang ditandai dengan Pasien jam, diharapkan nyeri pasien termasuk lokasi,
mengeluh nyeri pada kaki dapat berkurang dengan karakteristik, durasi,
kanan dan bertambah kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
apabila pasien menggerakan 1. Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
kakinya, dengan skala nyeri (tahu penyebab nyeri, b. Observasi tanda-tanda vital
yang dirasakan 7 dari 0-10 mampu menggunakan c. Ajarkan teknik distraksi
skala nyeri yang diberikan, tehnik non farmakologi dan relaksasi
nyeri yang dirasakan seperti untuk mengurangi nyeri, d. Kolaborasi dalam
tertusuk-tusuk, pasien mencari bantuan) pemberian analgetik untuk
tampak berbaring lemas, 2. Mampu mengenali nyeri mengurangi nyeri
pasien tampak meringis, (skala, intensitas, frekuensi
hasil TTV: TD: 120/70 dan tanda nyeri)
mmHg, nadi: 86x/menit, 3. Menyatakan rasa nyaman
Respirasi: 23x/menit, suhu: setelah nyeri berkurang.
36,50C, Seluruh hasil
pemeriksaan darah lengkap
untuk persiapan operasi
normal terutama masa
perdarahan dan pembekuan
dalam batas normal.
4. PELAKSANAAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
a. Data Subjektif :
Pasien mengatakan tidak bisa melakukan kebutuhan membersihkan diri secara
mandiri
b. Data Objektif
1. Pasien terlihat kotor dan kuku panjang
2. Tidak mampu mandi, menganakan pakaian dan menyiapkan makanan secara
mandiri.
3. Tanda - tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
RR : 23 kali/menit
Suhu : 36.5ºC
Nadi : 86 kali/menit
2. Diagnosa
Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
3. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatanselama 1 x 24 jam diharapkan perawatan diri
meningkat drengan kriteria hasil
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
b. Evaluasi Objektif
1. Pasien nampak lebih nyaman dan relax.
2. Tanda - tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
RR : 23 kali/menit
Suhu : 36.5ºC
Nadi : 86 kali/menit
c. Rencana Tindak lanjut
Jika bapak merasa nyeri atau nyerinya bertambah lagi, bapak bisa melakukan tehnik
nafas dalam pak ya, agar bapak merasa lebih nyaman dan relax. Selain teknik nafas
dalam bapak juga bisa mengobrol dengan keluarga bapak, sehingga fokus bapak
bisa teralihkan dan nyeri dapat berkurang.
d. Kontrak Yang Akan Datang
Bapak nanti saya akan kembali lagi 1 jam untuk memeriksa keadaan bapak untuk
temapatnya diruangan bapak ini ya.
e. Topik
Bapak saya sudah selesai membatu bapak, saya permisi dulu ya jika bapak perlu
bantuan bapak bisa panggil saya atau meminta bantuan keluarga untk memanggil
saya di ruang jaga perawat untuk membantu bapak agar bapak merasa lebih relax
lagi.
Ceklist Teknik Relaksasi (Nafas Dalam)
PENDIDIKAN
KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI
DAN KESEHATAN BALI
Jl. Tukad Balian No. 180,
Denpasar-Bali
TEKNIK MANIPULASI Tanggal
NYERI: RELAKSASI Terbit
Ditetapkan
15-08- Dosen Akademik
Ketua Itekes Bali
2011
Tanggal
I Gede Putu Darma
Revisi Ns. Ni P Inca Buntari A,
Suyasa
12-05-
2017
NILAI
ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
Definisi:
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi
Tujuan:
1. Untuk meningkatkan ventilasi alveoli
2. Memelihara pertukaran gas
3. Mencegah atelektasi paru
4. Meningkatkan efesiensi batuk
5. Mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
INDIKASI:
Restriksi ekspansi dada,misalnya pada klien dengan penyakit asma
atau menjelang pasca operasi.
Persiapan
Persiapan pasien
1. Usahakan pasien dalam keadaan yang rileks dan tenang.
2. Ciptakan lingkungan yang tenang di sekitar pasien.
3. Berikan waktu kepada pasien untuk konsentrasi.
Persiapan lingkungan
1. Lingkungan yang bersih dan nyaman.
2. Suasana yang tenang.
3. Sirkulasi udara yang lancar.
Tahap orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap pre interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
Tahap Kerja
1. Atur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi setengah duduk
di tempat tidur atau dengan lying position (posisi berbaring) di
tempat tidur dengan satu bantal.
2. Fleksikan lutut lien untuk merilekskan otot abdomen.
3. Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen,tepat dibawah
tulang iga.
4. Tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap
tertutup.Hitung sampai 3 selama inspirasi.
5. Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen sejauh
mungkin,tetap dalam kondisi relaks dan cegah lengkung pada
punggung.Jika ada kesulitan menaikkan abdomen ,sambil napas
dengan cepat,lalu napas kuat lewat hidung.
6. Hembuskan napas lewat bibir,seperti meniup dan ekspiasi secara
perlahan dan kuat sehingga terbentuk suara hembusan tanpa
menggembungkan dari pipi.
7. Konsentrasi dan rasakan turunnya abdomen dan kontraksi otot
abdomen ketika ekspirasi.
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam.
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri.
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang.
11. Bila nyeri menjadi hebat, klien dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.
Tahap terminasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan:
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan dengan lengkap/ tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan sbenar/ sempurna