Anda di halaman 1dari 10

1.

1 Pengertian
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, penyisihan.
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa
metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus
[ CITATION War04 \l 1057 ].

Eliminasi fekal atau defekasi merupakan proses pembuangan sisa

metabolism tubuh yang tidak terpakai. Perubahan pada defekasi

dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh lain,

karena sisa - sisa produk usus adalah racun (Saryono & Widianti, 2010)

1.2 Etiologi
Faktor yang mempengaruhi defekasi (Saryono & Widianti, 2010)
1) Usia dan perkembangan

Gerakan peristaltik usus menurun dan melambatnya pengosongan

usus seiring bertambahnya usia.

2) Diet

Asupan makanan yang bergizi dan teratur tiap hari membantu

dalam defekasi secara normal, terutama dalah serat. Selulosa, serat

dalam diet memberikan volume feses. Makanan pedas dapat

menyebabkan diare dan flatus karena dapat mengiritasi saluran cerna.

3) Cairan

Kehilangan cairan mempengaruhi karakteristik feses. Asupan cairan yang

tidak adekuat, misalnya muntah berlebih sehingga tubuh

mengabsorpsi cairan dari chymus dan menyebabkan feses keras serta

eliminasinya terhambat. Adanya gerak peristaltic yang meningkat,


waktu untuk mengabsorbsi menjadi berkurang yang menyebabkan

feses encer dan lunak.

4) Aktivitas

Imobilisasi akan menekan motilitas usus seperti otot pelvis dan otot

abdomen yang lemah. Aktivitas fisik meningkatkan peristaltik usus

5) Faktor psikologis

Adanya stress emosional menurunkan rangsangan defekasi. Penyakit

mempengaruhi defekasi. Penyakit mempengaruhi defekasi. Adanya

colitis ulceraktif mengakibatkan diare berat. Aktivitas peristaltic

meningkat pada orang yang cemas, stress atau marah.

6) Gaya hidup

Kebiasaan individu yang lebih senang bila melakukan defekasi di

toiletnya sendiri.

7) Medikasi

Beberapa obat memiliki efek samping yang mengganggu eliminasi

normal seperti diare, morfin dan kokain yang menyebabkan

konstipasi.Obat juga mengubah warna feses seperti hitam oleh zat besi,

hijau oleh antibiotik dan putih oleh antacid.

8) Prosedur diagnostic

Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan

agar tidak ada makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai

persiapan pada pemeriksaan, dan sering melibatkan enema sebelum

pemeriksaan Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi)

menghasilkan masalah yang lebih jauh. Barium mengeraskan feses jika


tetap berada di colon, akan mengakibatkan konstipasi dan kadang -

kadang suatu impaksi.

9) Anestesi dan pembedahan

Anastesi menyebabkan penurunan atau memberhentikan

gerakan peristati

k Pembedahan yang melibatkan penanganan usus secara langsung

dapat menyebabkan terhentinya pergerakan usus sementara yang disebut

ileus peralitik berlangsung selama 24 - 48 jam.

10) Kondisi patologis

Adanya cedera kepala dan medulla spinalis akan menurunkan sensori

untuk defekasi

11) Iritan Zat

Seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi

saluran intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus

12) Nyeri

Pada keadaan nyeri, klien mensupresi keinginannya untuk berdefekasi.

13) Gangguan saraf sensori

Motoric Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat

menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan mobilitas

bisamembatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan

defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat

bantuan. Akibatnya, klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang

klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat berkurangnya

fungsi dari spinkter ani.


1.3 Pathway/WOC
1.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis (Wahyudi & Wahid, 2016) :

1) Tidak mampu mengontrol pengeluaran feses

2) Tidak mampu menunda defekasi

3) Feses keluar sedikit - sedikit dan sering

4) Kulit perianal kemerahan

1.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang eliminasi fekal (Wahyudi & Wahid, 2016) :

1) Spesimen Feses

Inspeksi warna, bentuk, bau, kandungan feses (ambil sekitar 2,5 cm

feses atau 20 -30 ml feses jika feses cair).

2)Fecal Occult Blood Test/Guaiac Test

Untuk mendeteksi adanya darah dalam feses (skrining kanker kolorektal)

dengan reagen khusus untuk mendeteksi adanya peroxidase)

1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada eliminasi fekal (PPNI, 2018) :

1)Konstipasi

a. Periksa tanda dan gejala konstipasi

b. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses

c. Identifikasi factor risiko konstipasi

d. Monitor tanda dan gejala

e. rupture usus dan/atau peritonisis

f. Anjurkan diet tinggi serat

g. Lakukan massage abdomen

h. Lakukan evakuasi feses secara manual


i. Berikan enema atau irigasi

j. Jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan

k. Anjurkan peningkatan asupan cairan,

l. Latih buang air besar secara teratur

m.Ajarkan cara mengatasi konstipasi/impaksi

n. Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan/peningkatan

frekuensi suara usus

o. Kolaborasi penggunaan obat pencahar

2) Diare

a. Identifikasi penyebab diare

b. Identifikasi riwayat pemberian makanan

c. Identifikasi gejala invaginasi

d. Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja

e. Monitor tanda dan gejala hipovolemia

f. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal

g. Monitor jumlah pengeluaran diare

h. Monitor keamanan penyiapan makanan

i. Berikan asupan cairan oral

j. Berikan cairan intravena

k. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit

l. Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu

m.Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap

n. Anjurkan menghindari makanan, pembentuk gas, pedas, dan

mengandung laktosa
o. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

p. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas

q. Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik

r. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses

1.7 Komplikasi
Komplikasi eliminasi fekal (Saryono & Widianti, 2010) :

1) Konstipasi

Yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses

yang sulit, keras dan mengejan. Kondisi ini terjadi karena feses

berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak air diserap.

Penyebabnya kebiasaan BAB tidak teratur, diet tidak adekuat,

meningkatnya stress psikologi, kurang aktivitas, obat obatan (kodein,

morfin, anti kolinergik, zat besi), penggunaan obat pencahar/laksatif,

usia, peristaltic menurun dan otot - otot elastisitas perut menurun

sehingga menimbulkan konstipasi.

2) Impaksi

Merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur, sehingga tumpukan feses

yang keras di rectum tidak bias dikeluarkan, impaction berat,

tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid. Penyebabnya pasien

dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang kali

dan pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.

3) Diare

Seiring dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk

4) Inkontinensia fekal Keadaan tidak mampu menontrol BAB dan

udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak. Umumnya


disertai dengan gangguan fungsi sprinkter anal, penyakit

neuromuskuler, truma spinal cord dan tumor springster anal

eksternal.

5) Flatulens

Menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang

dan distended, merasa penuh, nyeri dank ram. Biasanya gas keluar

mulut (sendawa) atau anus (flatus). Hal - hal yang

menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan makanan

oleh bakteri yang menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang

menghasilkan CO2.

6) Hemoroid

Yaitu dilatasi vena pada dinding rectum (bias internal atau eksternal).

Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan

penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan mudah

jika dinding pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan

pengerasan, maka pasien merasa panas dan gatal. Kadang - kadang

BAB dilupakan oleh pasien, karena saat BAB menimbulkan

nyeri. Akibatnya pasien mengalami konstipasi.

1.8 Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

1) Identitas klien.

2) Riwayat keperawatan

1. Posisi yang memperlihatkan posisi pasien tampak takut bergerak


dan berusaha merusak posisi yang memberikan rasa nyaman.
2. Ekspresi umum
a. Tampak meringis, merintih
b. Cemas, wajah pucat
c. Ketakutan
d. Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan mengepal
3. Pasien dengan eliminasi alvi perlu di perhatikan saat pengkajian:
a. Frekuensi BAB
b. Warna BAB
c. Konsistensi bentuk
d. Volume
2. Diagnose keperawatan yang muncul

1) Inkontinensia fekal

2) Defisit nutrisi

3) Diare

4) Konstipasi

3. Kriteria hasil dan Intervensi keperawatan

1. Diare (00013)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam
masalah dapat teratasi.
Kriteria hasil:

Kode Indikator SA ST
050003 Pengeluaran feses 3x perhari
050013 Minum cairan secara edukasi
050001 Mempertahankan pengeluaran feses
yang bisa diprediksi
050004 Diare
Intervensi:

1. Monitor konsistensi, warna, bau, feses, pengeluaran usus


2. Monitor dan cek elektrolit intake dan output cairan
3. Instruksikan pasien untuk makan rendah serat
4. Observasi turgor kulit secara rutin
DAFTAR PUSTAKA
Kasiati, D. W., & Rosmalawati. (2016). Kebutuhan dasar manusia 1.

Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.PPNI. (2018).

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan

Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.Saryono, & Widianti,

A. T. (2010).

Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Yogyakarta: Nuha

Medika.

Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.

Jakarta: Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai