Dosen Pembimbing :
Suratun, SKM., M.Kep.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga penyusunan makalah dapat penulis selesaikan
dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan makalah ini khususnya kepada Ibu Suratun, SKM., M.Kep
selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah, dan juga teman-teman dari
kelompok lain.
Penulisan makalah berjudul “Asuhan keperawatan pasien dengan Obstruksi Usus” dapat
diselesaikan karena kerjasama anggota kelompok. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca
mendapatkan sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.
Penulis akan dengan senang hati apabila pembaca memberikan masukan pada makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan kami sendiri khususnya.
Penulis
i
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................6
2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT.............................................................................................6
2.1.1 Pengertian Obstruksi Usus..............................................................................................6
2.1.2 Anatomi Fisiologi Usus Halus dan Usus Besar...............................................................6
2.1.3 Etiologi..........................................................................................................................10
2.1.4 Patofisologi....................................................................................................................11
2.1.5 Tanda dan Gejala...........................................................................................................13
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik................................................................................................13
2.1.7 Penatalaksanaan.............................................................................................................16
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................16
2.2.1 Pengkajian.....................................................................................................................16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................................19
2.2.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................................20
2.2.4 Implementasi Keperawatan..........................................................................................21
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..................................................................................................21
BAB III..........................................................................................................................................23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS OBSTRUKSI USUS...........................................23
3.1 Pengkajian............................................................................................................................23
3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................................29
3.3 Intervensi Keperawatan........................................................................................................29
3.4 Implementasi Keperawatan..................................................................................................32
3.5 Evaluasi Keperawatan..........................................................................................................34
BAB IV..........................................................................................................................................38
PENUTUP.....................................................................................................................................38
3
4.1 Simpulan..............................................................................................................................38
4.2 Saran.....................................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................39
4
BAB I
PENDAHULUAN
Obstruksi atau kelumpuhan usus yang mencegah perjalanan ke depan dari isi usus,
menyebabkan akumulasi di proksimal ke lokasi penyumbatan. Setiap tahunnya 1 dari
1000 penduduk didiagnosis ileus. Ileus obstruktif menjadi salah satu bentuk kelainan
pada traktus digestivus dan menjadi kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering
dijumpai akibat keadaan umum yang memburuk dalam waktu singkat. Obstruksi
usus halus menempati sekitar 20% dari seluruh pembedahan darurat, apabila tidak
ditangani maka tingkat kematian mendekati 100%. Bila operasi dilakukan dalam 24-
48 jam dapat menurunkan angka kematian hingga kurang dari 10%. Faktor-faktor
yang menentukan morbiditas meliputi usia pasien, komorbiditas, dan keterlambatan
dalam perawatan. (Kezia Febiola, 2020).
Pengaruh globalisasi disegala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah
banyak membawa perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik
dan meningkatnya gangguan pencemaran atau polusi lingkungan. Perubahan tersebut
telah memberi pengaruh pada transisi epidemologi yaitu beban ganda penyakit tidak
menular atau degeneratif (Kemenkes, 2019).
Kejadian obstruksi usus sering didahului dengan munculnya gejala klinis pada
sistem gastroinstestinal. Tanda dan gejala yang biasa terjadi serta penting untuk
dikenali pada pasien ileus obstruksi diantaranya adalah nyeri abdomen yang bersifat
kram, mual muntah, distensi abdomen, konstipasi, kenaikan suhu tubuh, 3 Buang Air
Besar (BAB) berdarah, tidak terdengarnya bising usus disebelah distal obstruksi serta
penurunan berat badan (Saputra, 2018).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis ingin mempelajari lebih detail tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan obstruksi usus karena bila masyarakat awam
kurang mengetahui dan tidak segera ditangani maka bagian usus yang mengalami
sumbatan dapat menyebabkan komplikasi serius.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1.1 Pengertian Obstruksi Usus
Usus halus dan usus besar merupakan bagian terpanjang pada
saluran cerna. Ketika terjadi gangguan akan berefek pada nutrisi
dan transport air yang mengakibatkan malabsorbsi, diare, proses
infeksi, dan inflamasi (Kumar V, 2015).
Obstruksi usus halus merupakan hambatan pasase usus yang
terjadi pada usus halus disebut sebagai obstruksi saluran cerna
tinggi yang disertai pengeluaran cairan dan elektrolit pada lumen
usus melalui muntah. Berdasarkan etiopatogenesis ileus obstruktif
diklasifikasikan dari obstruksi mekanik dan fungsional, dari luas
obstruksi dapat dibedakan obstruksi partial atau komplit, serta
berdasarkan jenis obstruksinya ileus obstruktif dibedakan menjadi
obstruksi sederhana, closed loop, dan strangulasi. Obstruksi
sederhana adalah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah, closed loop obstruction terjadi jika kedua
segmen usus terlibat mengalami obstruksi, sedangkan pada
obstruksi strangulasi disertai terjepitnya pembuluh darah yang
menyebabkan terjadinya iskemia, ditandai dengan gejala umum
yang berat (Sjamsuhidajat, 2014; Warsinggih, 2018).
Obstruksi usus adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan
atau hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen
usus (Ida Ratna, Nurhidayati, 2015). MedLine Plus (2018)
menyatakan atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus.
2.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain:
a. Hernia inkarserata :
Usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg.
Namun, jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam
waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi segera.
b. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian
obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi
untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
c. Non hernia inkarserata, antara lain :
a) Adhesi atau perlekatan usus
Adalah ketika pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus.
Dapat berupa perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun
multiple, bisa setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan
peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum. Ileus karena
adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
b) Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan
agak jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak
sering bersifat idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya.
Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik
kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum.
Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus
yang masuk dengan komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis
invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan
12
2.1.4 Patofisologi
terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus biasanya tidak
tampak.
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan
multiple air fluid level,distensi usus bagian proksimal, absen dari
udara kolon pada obstruksi usus halus. Obstruksi kolon biasanya
terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran
haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada
gambaran radiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukkan
gambaran seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen.
Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan
pemeriksaan bariumkontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan
spesifik untuk mendiagnosis neoplasma dan bahkan bisa langsung
dilakukan biopsi.
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus
obstruktif dilakukan foto abdomen 2 posisi. Yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain:
paralitik :
Gambar 2.6.1 Obstruksi Usus . Tampak coil spring dan herring bone
appearance
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Maulana, Razi. 2011 tujuan utama penatalaksanaan
obstruksi usus adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan
kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh
perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah
sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah,
mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi).
Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan
elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah
keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada
19
kulit.
3) Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
4) Balutan, meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
5) Kenyamanan, meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah
6) Keselamatan, meliputi : diperlukan penghalang samping tempat
tidur, kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau
dipasang dan dapat berfungsi.
7) Perawatan, meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan,
kelancaran cairan.
8) Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat
penampung, sifat dan jumlah drainage.
9) Nyeri, meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor
yang memperberat /memperingan.
2) Terapeutik:
a) Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan)
b) Ganti pakaian dan/linen yang basah
c) Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut menutup kepala,
pakaian tebal)
d) Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis, selimut hangat)
e) Lakukan penghangatan aktif internal (mis. Infus cairan
hangat)
3) Edukasi:
a) Anjurkan makan/minum hangat
BAB III
3.1 Pengkajian
Data Profil Objek
DATA DASAR
A. Identitas Pasien/Keluarga
Inisial Nama Pasien : Tn.S
Tanggal/Jam masuk RS : 20 januari 2021
Tanggal Lahir : 24 maet 1978
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jatiwarna, Pondok Melati,
Bekasi.
Riwayat kesehatan : a.) Awal serangan
Perut klien terasa sakit.
b.) Uraian Keluhan Utama
Keluhan utama pasien saat
dilakukan pengkajian tanggal 21 Januari 2021, nyeri kram
perut di daerah abdomen dengan skala nyeri 7, perut terasa
kembung dan mual, demam, kadang flatus, sulit BAB dan
nafsu makan minum menurun. Pasien mual, tidak selera
29
×
/
h
a
r
i
Nafsu makan : baik/tidak B M
a e
i n
k u
r
u
n
Porsi makan yang B S
dihabiskan a e
n d
y i
a k
k i
t
Makanan yang tidak disukai D D
u u
r r
i i
a a
n n
Makanan yang membuat Tidak ada T
alergi i
d
a
k
a
d
30
Pola Kebiasaan
Hal yang Dikaji Sebelum Sakit Saat di Rumah
Sakit
a
Makanan pantangan T T
i i
d d
a a
k k
a a
d d
a a
Makanan diet T Tidak ada
i
d
a
k
a
d
a
Penggunaan obat-obatan T T
sebelum makan i i
d d
a a
k k
a a
d d
a a
Penggunaan alat bantu T T
(NGT, dll) i i
d d
a a
k k
Pola Eliminasi BAK
Frekuensi
Warna 5×/hari 5×/hari
Keluhan Kuning jernih Kuning jernih
Penggunaan alat bantu kateter
Tidak ada Tidak ada
Tidak Tidak
Pola Eliminasi BAB
Frekuensi
Waktu 3×/hari 3×/hari
(pagi/siang/m
Kuning Kuning kecoklatan
alam/tidak
31
Pola Kebiasaan
Hal yang Dikaji Sebelum Sakit Saat di Rumah
Sakit
tentu kecoklatan Semi padat
Warna Semi padat Tidak ada
Tidak ada
Konsistensi Tidak
Keluhan Tidak
Penggunaan Laxatif : ya / tidak
Pola personal Hygiene
Frekuens
i mandi 2×/hari 2×/hari
Frekuens 2×/hari 2×/hari
i oral
3×/Minggu 3×/Minggu
Hygiene
Frekuens
i cuci
rambut
Pola Istirahat dan Tidur
1jam /hari 1 jam/hari
Lama tidur siang : … jam/hari
Nonton tv Nonton tv
Kebi
asaan
sebel
um
tidur:
Pola Aktivitas dan Latihan
Waktu bekerja : Sudah tidak Sudah tidak
bekerja bekerja
Olahraga : ya / tidak
Fre Iya
kuen Tidak
si
olahr 1×/minggu
aga : Nyeri saat Tidak
…… melakukan Nyeri saat
x/mi
aktivitas berjalan melakukan
nggu
aktivitas berjalan
Kel
uhan
dala
m
berak
32
Pola Kebiasaan
Hal yang Dikaji Sebelum Sakit Saat di Rumah
Sakit
tivita
s
Kebiasaan Yang Mempengaruhi Kesehatan
Merokok: Ya/Tidak Iya Tidak
Frekuensi ………/Lama 5×/hari Tidak
Tidak Tidak
Kebiasaan penggunaan NAPZA
Pemeriksaan Nilai
Rujuk
tanggal 21
Januari Pemeriksaan Rontgen thorax kesan:
2021
Cor dan pulmo dalam batas normal.
CT SCAN :
menunjukkan gas atau cairan di dalam
usus, Barium enema menunjukkan
kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
Rontgen Abdomen :
menunjukkan gas atau cairan di dalam
usus, Barium enema menunjukkan
kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
/ t
a
u h
m u
34
u
r n
R
u
a
n
g
a
n
N
o
.
K
a
m
a
r : ………….
DO : ( SDKI ) D.0021
- Muntah
- Distensi
abdomen
N
o
.
K
a
m
a
r : ………….
37
N
a
m
a :
p T
a n
s .
i S
e /
n 4
3
/
t
u a
m h
u u No. Register :
r n 000111
R : Mawar no4
u
a
n
g
a
n
38
N
o
.
K
a
m
a
r
K
u
a
l
i
t
a
s
,
39
i
n
t
e
n
s
i
t
a
s
N
y
e
r
i
.
Identifikasi skala
nyeri.
Identifikasi respon
nyeri non verbal.
Terapeutik
Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri.
fasilitas istirahat
tidur.
Eduka
si
Jelaskan
penyebab,periode,
dan pemicu nyeri.
Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
Ajarkan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kaloborasi
40
Kaloborasi
pemberian analgetik
kalau perlu.
2. RisTujuan Obse Paraf
ikoSetelah dilakukan rvasi:
Kettindakan keperawatan • Niluh ay
ida2×24 jam
kseKetidakseimbangan Monit
imcairan teratasi. or
ban status
gan hidras
Kriteria hasil : i
cair
1. Asupan makanan (Frek
an
meningkat uensi
b.d
2. Asites Menurun nadi,
Ob
3. Tekanan darah Keku
str
uks
membaik atan
i
120/80 mmHg nadi,a
4.Denyut nadi radial kral,p
int
membaik 78×/menit engisi
esti
an
nal kapile
(S r,kele
DKI mbap
: D. an
00 muko
36) sa,tug
or
kulit,t
ekana
darah
)
•
Monit
or
berat
badan
harian
•
Monit
or
hasil
pemer
iksaa
n
labola
toriu
41
m
(Hem
atokri
t)
Tera
peuti
k:
•
Berik
an
asupa
n
cairan
,sesua
i
kebut
uhan
•
Catat
intake
-
outpu
t dan
hitun
g
balan
s
cairan
24
jam
•
Berik
an
cairan
intrav
ena,ji
ka
perlu.
Kolab
orasi:
•
Kolab
orasi
42
pemb
erian
diuret
ik,jika
perlu
Ti
43
m
ba
ng
be
ra
t
ba
da
n
se
ca
ra
ru
tin
La
ku
ka
n
ko
nt
ra
k
pe
ril
ak
u(
mi
s,t
ar
ge
t
be
ra
t
ba
da
n)
Re
nc
an
ak
an
pr
og
44
ra
m
pe
ng
ob
at
an
un
tu
k
pe
ra
w
at
an
dir
u
m
ah
Edukasi
An
jur
ka
n
m
e
m
bu
at
ca
ta
ta
n
ha
ria
n
te
nt
an
g
pe
ra
sa
45
an
da
n
sit
ua
si
pe
mi
cu
pe
ng
el
ua
ra
n
m
ak
an
an
.
Aj
ar
ka
n
ke
te
ra
m
pil
an
ko
pi
ng
un
tu
k
pe
ny
el
es
ai
an
m
as
46
al
ah
pe
ril
ak
u
m
ak
an
.
Kolaborasi
Ka
lo
bo
ra
si
de
ng
an
ah
li
giz
i
te
nt
an
g
ta
rg
et
be
ra
t
ba
da
n,
ke
bu
tu
ha
n
ka
lor
47
i
da
n
pil
ih
an
m
ak
an
an
.
m
un
ta
h.
M
on
ito
r
ha
sil
la
bo
lat
ori
u
m.
Terapeutik :
Ti
m
ba
ng
be
ra
t
ba
da
n.
Uk
ur
an
tr
op
o
m
et
rik
ko
m
po
sis
i
tu
bu
h.
Hi
tu
49
ng
pe
ru
ba
ha
n
be
ra
t
ba
da
n.
D
ok
u
m
en
ta
sik
an
ha
sil
pe
m
an
ta
ua
n.
Edukasi :
Jel
as
ka
n
tuj
ua
n
da
n
pr
os
ed
ur
pe
m
an
ta
50
ua
.
Inf
or
m
asi
ka
n
ha
sil
pe
m
an
ta
ua
n.
p
a
s
i
e
n
:
/
T
u n
m .
u S
r . No. Register :
R : Mawar No4
u
a
n
g
a
n
N
51
o
.
K
a
m
a
r
RO: Nanda
Pemberian aisha
obat melalui
oral
Dx Kep 1 Merawat infus Tn S RS : - Paraf
15.00 Wib
RO : Niluh ayu
52
Pemberian
obat melalui
oral
2021
18.00 Wib
Ro : Pemberian Nanda
obat melalui aisha
intravena
Dx Kep 3 Jum`at, 22 Melepas infus Tn S RS : - Paraf
53
Januari 2021
RO : Infus Niluh ayu
18.00 Wib terlepas dari
tangan pasien
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
1.) berikan obat Pereda nyeri
( Paracetamol)
2.) Kaji yang meningkatkan nyeri
54
A:
Masalah sebagian teratasi
P:
Intervensi dihentikan
A:
55
Masalah
belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutk
an
1.) Kaji Asupan makan
2.) Kaji TTV
4. 22 Januari Risik
S: -
2021 o
Ketid
O: Paraf
21.00 Wib aksei
- Tidak ada
mbanperubah Nanda Aisha
gan an warna
cairakulit
n • TD : 120 / 80 mmHg
Obstr
• N : 100x / menit
uksi
• RR : 20x / menit
intes
• S : 37⁰ C
tinal
- Asupan
( SDKI : D. 0036) makan
mening
kat
A:
Masalah
teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Nutrien (SDKI O:
• Keadaan umum baik
D.0032)
• Pola makan klien sudah
teratur
• TD : 120 / 80 mmHg
• N : 100x / menit
• RR : 20x / menit
• S : 37⁰ C
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
A:
Masalah nutrisi teratasi
P:
Intervensi dihentikan
Perawat
7. 21 Januari Disfungsi S:- Paraf
2021
Motilitas
O: Nanda Aisha
Pk.14.00 Wib gastrointestinal - Pasien
sudah
b.d Kecemasan tidak
( SDKI : D.0021) terlihat
nyeri
- Pasien
sudah
tidak
terlalu
kram
abdom
en
- Mual
dan
muntah
tidak
terlalu
sering
P : Intervensi dilanjutkan
1.) Kaji Mual dan muntah
2.) Kaji Kram abdomen
3.) Kaji Nyeri
sudah
tidak
Mual
dan
muntah
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obstruksi usus merupakan gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.
Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya
mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar
dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan
gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat.
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus adalah hernia inkaserta,
askariasis, non hernia inkaserta, volvulus, tumor, dan batu empedu yang masuk ke usus.
Pada pemeriksaan diagnostik pasien obstruksi usus dapat dilakukan dengan x-ray atau foto
polos abdomen.
3.2 Saran
Kepada para pembaca kami menyarankan beberapa hal agar
menjaga kesehatan agar tidak terjadi tandn dan gejala obstruksi
usus yang memperburuk keadaan seperti:
1. Gaya hidup (life style) memberikan pengaruh yang sangat
besar dalam menjaga kesehatan, jika kita ingin mendapatkan
kehidupan yang sehat harus dimulai dari gaya hidup yang
sehat pula
2. Makanan yang mengandung nilai gizi seimbang akan
memperkecil risiko terjangkitnya penyakit pada sistem
pencernaan
59
DAFTAR PUSTAKA