Anda di halaman 1dari 59

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan perawat yang unggul dalam penerapan keterampilan
keperawatan lansia berbasis IPTEK Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS KOLITIS

TUGAS MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

Disusun oleh: TTD / Tingkat 2B

1. Anisa Tri Wulaningsih/ P3.73.20.1.20.051


2. Sthepanie Zahra Perez/ P3.73.20.1.20.078

Pembimbing: Suratun, S. KM., M.Kep

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
serta tanpa kendala apapun.

Makalah berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Diagnosa Medis Kolitis” ini
kami buat untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah KMB I pada pasien gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi akibat patologis system pencernaan, khusunya pada penyakit
kolitis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Suratun selaku dosen pembimbing tugas
makalah mata kuliah keperawatan medical bedah (KMB) dan kepada semua pihak yang
sudah turut membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas.
Kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini.

Bekasi, 27 Agustus 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................v

BAB 1.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................................2

BAB 2.........................................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKAN KONSEP DASAR...........................................................................3

2.1 Konsep Dasar Penyakit......................................................................................................3

2.1.1 Pengertian Kolitis......................................................................................................3

2.1.2 Anatomi Fisiologi Colon...........................................................................................3

2.1.3 Etiologi.......................................................................................................................5

2.1.4 Patofisiologi...............................................................................................................7

2.1.5 Tanda dan Gejala Kolitis.........................................................................................10

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................11

2.1.7 Penatalaksanaan.......................................................................................................12

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan................................................................................14

2.2.1 Pengkajian................................................................................................................14

2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................................17

2.2.3 Intervensi dan Implementasi Keperawatan..............................................................17

2.2.4 Evaluasi Keperawatan..............................................................................................21

BAB 3.......................................................................................................................................22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS KOLITIS........................................................22

3.1 Pengkajian / Resume Kasus Kolitis.............................................................................…22

iii
3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................................25

3.3 Intervensi Keperawatan...................................................................................................29

3.4 Implementasi Keperawatan..............................................................................................34

3.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................................................45

BAB 4.......................................................................................................................................53

PENUTUP................................................................................................................................53

4.1 Simpulan..........................................................................................................................53

4.2 Saran................................................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................54

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar

Halaman

1.1 Anatomi Usus Besar………………………………………………………………………4


1.2 Pathway Kolitis……………………………………………………………………………9

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan
saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini masih belum diketahui dengan
jelas. Secara garis besar IBD terdiri dari tiga jenis, yaitu kolitis ulseratif (ulcerative
Kolitis), penyakit crohn (crohn’s disease), dan bila sulit membedakan kedua hal ini
dimasukan dalam kategori indeterminate kolitis. kolitis ulseratif merupakan salah satu
jenis penyakit radang usus yang dapat menyebabkan peradangan jangka panjang dan
timbulnya ulkus atau luka pada saluran cerna. Adanya iritasi atau peradangan di dinding
usus dapat mengganggu proses mencerna dan menyerap nutrisi makan ke dalam tubuh.
Peradangan yang terjadi kadang kala bisa menyebabkan perdarahan sampai
menimbulkan nanah dan lender (Dina Aprillia Ariestine, 2008).

Tanda dan gejala umumnya timbul secara perlahan. Tidak seperti Crohn disease, yang
dapat mengenai semua bagian dari traktus gastro-intestinal, kolitis ulseratif seringnya
mengenai usus besar, dan dapat terlihat dengan colonoscopy. kolitis ulseratif merupakan
penyakit seumur hidup yang memiliki dampak emosional dan sosial yang amat sangat
pada pasien yang terkena, dan ditandai dengan adanya eksaserbasi secara intermitten dan
remisinya gejala klinik (Basson, 2011). Peradangan kolon akut dapat disebabkan oleh
sejumlah agen infeksi yaitu virus, bakteri, atau parasit. Manisfestasi klinik infeksi ini
adalah demam, sakit kejang abdomen bagian bawah, dan diare yang dapat berdarah. Pada
kasus yang berat darah secara kasar dapat ditemukan dalam feses, dan gambaran klinik
dan sigmoidoskopi dapat menyerupai kolitis ulserativa akut.

Insiden penyakit kolitis ulseratif di Amerika Serikat kira-kira15 per 100.000


penduduk secara respektif dan tetap konstan. Prevalensi penyakit ini diperkirakan
sebanyak 200 per 100.000 penduduk. Sementara itu, puncak kejadian penyakit tersebut
adalah antara usia 15 dan 35 tahun, penyakit ini telah dilaporkan terjadi pada setiap
dekade kehidupan. (Rezky Aulia Nurleili, Intan Airlina F, Anna Mira Lubis, 2016)

Kolitis Ulseratif biasanya menyebabkan peradangan mukosa yang terus menerus dan
terbatas pada usus besar, kecuali pada sebagian kecil pasien di mana keterlibatan meluas
ke terminal ileum, yang disebut "Backwash Ileitis". Diare berdarah, sakit perut dan aliran

1
2

mukosa rektum dan darah adalah presentasi utama gejala Kolitis Ulseratif. Selain itu,
manifestasi ekstra-usus juga lazim di Kolitis Ulseratif yang paling umum adalah
reumatologis (ankylosing spondylitis, arthritis aksial), dermatologis (eritema nodosum,
pyoderma gangrenosum), dan oftalmologis (skleritis, episkleritis). (Erni Rahmi, 2020)

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut tentang Askep
pasien dengan kolotis mengingat masih banyak orang awam yang tidak mengetahui akan
penyakit berbahaya ini, karena gejala yang di anggap biasa ternyata membawa dampak
yang berat bagi penderita.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan Umum

Tujuan dari penyusunan makalah ini mahasiswa diharapkan mampu mengetahui tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan Kolitis

Tujuan Khusus

Setelah mempelajari Askep pasien dengan kolitis diharapkan mahasiswa dapat:

1.2.1 Menjelaskan pengertian penyakit kolitis


1.2.2 Menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pencernaan
1.2.3 Menjelaskan Dapat memahami etiologi dari kolitis
1.2.4 Menjelaskan patofisiologi penyakit kolitis
1.2.5 Menyebutkan tanda dan gejala kolitis
1.2.6 Menyebutkan pemeriksaan diagnostic kolitis
1.2.7 Menjelaskan penatalaksanaan penyakit kolitis.
1.2.8 Melakukan pengkajian pasien kolitis
1.2.9 Merumuskan diagnose keperawatan pasien kolotis
1.2.10 Menyusun intervensi keperawatan pasien kolotis
1.2.11 Melakukan implementasi keperawatan pasien kolotis
1.2.12 Melakukan evaluasi keperawatan pasien kolitis
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKAN KONSEP DASAR

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Pengertian Kolitis
Kolitis berasal dari kata kolon (usus besar) dan itis (peradangan). Kolitis ulserativa
merupakan penyakit radang non spesifik kolon yang umumnya berlangsung lama disertai
masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Kolitis Ulseratif adalah penyakit
inflamasi pada lapisan mukosa kolon dan rektum yang menyebabkan peradangan jangka
Panjang, timbulnya ulkus, lesi, dan luka pada saluran cerna. (Yanti Anggraini dan Hasian
Leniwita, 2020)

Tugas utama kolon ialah untuk menyimpan sisa makanan yang nantinya harus
dikeluarkan, absorpsi air, elektrolit dan asam empedu. absorpsi terhadap air dan elektrolit
terutama dilakukan di kolon sebelah kanan, yaitu di coecum dan kolon asenden, dan
sebagian kecil dibagikan kolon lainnya. (Yanti Anggraini dan Hasian Leniwita, 2020)

Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau
kronik oleh virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga
disebabkan gangguan aliran darah ke daerah kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik.
Penyebab dapat diklarifikasi sebagai berikut:

1. Kolitis infeksi, misalnya: shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik, kolitis


pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit.
2. Kolitis non-infeksi, misalnya: kolitis ulseratif, penyakit Crohn’s kolitis radiasi,
kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple kolitis).

2.1.2 Anatomi Fisiologi Colon


Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinyu berupa tabung yang dikelilingi
otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecahnya menjadi bagian yang lebih
kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah. Organ-organ yang
termasuk di 4 dalamnya adalah: mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus serta usus
besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh melalui anus.

3
4

Sumber; GuruPendidikan.Com, diunduh 2021

Gambar 1.2. Anatomi Usus Besar (Hisham Budiatma,2021)

Usus besar bagian usus buntu dan rectum. Fungsi utama dari organ ini adalah
menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending),
kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rectum.
Sekum adalah kantung di awal usus besar. Area ini memungkinkan makanan lewat dari
usus halus ke usus besar. Kolon adalah tempat lunakan dan garam diserap dan
memanjang dari sekum ke rektum. Bagian terakhir dari usus besar adalah rektum, yang
mana kotoran (bahan limbah) disimpan sebelum meninggalkan tubuh melalui anus. Usus
besar atau kolon memiliki panjang 1 meter. Di antara intestinum tenue (usus halus) dan
intestinum (crissum) usus besar terdapat secum (usus buntu). Pada ujung sekum terdapat
tonjolan kecil yang terdapat appendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darah putih
yang berperan dalam imunitas.

Secara makroskopis usus besar dapat dibagi menjadi 6 yaitu:

1) Sekum
2) Kolon asenden
3) Kolon transversus
4) Kolon desenden
5) Sigmoid
6) Rectum
1. Proses pencernaan di dalam usus besar

Jika melihat proses pencernaan di dalam usus besar dapat dilihat zat-zat sisa didalam
usus besar ini didorong kebagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini
5

masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air dan
garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon ascendens.
Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1-4 hari. pada saat itu terjadi proses
pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia coli, yang mampu
membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan peristaltik, zat sisa ini
terdorong sedikit demi sedikit kesaluran akhir dari pencernaan yaitu rectum dan akhirnya
keluar dengan proses defekasi melewati anus.

2. Mekanisme pengendaliaan proses pencernaan di usus besar:

Zat-zat yang tidak diserap di usus halus selanjutnya akan masuk ke usus besar atau
kolon. Di usus besar ini terjadi penyerapan air dan pembusukan sisa-sisa makanan oleh
bakteri pembusuk. Pembusukan dilakukan oleh bakteri yang hidup di usus. Akhirnya sisa
makanan dikeluarkan dalam bentuk kotoran (feses) melalui anus. Pada usus besar
terdapat bagian yang disebut usus buntu. Pada manusia fungsi usus buntu tidak jelas.
Pada hewan-hewan pemakan tumbuhan, seperti kelinci dan marmot, usus buntu
membantu mencerna selulosa.

2.1.3 Etiologi
Etiologi persis dari CU (kolitis ulseratif) tetap sulit dipahami dan tampaknya bersifat
poligenik dan multifaktorial. Teori yang paling umum bahwa kolitis ulseratif disebabkan
oleh beberapa faktor genetik, reaksi sistem imun yang salah, penggunaan obat-obatan
anti inflamasi non-steroid, kurangnya kadar anti oksidan di dalam tubuh, faktor stress,
pengaruh dari lingkungan.

Penyakit autoimun dapat menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit
Cohrn. Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus disebabkan beberapa lapisan dinding
kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu, kolitis dapat disebabkan
Zat kimia akibat radiasi dengan barium enema yang merusak lapisan mukosa kolon,
dikenal dengan kolitis kemikal (Virly Nanda Muzellina,2020)

Faktor lingkungan berperan penting dalam manifestasi penyakit, dan juga prognosis
kolitis ulseratif. Yang lebih penting lagi, istimewanya CU (kolitis ulseratif) terjadi di
usus besar yang mengandung bakteri dengan kontribusi tertinggi. Apalagi komposisi dan
fungsi mikrobiota di kolitis ulseratif, dan pouchitis tidak normal. Hal ini menunjukkan
6

bukti adanya hubungan yang kuat antara mukosa microbiota dan pengembangan CD.
(Dina Aprillia,2008).

1. Faktor genetik
Hipotesis terkini mengatakan bahwa genetik dapat menyebabkan seseorang
memperoleh kelainan pada respon imun humoral dan respon imun yang dimediasi
sel dan/atau respon imun secara umum yang direaktivasi oleh bakteri komensal dan
menyebabkan disregulasi respon imun pada mukosa sehingga mengakibatkan
inflamasi pada kolon.
Penyakit ini lebih sering di jumpai pada orang kulit putih dari pada orang kulit
hitam dan orang Cina, dan insidensinya meningkat 3-6 kali lipat pada orang Yahudi
dibandingkan dengan orang non Yahudi.
2. Faktor Infeksi
Sifat radang kronik penyakit ini telah mendukung suatu pencarian terus
menerus untuk kemungkinan penyebab infeksi.
Infeksi: Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica, Balantidium coli,
Giardia spp, Trichomonas spp, Salmonella spp, Clostridium spp, Campylobacter   
spp, Yersinia enterolitica, Escherichia coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum,
dan Phycomycosis.
3. Faktor Imunologik
Reaksi imun yang membahayakan integritas barier epitel usus dapat
menyebabkan kolitis ulseratif. Autoantibodi serum dan mukosa yang sifatnya
melawan sel epitel usus mungkin terlibat. Adanya antibodi antineutrofil
sitoplasma/antineutrophil cytoplasmic antibodies (ANCA) dan antiSaccharomyces
cerevisiae antibodi (ASCA) adalah ciri-ciri utama dari penyakit inflamasi usus.
Selain itu, abnormalitas yang terjadi pada sistem imun dianggap sedikit
berperan pada rendahnya insiden kolitis ulseratif pada pasien yang telah menjalani
operasi usus buntu sebelumnya. Pasien-pasien yang telah menjalani appendektomi
memiliki insidens yang rendah untuk terkena kolitis ulseratif. Pada 60-70% pasien
dengan kolitis ulseratif, ditemukan adanya p-ANCA (perinuclear anti-neutrophilic
cytoplasmic antibodies). Walaupun p-ANCA tidak terlibat dalam pathogenesis
penyakit kolitis ulseratif, namun lebih cenderung menjadi HILA-DR4 positif
7

4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan Faktor lingkungan juga berperan. Sebagai contoh, bakteri
yang mereduksi sulfat, memproduksi sulfat, ditemukan pada sejumlah besar pasien
dengan kolitis ulseratif, dan produksi sulfat pada lebih tinggi pada pasien kolitis
ulseratif 16 dibandingkan pasien-pasien lainnya. Ada hubungan terbalik antara
operasi apendiktomi dan penyakit koitis ulseratif berdasarkan analisis bahwa insiden
penyakit kolitis ulseratif menurun secara signifikan pada pasien yang menjalani
operasi apendiktomi pada dekade ke-3.
5. Etiologi Lainnya
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kolitis ulseratif, antara lain:
a) Vitamin A dan E, di mana keduanya merupakan antioksidan, memiliki kadar
yang rendah pada anak-anak dengan kolitis ulseratif eksaserbasi.
b) Stress psikologik dan stress psikososial berperan pada kolitis ulseratif dan dapat
mempresipitasi terjadinya eksaserbasi
c) Merokok biasanya tidak berhubungan dengan kolitis ulseratif. Hal ini
berkebalikan dengan penyakit Crohn
d) Konsumsi susu dapat menyebabkan eksaserbasi dari penyakit ini

2.1.4 Patofisiologi
IBD adalah gangguan peradangan usus kronis tanpa etiologi yang tepat. Hipotesis
utama pada patogenesis IBD menyatakan bahwa itu tidak tepat dan respon inflamasi
yang terlalu agresif mikroba enterik dalam inang yang rentan secara genetik dengan
faktor lingkungan yang memicu timbulnya atau reaktivasi penyakit. Ada bukti aktivasi
imun pada IBD, dengan infiltrasi lamina propria oleh limfosit, makrofag, dan sel-sel lain.
Virus dan bakteri telah diperkirakan sebagai pencetus, namun yang mendukung adanya
infeksi spesifik yang menjadi penyebab IBD.

Hipotensi kedua adalah bahwa dietary antigen atau mikroba non pathogen yang
normal mengaktivasi respon imun yang abnormal. Hasilnya suuatu mekanisme
penghambat yang gagal pada tikus, defek genetic pada fungsi sel T atau produksi sitokin
menghasilkan respon imun yang tidak terkontrol pada flora normal kolon. Hipotensi
ketiga bahwa pencetus IBD adalah suatu autoantigen yang dihasilkan oleh epitel
intensinal. Pada teori ini, pasien menghasilkan respon imun inisial melawan antigen
lumenal, yang tetap dan diperkuat karena kesamaan antara antigen lumenal dan protein
tuan rumah. Hipotensi autonium ini meliputi pengrusakan sel-sel epithelial oleh
8

sitotoksisitas seluler antibody-dependent atau sitotoksisitas cell-mediated secara


langsung.

Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon dari
gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan
pada kolitis maka sistem imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga
menyebabkan ulkus. Ulkus terjadi disepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau
rectum yang menyebabkan darah keluar bersamaan dengan feses. Darah yang keluar
biasanya berwarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam pencernaan tetapi darah
yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus, selain itu
ulkus yang lama kemudian akan menyebabkan peradangan menahan sehingga terbentuk
pula nanah (pus). Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon
asenden, kolon tranversum maupun kolon sigmoid.

Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi,
sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita
tampak sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap,
dimana penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan
pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir. Jika penyakit ini terbatas pada
rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi selama
atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak
sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan atau malah
tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita
buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.

Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan


dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan
epitelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang
terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai
pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit,
memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak (Yanti Anggraini
dan Hasian Leniwita,2020).
9

Sumber; https://www.scribd.com/, diunduh 2021

Gambar 1.3 Pathway Kolitis


10

2.1.5 Tanda dan Gejala Kolitis


Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri abdomen, sering kali
dengan demam, sakit perut, peritonitis (radang selaput perut) dan penurunan berat badan
pada kasus berat. Pada penyakit ringan, bisa terdapat satu atau dua feses yang setengah
berbentuk yang mengandung sedikit darah dan tanpa manifestasi sistemik. Gejala umum
berupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit menyebar ke usus
besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10- 20 kali/hari. Penderita
sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri, disertai
keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak
berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling
sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah. Penderita
bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.
Derajat klinik kolitis ulseratif dapat dibagi atas berat, sedang dan ringan. Berdasarkan
frekuensi diare, ada tidaknya demam, derajat beratnya anemia terjadi dan laju endap darah
(klasifikasi Truelove). Perjalanan penyakit kolitis ulseratif dapat dimulai dengan serangan
pertama yang berat ataupun yang ringan yang bertambah berat secara gradual setiap
minggu. Berat ringannya serangan pertama sesuai dengan panjangnya kolon yang terlibat.
Pada kolitis ulseratif terdapat reksi radang yang secara primer mengenai mukosa kolon.
Secara makroskopik, kolon tampak berulserasi, hiperemik, dan biasanya hemoragik.
Gambaran mencolok dari radang adalah bahwa sifatnya seragam dan kontinu dengan tidak
ada daerah tersisa mukosa yang normal.

Gejala kolitis ulseratif dapat berbeda pada tiap penderita, sesuai tingkat
keparahannya. Beberapa gejala yang sering muncul pada penyakit ini adalah:

1) Diare yang disertai darah atau nanah.


2) Nyeri perut bisa memberat dan berkurang. Nyeri bertambah saat diare dan kemudian
berkurang
3) Nafsu makan menurun, sehingga berat badan berkurang
4) Sering ingin buang air besar, tapi tinja sulit
5) Tenesmus atau nyeri akibat peredangan pada pergerakan usus

Kadang gejala di atas dapat dirasakan lebih ringan atau bahkan tidak muncul sama
sekali selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Kondisi ini disebut periode remisi.
Periode remisi kemudian dapat diikuti dengan munculnya kembali gejala, yang disebut
11

dengan periode relaps. Pada kasus yang parah, penderita dapat mengalami jantung
berdebar hingga sesak napas. (My Doctor, 2021).

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


Temuan perubahan ada kolitis ulseratif biasanya nonspesifik; bisa terdapat distensi
abdomen atau nyeri sepanjang kolon. Pada kasus ringan, pemeriksaan fisis umum akan
normal. Demam, takikardia dan hipotensi postural biasanya berhubungan dengan penyakit
yang lebih berat.

Sebelum melakukan prosedur pemeriksaan untuk mendiagnosis kolitis ulseratif,


dokter mungkin akan bertanya tentang riwayat kesehatan yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis seperti:

1. Pemeriksaan darah untuk melihat kemungkinan anemia atau infeksi sebagai tanda
infeksi akibat kolitis ulseratif
2. Pemeriksaan sampel tinja untuk mendeteksi sel-sel darah putih pada tinja. Sampel
feses dilakukan untuk memeriksa apakah feses mengandung sel darah putih. Sel darah
putih pada feses termaasuk salah satu gejala kolitis ulseratif.
3. Rontgen atau CT scan
Jika terdapat kemungkinan komplikasi dan bisa menunjukan berat dan penyebaran
penyakit. Gambaran CT-scan paa kolitis ulseratif, terlihat dinding usus menebal
secara simetris dan kalua terpotong secara cross-sectional maka terlihat gambar
target sign.
4. Kolonoskopi
Biasanya tidak dikerjakan sebelum pengobatan dimulai, karena adanya resiko
perforasi (pembentukan lubang) jika dilakukan pada stadium aktif penyakit.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran penyakit dan untuk
meyakinkan tidak adanya kanker dan untuk melihat rongga usus besar dan dinding
bagian dalam usus. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk melihat seluruh usus
besar menggunakan tabung tipis, fleksibel, dan terang dengan kamera terpasang.
Selama prosedur, dokter dapat mengambil sampel kecil jaringan (biopsy) untuk
analisis laboratorium.
5. Sigmoidoskopi fleksibel
Prosedur pemeriksaan ini menggunakan tabung berbentuk ramping, lentur dan terang
untuk memeriksa rectum dan sigmoid, yaitu bagian terakhir dari usus besar.
12

6. Protosigmoi doskopi
Memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi (akibat infeksi sekunder
mukosa dan submukosa). Area yang menurun fungsinya dan perdarahan karena
nekrosis dan ulkus terjadi pada 35% bagian ini.
7. Sitologi dan biopsy rectal
Membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan neoplastik dapat
dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.
8. Enema barium
Barium enema merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan apabila ada kelainan
pada kolon. Sebelum dilakukan pemeriksaan barium enema maka persiapan saluran
cerna merupakan pendahuluan yang sangat penting. Periapan dilakukan selama 2 hari
berturut-turut dengan memakan makanan rendah serat atau rendah residu, tetapi
minum air putih yang banyak. Apabila diperlukan maka dapat diberikan laksatif
peroral. Barium enema juga merupakan kelengkapan pemeriksaan endoskopi atas
dugaan pasien dengan kolitis ulseratif.
9. Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG, kasus dengan kolitis ulseratif didapatkan penebalan dinding
usus yang simetris dengan kandungan lumen kolon yang berkurang. Mukosa kolon
yang terlibat tampak menebal dan berstruktur hipoekhoik akibat dari edema. Usus
menjadi kaku, berkurangnya Gerakan peristalsis dan hilangnya haustra kolon. Dapat
ditemukan target sign atau pseudo-kidney sign pada potongan transversal atau cross-
sectional. Dengan USG Doppler, pada kolitis ulseratif selain dapat dievaluasi
penebalan dinding usus dapat pula dilihat adanya hypervascular pada dinding usus
tersebut.
10. Gambaran Endoskopi
Pada dasarnya kolitis ulseratif merupakan penyakit yang melibatkan mukosa kolon
secara difusi kontinu, dimulai dari rectum dan menyebar/progresif ke proksimal. Data
dari beberapa rumah sakit di Jakarta didapatkan bahwa lokalisasi kolitis ulseratif
adalah 80% pada rectum dan rectosigmoid, 12% kolon sebelah kiri (left side kolitis),
dan 8% melibatkan seluruh kolon (pan-kolitis). (Dina Aprillia,2008).

2.1.7 Penatalaksanaan
Penanganan medis untuk penyakit crohn dan kolitis ulseratif ditujukan dalam upaya
mengurangi inflamasi, menekan respons imun yang tidak tepat, mengistirahatkan usus
13

yang sakit sehingga proses pemulihan dapat dimulai, meningkatkan kualitas kehidupan
dan mencegah atau meminimalkan komplikasi. (Yanti Anggraini dan Hasian Leniwita,
2020)

1. Penatalaksanaan secara umum:


1) Pendidikan terhadap keluarga dan penderita
2) Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare
3) Menghindari makanan dingin dan merokok karena keduanya dapat meningkatkan
motilitas usus.
4) Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang intoleransi
lactose.
2. Terapi obat:

Obat – obatan sedatife dan anti diare atau antiperistaltik digunakan untuk mengurangi
peristaltic sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi. Terapi ini
dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan kosistensi feses pasien mendekati normal.

1) Menangani inflamasi: Sulfsalazin (Azulfidine) atau Sulfisoxazal (Gantrisin)


2) Antibiotik: digunakan untuk infeksi
3) Mengurangi peradangan: Kortikosteroid (Bila kortikosteroid dikurangi, gejala
penyakit ini dapat berulang.
4) Karierasimtomatik. Diberi obat yang bekerja di lumen usus (luminal agents)
5) Kolitisamebaakut. Metronidazol 750 mg

3. Penatalaksanaan Keperawatan
Masukan diet dan lunakan: lunakan oral, diet rendah residu-tinggi protein- tinggi
kalori, dan terapi suplemen vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. Ketidak-seimbangan lunakan dan elektrolit yang dihubungkan dengan
dehidrasi akibat diare, diatasi dengan terapi intravena sesuai dengan kebutuhan. Adanya
makanan yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat menimbulkan diare pada
individu intoleran terhadap lactose. Selain itu makanan dingin dan merokok juga dapat
dihindari, karena keduanya dapat meningkatkan morbilitas usus. Nutrisi parenteral total
dapat diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002,).
14

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Hal yang dapat dilakukan dalam pengkajian adalah mengkaji data-data sebagai berikut:
1. Identitas
1) Identitas pasien Meliputi: Nama, Umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk, rumah sakit, tanggal pemeriksaan, diagnostic
medis.
2) Identitas penanggung jawab Meliputi: Nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat, dan hubungan dengan klien
2. Keluhan Utama: Biasanya pada klien yang terkena kolitis ulseratif mengeluh nyeri
perut, diare, demam, anoreksia
3. Riwayat kesehatan:
1) Riwayat kesehatan sekarang: perdarahan anus, diare dan sakit perut, peningkatan
suhu tubuh, mual, muntah anoreksia, perasaan lemah , dan penurunan nafsu
makan.
2) Riwayat kesehatan dahulu: untuk menentukan penyakit dasar kolitis ulseratif.
Pengkajian predisposisi seperti genetic, lingkungan, infeksi, imunitas, makanan
dan merokok perlu di dokumentasikan. Anamnesispenyakit sistemik, seperti DM,
hipertensi, dan tuberculosis dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian profetif.
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Vital Sign, meliputi
a) Tekanan darah: Dalam batas normal (120/80 mmHg) 24
b) Nadi: Takikardia atau diatas Normal (> 100x/menit)
c) Suhu: Klien mengalami demam (> 37,5⁰c)
d) Respirasi: Dalam batas Normal (16-20x/menit
3) Sistem pencernaan: Terjadi pembengkakan pada abdomen, nyeri tekan pada
abdomen, bising usus lebih dari normal (normalnya 5-35x/menit), anoreksia
4) Sistem Pernafasan: Respirasi Normal (16-20x/menit)
5) Sistem kardiovaskuler: Peningkatan nadi (takikardia)
6) Sistem neurologi: - Peningkatan suhu tubuh (demam) - Kelemahan pada anggota
gerak
7) Sistem integument dan turgornya jelek: kulit dan membrane mukosa kering
15

8) Sistem musculoskeletal: Kelemahan otot dan tonus otot buruk


5. Pengkajian Fungsional
1) Aktivitas/istirahat
Gejala:
a) Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat Lelah
b) Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
c) Merasa gelisah dan ansietas
d) Pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.
2) Sirkulasi
Tanda:
a) Takikardia Crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan
nyeri
b) Kemerahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
c) TD: Hipotensi, termasuk postural
d) Kulit/membrane mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah
(dehidrasi/malnutrisi)
3) Integritas ego
Gejala:
a) Ansietas ketakutan, emosi, kesal, misalnya: perasaan tak berdaya/tak ada
harapan
b) Faktor stress akut/ kronis, misalnya: hubungan dengan keluarga/
pekerjaan, pengobatan yang mahal
c) faktor budaya peningkatan prevalensi dari populasi yahudi

Tanda:

a) Menolak, perhatian menyempit, depresi


4) Eliminasi
Gejala;
a) Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
b) Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak
dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali defekasi/hari)
c) Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/mukosa
dengan atau tanpa keluar feses.
d) Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
16

Tanda:

a) Menurunkan bising usus, taka da peristaltic atau adanya peristoltik yang


dapat dilihat.
b) Hemosoid, fisura anal (25%), fisura perianal
c) Oliguria
5) Makanan/ Lunakan
Gejala;
a) Anoreksia, mual/muntah
b) Penurunan berat badan
c) Tidak toleran terhadap diet/sensitif misalnya buah segar/sayur
d) Produk susu makanan berlemak

Tanda:

a) Penurunan lemak subkutan/massa otot


b) Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk
c) Membrane mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
6) Higine
Tanda;
a) Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
b) Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
c) Bau badan
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala;
a) Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan
defekasi)
b) Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)
c) Nyeri mata, fotofobia (iritis)

Tanda

a) Nyeri tekan abdomen/distensi


8) Keamanan
Gejala;
a) Riwayat Lupus eritoma tous, anemia hemolitik, vasculitis
17

b) Arthritis (memperburuk gejala dengan eksoserbasi penyakit usus)


c) Peningkatan suhu 39.6-40 (eksoserbasi akut)
d) Penglihatan kabur
e) Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke dalam
usus dan mempunyai efek inflamasi)

Tanda;

a) Lesi kulit mungkin ada misalnya; eritoma nodusum (meningkat), nyeri,


kemerahan dan membengkak pada tangan, muka, plodeima gangrionosa
(lesi tekan purulent/lepuh dengan batas keunguan)
b) Ankilosa Spondilitis
c) Uveitis, kpnjungtivis/iritis
9) Seksualitas
Gejala;
a) Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual
10) Interaksi Sosial
Gejala;
a) Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi
b) Ketidakmampuan aktif dalam sosial

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut Brunner & Suddarth, 2002, diagnose keperawatan yang mungkin muncul
pada pasien dengan kolitis ulseratif:
1. Diare berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristaltik dan inflamasi
3. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan pembatasan
diet, mual, dan malabsorpsi
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan

2.2.3 Intervensi dan Implementasi Keperawatan


Perencanaan keperawatan merupakan penentuan langkah pemecahan masalah serta
prioritasnya, perumusan tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada
18

pasien/klien berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan. Sedangkan implementasi


merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Berikut intervensi yang biasa ada pada kasus Kolitis;

1. Potensial perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
adanya mual.
Tujuan dan Kriteria Hasil:
1) Klien tidak mual
2) Nafsu makan klien membaik
3) Klien tidak merasa nyeri dibagian abdomen-nya
4) Berat badan klien bertambah
5) Pola eliminasi kembali normal

INTERVENSI RASIONAL
1. Tingkat intake makanan melalui 1. Cara khusus untuk meningkatkan
- Mengurangi gangguan dari nafsu makan klien
lingkungan 2. Memberikan informasi tentang
- Jaga privasi klien kebutuhan diet atau keefektifan
- Jaga kebersihan lingkungan terapi
2. Timbang berat badan tiap hari 3. Meneangkan peristaltic dan
3. Anjurkan istirahat sebelum makan meningkatkan energi untuk
4. Batasi makanan yang dapat makan
menyebabkan kram abdomen, flatus 4. Mencegah serangan
(misalnya produk susu) akut/eksaserbasi gejala
5. Kolaborasi dengan tim gizi, untuk 5. Memungkinkan saluran usus
menambahkan diet sesuai indikasi. untuk mematikan Kembali proses
6. Berikan nutrisi parental total, terapi pencernaan, protein perlu untuk
IV sesuai indikasi penyembuhan intergitas jaringan
6. Programkan untuk
mengistirahatkan saluran GI,
sementara memberikan nutrisi
penting.
19

2. Nyeri abdomen sehubungan dengan adanya peningkatan peristaltik usus.


Tujuan Dan kriteria hasil:
1) Klien tidak mulas
2) BAB klien berkurang frekuensinya Bising usus kembali normal
3) Konsitensi feses tidak encer dan rasa nyeri berkurang

INTERVENSI RASIONAL
1. Atur posisi klien 1. Meningkatkan rasa nyaman
2. Berikan kompres panas lokal 2. Mengurangi rasa mulas dengan
3. Kurangi aktivitas vasodialitasi pembuluh darah
4. Observasi tingkat, lokasi, frekuensi, melancarkan peredaran darah
dan Tindakan penghilang rasa nyeri 3. Menurunkan kualitas skala nyeri
yang digunakan 4. Informasi memberikan data dasar
5. Berikan pilihan Tindakan nyaman untuk mengevaluasi kebutuhan
6. Dorong Teknik relaksasi, distraksi keefektifan intervensi
aktivitas hiburan 5. meningkatkan relaksasi dan
7. Kolaborasi pemberian obat analgetik memampukan pasien untuk
memfokuskan perhatian dapat
meningkatkaan koping
6. Dapat membantu mengurangi
nyeri

3. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan keletihan.


Tujuan dan Kriteria hasil:
1) Klien merasa rasa letih kurang
2) Klien bisa berdiri dan berjalan sendiri
3) Rasa letih berkurang
4) Dalam waktu 1 minggu keadaan klien kembali pulih

INTERVENSI RASIONAL
1. Anjurkan klien untuk tirah baring 1. Menurunkan peristaltik usus
2. Batasi aktifitas 2. Membantu mengurangi kelebihan
3. Memfasilitasi aktifitas yang dapat 3. Dapat membantu pasien dalam
20

pasien lakukan memenuhi kebutuhannya


4. Memberi motivasi 4. Motivasi memberi dorongan
5. Tentukan penyebab keletihan pasien untuk dapat melakukan
(misalnya, perawatan , nyeri dan aktivitas Kembali
pengobatan) 5. Untuk menghindari terjadinya
6. Pantau respon oksigen pasien letih
misalnya, denyut nadi, irama jantung, 6. Membantu derajat dekompensasi
dan frekuensi pernapasan terhadap jantung dan pulmonal akan
aktivitas perawatan diri atau aktivitas
keperawan

4. Kurang pengetahuan mengenal proses dan penatalaksanaan penyakitnya


Tujuan jangka pendek:
1) Klien tahu tentang penyakitnya
2) Klien tahu akibat dan pencegahan mengenai penyakitnya
3) Klien mematuhi diet yang diaanjurkan dan secara bertahap dapat mengurangi
rasa sakit yang dirasakan.

INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan informasi kepada klien 1. Meningkatkan pengetahuan
mengenai penyakitnya tentang penyakitnya
2. Ajarkan cara pencegahan dan 2. Mengurangi terjadinya penyakit
alternatif pengobatannya. serupa pada keluarganya
3. Konsul dengan dokter ahli gizi untuk 3. Membantu menentukan jenis diet
menentukan dietnya. yang sesuai untuk mempercepat
4. Melakukan edukasi kepada klien kesembuhan
mengenai proses penyakit, perawatan 4. Edukasi pada klien juga
penyakit, dan regimen serta jadwal bermanfaat dalam proses
terapinya perawatan, dengan adanya
5. Memberikan informasi yang tepat dan informasi klien akan mampu
akurat sesuai dengan kebutuhan klien mengidentifikasi masalahnya
6. Mengintrusikan kepada klien untuk sehingga memudahkan tenaga
bertanya kepada penyedia layanan kesehatan untuk menggali data
kesehatan pada klien.
21

5. Informasi yang tepat dari tenaga


kesehatan akan membuat klien
merasa dirinya memiliki sumber
informasi yang terpercaya
6. Kadangkala klien merasa tidak
berani untuk bertanya karena
belum terbina hubungan dekat
dengan penyedia layanan
kesehatan

2.2.4 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan
tujuan tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut.
Nyeri dilaporkan berkurang atau terdaptasi, status hidrasi optimal. pemenuhan informasi
kesehatan optimal, tidak terjadi injuri, jalan nafas efektif, tidak terjadi infeksi pascabedah,
dan penurunan respons kecemasan.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS KOLITIS

3.1 Pengkajian / Resume Kasus Kolitis


KASUS NY. Z
Ny Z, ibu rumah tangga, umur 45 tahun, sudah menikah dengan 2 orang anak dan
suami sudah meninggal, agama islam, pendidikan terakhir SMA dan bertempat tinggal di
Jatiwarna, Pondok Melati, Bekasi. Masuk RS tgl 25 Agustus 2021 dengan nomor rekam
medik 000111, dan diagnosa medis Kolitis Ulserative.
Pasien mengatakan sejak 3 hari terakhir merasa nyeri pada bagian perut sebelah kiri
bawah. Nyeri semakin berat bila pasien beraktivitas sedang seperti berjalan dan
berkurang saat pasien tiduran dengan posisi miring, dan setelah minum obat analgetik.
Pasien juga mengatakan nyeri pada bagian kiri bawah apabila BAB, fesesnya bercampur
dengan darah dan mengalami kram bagian perut yang hebat sejak 3 hari terakhir.
Sejak sakit pasien sering mengalami BAB lebih dari 5x/hari, dengan konsistensi
feses lunak dan terkadang bercampur darah. Pasien mengatakan untuk pola BAK pasien
tidak terjadi masalah. Pasien mengatakan badannya terasa panas, tidak dapat tidur
nyenyak, merasa mual dan tidak selera makan serta mengalami rasa mudah lelah. Pasien
juga mengatakan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas. Skala nyeri pasien 6, selain
itu, anak pasien mengatakan bahwa pasien mengalami demam naik turun sejak 3 hari
terakhir. Sejak sakit, pasien merasakan semua makanan terasa pahit dan seperti ingin
muntah, TB pasien 160 cm, Berat badan pasien turun 5 kg dalam 1 bulan terakhir dari 60
kg menjadi 55 kg, pasien makan tetap 3 hari sekali, hanya saja selama sakit makanan
hanya habis 1/3 porsi. Pasien mengatakan minum dalam sehari kurang lebih 1 ½ liter.
Pemeriksaan Fisik Kesadaran compos mentis, TD 100/80 mmHg, suhu 39▫C dan
pernafasan 20x/mnt, nadi 80x/mnt. Turgor kulit kering karena dehidrasi. Terdapat bising
usus 20x/menit. pasien tampak terpasang infus Nacl 0,9% 20 tetes/mnt. Pasien
mengatakan tidak ada Riwayat mengalami penyakit yang serupa di masa lalu, pasien
mengatakan tidak mempunyai alergi obat-obatan tertentu. Pasien mengatakan tidak dapat
mandi seperti saat sehat 2x/hari karena keterbatasan aktivitas.

22
23

1. Pengkajian Data Pasien


Nama Pasien : Ny.Z
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jariwarna, Pondok Melati. Bekasi
Tanggal Masuk : 25 Agusttus 2021
No Rekam Medik : 000111

2. Diagnosa Medis : Kolitis Ulseratif


3. Keluhan Utama : Pasien mengatakan sejak 3 hari terakhir merasa nyeri pada
bagian perut sebelah kiri bawah. Nyeri semakin berat bila pasien beraktivitas sedang
seperti berjalan dan berkurang saat pasien tiduran dengan posisi miring, dan setelah
minum obat analgetik. Pasien juga mengatakan nyeri pada bagian kiri bawah apabila
BAB, fesesnya bercampur dengan darah dan mengalami kram bagian perut yang
hebat sejak 3 hari terakhir
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
1. Penyakit yang Pernah dialami
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami sakit yang serupa di
masa lalu.
2. Alergi
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada alergi.
3. Obat-obatan
Pasien mengatakan bahwa pasien hanya mengkonsumsi obat analgetic seperti
PCT apabila nyeri kambuh.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak Pasien mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang memiliki penyakit
genetik dan menular.
6. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit dan setelah sakit makan tetap 3x sehari,
tetapi setelah sakit makanan yang di habiskan hanya 1/3 porsi saja.
2) Pola Eliminasi
24

Pasien mengatakan sebelum sakittidak pernah BAB lebih dari 5x/hari, setelah
sakit BAB lebih sering dan bentuk feses lunak dan terkadang bercamur dengan
darah.
Pasien juga mengatakan, tidak ada masalah pada pola BAK.
3) Pola Tidur dan Istirahat
Pasien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyenyak semenjak sakit.
4) Kebersihan Diri
Pasien mengatakan tidak dapat mandi seperti saat sehat 2x/hari karena
keterbatasan aktivitas.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Kesadaran compos mentis, TD 100/80 mmHg, suhu 39▫C dan
pernafasan 20x/mnt, nadi 80x/mnt. Dengan TB pasien 160 cm, dan BB 55 Kg
dari 60 kg.
8. Data Fokus

Data Obyektif Sumber Data Subyektif Sumber


Data Data
- TD : 100/80 mmHg -Pasien mengatakan nyeri pada
- Nadi : 80 x/ menit bagian kiri bawah
- RR : 20X/menit -pasien mengatakan nyeri
- suhu : 390 C semakin berat bila pasien
- BB saat ini : 55 kg, BB beraktivitas sedang (berjalan)
sebelum sakit : 60 kg -Pasien mengatakan nyeri pada
- makanan hanya habis 1/3 bagian kiri bawah pada saat
porsi BAB
- Terdapat bising usus -Pasien mengatakan feses nya
20x/menit berbentuk lunak dan sedikit
- Paisen terpasang infus Data tercampur darah Data Primer
NaCl 0,9% 20 sekunder -Pasien mengatakan kram pada
tetes/menit bagian perut sejak 3 hari
- pasien tambak lesu terakhir
- Pasien tampak sulit -Pasien mengatakan badan terasa
beraktivitas panas, tidak dapat tidur
- pasien tampak mengeluh nyenyak
25

nyeri -pasien mengatakan merasa mual Data Primer


- bibir pasien tampak dan tidak selera makan,
kering -pasien mengatakan mudah
- turgor kulit tampak Lelah
buruk Data -Pasien juga mengatakan merasa
- Warna kulit tampak sekunder tidak nyaman setelah
sedikit merah beraktivitas
- muka pasien tampak -Pasien mengatakan demam naik
pucat turun sejak 3 hari terakhir
- defekasi tampak lebih Pasien -Pasien mengatakan makanan
dari 5x dalam 24 jam tersier terasa pahit dan ingin muntah
- konsistensi feses tampak -Pasien mengatakan berat badan
lunak turun 5 kg dalam 1 bulan
- feses pasien tampak terakhir
tercampur darah -pasien mengatakan minum
- pasien tampak meringis dalam sehari kurang dari 1 ½
- Pasien tampak tidak liter.
nafsu makan
- pasien tampak sulit tidur
- pasien meminum obat
analgetic untuk
meredakan nyeri
- anak pasien mengatakan
demam pasien naik turun
sejak 3 hari terakhir

3.2 Diagnosa Keperawatan


Analisa Data
Nama pasien / umur : Ny.Z/ 45 Thn No. Register : 000111
Ruangan / No. Kamar :-

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Ds;
- Pasien mengatakan nyeri pada
26

bagian kiri bawah


- Pasien mengatakan nyeri semakin Berhubungan dengan
bertambah apabila beraktivitas agen pencedera Nyeri Akut
- Pasien mengatakan nyeri apabila fisiologis (inflamasi)
BAB/defekasi
- Pasien mengatakan kram pada
bagian perut
Do;
- Pasien tampak meringis
- pasien tampak sulit tidur
- Pasien tampak tidak nafsu makan
- Pasien tampak meminum obat
analgetic untuk meredakan nyeri
- Skala nyeri pasien 6
- TD: 100/80 mmHg
- Nadi : 80 x/ menit
2 Ds;
- Pasien mengatakan nyeri pada
bagian kiri bawah pada saat BAB
- Pasien mengatakan feses nya
berbentuk lunak dan sedikit
tercampur darah Berhubungan dengan
- Pasien mengatakan kram pada proses fisiologis Diare
bagian perut sejak 3 hari terakhir (Inflamasi
- Gastrointestinal)
Do;
- Terdapat bising usus 20x/menit
- Defekasi tampak lebih dari 5x dalam
24 jam
- Bibir pasien tampak kering
- Turgor kulit tampak buruk
- Konsistensi feses setengah lunak
- feses pasien tampak tercampur darah
3 Ds;
27

- Pasien mengatakan badan terasa


panas sehingga tidak dapat tidur
enak,
- Pasien mengatakan demam naik
turun sejak 3 hari terakhir Berhubungan dengan Hipertermi
- Anak pasien mengatakan demam Dehidrasi
pasien naik turun sejak 3 hari
terakhir
Do;
- Suhu : 390 C
- RR : 20X/menit
- TD; 100/80 mmHg
- Bibir pasien tampak kering
- Turgor kulit tampak buruk
- Pasien tampak lesu
- defekasi tampak lebih dari 5x dalam
24 jam
- Pasien tampak meringis
- Warna kulit tampak sedikit merah
- muka pasien tampak pucat
4 Ds;
- Pasien mengatakan merasa mual
- Pasien mengatakan tidak selera
makan, Berhubungan dengan Risiko Defisit
- Pasien mengatakan makanan terasa faktor psikologis Nutrisi
pahit dan ingin muntah (keengganan untuk
- Pasien mengatakan berat badan turun makan)
5 kg dalam 1 bulan terakhir
Do;
- Pasien tambak lesu
- Bibir pasien tampak kering
- Pasien tampak tidak nafsu makan
- BB saat ini : 55 kg, BB sebelum
sakit : 60 kg
28

- Paisen terpasang infus NaCl 0,9% 20


tetes/menit
5 Ds;
- Pasien mengatakan mudah lelah
- Pasien juga mengatakan merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas
Do; Kelemahan Intoleransi
- TD : 100/80 mmHg Aktivitas
- Nadi : 80 x/ menit
- RR : 20X/menit
- suhu : 390 C
- Pasien tambak lesu
- Pasien tampak sulit beraktivitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien / umur : Ny.Z/45 Tahun No. Register : 000111


No Dx Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf dan Nama
Ditemukan Teratasi Perawat
1 Hipertermi B.d proses infeksi 25 Agustus 2021 27 Agustus 2021 TTD
(SDKI D.0130)
2 Diare B.d proses fisiologis 25 Agustus 2021 27 Agustus 2021 TTD
(Inflamasi Gastrointestinal) (SDKI
D.0020)
3 Risiko Defisit nutrisi B.d faktor 25 Agustus 2021 27 Agustus 2021 TTD
psikologis (Keengganan untuk
makan) (SDKI D.0019)
4 Nyeri akut B.d Agen pencedera 25 Agustus 2021 27 Agustus 2021 TTD
fisiologis (Inflamasi) (SDKI
D.0077)
5 Intoleransi aktivitas B.d 25 Agustus 2021 27 Agustus 2021 TTD
Kelemahan (SDKI D.0056)
29

3.3 Intervensi Keperawatan


Nama pasien / umur : Ny.Z/45 Tahun No. Register : 000111
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria HasilRencana Tindakan Paraf &
Keperawatan Nama
Perawat
1 Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan Observasi;
infeksi. keperawatan selama 3x24 - Identifikasi penyebab TTD
Ds; jam Hipertermi teratasi. hipertermia (dehidrasi)
- Pasien mengatakan Kriteria hasil: - Observasi TTV
badan terasa panas - Kulit tampak merah - Berikan lunakan peroral
sehingga tidak dapat menurun Terapeutik;
tidur nyenyak, - wajah tampak pucat - Sediakan lingkungan
- Pasien mengatakan menurun yang dingin
demam naik turun - S; 36.5°C - Longgarkan atau
sejak 3 hari terakhir - RR; 20x/menit lepaskan pakaian pasien
- Anak pasien - TD; 100/80 mmHg Edukasi;
mengatakan demam Sumber; (SLKI) hal 129 - anjurkan tirah baring
pasien naik turun L.14134 Kolaborasi;
sejak 3 hari terakhir - kolaborasikan
Do; pemberian lunakan dan
- Suhu : 390 C elektolit intravena jika
- RR : 20X/menit perlu
- Bibir pasien tampak Sumber; (SIKI) hal 181
kering I.15506
- Turgor kulit tampak
buruk
- Pasien tampak lesu
- defekasi tampak
lebih dari 5x dalam
24 jam
- Pasien tampak
meringis
- Warna kulit tampak
sedikit merah
30

- muka pasien tampak


puat

2 Diare B.d proses Setelah dilakukan tindakan Observasi; TTD


fisiologis (Inflamasi keperawatan selama 3x24 - Identifikasi pneyebab
Gastrointestinal) jam diare belum teratasi. diare (inflamasi
Ds; Kriteria hasil; Gastrointestinal)
- Pasien mengatakan- Kontrol pengeluaran - Monitor warna, volume,
nyeri pada bagian feses meningkat frekuensi, dan
kiri bawah pada saat- Nyeri abdomen konsistensi tinja
BAB menurun - Monitor jumlah
- Pasien mengatakan- Kram abdomen pengeluaran diare
feses nya berbentuk menurun Terapeutik;
setengah lunak dan- Konsistensi feses - Ambil sampel feses
sedikit tercampur membaik untuk kultur jika perlu
darah - Frekuensi BAB Edukasi;
- Pasien mengatakan membaik - Anjurkan makanan porsi
merasa mual, dan- Peristaltic usus kecil dan sering
tidak selera makan membaik - Anjurkan menghindari
- Pasien mengatakan Sumber; (SLKI) hal 23 makanan pembentuk
minum dalam sehari L.04033 gas, pedas dan laktosa
kurang dari 1 ½ liter. Kolaborasi;
- Pasien mengatakan - Kolaborasikan
kram pada bagian pemberian obat
perut sejak 3 hari pengeras feses.(mis.
terakhir atapulgit)
Do; Sumber; (SIKI) hal 164
- Terdapat bising usus I.03101
20x/menit
- Defekasi tampak
lebih dari 5x dalam
24 jam
- Bibir pasien tampak
kering
31

- Turgor kulit tampak


buruk
- Konsistensi feses
lunak
3 Risiko Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi; TTD
B.d faktor psikologis keperawatan selama 3x24- Monitor asupan dan
(Keengganan untuk jam Risiko deficit Nutrisi keluarnya makanan dan
makan) belum terpenuhi lunakan serta kebutuhan
Ds; Kriteria hasil; kalori
- Pasien mengatakan - Porsi makanan yang Terapeutik;
merasa mual dihabiskan meningkat - Timbang BB rutin
- Pasien mengatakan - Nyeri abdomen- Diskusi perilaku makan
tidak selera makan, menurun dan jumlah aktivitas fisik
- Pasien mengatakan - Diare menurun (olahraga) yang sesuai.
makanan terasa pahit - BB pasien membaik - Rencanakan pogram
dan ingin muntah - Frekuensi makan pengobatan untuk
- Pasien mengatakan membaik perawatan dirumah
berat badan turun 5 - Nafsu makan membaik Edukasi;
kg dalam 1 bulan - Bising usus 15x/mnt - Ajarkan keterampilan
terakhir Sumber; (SLKI) hal 121 koping untuk
Do; L.03030 penyelesaian masalah
- Pasien tambak lesu perilaku makan
- Bibir pasien tampak Kolaborasi;
kering - Kolaborasikan dengan
- Pasien tampak tidak ahli gizi tentang target
nafsu makan berat badan.
- BB saat ini : 55 kg, Sumber; (SIKI) hal 177
BB sebelum sakit : I.03111
60 kg
- Paisen terpasang
infus NaCl 0,9% 20
tetes/menit
4 Nyeri akut B.d Agen Setelah dilakukan tindakan Observasi; Kelmpok 8
pencedera fisiologis keperawatan selama 3x24 - Identifikasi lokasi,
32

(Inflamasi) jam Nyeri akut belum karakteristik,, durasi,


Ds; terpenuhi frekuensi, kualitas,
- Pasien mengatakan Kriteria hasil; intensitas nyeri
nyeri pada bagian - Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
kiri bawah menurun - Identifikasi respon nyeri
- Pasien mengatakan - Meringis menurun non verbal
nyeri semakin - Kesulitan tidur - Identifikasi factor yang
bertambah apabila menurun memperberat dan
beraktivitas - Nadi 80x/mnt memperingan nyeri
- Pasien mengatakan Sumber; (SLKI) hal 145 Terapeutik;
nyeri apabila L.08066 - Berikan Teknik
BAB/defekasi nonfarmakologis untuk
- Pasien mengatakan mengurangi nyeri
kram pada bagian - Fasilitasi istirahat dan
perut tidur
Do; Edukasi;
- Pasien tampak - Jelaskan penyebab,
meringis periode, pemicu nyeri
- pasien tampak sulit - Jelaskan strategi
tidur meredakan nyeri
- Pasien tampak - Anjurkan menggunakan
meminum obat analgetic secara tepat
analgetic untuk - Ajarkan Teknik non
meredakan nyerinya. farmakologis untuk
- Skala nyeri pasien 6 mengurangi nyeri.
- TD: 100/80 mmHg Kolaborasi;
- Nadi : 80 x/ menit - Kolaborasi penggunaan
analgetic, jika perlu
Sumber; (SIKI) hal 201
I.08238
5 Intoleransi aktivitas B.d Setelah dilakukan tindakan Observasi; TTD
Kelemahan keperawatan selama 3x24 - Identifikasi gangguan
Ds; jam intoleransi aktivitas fungsi tubuh yang
- Pasien mengatakan terpenuhi mengakibatkan
33

mudah Lelah Kriteria hasil; kelelahan


- Pasien juga - Kemudahan dalam - Monitor pola dan jam
mengatakan merasa melakukan aktivitas tidur
tidak nyaman setelah sehari-hari Terapeutik;
beraktivitas - Keluhan Lelah - Sediakan lingkungan
Do; menurun nyaman dan rendah
- TD : 100/80 mmHg - Perasaan lemah stimulus
- Nadi : 80 x/ menit menurun Edukasi;
- RR : 20X/menit - Nadi; 80x/mnt - Anjurkan tirah baring
- suhu : 390 C - RR; 15x/,mnt - Anjurkan melakukan
- Pasien tambak lesu - Td; 100/80 mmHg aktivitas secara bertahap
- Pasien tampak sulit Sumber; (SLKI) hal 149 - Ajarkan koping untuk
beraktivitas L.05047 mengurangi kelelahan
Kolaborasi;
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk
meningkatkan asupan
makanan

3.4 Implementasi Keperawatan


Nama pasien / umur : Ny.Z/45 Tahun No. Register : 000111

No Hari/ Tindakan Respon Paraf dan


Dx Tanggal/Jam Nama
Perawat
1 Rabu, 25 - Identifikasi penyebab S ; TTD
Agustus 2021 hipertermia (dehidrasi) - Pasien mengatakan
Pukul 8.30 - Observasi TTV badan terasa panas
WIB sehingga pasien tidak
dapat tidur nyenyak
O;
- Suhu: 39°C,
- TD: 100/80 mmHg
34

- RR; 20x/mnt
- Pasien tampak lesu
- Wajah pasien tampak
pucat
- Turgor kulit tampak
buruk
- Bibir pasien tampak
kering
2 Pukul 09.00 - Identifikasi pneyebab diare S; TTD
WIB (inflamasi - Pasien mengatakan
Gastrointestinal) fesesnya berbentuk
- Monitor warna, volume, setengah lunak dan
frekuensi, dan bercampur darah
konsistensi tinja - Pasien mengatakan
- Monitor jumlah sering BAB
pengeluaran diare O;
- Anjurkan makanan porsi - Terdapat bising usus
kecil dan sering 20x/menit
- Defekasi tampak lebih
dari 5x dalam 24 jam
- Konsistensi feses
setengah lunak
3 Pukul 09.30 - Monitor asupan dan S; TTD
WIB keluarnya makanan dan - Pasien mengatakan
lunakan serta kebutuhan merasa mual, makanan
kalori terasa pahit dan ingin
- Timbang BB muntah
- Pasien mengatakan tidak
selera makan
- Pasien mengatakan berat
badan turun 5 kg dalam 1
bulan terakhir
O;
- Pasien tampak lesu
35

- Pasien tampak tidak nafsu


makan
- BB; 55 kg
4 Pukul 10.00 - Identifikasi lokasi, S; TTD
WIB karakteristik,, durasi, - Pasien mengatakan nyeri
frekuensi, kualitas, terasa dibagian kiri
intensitas nyeri bawah, dan bertambah
- Identifikasi skala nyeri apabila beraktivitas dan
- Identifikasi respon berkurang apabila
nyeri non verbal berbaring menghadap ke
- Identifikasi factor yang ke samping
memperberat dan - Pasien mengatakan Nyeri
memperingan nyeri juga terjadi apabila
sedang BAB
O;
- TD; 100/80 mmHg
- Nadi ; 80x/mnt
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak sulit tidur
- Skala nyeri pasien 6
5 Pukul 10.30 - Identifikasi gangguan S; Kelompok
fungsi tubuh yang - Pasien mengatakan *
mengakibatkan tidak nyaman setelah
kelelahan beraktivitas dan mudah
- Monitor pola dan jam Lelah.
tidur O;
- Pasien tambak lesu
- Pasien tampak sulit
beraktivitas
1 Pukul 10.50 - Berikan lunakan peroral S; TTD
WIB - Sediakan lingkungan yang - Anak pasien mengatakan
dingin ibunya sudah bisa sedikit
- anjurkan tirah baring beristirahat.
O;
36

- - Suhu; 38.7°C
- Pasien tampak berbaring
di tempat tidrunya.
1 Pukul 11.10 - Observasi TTV S; TTD
WIB - kolaborasikan pemberian - pasien mengatakan
lunakan dan elektolit suhu tubuh berkurang
intravena sedikit, tetapi masih
tidak nyaman untuk di
bawa tidur.
O;
- Suhu; 38.7°C
- Pasien tampak
berbaring di tempat
tidrunya.
- Pasien terpasang
lunakan IV
2 Pukul 11.30 - Kolaborasikan pemberian S; - TTD
obat pengeras feses.(mis. O;
atapulgit) - Pasien tampak
meminum obat
pengeras feses.
3 Pukul 11.55 - Ajarkan keterampilan S;
WIB koping untuk - Pasien mengatakan
penyelesaian masalah enggan untuk makan
perilaku makan karena mual
O;
- Paasien tampak
kooperatif
4 Pukul 13.00 - Berikan Teknik S; TTD
WIB nonfarmakologis untuk - Pasien mengatakan
mengurangi nyeri nyeri sedikit mereda
(kompres hangat) O;
- Fasilitasi istirahat dan - Pasien tampak lebih
tidur nyaman
- TD: 100/80 mmHg
37

- Nadi : 80 x/ menit
5 Pukul 13.30 - Sediakan lingkungan S;
nyaman dan rendah - Pasien mengatakan
stimulus sedikit lebih nyaman
- Anjurkan tirah baring apabila beraktivitas
- Anjurkan melakukan O;
aktivitas secara Pasien dapat beraktivitas
bertahap ringan
- Ajarkan koping untuk
mengurangi kelelahan
-
1 Kamis, 26 - Observasi TTV S; TTD
Agustus 2021 - Sediakan lingkungan - Pasien mengatakan suhu
Pukul 8.30 yang dingin tubuh nya sudah tidak
WIB - Longgarkan atau sepanas kemarin
lepaskan pakaian sehingga bisa untuk di
pasien bawa tidur
- Berikan lunakan O;
peroral - Suhu; 37°C
- anjurkan tirah baring - Pasien tampak lebih
nyaman
- Pasien tampak bisa tidur
lebih nyaman
2 Pukul 9.00 - Monitor warna, S; TTD
WIB volume, frekuensi, dan - Pasien mengatakan
konsistensi tinja fesesnya masih
- Monitor jumlah berbentuk setengah
pengeluaran diare lunak dan bercampur
- Anjurkan menghindari darah
makanan pembentuk - Pasien mengatakan
gas, pedas dan laktosa frekuensi BAB 5x
dalam 24 jam
O;
- Terdapat bising usus
38

19x/menit
- Defekasi tampak 5x
dalam 24 jam
- Konsistensi feses masih
setengah lunak
3 Pukul 9.20 - Monitor asupan dan S; TTD
WIB keluarnya makanan dan - Pasien mengatakan
lunakan serta kebutuhan nafsu makan sedikit
kalori meningkat
- Timbang BB O;
- Makanan yang di
habiskan 1/3 porsi
- BB; 55Kg
4 Pukul.10.00 - Jelaskan penyebab, S; TTD
WIb periode, pemicu nyeri - Pasien mengatakan
- Jelaskan strategi nyeri hanya sedikit
meredakan nyeri berkurang
- Ajarkan Teknik non O;
farmakologis untuk - Pasien tampak
mengurangi nyeri. kooperatif
5 Pukul 10.30 - Sediakan lingkungan S; TTD
WIB nyaman dan rendah - Pasien mengatakan
stimulus sudah dapat
- Kolaborasi dengan beraktivitas yang
ahli gizi untuk ringan
meningkatkan asupan O;
makanan - Pasien tampak sedikit
bisa beraktivitas
1 Pukul 11.00 - Observasi TTV S; -
WIB - Sediakan lingkungan O;
yang dingin - Pasien tampak bisa
- Anjurkan tirah baring beristirahat
- Suhu; 37°C
- Pasien tampak lebih
nyaman
39

- Pasien tampak bisa


tidur lebih nyaman
2 Pukul 11. 30 - Monitor jumlah S;
WIB pengeluaran diare - Pasien mengatakan
- Anjurkan makanan frekuensi BAB masih
porsi kecil dan sering 5x dalam 24 jam
- Anjurkan menghindari O;
makanan pembentuk - Terdapat bising usus
gas, pedas dan laktosa 19x/menit
- Defekasi tampak 5x
dalam 24 jam
3 Pukul 12.00 - Kolaborasikan dengan S; TTD
WIB ahli gizi tentang target - Pasien mengatakan
berat badan. sebelum sakit BB nya 60
kg dan setelah sakit turun
5 kg dalam 1 bulan
terakhir.
O;
- BB; 55 Kg
4 Pukul 13.30 - Anjurkan penggunaan S; TTD
analgetic, jika perlu - Pasien mengatakan
nyeri sedikit mereda
- Pasien mengatakan
sudah dapat
beraktivitas hanya
terbatas karena nyeri.
O;
- Pasien tampak lebih
nyaman
- Pasien sudah dapat
beraktivitas ringan
terbatas.
5 Pukul 13.50 - Anjurkan melakukan S;
WIB aktivitas secara - Pasien mengatakan
bertahap sudah dapat
40

- Ajarkan koping untuk beraktivitas hanya


mengurangi kelelahan terbatas karena nyeri.
O;
- Pasien sudah dapat
beraktivitas ringan
terbatas.
1 Jumat, 27 - Observasi TTV S; TTD
Agustus 2021 - Sediakan lingkungan - Pasien mengatakan
Pukul 8.30 yang dingin suhu tubuh sudah
WIB - anjurkan tirah baring sangat berkurang,
sehingga dapat tidur
nyenyak dan
beraktivitas.
O;
- Pasien tampak lebih
berenergi
- Wajah pasien tampak
tidak pucat
- Turgor kulit membaik
- Bibir pasien tidak
kering
- Suhu; 36.6°C
- TD: 100/80 mmHg
- RR; 19x/mnt
A;
Masalah sudah teratasi,
intervensi dihentikan.
P; -
2 Pukul 9.10 - Monitor warna, S; TTD
WIB volume, frekuensi, dan - Pasien mengatakan
konsistensi tinja frekuensi BAB masih
- Monitor jumlah sekitar 5x dalam 24
pengeluaran diare jam dan masih
bercampur darah.
41

- Pasien mengatakan
konsistensi feses
masih lembek tapi
tidak lunak.
O;
- Defekasi pasien
tampak masih 5x
dalam 24 jam
- Konsistensi feses
berbentuk lembek
- Masih terdapat darah
pada feses
A;
Masalah teratasi Sebagian,
intervensi dilanjutkan
P;
- Monitor warna,
volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
- Monitor jumlah
pengeluaran diare
- Ambil sampel feses
untuk kultur jika perlu
- Anjurkan menghindari
makanan pembentuk
gas, pedas dan laktosa
- Kolaborasikan
pemberian obat pengeras
feses.(mis. atapulgit)
3 Pukul 10.10 - Monitor asupan dan S; TTD
WIB keluarnya makanan dan - Pasien mengatakan
lunakan serta nafsu makan sedikit
kebutuhan kalori meningkat, tetapi masih
- Timbang BB rutin mual.
42

- Diskusi perilaku makan O;


dan jumlah aktivitas - Pasien tampak
fisik (olahraga) yang masihmenghabiskan
sesuai. makan 1/3 porsi.
- Kolaborasikan dengan - BB ; 55, 6 kg
ahli gizi tentang target A;
berat badan. Masalah teratasi Sebagian,
intervensi dilanjutkan
P;
- Monitor asupan dan
keluarnya makanan dan
lunakan serta kebutuhan
kalori
- Timbang BB rutin
- Diskusi perilaku makan
dan jumlah aktivitas
fisik (olahraga) yang
sesuai.
- Ajarkan keterampilan
koping untuk
penyelesaian masalah
perilaku makan
-
4 Pukul 11.00 - Identifikasi lokasi, S; TTD
WIB karakteristik,, durasi, - Pasien mengatakan
frekuensi, kualitas, nyeri pada bagian kiri
intensitas nyeri bawah masih terasa
- Identifikasi skala nyeri sedikit terutama jika
- Identifikasi respon dibawa beraktivitas.
nyeri non verbal - Pasien mengatakan
- Identifikasi factor skala nyeri nya
yang memperberat dan menjadi 4
memperingan nyeri O;
- Fasilitasi istirahat dan - Pasien tampak bisa
43

tidur beraktivitas ringan


tetapi terbatas.
- Skala nyeri tampak 4
- TD: 100/80 mmHg
- Nadi : 80 x/ menit
A;
Masalah teratasi Sebagian,
intervensi dilanjutkan.
P;
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
menggunakan
analgetic secara tepat
- Ajarkan Teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
5 Pukul 13.00 - Monitor pola dan jam S; - TTD
tidur O;
- Pasien sudah dapat
beraktivitas dan tidak
lemah
A;
Masalah teratasi, intervensi
dihentikan
P; -

3.5 Evaluasi Keperawatan

No Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi Paraf dan


Keperawatan Nama
Perawat
1. 25 Agustus Hipertermi B.d S; TTD
2021 Pukul proses infeksi - pasien mengatakan suhu tubuh
44

11.10 WIB (SDKI D.0130) berkurang sedikit, tetapi masih


tidak nyaman untuk di bawa
tidur.
O;
- Suhu; 38.7°C
- Pasien tampak berbaring di
tempat tidrunya.
- Pasien terpasang lunakan IV
A; masalah teratasi sebagian, intervensi
dilanjutkan
P;
- Observasi TTV
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian pasien
- Berikan lunakan peroral
- anjurkan tirah baring
2. 25 Agustus Diare B.d proses S; - TTD
2021 Pukul fisiologis O;
11.30 WIB (Inflamasi - Pasien tampak meminum obat
Gastrointestinal) pengeras feses.
(SDKI D.0020) A; masalah belum teratasi, intervensi
dilanjutkan.
P;
- Monitor warna, volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan laktosa
3. 25 Agustus Risiko Defisit S; TTD
2021 Pukul nutrisi B.d faktor - Pasien mengatakan enggan
11.55 WIB psikologis untuk makan karena mual
(Keengganan O;
45

untuk makan) - Pasien tampak kooperatif


(SDKI D.0019) A; masalah belum teratasi, intervensi
dilanjutkan
P;
- Monitor asupan dan keluarnya
makanan dan lunakan serta
kebutuhan kalori
- Timbang BB
4. 25 Agustus Nyeri akut B.d S; TTD
2021 Pukul Agen pencedera - Pasien mengatakan nyeri sedikit
13.00 WIB fisiologis mereda
(Inflamasi) O;
(SDKI D.0077) - Pasien tampak lebih nyaman
- TD: 100/80 mmHg
- Nadi : 80 x/ menit
A; masalah belum teratasi, intervensi
dilanjutkan
P;
- Jelaskan penyebab, periode,
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan Teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri.
5. 25 Agustus Intoleransi S; TTD
2021 Pukul aktivitas B.d - Pasien mengatakan sedikit lebih
13.30 WIB Kelemahan nyaman apabila beraktivitas
(SDKI D.0056) O;
- Pasien dapat beraktivitas ringan
A; masalah teratasi sebagian, intervensi
dilanjutkan
P;
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
46

meningkatkan asupan makanan


6. 26 Agustus Hipertermi B.d S; - TTD
2021 Pukul proses infeksi O;
11.00 WIB (SDKI D.0130) - Pasien tampak bisa beristirahat
- Suhu; 37°C
- Pasien tampak lebih nyaman
- Pasien tampak bisa tidur lebih
nyaman
A; masalah teratasi Sebagian, intervensi
dilanjutkan
P;
- Observasi TTV
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Anjurkan tirah baring
7. 26 Agustus Diare B.d proses S; TTD
2021 Pukul fisiologis - Pasien mengatakan frekuensi
11.30 WIB (Inflamasi BAB masih 5x dalam 24 jam
Gastrointestinal) O;
(SDKI D.0020) - Terdapat bising usus 19x/menit
- Defekasi tampak 5x dalam 24 jam
A; masalah belum teratasi, intervensi
dilanjutkan
P;
- Monitor warna, volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
- Monitor jumlah pengeluaran diare
-
8. 26 Agustus Risiko Defisit S; TTD
2021 Pukul nutrisi B.d faktor - Pasien mengatakan sebelum sakit
12.00 WIB psikologis BB nya 60 kg dan setelah sakit
(Keengganan turun 5 kg dalam 1 bulan terakhir.
untuk makan) O;
(SDKI D.0019) - BB; 55 Kg
A; masalah teratasi Sebagian, intervensi
47

dilanjutkan
P;
- Monitor asupan dan keluarnya
makanan dan lunakan serta
kebutuhan kalori
- Timbang BB rutin
- Diskusi perilaku makan dan jumlah
aktivitas fisik (olahraga) yang
sesuai.
- Kolaborasikan dengan ahli gizi
tentang target berat badan.
9. 26 Agustus Nyeri akut B.d S; TTD
2021 Pukul Agen pencedera - Pasien mengatakan nyeri sedikit
10.50 WIB fisiologis mereda
(Inflamasi) - Pasien mengatakan sudah dapat
(SDKI D.0077) beraktivitas hanya terbatas
karena nyeri.
O;
- Pasien tampak lebih nyaman.
- Pasien sudah dapat beraktivitas
ringan terbatas.
A; masalah teratasi Sebagian, intervensi
dilanjutkan
P;
- Identifikasi lokasi, karakteristik,,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non
verbal
- Identifikasi factor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
48

10. 26 Agustus Intoleransi S; TTD


2021 Pukul aktivitas B.d - Pasien mengatakan sudah dapat
10.50 WIB Kelemahan beraktivitas hanya terbatas
(SDKI D.0056) karena nyeri.
O;
Pasien sudah dapat beraktivitas ringan
terbatas.
A; masalah teratasi Sebagian, intervensi
dilanjutkan
P;
- Monitor pola dan jam tidur
11. 27 Agustus Hipertermi B.d S; TTD
2021 Pukul proses infeksi - Pasien mengatakan suhu tubuh
10.50 WIB (SDKI D.0130) sudah sangat berkurang,
sehingga dapat tidur nyenyak
dan beraktivitas.
O;
- Pasien tampak lebih berenergi
- Wajah pasien tampak tidak
pucat
- Turgor kulit membaik
- Bibir pasien tidak kering
- Suhu; 36.6°C
- TD: 100/80 mmHg
- RR; 19x/mnt
A;
Masalah sudah teratasi, intervensi
dihentikan.
P; -
12. 27 Agustus Diare B.d proses S; TTD
2021 Pukul fisiologis - Pasien mengatakan frekuensi
10.50 WIB (Inflamasi BAB masih sekitar 5x dalam 24
Gastrointestinal) jam dan masih bercampur darah.
(SDKI D.0020) - Pasien mengatakan konsistensi
49

feses masih lembek tapi tidak


lunak.
O;
- Defekasi pasien tampak masih
5x dalam 24 jam
- Konsistensi feses berbentuk
lembek
- Masih terdapat darah pada feses
A;
Masalah teratasi Sebagian, intervensi
dilanjutkan
P;
- Monitor warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi tinja
- Monitor jumlah pengeluaran
diare
- Ambil sampel feses untuk kultur
jika perlu
- Anjurkan menghindari makanan
pembentuk gas, pedas dan
laktosa
Kolaborasikan pemberian obat pengeras
feses.(mis. atapulgit)
13. 27 Agustus Risiko Defisit S; TTD
2021 Pukul nutrisi B.d faktor - Pasien mengatakan nafsu makan
10.50 WIB psikologis sedikit meningkat, tetapi masih
(Keengganan mual.
untuk makan) O;
(SDKI D.0019) - Pasien tampak
masihmenghabiskan makan 1/3
porsi.
- BB ; 55, 6 kg
A;
Masalah teratasi Sebagian, intervensi
50

dilanjutkan
P;
- Monitor asupan dan keluarnya
makanan dan lunakan serta
kebutuhan kalori
- Timbang BB rutin
- Diskusi perilaku makan dan
jumlah aktivitas fisik (olahraga)
yang sesuai.
- Ajarkan keterampilan koping
untuk penyelesaian masalah
perilaku makan
14. 27 Agustus Nyeri akut B.d S; TTD
2021 Pukul Agen pencedera - Pasien mengatakan nyeri pada
10.50 WIB fisiologis bagian kiri bawah masih terasa
(Inflamasi) sedikit terutama jika dibawa
(SDKI D.0077) beraktivitas.
- Pasien mengatakan skala nyeri
nya menjadi 4
O;
- Pasien tampak bisa beraktivitas
ringan tetapi terbatas.
- Skala nyeri tampak 4
- TD: 100/80 mmHg
- Nadi : 80 x/ menit
A;
Masalah teratasi Sebagian, intervensi
dilanjutkan.
P;
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
Ajarkan Teknik non farmakologis
51

untuk mengurangi nyeri


15. 27 Agustus Intoleransi S; - TTD
2021 Pukul aktivitas B.d O;
10.50 WIB Kelemahan - Pasien sudah dapat beraktivitas
(SDKI D.0056) dan tidak lemah
A;
Masalah teratasi, intervensi dihentikan
P; -
BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan
Kolitis ulseratif merupakan salah satu jenis penyakit radang usus yang dapat
menyebabkan peradangan jangka panjang dan timbulnya ulkus atau luka pada saluran
cerna. Adanya iritasi atau peradangan di dinding usus dapat mengganggu proses
mencerna dan menyerap nutrisi makan ke dalam tubuh. Peradangan yang terjadi kadang
kala bisa menyebabkan perdarahan sampai menimbulkan nanah dan lendir.
Gejala utama kolitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri abdomen, sering kali
dengan demam, sakit perut, peritonitis (radang selaput perut) dan penurunan berat badan
pada kasus berat banyak sekali pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus
ini, diantaranya adalah kolonoskopi, CT can, USG, Enema barium, dan lain sebagainya.
Dalam makalah ini sudah tercantum dengan lengkap materi Kolitis beserta sumber
yang dapat di akses sebagai bahan referensi dalam belajar.

4.2 Saran
Kepada pasien dengan diagnosa kolitis disarankan agar memeriksakan kembali
keadaanya apabila ada keluhan yang dirasakan dan diharapkan agar pasien menjaga
makanan sehingga tidak terjadi tanda dan gejala kolitis yang memperparah pasien.

Kepada mahasiswa perawat yang nantinya akan menjadi seorang tenaga kesehatan
sudah menjadi keharusan untuk memahami betul asuhan keperawatan pada berbagai jenis
penyakit. Seorang mahasiswa tenaga kesehatan, alangkah lebih baiknya untuk
menggunakan banyak buku referensi dalam pembuatan suatu karya tulis (makalah), agar
banyak di dapatkan informasi yang lebih detail pada lembar makalahnya.

52
DAFTAR PUSTAKA

Amin dan Hardi.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc.Jilid 2. Yogyakarta : Penerbit Mediaction Jogja

Aprillia, Dina. 2008. Kolitis Ulsoratif Ditinjau Dari aspek Etiologi, Klinik, dan Patogenesa.
Universitas Sumatera Utara. Diakses melalui url
[http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3381/08E00077.pdf?
sequence=1&isAllowed=y]

Djojoningrat D. Imflammatory Bowel Disease: Alur Diagnosis dan Pengobatannya di


Indnesia. Dalam: Sudoyo AW dkk, editor. Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2006. Hal. 386-90

Glickman RM. Penyakit Radang Usus (Kolitis Ulseratif dan penyakit Crohn). Dalam: Asdie
AH, editor. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 4. Edisi ke-13.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2000. Hal.1577-91

LeMone, P. Karen. Bauldoff, G.2017.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

Priyo, Agik. 2018. Modul Praktik Keperawatan Medikal Bedah II. Surakarta: Prodi D3
Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.

Rubin GP, Hungin APS, Kelly PJ, Ling J. Inflammatory bowel disease: epidemiology and
management in an English general practice population. Aliment Pharmacol Ther.
2000;14(12):1553–1559.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim POkja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

“Peradangan yang terjadi kadang kala…” (Dina Aprillia Ariestine, 2008)

53
54

“Insiden penyakit kolitis ulseratif di Amerika Serikat kira-kira15 per 100.000 penduduk…”
(Rezky Aulia Nurleili, Intan Airlina F, Anna Mira Lubis, 2016)

“Kolitis ulseratif merupakan penyakit seumur hidup…” (Basson, 2011)

“Kolitis Ulseratif adalah penyakit inflamasi pada lapisan mukosa kolon dan rectum…”
(Yanti Anggraini dan Hasian Leniwita, 2020 )

“UC biasanya menyebabkan peradangan mukosa yang terus menerus dan terbatas pada usus
besar…” (Erni Rahmi, 2020)

“Tugas utama kolon ialah untuk menyimpan sisa makanan…” (Yanti Anggraini dan Hasian
Leniwita, 2020 )

“Kadang gejala di atas dapat dirasakan lebih ringan atau bahkan tidak muncul sama
sekali…” (My Doctor, 2021)

“Selain itu, kolitis dapat disebabkan Zat kimia akibat radiasi…” (Virly Nanda
Muzellina,2020)

Anda mungkin juga menyukai