Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

COLITIS

DISUSUN OLEH:

Faras Aqila Friska (20020008)


Natasya Maharani(20020017)
Puja Yumi Jaya (20020019)
Rozak Kurniawan (20020025)

DOSEN PENGAMPU;
Windy Astuti Cahya Ningrum,S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa,karena atas berkat dan rahmat nya kami dapat menyusun
makalah yang mengangkat tentang”COLOTIS”
Dalam proses penyusunan makalah ini tentunya saya mengalami berbagai masalah.namun berkat
arahan dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan kali ini,saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata perkuliahan,yaitu
Ibu Windy Astuti Cahya Ningrum,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah membimbing saya dalam proses
penyusunan makalah ini.
Saya sebagai penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna,baik dari isi maupun
penjelasan dari makalah ini, maka dari itu saya meminta maaf jika makalah saya masih banyak
kekurangannya apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini saya
mengucapkan terimah kasih.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya program studi KMB.

Palembang, Oktober 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................2
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan ...................................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.................................................................................................4

BAB II KONSEP PENYAKIT........................................................................................4


A. Definisi CAD........................................................................................................4
B. Anotomi dan fisiologi..........................................................................................10
C. Etilogi..................................................................................................................10
D. Patofisiologi..........................................................................................................10
E. Faktor resiko........................................................................................................11
F. Manifestasi Klinis................................................................................................12
G. Kompilkasi...........................................................................................................12
H. Pathway ..............................................................................................................15
I. Pemeriksaan Diagnostik......................................................................................15
J. Penatalaksaan ......................................................................................................15

KONSEP ASKEP TEORITIS..............................................................................17


A. Pengkajian................................................................................................................17
B. Diagnose ..................................................................................................................18
C. Intervensi ...............................................................................................................18
D. Implementasi ...........................................................................................................28
E. Evaluasi ...................................................................................................................28

BAB 1II............................................................................................................................28
A. Kesimpulan...........................................................................................................28
B. Saran ....................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolitis berasal dari kata kolon (usus besar ) dan itis (peradangan). Kolitis ulserativa
merupakan penyakit radang non spesifik kolon yang umumnya berlangsung lama disertai
masa remisi dan eksaserbasi yang berganti- ganti. Sakit abdomen, diare dan perdarahan
rektum merupakan tanda dan gejala yang penting. Frekuensi penyakit paling banyak
antara usia 20-40 tahun dan menyerang ke dua jenis kelamin sama banyak. Insiden kolitis
ulserativa adalah sekitar 1 per 10.000 orang dewasa kulit putih pertahun.
Tugas utama kolon iala untuk menyimpan sisa makanan yang nantinya harus
dikeluarkan, absorpsi air, elektrolit dan asam empedu. Absorbsi terhadap air dan elektrolit
terutama dilakukan di kolon sebelah kanan, yaitu di coccum dan kolon asenden, dan
sebagian kecil dibagikan kolon lainnya. Begitu juga beberapa macam obat-obat yang
diberikan per rektal dapat dilakukan absorbsi, umunya dalam bentuk supositoria. Kolon
yang normal selama 24 jam dapat melakukan absorbsi 2,5 liter air, 403 mEq Cl.
Sebaliknya kolon mengeluarkan sekresi 45 mEq bikarbonat.
Peradangan kolon akut dapat disebabkan oleh sejumlah agen infeksi yaitu virus,
bakteri, atau parasit. Anifestarsi klinik infeksi ini adalah demam, sakit kejang abdomen
bagian bawah, dan diare yang dapat berdarah. Pada kasus yang berat darah secara dapat
ditemukan dalam feses, dan gambaran klinik dan sigmoidoskopi dapat menyerupai kolitis
ulserativa akut. Sel-sel radang akut terdapat pada infeksi shigella atau salmonella, kolitis
amoeba akut atau kolitis ulserativa idiopatik; sel-sel ini tidak terdapat pada gestroenteris
virus atau dare yang disebabkan oleh enterotoksin. (Aru, 2010)

B. Batasan Masalah
Studi pada asuhan keperawatan ini difokuskan pada konsep penyakit Colitis paru
dan konsep asuham keperawatan Colitis.

C. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pasien yang mengalami Colitis?

4
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menganalisis asuhan keperawatan pasien yang mengalami Colitis
2. Tujuan Khusus
a. Memahami konsep penyakit Colitis
b. Memahami konsep asuhan keperawatan Colitis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Colitis
Kolitis adalah penyakit inflamasi usus karena penyebab yang diketahui,
biasanya mengenal lapisan mukosa kolon, dapat ringan, kronis atau akut. (Lestari,
2009, hal. 97)
Kolitis adalah gangguan peradangan kronis idiopatik yang terjadi pada usus
besar khususnya bagian kolon desenden sampai rektum. (Muttaqin & Sari, 2013, hal.
546)

B. Anatomi dan fisiologi


Usus besar atau kolon berbentuk saluran muscular berongga yang membentang
dari sekum hingga kanalis ani dan dibagi menjadi sekum, kolon ( assendens,
transversum, desendens, dan sigmoid ) dan rektum. Katup ileosekal mengontrol
masuknya kimus kedalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan internus
mengontrol keluarnya feses dari kanalis ani. Diameter kolon kerang lebih 6,3 cm
dengan panjang kurang lebih 1,5 m.
Usus besar memiliki berbagai fungsi, yang terpenting adalah absorbsi air dan
elektrolit.Ciri khas dari gerakan usus adalah pengadukan haustral. Gerakan
meremas dan tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik,
sehingga memberikan waktu untuk terjadinya absorbsi.Peristaltik mendorong
feses ke rektum dan meenyebabkan peregangan dinding rektum dan aktivasi
refleks defekasi.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam kolon berfungsi mencerna beberapa
bahan, membantu penyerapan zat-zat gizi dan membuat zat-zat penting.Beberapa
penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri dalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air
sehingga terjadilah diare ( Lestari Sri,Amk, Agus Priyanto, Amk, 2008, hal 60)

Usus besar terbagi menjadi empat bagian utama dengan fungsi yang berbeda-
beda. Berikut ini adalah penjelasan mengenai keempat bagian usus besar beserta
fungsinya:
a. Sekum
Sekum adalah bagian usus besar berbentuk seperti kantong yang
menghubungkan bagian akhir usus kecil (ileum) dengan usus besar. Sisa
makanan dari usus kecil yang masuk ke dalam sekum umumnya masih
berbentuk bubur cair (chyme).
Pada bagian organ usus besar ini, terjadi penyerapan kembali nutrisi dan sisa
air dari chyme.
b. Kolon
Kolon adalah bagian usus besar yang paling panjang dan terbagi atas
empat bagian, yaitu asenden (kanan rongga perut), transversum (melintang
dari kanan ke kiri di bagian atas rongga perut), desenden (kiri rongga perut),
dan sigmoid (bagian yang terhubung dengan rektum).
Fungsi utama dari kolon adalah mencampur chyme dengan enzim pada
saluran cerna agar menjadi tinja untuk dikeluarkan dari tubuh. Kolon harus
menyerap kembali air dan elektrolit untuk membentuk tinja. Inilah
penyebabnya, ketika Anda mengalami dehidrasi, Anda bisa mengalami
sembelit.
c. Rektum
Rektum adalah bagian bawah usus besar yang berukuran sekitar 15 cm
dan terhubung dengan kolon sigmoid. Bagian usus besar ini berfungsi untuk
menerima dan menyimpan limbah dari kolon hingga tiba saatnya
dikeluarkan oleh tubuh melalui anus.
Ketika ada limbah seperti gas atau tinja masuk ke dalam rektum, akan
ada sensor yang mengirimkan rangsangan ke otak. Selanjutnya, sistem saraf
pada otak akan memberikan sinyal kapan gas atau tinja tersebut dikeluarkan.
d. Anus
Anus adalah bagian akhir dari usus besar. Ketika rektum sudah terisi
penuh dan tinja siap dikeluarkan melalui anus, Anda akan merasakan mulas
dan muncul dorongan untuk buang air besar.
Proses pengolahan dan pencernaan makanan hingga menjadi tinja
umumnya memerlukan waktu kurang lebih 30–70 jam.
C. Etiologi
Penyebab dari kolitis ulseratif sangat beragam, meliputi fenomena autoimun,
faktor genetik, perokok pasif, diet, pascaapendektomi, dan infeksi.
Pada fenomena autoimun, serum, dan mukosa auto-antibodi akan melawan
sel-sel epitel usus yang mungkin terlibat. Pada studi individu dengan kolitis ulseratif
sering ditemukan memiliki antibodi p-antineutrophil cytoplasmic. Pada fenomena
yang diperantarai respon imun, terdapat kelainan humoral dan imunitas yang
diperantarai sel dan/atau reaktivitas umum terhadap antigen bakteri usus. Hilangnya
toleransi terhadap flora usus normal diyakini merupakan peristiwa utama dalam
patogenesis penyakit inflamasi usus. Faktor kerentanan genetik (kromosom 12 dan
16) adalah faktor yang dikaitakan dengan kolitis ulseratif. Sejarah keluarga yang
positif (diamati pada 1 dari 6 keluarga) berhubungan dengan risiko lebih tinggi untuk
terjadinya penyakit. Perokok pasif dikaitkan dengan kolitis ulseratif, sedangkan
perokok justru lebih rendah untuk terjadi kolitis ulseratif. Kondisi ini merupakan
fenomena terbalik dibandingkan dengan enteritis regional (chron’s disease). Faktor
konsumsi makanan, khususnya yang terbuat dari susu dapat mengeksaserbasi
(meningkatkan) respon penyakit. Pascaapendektomi mempunyai asosiasi negatif
dengan kolitis ulseratif. Infeksi tertentu telah terlibat dalam penyakit inflamasi usus,
misalnya campak, infeksi microbakteri atipikal. (Muttaqin & Sari, 2013, hal. 547)

D. Patofisiologi
Kolitis hanya melibatkan mukosa; kondisi ini ditandai dengan
pembentukanan abses dan deplesi dari sel-sel goblet. Dalam kasus yang berat, sub
mukosa mungkin terlibat; dalam beberapa kasus, makin dalam lapisan otot dinding
kolon juga terpengaruh.
Kolitis akut berat dapat mengakibatkan kolitis fulminan atau mega kolon
toksis, yang ditandai dengan penipisan dinding tipis, pembesaran, dilatasi usus besar
yang memungkinkan terjadinya perforasi. Penyakit kronis dikaitkan dengan
pembentukan pseudopolip pada sekitar 15-20% dari kasus. Pada kondisi kronis dan
berat juga dihubungkan dengan resiko penngkatan prekanker kolon, yaitu berupa
karsinoma in situ atau dispalsia. Secara anatomis sebagian besar kasus melibatkan
rektum; beberapa pasien juga mengalami mengembangkan ileitis terminal disebabkan
oleh katub dileocecal yang tidak kompeten. Dalam kasus ini, sekitar 30 cm dari ileum
terminal biasanya terpengaruh.
Selanjutnya terdapat beberapa perubahan imunologis akan terlibat, yaitu :
i. Akumulasi sel-T didalam lamina propia dari segmen kolon yang mengalami
peradangan. Pada pasien dengan ulseratifkolitis, ini adalah sel-T sitotoksik ke
epitel kolon. Perubahan ini disertai dengan peningkatan populasi sel-B dan sel
plasma, dengan peningkatan produksi imunoglobulin-G (Ig-G) dan
imunoglobulin-E (Ig-E).
ii. Biopsis sampel kolon dari pasien dengan kolitis ulseratif dapat menunjukkan
peningkatan secara signifikan tingkat Platelet-Activating Factor (PAF). Pelepasan
PAF dirangsang oleh leukotrienes, endotoksin, faktor lain yang mungkin
bertanggung jawab atas peradangan mukosa, namun proses ini tidak jelas.
iii. Antibody antiklonik telah terdeteksi pada pasien dengan ulseratif kolitis.
Respon awal kolitis ulseratif adalah edema yang berlanjut pada terbentuknya
jaringan parut dan pembentukan ulkus disertai adanya perdarahan. Lesi berlanjut,
yang terjadi secara bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit
mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Pada kondisi ini,
penipisan didnding usus atau ketebalan normal, tetapi dengan adanya respons
inflamasi lokal yaitu edema, serta akumulasi lemak dan hipertrofi dari lapisan otot
dapat memberikan kesan dinding usus menebal sehingga memberikan manifestasi
penyempitan lumen usus dan terjadi pemendekan dari usus. (Muttaqin & Sari, 2013,
hal. 547)
E. Faktor Resiko

Faktor resiko yg mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori blum dibedakan
menjadi 4 faktor, yaitu : faktor biologi, falktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan
faktor perilaku.

 Faktor biologi : jenis kelamin : wanita beresiko lebih besar dibandig laki-laki. Usia :
15-25 tahun, dan lebih dari 50 tahun, genetik/familial : riwayat keluarga dengan
kolotis
 Faktor lingkungan : lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yg kurang baik. Nutrisi
yg buruk
 Faktor perilaku : kegemukan (obesitas). Merokok. Stress atau emosi. Pemakaian
laksatif yg berlebihan. Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol,
kafein, kacang, popcorn, makan pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini.
Keterlambatan dalam mencari pengobatan, tidak melakukan pemeriksaan rutin
kesehatan.
 Faktor pelayanan ksehatan : minimnya pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya
sarana dan prasarana yg memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi.
Kekeliuran dalam diagnosis dan terapi. Tidak adanya program yg adekuat dalam
proses skrining awal penyakit.

F. Manifestasi Klinik

Kebanyakan gejala kolitis ulserativa pada awalnya adalah berubapa buang air besar yang
lebih sering gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare
berdarah.pasien juga dapa mengalami:

 Anemia
 Fatigue/kelelahan
 Berat badan menurun
 Hilangnya napsu makan
 Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
 Lesi kulit dan mata
 Nyeri sendi
 Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
 Buang air besar beberapa kali dalam sehari(10-20 kali sehari)
 Terdapat darah dan nanah dalam kotoran
 Perdarahan rektum (anus)
 Rasa tidak enak di bagian perut
 Mendadak perut terasa mulas
 Kram perut
 Sakit pada persendihan
 Rasa sakit yang hilang timbul pada rektum
 Anoreksia
 Hipokalsemia

G. Komplikasi

Perdarahan, merupakan komplikasi yg sering menyebabkan anemia karena kekurangan zat besi.
Pada 10% penderita. Seangan pertama sering menjadi berat. Dengan perdarahan yg hebat, perforasi atau
penyebaran infeksi.

Kolitis toksik, terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan dinding usus. Kerusakan ini menyebabkan
terjadinya ileus, dimana pergerakan dinding usus terhenti, sehinggan isi usus tidak terdorong di dalam
salurannya. Perut tampak menggelembung. Usus besar kehilangan ketegangan ototnya dan akhirnya
mengalami pelebaran.

Kanker konlon (kanker usus besar). Resiko kanker usus besar meningkat pada orang yang menderita
kolitis ulserativ yg lama dan berat :

a.Fistula dan fisura abses rectal


b.Dialatasi toksik atau mengkolon
c.Perforasi usus
d.Karsinoma kolon
H. Pathway

Colitis (Aru,

2010)

Faktor predisposisi fenomena autoimun, faktor genetik, perokok pasif, diet,


pascaapendektomi dan infeksi

Respons peningkatan progresifitas kolitis

Kolitis ulseratif

Jaringan parut dan pembentukan ulkus pada

Obstruksi usus Penyempitan lumen Gangguan Perdarahan


megakolom toksis intestinal gastrointestinal
Respon psikologis
refraktor terhadap
terapi farmakologi
perdarahan masif Kecemasan Gangguan Mual, muntah, anemia
pemenuhan informasi Transportasi kembung,
makanan anoreksia, diare
Intervensi bedah total
kolektomi dan
Kram Cepat lelah,
ileustomi
keletihan

Nyeri Intake nutrisi tidak


adekuat. Penurunan
berat badan. Output Defisit
preoperatif pascaoperatif cairan berlebih perawatan
Kerusakan diri
Respon psikologis Port de jaringan
entree Ketidakseimbangan
misinterpretasi pascabedah
pascabedah nutrisi kurang dari
perawatan dan
kebutuhan
penatalaksanaan
Risiko infeksi ketidakseimbangan
pengobatan
cairan dan
elektrolit

Kecemasan
pemenuha Penurunan kemampuan batuk Aktual/risiko ketidakseimbangan
n informasi efektif bersihan jalan nafas
i. Pemeriksaan Diagnostik

o Contoh feses (pemeriksaan dilakukan dalam diagnosa awal dan selama penyakit) : terutama
mengandung mukosa, darah, pus, dan organisme khususnya entomoeba histolytica.
o Protosigmoi doskopi : memperlihatkan ulkus, edema, hipermia, dan inflamasi ( akibat infeksi
sekunder mukosa dan submukosa) area itu menurun fungsinya dan perdarahan karena nekrosis
dan ulkus terjadi pda 35% bagian ini.
o Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan
neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yg disebut abses lpisan bawah.
o Enema bartum,dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun jarang
dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.
o Kolonoskopi : mengindentifikasi adosi, perubahan lumen dinding, menunjukan obstruksi usus.
o Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah. Masa protomlain: memanjang pada kasus
berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan kekurangan vitamin K
o ESR: meningkat karena beratnya penyakit trombosit dapat terjadi karena proses penyakir
inflamasi
o Elektrolit : penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat

i. Penatalaksanaan
1. Terapi Farmakologi
Tujuan terapi farmakologi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk
mencegah komplikasi, dengan pertimbangan terapi berikut ini:
a. Tumor necrosis factor (TNF) inhibitirs. Agen ini
mencegah sitokin endogen dari mengikat ke reseptor
permukaan sel dan mengarahkan aktivitas biologis.
b. Immunomodulators. Agen ini mengatur faktor-faktor
kunci dari system kekebalan.
c. Antibiotic. Belum terbukti memberikan keuntungan
yang konsisten dari beberapa uji coba terkontrol untuk
pengobatan colitis yang parah dan dapat membantu
menghindari suatu infeksi yang mengancam jiwa.
d. Kortikosteriod. Digunakan dalam moderat hingga berat
kasus aktif untuk induksi remisi. Agen ini tidak
memiliki manfaat dalam mencegah remisi; pengguna
jangka panjang dapat menyebabkan efek samping.
(Muttaqin & Sari, 2013, hal. 552)
2. Terapi Bedah
Bedah memainkan peran integral dalam pengobatan colitis ulseratif untuk
mengontrol dan mengobati gejala komplikasi. Pembadahan dilakukan sesuai
dengan kondisi klinik individu. Beberapa jenis pembedahan pada colitis
ulseratif, meliputi; subtotal colektomi with ileous tomy and hartmann’s pouch,
total proctocolectomi with ileous tomi, total abdominal colectomy with ileal
rectal anastomosis, total porctocolostomi with continent (kock) pouch, total
proctokolostomi with ileal pouch anal anastomosis, anatransition zone
preservation, dan diverting ilenstomy.
Pertimbangan untuk total colectomy adalah sebagai berikut;
a. Revraktori penyakit dengan kegagalan terapi medis.
b. Terdapat bukti karsinoma atau diplasia.
c. Pendarahan parah.
d. Colitis fulminant tidak responsive terhadap pengobatan.
e. Megakolon toksik
f. Berforasi
g. Obstruksi dan striktur dengan kecurigaan untuk kanker
h. Sistemik komplikasi dari obat, khususnya steroid
i. Gagal tumbuh pada anak-anak. (Muttaqin & Sari, 2013, hal. 553)

j. Klasifikasi
Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronis pada kolon yang berdasarkan
penyebab dapat diklasifikasi sebagai berikut:
ii. Kolitis infeksi misalnya shigelosis, kolitis tuberkolosa, kolitis amebik, kelotis
pseodomembran, kolitis karena virus atau bakteri atau parasit lain.
iii. Kolitis non-infeksi misalnya kolitis ulseratif, penyakit chron’s, kolitis radiasi,
kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik. (Lestari, 2009, hal. 97)
k.Komplikasi
i. Ketidakseimbangan elektrolit
ii. Dehidrasi, malnutrisi dan anemia
iii. Obstruksi dan perforasi usus
iv. Hemoragi
v. Syok
vi. Fistula dan peritonitis
vii. Abses perianal, fistula, dan fisura
viii. Depresi. (Lestari, 2009, hal. 99)
BAB III
KONSEP ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian
a. Identitas
Pada umumnya semua orang berpotensi untuk terkena peyakit colitis atau dapat
terjadi pada setiap kelompok usia, tetapi kondisi ini umumnya mulai terjadi pada
mereka yang berusia dibawah 30 tahun (Dr.Marianti, 2018)
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Keluhan nyeri biasanya bersifat kronis, yaitu berupa nyeri kram pada kuadran
periumbilikal kiri bawah. Kondisi rasa sakit bisa mendahului diare dan
mungkin sebagian pasien melaporkan perasaan nyaman setelah BAB. Diare
biasanya disertai darah. Pasien melaporkan mengeluarkan feses cair 10 – 20
kali sehari. Pasien juga mengeluh saat BAB seperti ada yang menghalangi.
(Muttaqin & Sari, 2013, hal. 549)
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Biasanya pasien mengeluh perdarahan anus, diare, dan sakit perut. (Muttaqin
& Sari, 2013, hal. 549)
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang, kondisi ringan karena kolitis
adalah penyakit mukosa yang terbatas pada kolon, gejala yang paling umum
adalah perdarahan anus, diare, dan sakit perut. Pada kondisi kelotis berat
terjadi sekitar 10% dari pasien, di dapat keluhan lainnya yang menyertai,
seperti peningkatan suhu tubuh, mual, muntah, anoreksia, perasaan lemah, dan
penurunan nafsu makan. Pasien dengan colitis yang parah dapat mengalami
komplikasi yang mengancam nyawa, termasuk pendarahan parah, megakolon
toksik, atau perforasi usus. (Muttaqin & Sari, 2013, hal. 549)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit dahulu penting digali untuk menentukan penyakit dasar yang
menyebabkan kondisi enteritis regional. Pengkajian predisposisi seperti genetik,
lingkungan, infeksi, imunitas, makanan, dan merokok perlu didokumentasikan.
Anamnesis penyakit sistemik, seperti DM, hipertesi, dan tuberkulosis
dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian preoperatif. (Muttaqin & Sari, 2013,
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Kesadaran klien yang terdiri atas compos metis, apatis, somnolen, sopor,
atau koma. (Muttaqin, 2012, hal. 87)
b) Tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan colitis biasanya
didapat peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas
meningkat apabila disertai napas, denyut nadi biasanya meningkat seirama
dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernapasan dan tekanan
darah biasanya sesuai dengan adanya peyakit penyulit seperti hipertensi.
(Muttaqin, 2012, hal. 86)
2) Head To Toe
a) Kepala dan leher
 Rambut: tidak terdapat kelainan pada rambut kecuali jika
adanya komplikasi penyakit rambut yang menyertai
 Mata : perubahan tingkat kesadaran berhubungan dengan penurunan
perfusi ke otak pasien dengan episkleritis dapat hadir dengan
erythematous yang menyakitkan mata.
 Hidung : tidak terdapat kelainan pada hidung kecuali jika
adanya komplikasi penyakit hidung yang menyertai
 Telinga: tidak terdapat kelainan pada telingan kecuali jika adanya
komplikasi penyakit telinga yang menyertai
 Leher : tidak terdapat kelainan pada leher kecuali jika adanya
komplikasi penyakit leher yang menyertai. (Muttaqin & Sari,
2013, hal. 550)
b) Dada
 Jantung : takikardi dapat mewakili anemia atau hipovolemia.
Turgor kulit ˃ 3 detik menandakan gejala dehidrasi
 Paru : takipnea dapat hadir karna sembelit atau sebagai mekanisme
kompensasi asidosis dalam kasus dehidrasi parah. (Muttaqin
& Sari, 2013, hal. 549)
c) Ketiak
Biasanya tidak terjadi
d) Abdomen
Ispeksi: kram abdomen di dapatkan. Perut di dapatkan kembung pada
kondisi kronis, status nutrisi bisa di dapatkan tanda – tanda
kekurangan gizi, seperti atrofi otot dan pasien terlihat kronis
Auskultasi: bising susu bisa normal, hiperaktif atau hipoaktif. Nada
gemerincing bernada tinggi dapat ditemukan pada kasus –
kasus obstruksi.
Palpasi: nyeri tekan abdomen, menunjukan penyakit parah dan
kemungkinan perforasi. Nyeri lepas dapat terjadi pada kuadran
kanan bawah. Sebuah massa dapat teraba menunjukan obstruksi
atau megakolon. Pembesaran limpa mungkin menunjukan
hipertensi portal dari hepatitis autoimun terkait atau kolanitis
sklerosis
Perkusi: nyeri ketuk dan tympani akibat flatulen. (Muttaqin & Sari, 2013,
hal. 550)
e) Genitalia
Biasanya dapat terjadi peradangan pada area anus karena sering
mengalami diare
f) Ekstemitas
Kelemahan fisik umum sekunder dari keletihan dan pemakaian energi
setelah nyeri dan diare. Nyeri sendi adalah gejala umum yang ditemukan
pada penyakit inflamasi usus. Sendi besar, seperti lutut, pergelangan kaki,
pergelangan tangan, dan siku, yang paling sering terlibat, tetapi setiap
sendi dapat terlibat. (Muttaqin & Sari, 2013, hal. 550)
g) Kulit dan kuku
Pada integumen, kulit pucat mungkin mengungkapkan anemia, penurunan
turgor kulit dan kasus dehidrasi, eritemanodosum dapat terlihat pada
permukaan ekstensor. (Muttaqin & Sari, 2013, hal. 550)

e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Temuan pada pemeriksaan laboratorium dalam evaluasi kolitis urseratif
mungkin menunjukan tanda – tanda berikut:
a) Anemia (yaitu hemoglobin ˂ 14 g/dL pada pria dan ˂12 g/dL pada
wanita
b) Trombositosis (yaitu platelet ˃350.000/μL)
c) Peningkatan tingkat sedimentasi (variabel reverensi rentang, biasanya 0-
33 mm/jam) dan peningkatan C-reaktive protein (yaitu ˃100 mg/L).
Kedua temuan ini berkolerasi dengan aktivitas penyakit
d) Hipoalbiminemia (yaitu albumin ˂5,3 g/dl)
e) Hipokalemia (yaitu kalium ˂3,5 mEq/L)
f) Hipomagnesemia (yaitu magnesium ˂1,5 mg/dL)
g) Peningkatan alkalin fosfatase: lebih dari 125 μ/L menunjukan
kolangingitis sclerosing primer (biasanya ˃3 kali batas atas dari kisaran
referensi)
h) Pada diagnosis kolitis kronis, pemeriksaan feses yang cermat dilakukan
untuk membedakannya dengan disentri yang disebabkan oleh organisme
usus umum, ususnya entamoeba histolica. Feses positif terhadap darah.
(Muttaqin & Sari, 2013, hal. 550)
2) Pemeriksaan
radiografik
a) Foto polos abdomen
Sinar rontgen mungkin menunjukak dilatasi colon dalam kasus yang parah
bisa didapatkan megacolon toksik. Selain itu, bukti perforasi, obstruksi,
atau ileus juga dapat diamati.
b) Studi kontras barium enema
Barium enema dapat dilakukan dengan aman dalam kasus ringan. Dengan
barium enema dapat dilihat adanya megacolon toksik, kondisi ulkus, dan
penyempitan colon. Selain itu, enema barium akan menunjukkan
iregularitas mucosal, pemendekan kolon dan dilatasi lengkung usus.
c) CT Scan
Secara umum CT Scan memainkan peran kecil dalam diagnose colitis
ulseratif. Ct scan dapat menunjukkan penebalan diding colon dan dilatasi
bilayer primer kolangitis sclerosis. (Muttaqin & Sari, 2013, hal. 551)
3) Prosedur endoscopy
Prosedur endoscopy dapat menunjukkan mukosa yang rapuh, mukosa
terinflamasi dengan eksudat dan ulserasi. Temuan di sigmoidoscopi flaksibel
dapat memberikan diagnosis colitis. Tujuan lain dari pemeriksaan ini adalah
untuk mendokumentasikan sejauh mana progresifitas penyakit, untuk
memantau aktivitas penyakit, dan sebagai survailans untuk dysplasia atau
kanker. Namun berhati-hati dalam upaya colonoscopy dengan biopsi pada
pasien pada pasien dengan penyakit parah karena resiko yang mungkin
perforasi atau lainnya komplikasi. (Muttaqin & Sari, 2013, hal. 553)
f. Penatalaksanaan
1) Terapi Farmakologi
Tujuan terapi farmakologi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk
mencegah komplikasi, dengan pertimbangan terapi berikut ini:
a) Tumor necrosis factor (TNF) inhibitirs. Agen ini mencegah sitokin
endogen dari mengikat ke reseptor permukaan sel dan mengarahkan
aktivitas biologis.
b) Immunomodulators. Agen ini mengatur faktor-faktor kunci dari system
kekebalan.
c) Antibiotic. Belum terbukti memberikan keuntungan yang konsisten dari
beberapa uji coba terkontrol untuk pengobatan colitis yang parah dan dapat
membantu menghindari suatu infeksi yang mengancam jiwa.
d) Kortikosteriod. Digunakan dalam moderat hingga berat kasus aktif untuk
induksi remisi. Agen ini tidak memiliki manfaat dalam mencegah remisi;
pengguna jangka panjang dapat menyebabkan efek samping. (Muttaqin &
Sari, 2013, hal. 552)
2) Terapi Bedah
Bedah memainkan peran integral dalam pengobatan colitis ulseratif untuk
mengontrol dan mengobati gejala komplikasi. Pembadahan dilakukan sesuai
dengan kondisi klinik individu. Beberapa jenis pembedahan pada colitis
ulseratif, meliputi; subtotal colektomi with ileous tomy and hartmann’s pouch,
total proctocolectomi with ileous tomi, total abdominal colectomy with ileal
rectal anastomosis, total porctocolostomi with continent (kock) pouch, total
proctokolostomi with ileal pouch anal anastomosis, anatransition zone
preservation, dan diverting ilenstomy.
Pertimbangan untuk total colectomy adalah sebagai berikut;
a) Revraktori penyakit dengan kegagalan terapi medis.
b) Terdapat bukti karsinoma atau diplasia.
c) Pendarahan parah.
d) Colitis fulminant tidak responsive terhadap pengobatan.
e) Megakolon toksik
f) Berforasi
g) Obstruksi dan striktur dengan kecurigaan untuk kanker
h) Sistemik komplikasi dari obat, khususnya steroid
i) Gagal tumbuh pada anak-anak. (Muttaqin & Sari, 2013, hal. 553)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d. iritasi intestinal, diare,kram abdomen, respons pembedahan.


2. Risiki ketidak seimbangan cairan tubuh b.d. keluar cairan tubuh dari muntah.
3. Aktual/risiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yg
kurang adekuat

C. INTERVENSI DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN

g. Nyeri akut (Wilkinson, 2016, p. 296)


Tujuan : memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau
selalu):
- Mengenali awitan nyeri
- Menggunakan tindakan pencegahan
- Melaporkan nyeri yang dapat
dikendalikan Kriteria Hasil :
1) Mampu mengenali serangan nyeri.
2) Mampu mendeskripsikan penyebab nyeri.
3) Menggunakan teknik pencegahan nyeri, khususnya teknik non
farmakologis.
NO. Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional

1. Defisit Perawatan SLKI : perawatan diri SIKI 1: Dukungan


Diri perawatan diri
KH A T
Definisi: Tidak Kemampuam 2 5 Observasi :
mampu mandi 1. identifikasi
1. Untuk
melakukan atau Kemampuan 2 5 kebiasaan aktifitas
mengetahui
menyelesaikan mengenakan perawatan diri sesuai
kebiasaan
aktifitas pakaian usia
aktifitas
perawatan diri Kemampuan 2 5 2. Monitor tingkat
makan kemandirian 2. Pantau
kemandiria
Kemampuan 2 5 Terapeutik : n klien
ke toilet 1. sediakan
1. Untuk
( BAB/BAK) lingkungan yang
kenyamana
terapeutik (mis.
n dan
Suasana hangat,
privasi
Skskala Indikator rileks, privasi)
klien
2. siapkan keperluan
1 : Menurun pribadi ( mis. 2. Agar
2 : Cukup menurun Parfum, sikat gigi, kebutuhan
dan sabun mandi ) klien
3 : Sedang terpenuhi
4 : Cukup meningkat Edukasi:
1. Untuk
1. anjurkan
5 : Meningkat menjaga
melakukan
kesehatan
perawatan diri secara
klien
konsisten sesuai
kemampuan

SIKI 2 : Dukungan
perawatan diri :
BAB/BAK

Observasi
1. identifikasi
1. Untuk
kebiasaan
menjaga
BAK/BAB sesuai
kebersihan
usia
pasien
2. monitor integritas
kulit pasien 2. Pantau
kesehatan
Terapeutik : pasien
1. buka pakaian yang
1. Untuk
diperlukan untuk
menjaga
memudahkan
privasi
eliminasi
klien
2. dukung
penggunaan 2. Untuk
toilet/commode/pisp
menjaga
ot/urinal secara
kebersihan
konsisten
klien
Edukasi:
1. anjurkan 1. Untuk
BAK/BAB secara menimbulk
rutin an rasa
saling
SIKI 3 : percaya diri
Dukungan perawat klien
diri : berpakaian

Observasi :
1. identifikasi usia
1. Agar
dan budaya dalam
menjaga
membantu
kerapian
berpakaian/berhias
klien
Terapeutik :
1. sediakan
pakaianpada tempat 1. Untuk
yang mudah memudahka
dijangkau n klien
2. sediakan pakaian dalam
pribadi, sesuai berhias
kebutuhan
2. Untuk
memenuhi
Edukasi :
kebutuhan
1. informasikan
klien
pakaian yang
tersedia untuk 1. Untuk
dipilih, jika perlu memudahka
n klien
1.
dalam
2. merawat
kebersihan
diri
. Resiko infeksi SLKI : Tingkat infeksi SIKI 1 : Manajemen
imunisasi/vaksinasi
Definisi : KH A T
Berisiko Demam 2 5 Observasi :
1. untuk
mengalami Kemerahan 2 5 1. identifikasi
menjaga
peningkatan Nyeri 2 5 riwayat kesehatan
kesehatan
terserang Bengkak 2 5 riwayat alergi
klien
organisme 2. identifikasi status
patogenik Skala indikator : imunisasi setiap 2. agar
1 : meningkat kunjungan memudahka
2 : cukup menurun kepelayanan n dalam
3 : sedang kesehatan mengetahui
4 : cukup meningkat identitas
5 : meningkat Terapeutik : klien
1. berikan suntikan
1. untuk
pada bayi dibagian
memberika
paha anterolateral
n rasa aman
2. dokumentasikan
dan nyaman
informasi vaksinasi
kepada
( mis. Nama
klien
produsen, tanggal
kadaluarsa) 2. pantau gisat
dikumentasi
Edukasi : informasi
1. jelaskan tujuan, klien
manfaat, reaksi yang
1. untuk
terjadi, jadwal, dan
mengeduka
efek samping
si klien dan
terhindar
dari
SIKI 2 : Pencegahan
penggunaan
infeksi
oat yang
tidak sesuai
Observasi :
anjuran
1. monitor
2. pantau
tanda dan
gejala
gejala infeksi
infeksi
lokal dan
lokal dan
sistemik
sistemik
Terapeutik :
1. batasi jumlah 1. untuk
pengunjung menjaga
privasi
Edukasi : klien
1. jelaskan tanda dan
1. untuk
gejala infeksi
mengeduka
si klien
Kolaborasi :
1. kolaborasi
pemberian 1. agar
imunisasi, jika perlu menjaga
hubungan
SIKI 3 : Manajemen saling
lingkungan percaya

Observasi :
1. identifikasi
1. untuk
keamanan dan
menimbulk
kenyamanan
an rasa
lingkungan
aman dan
nyaman
Terapeutik :
kepada
1. atur posisi
klien
furniture dengan rapi
dan terjangkau 1. agar
2. atur suhu menetralisir
lingkungan yang penumpuka
sesuai n barang
yang tidak
Edukasi : digunakan
1.jelaskan cara
2. untuk
membuat lingkungan
menjaga
rumah yang aman
suhu pasien
agar tetap
stabil
1. untuk
menjaga
keamanan
dan
kenyamana
n
3. Aktual/resiko SLKI : Bersihan jalan SIKI 1 : latihan
ketidakseimbanga napas batuk efektif
n bersihan jalan Observasi :
napas KH A T
1. identifikasi 1. pantau
Batuk efektif 2 5 kemampuan kondisi
Definisi : Produksi 2 5 batuk klien
Ketidakmampuan sputum
membersihkan 2. monitor 2. pantau
sekret atau Mengik 2 5
adanya adanya
obstruksi jalan
retensi retensi
napas untuk
sputum sputum
mempertahankan Wheezing 2 5 Terapeutik :
jalan napas tetap
paten. Skala indikator : 1. atur posisi 1. agar
1 : menurun semi-fowler menjaga
atau fowler kenyamana
2 : cukup menurun
3 : sedang 2. pasang perlak n klien
4 : cukup meningkat dan bengkok
2. untuk
5 : meningkat di pangkuan
pasien menjaga
Edukasi : kebersihan
pasien
1. jelaskan tujuan
dan prosedur 1. untuk
batuk efektif mengeduka
kaloborasi : si prosedur
1. kolaborasi batuk
pemberian efektif
mukolitik atau 1. pantau
ekspektoran, pemberian
jika perlu mukolitik

SIKI 2 : Manajemen
jalan napas
Observasi :
1. monitor pola
napas 1. pantau pola
2. monitor bunyi
nafas klien
napas 2. pantau
tambahan bunyi nafas
Terapeutik : tambahan
1. pertahankan
1. untuk
kepatenan
jalan napas
menjaga
dengan heat- kestabilan
tilt dan chin- kondisi
lift klien
2. posisikan 2. untuk
semi-fowler menjaga
atau fowler kenyamana
n pasien
Edukasi :
1. anjurkan 1. pantau
asupan cairan asupan
2000 ml/hari, cairan
jika tidak harian klien
kontraindikasi
kolaborasi :
1. kolaborasi 2. agar dapat
pemberian memberika
bronkodilator, n rasa
ekspektoran, percaya diri
mukolitik, jika
klien
perlu

SIKI 3 : Pemantauan
respirasi
Observasi :
1. monitor 1. pantau
frekuensi,
kedalaman
irama,
kedalaman dan dan upaya
upaya napas nafas
2. monitor pola 2. pantau pola
napas nafas klien
Terapeutik :
1. atur interval
pemantauan 1. pantau
respirasi respirasi
sesuai kondisi kondisi
pasien pasien
2. dokumentasik
2. untuk
an hasil
pemantauan mendokume
Edukasi : ntasikan
hasil klien
1. jelaskan tujuan
dan prosedur 1. umtuk
pemantauan mengeduka
si klien
dalam
prosedur
kesehatan

D.Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari sebuah rencana intervensi dalam mencapai tujuan
yang spesifik. Tahapan implementasi dilakukan setelah rencana intervensi ditunjukan dan disusun
pada nursing orders dalam membantu klien dalam mencapai tujuannya. Karena itu rencana
intervensi yang baik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan. Serta tujuan dalam implementasi agar membantu klien mencakup peningkatan
kesehatan yang telah ditetapkan, pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan klien. Adapun
prinsip-prinsip dalam implementasi menurut Hidayat, 2007 antara lain:
1. Mempertahankan keamanan klien
Keamanan adalah fokus utama perawat dalam melakukan suatu tindakan. Dalam hal ini, jika seorang
perawat dalam melakukan suatu tindakan membahayakan pasien maka hal tersebut akan dianggap sebagai
pelanggaran etika standar keperawatan profesional, tetapi itu.
juga merupakan tindakan hukum yang dapat menuntut perawat
tersebut.
2. Memberikan asuhan yang efektif
Asuhan yang efektif merupakan asuhan yang harus sesuai dengan apa yang dilakukan. Semakin banyak
pengetahuan yang dimiliki seorang perawat maka akan semakin efektif asuhan yang diberikan kepada
pasien.
3. Memberikan asuhan seefisien mungkin
Asuhan yang efisien merupakan asuhan yang diberikan perawat menggunakan waktu yang sebaik
mungkin sehingga dapat menyelesaikan masalah.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan yang intelektual dalam melengkapi sebuah proses keperawatan
yang menandakan dalam keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya. Dalam tahap evaluasi memungkinkan bagi seorang perawat untuk memonitor
kealpaan yang terjadi selama pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi evaluasi
(Nursalam, 2008).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolitis ulseratif adalah penyakit radang usus besar pada kolon dan rektum yang berlangsung lama yang
menyebabkan luka atau lesi. Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui. Faktor yang berperan dalam
penyakit kolitis ulseratif adalah faktor genetik karena sistem imun dalam tubuh terhadap virus atau
bakteri yang menyebabkan terus berlangsungnya peradangan dalam dinding usus. Faktor lingkungan
juga berpengaruh misalnya diet, diet rendah serat makanan dan menyusui. Gejala utama kolitis ulseratif
adalah diare, nyeri abdomen, tanesmus, dan perdarahan rektal. Tindakan medis yang dilakukan dengan
cara memberi terapi obat- obatan dan dilakukan pebedahan. Sedangkan tindakan keperawatannya
masukan diet dan cairan dan psikoterapi.

B. Saran

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menyelesaikan
DAFTAR PUSTAKA

Aru, S. W. (2010). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Interna Publishing.

Dr.Marianti. (2018, juli 10). Kolitis Ulseratif. Retrieved september 5, 2018, from

Alodoker:https://www.alodokter.com/kolitis-ulseratif

Lestari, A. P. (2009). Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin & Sari, A. ,. (2013). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.

Wilkinson. (2016). Diagnose Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai