ATRESIA ANI (POST OP) PSARP DI RUANG ASTER RSD DR. SOEBANDI
JEMBER
oleh :
Haidar Ali, S.Kep
NIM 202311101021
B. Penyebab
Penyebab atresia ani belum diketahui secara pasti dan tidak ada factor risiko yang
diketahui dapat mempengaruhi seseorang memiliki anak dengan atresia ani (Levitt
dan Pena, 2010).
C. Klasifikasi
Atresia Ani dapat di klasifikasikan berdasarkan jenis kelamin yakni sebagai
berikut (Levitt dan Pena, 2010).
1) Pada Laki-laki
a) Rectoperineal Fistulas
Rectoperineal Fistulas atau cacat rendah digunakan untuk kelainan yang
tejadi pada anus bagian anterior. Pada kelainan ini bagian anterior
yang penempatannya salah. Fistula tidak membuka kedalam perineum,
melainkan mengikuti saluran garis tengah subepitel sehingga membuka
di sepanjang garis tengah perineum raphe, scrotum, atau pangkal penis.
Istilah lain yang digunakan untuk kelainan ini yaitu anus tertutup
(covered anus), anal membrane, anteriorly mislocated anus, dan
bucket-handle malformations (Levitt dan Pena, 2010).
4. Mekonium keluar dari tempat yang salah, misalnya lewat uretra, vagina,
skrotum atau pangkal penis
F. Penatalaksanaan
a) Kolostomi
ATRESIA ANI
Vistel
Feces Tidak Rektovaginal
Keluar
Peningkatan Tekanan
Reabsorbsi Sisa
Intra Abdomen Mikroorganisme Masuk
Metabolisme oleh Tubuh
Saluran Kemih
Dysuria
Operasi: Mual, Penumpukan Sisa
Anoplasti Muntah Metabolisme
Colostomi
Ansietas
Pengeluaran Trauma
Tidak Jaringan
Terkontrol
Nyeri
Kurang
Iritasi Mukosa informasi Defisit Pengetahuan
penyakit
Nyeri Akut
Resiko Kerusakan
Integritas Kulit
H. Masalah keperawatan yang perlu dikaji
1) Identitas
Terdiri atas nama, jenis kelamin, alamat, usia, pekerjaan, dan status
perkawinan.
2) Fokus Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui
masalah pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari
proses keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung
dari pengkajian. Konsep teori yang difunakan penulis adalah model
konseptual keperawatan dari Gordon.
Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang
meliputi:
a) Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan
di rumah.
b) Pola nutrisi – Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umu terjadi pada pasien
dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan
mungkin terganggu oleh mual dan muntah dampak dari anestesi.
c) Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru
maka tubuh dibersihkan dari bahan - bahan yang melebihi
kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani
tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan
mengalami kesulitan dalam defekasi.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menhindari
kelemahan otot.
5) Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran,
penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam
menjawab pertanyaan.
6) Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena
nyeri pada luka inisisi.
7) Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image,
body comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan
karena dampak luka jahitan operasi.
8) Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan
sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
9) Pola reproduksi dan Seksual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagi alat
reproduksi.
10) Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan,
rumah.
11) Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerapkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian.
Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan
pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
3) Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani
adalah anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak
ileus obstruksi, termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan
oleh jaringan, pada auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa
mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan
vagina.
a) Keadaan umum: Klien lemah
b) Tanda-tanda vital
Nadi : 120 – 140 kali per menit
Tekanan darah : -
Suhu : 36,5-37,5 oC
RR : 40-60 kali per menit
BB : >2500 gr
TB : normal
c) Data sistematik
1) System kardiovaskuler
Tekanan darah normal, Denyut nadi normal (120-140 kali per
menit)
2) System respirasi dan pernafasan
Klien tidak mengalami gangguan pernapasan
3) System gastrointestinal
Klien mengalami muntah-muntah, perut kembung dan
membuncit pada 24-28 jam setelah lahir. Tidak ditemukan
adanya saluran anus.
4) System musculosceletal
Klien tidak mengalami gangguan sistem musculoskeletal
5) System integument
Klien tidak mengalami gangguan system integument
6) System perkemihan
Pada bayi laki-laki terdapat mekonium di dalam urine, dan
pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan
mekonium dalam vagina.
4) Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :
a) Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
b) Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan
untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari
sfingternya.
c) USG terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam
system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti
obstruksi oleh karena massa tumor.
d) CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
e) Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari.
4.Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b.d prosedur operasi
b) Risiko defisit nutrisi
c) Risiko infeksi (efek prosedur invasi)
d) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
5. Rencana Tindakan Keperawatan
2. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama Pemantauan nutrisi (1.03123)
7x24 jam maka motalitas gastrointestinal dapat 1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi
membaik dengan kriteria hasil: asupan
1. Mual menurun 2. Identifikasi kemampuan menelan
2. Muntah menurun 3. Identifikasi kelainan eliminasi
3. Suara peristaltik kembali normal 4. Monitor asupan oral
5. Monitor hasil llaboratorium
6. Hitung perubahan berat badan
3. Risiko infeksi (efek Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan infeksi (I.14539)
prosedur invasi) 7x24 jam maka pasien tidak beresiko infeksi, 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah
dengan kriteria hasil : kontak dengan pasien dan lingkungan
1. Integrtas kulit meningkat pasien
2. Imunisasi meningkat 2. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
3. Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC) beresiko tinggi
3. Kolaborasi pemberian imunisasi
Pemantauan tanda vital (I..02060)
1. Monitor nadi
2. Monitor Pernapasan
3. Monitor Suhu tubuh
4. Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Edukasi Kesehatan (I.12383)
kurang terpapar informasi 7x24 jam maka tingkat pengetahuan keluarga 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
pasien membaik, dengan kriteria hasil : menerima informasi
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat 2. Sediakan materi dan media pendidikan
2. Kemampuan menjelaskan pengetahuan kesehatan
tentang suatu topik meningkat 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
3. Perilaku membaik kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
DAFTAR PUSTAKA
Levitt, M. A., dan A. Pena . 2010. Chapter 36- Imperforate Anus and Cloacal
Malformations.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9781416061274000367
[Diakses pada 17 Februari 2021]