KELOMPOK 6
Muhammad Vijay 20130103
Abigail Regina Mozes 21130001
Delawat Asbi 21130002
Desiana Nikolaas 21130003
Nining Hartaty Pati 21130004
Sela Maharani 21130005
Alni Amtari Lestaluhu 21130006
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat
dan Hidayahnya sehingga Tugas Asuhan Keperawatan Pertusis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami juga berterima kasih kepada dosen pembimbing KMB Sirkulasi yang telah memberikan
kami tugas Asuhan Keperawatan Pertusis sehingga kami dapat memahami Asuhan Keperawatan
Pertusis.
Kelompok Kami juga menyadari bahwa Tugas Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan, Sehingga kami membutuhkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak untuk tugas kami ini. Harapan kami, semoga tugas Asuhan Keperawatan Pertusis ini
dapat dipahami dan bermanfaat bagi yang membacanya. Kurang dan lebihnya kami mohon maaf.
Terima Kasih.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Depan
Kata Pengantar .......................................................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................................
B. Tujuan ........................................................................................................................
BAB II : TEORI PERTUSIS
A. Pengertian Pertusis .....................................................................................................
B. Etiologi Pertusis .........................................................................................................
C. Manifestasi Klinis Pertusis ........................................................................................
D. Patofisiologi Pertusis .................................................................................................
E. Cara Penularan ...........................................................................................................
F. Komplikasi .................................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................
H. Penatalaksanaan ........................................................................................................
I. Pencegaha Pertusis .....................................................................................................
J. Diagnosa Banding ......................................................................................................
K. Asuhan Keperawatan .................................................................................................
BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN PERTUSIS
A. Laporan Kasus Pertusis ..............................................................................................
B. Pengkajian Keperawatan Pertusis ..............................................................................
C. Diagnosa Keperawatan Pertusis .................................................................................
D. Intervensi Keperawatan Pertusis ................................................................................
E. Implementasi Keperawatan Pertusis ..........................................................................
F. Evaluasi Keperawatan Pertusis ..................................................................................
Kesimpulan ...........................................................................................................................
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut data WHO, penderita penyakit pertussis berkisar sekitar 30 sampai 50 juta kasus
per tahunnya. Dampak akhir dari penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Penyakit Pertusis
dapat diderita oleh semua orang tetapi penyakit ini lebih serius bila terjadi pada bayi. Penyakit
pertusis terlebih dahulu menyerang saluran pernapasan bagian atas melalui udara ataupun
percikan, kuman pathogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah ketika sistem pertahanan
tubuh menurun (Sumiyati, 2015).
Pertusis dalam kondisi berat dapat menyebabkan komplikasi pneumonia, terutama pada
anak kurang gizi dan anak dengan gangguan sistem imun (Monita, Yani dan Lestari, 2015). Untuk
lebih cepat dalam menganalisis penyakit ini diperlukan suatu teknologi komputer agar dapat
dideteksi sedini mungkin. Tujuan dari deteksi dini ini adalah agar memudahkan dalam
mengidentifikasi gejala, resiko dan penyebarannya.
B. Tujuan
1. Mengetahui Teori Pertusis.
2. Mengetahui asuhan keperawatan Pertusis.
1
2
BAB II
TEORI PERTUSIS
A. Pengertian Pertusis
Pertusis atau whooping cough adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan
yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat
spasmodik dan paroksimal disertai nada yang meninggi karena penderrita menarik napas
hingga akhir batuk. (Rampengan dan Laurent, 1997). Pertusis adalah infeks saluran pernapasan
akut. Istilah yang lebih disukai yaitu batuk rejan atau whooping cough. (behrman dkk, 1996).
Pertusis lebih dikenal dengan batuk rejan (whooping cough).
B. Etiologi Pertusis
Pertusis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bordetella pertusis, dan
atau bordetella parapertusis. Pertusis pertama kali dapat diisolasi pada tahun 1990 oleh Bordet
dan Gengou, kemudian pada tahun 1906 kuman pertusis baru dapat dikembangkan dalam
media buatan. Genus Bordetella mempunyai 4 spesies yaitu Bordotella pertusis, Bordetella
Parapertusis, Bordotella Bronkiseptika, dan Bordotella Avium. Bordotella pertusis adalah satu-
satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram negatif, tidak bergerak dan ditemukan dengan
melakukan swab pada daerah nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet Gengou
(Arif Mansjoer, 2000)
C. Manifestasi Klinis Pertusis
1. Masa tunas 7-14 hari
2. penyakit dapat berlangsung sampai 6 minggu atau lebih
3. Tahap kataral/kataralis (tahap awal penyakit)
Dimulai dengan gejala-gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti batuk ringan
terutama malam hari bisa disertai pilek, anoreksia, serak dan demam derajat rendah. Batuk
semakin lama bertambah berat dan terjadi pada siang dan malam hari. Stadium ini
berlangsung 1-2 minggu.
4. Tahap paroksimal/spasmodik
Paling sering terjadi batuk pada malam hari dan pendek, batuk makin kuat & terus-menerus
diakhiri bunyi whoop (tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking), gelisah,
muka merah, berkeringat, pembuluh darah wajah dan leher melebar, sianosis. Anak dapat
3
terkencing-kencing bahkan sampai mata merah. Tertawa atau menangis dapat memicu
batuk, tahap ini umumnya 4-6 minggu terakhir, diikuti dengan tahap konvalensi.
5. Tahap kovalensi
Ditandai dengan berhentinya whoop dan muntah-muntah dimana puncak serangan
paroksimal berangsur-angsur menurun, nafsu makan membaik Batuk masih menetap
beberapa waktu dan hilang sekitar 2-3 minggu.
D. Patofisiologi Pertusis
Bordotella pertusis setelah ditularkan melalui sekresi udara pernapasan kemudian
melekat pada silis epitel saluran pernapasan. Mekanisme pathogenesis infeksi oleh Bordotella
pertusis terjadi melalui empat tingkatan yaitu perlekatan, perlawanan terhadap mekanisme
pertahanan pejamu, kerusakan local dan akhirnya timbul penyakit sistemik. Pertusis Toxin(PT)
dan protein 69-Kd berperan pada perlekatan Bordotella pertusis pada silia. Setelah terjadi
perlekatan, Bordotella pertusis kemudian bermultiplikasi dan menyebar ke seluruh permukaan
epitel saluran nafas. Proses ini tidak invasive oleh karena pada pertusis tidak terjadi
bakteremia. Selama pertumbuhan Bordotella pertusis maka akan menghasilkan toksin yang
akan menyebabkan penyakit yang kita kenal dengan whooping cough.
Toksin terpenting yang dapat menyebabkan penyakit disebabkan karena pertusis toxin.
Toksin pertusis mempunyai 2 sub unit yaitu A dan B. Toksin sub unit B selanjutnya berikatan
dengan reseptor sel target kemudian menghasilkan sub unit A yang aktif pada daerah aktivasi
enzim membrane sel. Efek LPF menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke daerah
infeksi.Toxin mediated adenosine disphosphate (ADP) mempunyai efek mengatur sintesis
protein dalam membrane sitoplasma berakibat terjadi perubahan fungsi fisiologis dari sel target
termasuk lifosit (menjadi lemah dan mati), meningkatkan pengeluaran histamine dan
serotonin, efek memblokir beta adrenergic dan meningkatkan aktivitas insulin sehingga akan
menurunkan konsentrasi gula darah. Toksin menyebabkan peradangan ringan dengan
hyperplasia jaringan limfoid peribronkial dan meningkatkan jumlah mukosa pada permukaan
silia, maka fungsi silia sebagai pembersih terganggu sehingga mudah terjadi infeksi sekunder
(tersering oleh Streptococcus pneumonia, H. influenza, staphylococcus aureus).
Penumpukan mucus akan menimbulkan plug yang dapat menyebabkan obstruksi dan
kolaps paru. Hipoksemia dan sianosis disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigenasi pada
4
saat ventilasi dan timbulnya apnea saat terserang batuk. Terdapat perbedaan pendapat
mengenai kerusakan susunan saraf pusat, apakah akibat pengaruh langsung toksin ataukah
sekunder sebagai akibat anoksia.Terjadi perubahan fungsi sel yang reversible, pemulihan
tampak apabila sel mengalami regenerasi. Hal ini dapat menerangkan mengapa kurangnya efek
antibiotic terhadap proses penyakit. Namun terkadang Bordotella pertusis hanya menyebabkan
infeksi yang ringan, karena tidak menghasilkan toksin pertusis.
F. Komplikasi
1. Pneumonia, biasanya menyebabkan kematian.
2. Ateletaksis
3. Otitismedia
4. Konfulsi
5. Haemoragic pada subarchmoid, subconjuktival epitaksis
6. Kehilangan berat badan dan dehidrasi
7. Hernia
8. Prolaps rectum
9. Otitis media (pada bayi)
10. Bronkitis
11. Emfisema
12. Bronkietaksis
13. Apabila sebelumnya sudah ada TBC dapat memperberat
5
G. Pemeriksaan pennjang
1. Hapusan sekret dinasofaring posterior atau lendir yang dimuntahkan.
2. Hapusan darah tepi dijumpai leukositosis dengan nilai 20.000-30.000/mm³ dengan
limpositosis predominan terjadi sekitar 60% terutama stadium kataralis.
3. Ditemukan kuman pada biakan atau dengan pemeriksaan imunofluoresen
4. Uji Ouchterlony, gel agar imunodifusi untuk memperlihatkan presipitasi antibodi pertusis
dengan ekstra B.Pertusis fase I. Presipitin terlihat 1-3 hari
H. Penatalaksanaan
1. Terapi antimikrobial, seperti eritromisin, untuk membatasi penyebaran infeksi. Eritromisin
yang diberikan 40-50mg/kg/24jam yang diberikan secara oral dengan dosis terbagi 4
(maksimum 2g/24 jam) selama 14 hari
2. Isolasi, sekurang-kurangnya 5 hari sesudah mulai terapi eritromisin.
3. Pemberian imunoglobulin pertusis
4. Pengobatan suportif :
a. Membutuhkan hospitalisasi untuk bayi, anak-anak yang dehidrasi atau yang
mendapatkan komplikasi
b. Bedrest
c. Peningkatan pemberian oksigen
d. Cairan adekuat
e. Intubasi yang mungkin diperlukan. Dukungan ventilator mungkin dibutuhkan untuk
gagal napas dengan apneu yang lama.
f. Salbutamol 0,1 mg/kg melalui oral diberikan empat kali sehari
g. Imunisasai sebagai upaya pencegahan dengan vaksin pertusis. Tujuan imunisasi yaitu
memproteksi individu dari sakit dari batuk berat dan pengendalian penyakit endemik
dan epidemik.
I. Pencegahan Pertusis
1. Pemberian imunisasi DPT pada bayi, dan DT pada anak SD
2. Bayi 0-1 tahun vaksin DPT 3 kali, mulai umur 2 minggu dan selang minimal 1 bulan
3. Diulang umur 6-7 tahun melalui BIAS
6
4. Penundaan imunisasi sebaiknya tidak menunggu sampai anak berusia lebih dari satu tahun
J. Diagnosa Banding
1. Infeksi oleh karena B.Parapertusis, B. Bronchiseptica dan adenovirus mempunyai gejala
mirip yang membedakan adalah hasil biakan kuman
2. Trakeobronkitis
3. Bronkiolitis
4. Pneumonia intertitialis
K. Asuhan Keperawatan Pertusis
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
1) Umur : Biasanya menyerang anak umur 1-5 tahun
2) Jenis Kelamin : Lebih benyak anak laki-laki daripada anak perempuan
b. Riwayat penyakit sebelumnya : Apakah klien mendapatkan imunisasi DPT lengkap
c. Dasar data pengkajian fisik
1) Makanan/cairan
2) Pola eliminasi
3) Aktifitas/istirahat
4) Pola persepsi kesehata dan pemeliharaan kesehatan
5) Pola aktivitas dan latihan
6) Pola tidur dan istirahat
7) Pemeriksaan fisik
a) Neorosensori
Data subjectif : sakit kepala daerah frontal (pilek)
Data Objektif : kurang konsentrasi
b) Pernafasan
Gejala :
(1) Batuk batuk ringan pada siang hari
(2) Pilek
(3) Sesak
(4) Batuk panjang tidak ada inspirium dan diakhiri whoop
7
Tanda :
(1) Bunyi nafas terdengar ronchi atau mengi
(2) Pucat/sianosis pada bibir/kuku
c) Pemeriksaan klinis
(1) Leukosit meningkat (15.000-45.000 mm3) pada stadium kataralis dan
spasmodic
(2) Sputum kultur : adanya kuman dalam biakan dengan imunofluoresen
(3) Foto thorak: Sedikit abnormal pada pasien yang menunjukan infiltrate
edema.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat
d. Hipetermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ketidakefektifan NOC : Airway suction
bersihan jalan nafas 1. Respiratori status: Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
berhubungan dengan 2. Respiratori status: Airway suctioning
obstruksi jalan nafas patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria Hasil : sesudah suctioning.
1. Menunjukan jalan nafas yang 3. Informasikan pada klien dan keluarga
paten tentang suctioning
4. Minta klien nafas dalam sebelum
suction dilakukan.
5. Berikan O2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suksion
nasotrakeal
8
A. Resume Kasus
Seorang anak perempuan umur 2 tahun 5 bulan, datang berobat dengan keluhan batuk-
batuk kuat yang berulang diikuti bunyi melengking pada saat tarik nafas selama 1 minggu.
Didahului dengan gejala pilek, batuk ringan, dan panas yang tidak terlalu tinggi. Ibu
mengatakan anaknya sesak saat bernafas, pilek, batuk pada malam hari dan demam. Ibu
mengeluh anak selama batuk, wajah tampak merah kebiruan hingga terlihat urat pembuluh
darah di leher menonjol. Keadaan ini berlangsung berulang-ulang, dan anak menjadi malas
makan dan minum. Pada saat diperiksa anak tampak sangat sesak disertai panas tinggi, BB
menurun, Riwayat imunisasi DPT tidak lengkap, hanya diberikan 1 kali selama usia 1 tahun.
Tetangga anak ini banyak yang mengalami batuk dan pilek. kesadaran apatis, suhu 40oC, N:
130x/menit, RR:42x/menit, TD: 90/60 mmHg, tampak lakrimasi dan salivasi, disertai nafas
cuping hidung dan retraksi dada.
B. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
a. Identitas Klien
1) Nama/Nama Panggilan : An.S
2) Tempat Tanggal Lahir : Sleman,
3) Usia (tahun/bulan/hari) : 2 tahun 5 bulan
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Agama : Islam
6) Pendidikan :-
7) Alamat : Sleman
8) Tgl masuk : 28-11-2021 Jam: 20.30 WIB
9) Tgl pengkajian : 29-11-2021 Jam: 08.00 WIB
10) Ruangan : Bangsal anak
11) Diagnosa medik : Pertusis
b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama : Ny. H
2) Usia : 28 Tahun
15
16
3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5) Agama : Islam
6) Alamat : Sleman
7) Hubungan dengan klien : Ibu kandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan saat masuk Rumah Sakit: batuk-batuk kuat yang berulang diikuti bunyi
melengking pada saat tarik nafas selama 1 minggu
2) Keluhan saat pengkajian : Ibu mengatakan anaknya sesak saat bernafas, panas
tinggi, batuk, lesu, pilek, Ibu mengeluh anak selama batuk wajah tampak merah,
tidak bisa mengeluarkan lendir. Keadaan ini berlangsung berulang-ulang, dan anak
menjadi malas makan dan minum.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Imunisasi DPT tidak lengkap hanya diberikan 1 kali selama usia 1 tahun.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram
Keterangan
: Laki-laki : Garis perkawinan
3. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Selera makan Baik Malas makan
2. Frekuensi makan 3x sehari 3x sehari
3. Porsi makan 1 piring 1-2 sendok
4. Jenis makanan (lunak, Nasi, ikan, sayur, roti Bubur
cair, dll
5. Masalah Tidak ada Batuk
b. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Sakit
1. Jenis minuman Air putih dan susu Air putih
2. Frekuensi minum 6-8 gelas sehari 1/2 gelas sehari
3. Masalah Tidak ada Malas minum
c. Eliminasi (BAK)
Kondisi Sebelum sakit Sakit
1. Frekuensi (waktu ) 5-7x sehari 5 x sehari
2. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
d. Eliminasi (BAB)
Kondisi Sebelum sakit Sakit
1. Frekuensi (waktu ) 2x sehari 2 x sehari
2. Konsistensi Lembek Lembek
3. Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
4. Obat pencahar Tidak Tidak
18
e. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum sakit Sakit
1. Jam tidur
a. Siang 1-3 jam 1 Jam
b. Malam 6-8 jam 3 jam
2. Kesulitan tidur Tidak ada Batuk
f. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Sakit
1. Mandi
a. Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari dilap
2. Cuci rambut
a. Frekuensi 2 hari sekali Tidak pernah
3. Gunting kuku
a. Frekuensi Seminggu sekali Tidak pernah
4. Gosok gigi
a. Frekuensi 2 kali sehari Tidak pernah
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran (GCS) : Apatis
c. Tanda-tanda vital
1) TD : 90/60 MmHg
2) N : 130x/menit
3) RR :42x/menit
4) Suhu : 40oC
d. BB sebelum sakit : 10 Kg
e. BB saat sakit : 8 Kg
f. BB turun : 2 Kg
19
g. Kepala
1) Inspeksi
1) Warna Rambut : Hitam
2) Penyebaran rambut : Merata
3) Mudah rontok : Tidak
4) Kebersihan rambut : Bersih
2) Palpasi
a) Nyeri tekan : Tidak ada
b) Benjolan : Tidak ada
c) Tekstur Rambut : Halus
h. Muka
1) Inspeksi : Wajah tampak merah kebiruan hingga terlihat urat
pembuluh darah di leher menonjol saat batuk.
i. Mata
1) Inspeksi : lakrimasi
j. Hidung & sinus
1) Inspeksi : nafas cuping hidung, pilek
k. Mulut
1) Inspeksi : Mukosa bibir baik, batuk berulang, lidah terjulur dan tampak
salivasi
l. Dada
1) Inspeksi : Retraksi dada, sesak nafas
2) Auskultasi : Bunyi nafas ronkhi
m. Ekstemitas
1) Palpasi : Turgor kulit baik, kulit teraba panas
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 2021
a. Laboratorium
Leukosit : 20.000 mm3
b. Sputum kultur : adanya kuman dalam biakan dengan imunofluoresen
20
7. Klasifikasi Data
DS : Orang tua mengatakan anaknya: DO :
1. Batuk 1. Lemah
2. Sesak saat bernafas 2. Kesadaran apatis
3. Panas tinggi 3. Batuk berulang
4. Pilek 4. TD: 90/60 MmHg
5. Tidak bisa mengeluarkan lendir 5. N: 130x/menit
6. Selama batuk wajah tampak merah 6. RR:42x/menit
7. Anak malas makan dan minum 7. S: 40oC
8. Makan 1-2 sendok tidak dihabiskan 8. BB turun 2 Kg
9. Imunisasi DPT tidak lengkap 9. Nafas cuping hidung
10. Lesu 10. Tampak sesak nafas
11. Retraksi dada
12. Tampak lakrimasi
13. Tampak salivasi
14. Bunyi nafas ronkhi
15. Kulit teraba panas
16. Leukosit 20.000 mm3
21
8. Analisa Data
Nama klien/umur : An.S/ 2 tahun 5 bulan
Ruangan : Bangsal anak
Data Etiologi Masalah
DS: Orang tua mengatakan anaknya: Obstruksi jalan nafas Ketidakefektifan bersihan
1. Batuk jalan nafas
2. Sesak saat bernafas
3. Pilek
4. Tidak bisa mengeluarkan
lendir
5. Selama batuk wajah tampak
merah
DO:
1. Batuk berulang
2. TD: 90/60 MmHg
3. N: 130x/menit
4. RR:42x/menit
5. Nafas cuping hidung
6. Tampak sesak nafas
7. Retraksi dada
8. Bunyi nafas ronkhi
DS: Orang tua mengatakan anaknya: Proses infeksi Hipertermi
1. Panas tinggi
2. Imunisasi DPT tidak lengkap
3. Lesu
DO:
1. S: 40oC
2. Kulit teraba panas
3. Leukosit 22.000 mm3
22
DS: Orang tua mengatakan anaknya: Intake tidak adekuat Ketidakseimbangan nutrisi
1. Anak malas makan dan kurang dari kebutuhan tubuh
minum
2. Makan 1-2 sendok tidak
dihabiskan
DO:
1. Lemah
2. BB turun 2 Kg
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektian bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
DS: Orang tua mengatakan anaknya:
a. Batuk
b. Sesak saat bernafas
c. Pilek
d. Tidak bisa mengeluarkan lendir
e. Selama batuk wajah tampak merah
DO:
a. Batuk berulang
b. TD: 90/60 MmHg
c. N: 130x/menit
d. RR:42x/menit
e. Nafas cuping hidung
f. Tampak sesak nafas
23
g. Retraksi dada
h. Bunyi nafas ronkhi
i. Tampak lakrimasi
j. Tampak salivasi
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
DS: Orang tua mengatakan anaknya:
a. Panas tinggi
b. Imunisasi DPT tidak lengkap
c. Lesu
DO:
a. S: 40oC
b. Kulit teraba panas
c. Leukosit 20.000 mm3
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat
DS: Orang tua mengatakan anaknya:
a. Anak malas makan dan minum
b. Makan 1-2 sendok tidak dihabiskan
DO:
a. Lemah
b. BB turun 2 Kg
24
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ketidakefektian bersihan jalan nafas NOC : 1. Monitor tanda-tanda vital
berhubungan dengan obstruksi jalan 1. Respiratory status: 2. Atur posisi klien
nafas Ventilation 3. Auskultasi suara nafas
DS: Orang tua mengatakan anaknya: 2. Respiratory status: 4. Monitor status oksigen pasien
a. Batuk Airway patency 5. Lakukan suction
b. Sesak saat bernafas 3. Aspiration Control 6. Kolaborasi pemasangan Oksigen
c. Pilek Kriteria Hasil: 7. Kolaborasi dalam pemberian
d. Tidak bisa mengeluarkan 1. Mendemonstrasikan terapi
lendir batuk efektif dan suara
e. Selama batuk wajah tampak nafas yang bersih, tidak
merah ada sianosis dan
DO: dyspneu (mampu
a. Batuk berulang mengeluarkan sputum,
b. TD: 90/60 MmHg mampu bernafas
c. N: 130x/menit dengan mudah, tidak
d. RR:42x/menit ada pursed lips)
e. Nafas cuping hidung 2. Menunjukkan jalan
f. Tampak sesak nafas nafas yang paten (klien
g. Retraksi dada tidak merasa tercekik,
h. Bunyi nafas ronkhi irama nafas, frekuensi
i. Tampak lakrimasi pernafasan dalam
j. Tampak salivasi rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
Hipertermi berhubungan dengan NOC : 1. Monitor suhu
proses infeksi Thermoregulation 2. Monitor warna dan suhu kulit
DS: Orang tua mengatakan anaknya: Kriteria Hasil : 3. Monitor TD, nadi dan respirasi
a. Panas tinggi 1. Suhu tubuh dalam 4. Monitor penurunan tingkat
b. Imunisasi DPT tidak lengkap rentang normal kesadaran
25
E. Implementasi keperawatan
No. Hari, tanggal/jam Implementasi / Hasil Paraf
Dx
1 Senin 1. Memonitor tanda-tanda vital
29 November 2021 Hasil: TD: 90/60 MmHg
Jam N: 126x/menit
08.45 WIB RR:40x/menit
08.45 WIB 2. Mengatur posisi klien
Hasil: pasien diberikan posisi semi fowler
08.45 WIB 3. Melakukan suction
Hasil : telah dilakukan suction, sesak berkurang
08.45 WIB 4. Mengauskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suction
Hasil: suara nafas ronkhi sebelum suction, dan
suara nafas vesikuler sesudah suction
08.45WIB 5. Memonitor status oksigen pasien
Hasil: saturasi oksigen pasien 89 %
08.45 WIB 6. Berkolaborasi pemasangan Oksigen
Hasil : Pemasangan O2 2 liter / menit nasal kanul
12.30 WIB 7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi
Hasil : pemberian salbutamol 0,1 mg
8. Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik
Hasil: pemberian eritromisin 50 mg
2 Senin 1. Memonitor suhu
29 November 2021 Hasil: S : 41oC
08.45 WIB 2. Memonitor warna dan suhu kulit
08.45 WIB Hasil: warna kulit kemerahan dan teraba hangat
08.45 WIB 3. Memonitor TD, nadi dan respirasi
Hasil: TD: 90/60 MmHg
N: 126x/menit
RR:40x/menit
27
F. Evaluasi keperawatan
30
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif. A. H & Hardhi .K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta Mediaction Publishing,
Susilo. H. (2018). Sistem Pakar Metode Forward Chaining Dan Certainty Factor Untuk
Mengidentifikasi Penyakit Pertusis Pada Anak. 1 (2).
Zuriati, dkk. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi Aplikasi
Nanda NIC & NOC. Padang-Sumatera Barat. Sinar Ultima Indah.
31
32
Nama Mahasiswa/Kelompok :
NIM :
Kelas :
Tanggal Mengumpul :
Judul Tugas :
1 2 3 4 5
No Kriteria Bobot Nilai
Tak Ada Sangat Baik
Penilaian Umum
1 Sistematika laporan 1
1 2 3 4 5
3 Daftar pustaka 1 2 3 4 5 2
5 Pendahuluan 1 2 3 4 5 2
6 Uraian teori 1 2 3 4 5 2
JUMLAH
NILAI AKHIR : (JUMLAH NILAI/57) X 100
……..…………., …………………………………
Dosen Penilai
(………………………………………..)