Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PERTUSIS

Dosen Pengampu : Lala Budi Fitriana, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.An

KELOMPOK 6
Muhammad Vijay 20130103
Abigail Regina Mozes 21130001
Delawat Asbi 21130002
Desiana Nikolaas 21130003
Nining Hartaty Pati 21130004
Sela Maharani 21130005
Alni Amtari Lestaluhu 21130006

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat Rahmat
dan Hidayahnya sehingga Tugas Asuhan Keperawatan Pertusis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami juga berterima kasih kepada dosen pembimbing KMB Sirkulasi yang telah memberikan
kami tugas Asuhan Keperawatan Pertusis sehingga kami dapat memahami Asuhan Keperawatan
Pertusis.
Kelompok Kami juga menyadari bahwa Tugas Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari
kesempurnaan, Sehingga kami membutuhkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak untuk tugas kami ini. Harapan kami, semoga tugas Asuhan Keperawatan Pertusis ini
dapat dipahami dan bermanfaat bagi yang membacanya. Kurang dan lebihnya kami mohon maaf.
Terima Kasih.

Yogyakarta, 8 Desember 2021


Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Halaman Depan
Kata Pengantar .......................................................................................................................
Daftar Isi ................................................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................................
B. Tujuan ........................................................................................................................
BAB II : TEORI PERTUSIS
A. Pengertian Pertusis .....................................................................................................
B. Etiologi Pertusis .........................................................................................................
C. Manifestasi Klinis Pertusis ........................................................................................
D. Patofisiologi Pertusis .................................................................................................
E. Cara Penularan ...........................................................................................................
F. Komplikasi .................................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................
H. Penatalaksanaan ........................................................................................................
I. Pencegaha Pertusis .....................................................................................................
J. Diagnosa Banding ......................................................................................................
K. Asuhan Keperawatan .................................................................................................
BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN PERTUSIS
A. Laporan Kasus Pertusis ..............................................................................................
B. Pengkajian Keperawatan Pertusis ..............................................................................
C. Diagnosa Keperawatan Pertusis .................................................................................
D. Intervensi Keperawatan Pertusis ................................................................................
E. Implementasi Keperawatan Pertusis ..........................................................................
F. Evaluasi Keperawatan Pertusis ..................................................................................
Kesimpulan ...........................................................................................................................
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut data WHO, penderita penyakit pertussis berkisar sekitar 30 sampai 50 juta kasus
per tahunnya. Dampak akhir dari penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Penyakit Pertusis
dapat diderita oleh semua orang tetapi penyakit ini lebih serius bila terjadi pada bayi. Penyakit
pertusis terlebih dahulu menyerang saluran pernapasan bagian atas melalui udara ataupun
percikan, kuman pathogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah ketika sistem pertahanan
tubuh menurun (Sumiyati, 2015).
Pertusis dalam kondisi berat dapat menyebabkan komplikasi pneumonia, terutama pada
anak kurang gizi dan anak dengan gangguan sistem imun (Monita, Yani dan Lestari, 2015). Untuk
lebih cepat dalam menganalisis penyakit ini diperlukan suatu teknologi komputer agar dapat
dideteksi sedini mungkin. Tujuan dari deteksi dini ini adalah agar memudahkan dalam
mengidentifikasi gejala, resiko dan penyebarannya.

B. Tujuan
1. Mengetahui Teori Pertusis.
2. Mengetahui asuhan keperawatan Pertusis.

1
2

BAB II
TEORI PERTUSIS

A. Pengertian Pertusis
Pertusis atau whooping cough adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan
yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat
spasmodik dan paroksimal disertai nada yang meninggi karena penderrita menarik napas
hingga akhir batuk. (Rampengan dan Laurent, 1997). Pertusis adalah infeks saluran pernapasan
akut. Istilah yang lebih disukai yaitu batuk rejan atau whooping cough. (behrman dkk, 1996).
Pertusis lebih dikenal dengan batuk rejan (whooping cough).
B. Etiologi Pertusis
Pertusis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bordetella pertusis, dan
atau bordetella parapertusis. Pertusis pertama kali dapat diisolasi pada tahun 1990 oleh Bordet
dan Gengou, kemudian pada tahun 1906 kuman pertusis baru dapat dikembangkan dalam
media buatan. Genus Bordetella mempunyai 4 spesies yaitu Bordotella pertusis, Bordetella
Parapertusis, Bordotella Bronkiseptika, dan Bordotella Avium. Bordotella pertusis adalah satu-
satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram negatif, tidak bergerak dan ditemukan dengan
melakukan swab pada daerah nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet Gengou
(Arif Mansjoer, 2000)
C. Manifestasi Klinis Pertusis
1. Masa tunas 7-14 hari
2. penyakit dapat berlangsung sampai 6 minggu atau lebih
3. Tahap kataral/kataralis (tahap awal penyakit)
Dimulai dengan gejala-gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti batuk ringan
terutama malam hari bisa disertai pilek, anoreksia, serak dan demam derajat rendah. Batuk
semakin lama bertambah berat dan terjadi pada siang dan malam hari. Stadium ini
berlangsung 1-2 minggu.
4. Tahap paroksimal/spasmodik
Paling sering terjadi batuk pada malam hari dan pendek, batuk makin kuat & terus-menerus
diakhiri bunyi whoop (tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking), gelisah,
muka merah, berkeringat, pembuluh darah wajah dan leher melebar, sianosis. Anak dapat
3

terkencing-kencing bahkan sampai mata merah. Tertawa atau menangis dapat memicu
batuk, tahap ini umumnya 4-6 minggu terakhir, diikuti dengan tahap konvalensi.
5. Tahap kovalensi
Ditandai dengan berhentinya whoop dan muntah-muntah dimana puncak serangan
paroksimal berangsur-angsur menurun, nafsu makan membaik Batuk masih menetap
beberapa waktu dan hilang sekitar 2-3 minggu.

D. Patofisiologi Pertusis
Bordotella pertusis setelah ditularkan melalui sekresi udara pernapasan kemudian
melekat pada silis epitel saluran pernapasan. Mekanisme pathogenesis infeksi oleh Bordotella
pertusis terjadi melalui empat tingkatan yaitu perlekatan, perlawanan terhadap mekanisme
pertahanan pejamu, kerusakan local dan akhirnya timbul penyakit sistemik. Pertusis Toxin(PT)
dan protein 69-Kd berperan pada perlekatan Bordotella pertusis pada silia. Setelah terjadi
perlekatan, Bordotella pertusis kemudian bermultiplikasi dan menyebar ke seluruh permukaan
epitel saluran nafas. Proses ini tidak invasive oleh karena pada pertusis tidak terjadi
bakteremia. Selama pertumbuhan Bordotella pertusis maka akan menghasilkan toksin yang
akan menyebabkan penyakit yang kita kenal dengan whooping cough.
Toksin terpenting yang dapat menyebabkan penyakit disebabkan karena pertusis toxin.
Toksin pertusis mempunyai 2 sub unit yaitu A dan B. Toksin sub unit B selanjutnya berikatan
dengan reseptor sel target kemudian menghasilkan sub unit A yang aktif pada daerah aktivasi
enzim membrane sel. Efek LPF menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke daerah
infeksi.Toxin mediated adenosine disphosphate (ADP) mempunyai efek mengatur sintesis
protein dalam membrane sitoplasma berakibat terjadi perubahan fungsi fisiologis dari sel target
termasuk lifosit (menjadi lemah dan mati), meningkatkan pengeluaran histamine dan
serotonin, efek memblokir beta adrenergic dan meningkatkan aktivitas insulin sehingga akan
menurunkan konsentrasi gula darah. Toksin menyebabkan peradangan ringan dengan
hyperplasia jaringan limfoid peribronkial dan meningkatkan jumlah mukosa pada permukaan
silia, maka fungsi silia sebagai pembersih terganggu sehingga mudah terjadi infeksi sekunder
(tersering oleh Streptococcus pneumonia, H. influenza, staphylococcus aureus).
Penumpukan mucus akan menimbulkan plug yang dapat menyebabkan obstruksi dan
kolaps paru. Hipoksemia dan sianosis disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigenasi pada
4

saat ventilasi dan timbulnya apnea saat terserang batuk. Terdapat perbedaan pendapat
mengenai kerusakan susunan saraf pusat, apakah akibat pengaruh langsung toksin ataukah
sekunder sebagai akibat anoksia.Terjadi perubahan fungsi sel yang reversible, pemulihan
tampak apabila sel mengalami regenerasi. Hal ini dapat menerangkan mengapa kurangnya efek
antibiotic terhadap proses penyakit. Namun terkadang Bordotella pertusis hanya menyebabkan
infeksi yang ringan, karena tidak menghasilkan toksin pertusis.

E. Cara Penularan Pertusis


1. Droplet infection
2. Kontak tidak langsung dari alat-alat yang terkontaminasi
3. Penyakit ini dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui percikan-percikan ludah
penderita pada saat batuk dan bersin
4. Dapat pula melalui sapu tangan, handuk, dan alatalat makan yang dicemari kuman- kuman
penyakit tersebut.
5. Tanpa dilakukan perawatan, orang yang menderita pertusi dapat menularkannya kepada
orang lain selama sampai 3 minggu setelah batuk dimulai

F. Komplikasi
1. Pneumonia, biasanya menyebabkan kematian.
2. Ateletaksis
3. Otitismedia
4. Konfulsi
5. Haemoragic pada subarchmoid, subconjuktival epitaksis
6. Kehilangan berat badan dan dehidrasi
7. Hernia
8. Prolaps rectum
9. Otitis media (pada bayi)
10. Bronkitis
11. Emfisema
12. Bronkietaksis
13. Apabila sebelumnya sudah ada TBC dapat memperberat
5

G. Pemeriksaan pennjang
1. Hapusan sekret dinasofaring posterior atau lendir yang dimuntahkan.
2. Hapusan darah tepi dijumpai leukositosis dengan nilai 20.000-30.000/mm³ dengan
limpositosis predominan terjadi sekitar 60% terutama stadium kataralis.
3. Ditemukan kuman pada biakan atau dengan pemeriksaan imunofluoresen
4. Uji Ouchterlony, gel agar imunodifusi untuk memperlihatkan presipitasi antibodi pertusis
dengan ekstra B.Pertusis fase I. Presipitin terlihat 1-3 hari

H. Penatalaksanaan
1. Terapi antimikrobial, seperti eritromisin, untuk membatasi penyebaran infeksi. Eritromisin
yang diberikan 40-50mg/kg/24jam yang diberikan secara oral dengan dosis terbagi 4
(maksimum 2g/24 jam) selama 14 hari
2. Isolasi, sekurang-kurangnya 5 hari sesudah mulai terapi eritromisin.
3. Pemberian imunoglobulin pertusis
4. Pengobatan suportif :
a. Membutuhkan hospitalisasi untuk bayi, anak-anak yang dehidrasi atau yang
mendapatkan komplikasi
b. Bedrest
c. Peningkatan pemberian oksigen
d. Cairan adekuat
e. Intubasi yang mungkin diperlukan. Dukungan ventilator mungkin dibutuhkan untuk
gagal napas dengan apneu yang lama.
f. Salbutamol 0,1 mg/kg melalui oral diberikan empat kali sehari
g. Imunisasai sebagai upaya pencegahan dengan vaksin pertusis. Tujuan imunisasi yaitu
memproteksi individu dari sakit dari batuk berat dan pengendalian penyakit endemik
dan epidemik.

I. Pencegahan Pertusis
1. Pemberian imunisasi DPT pada bayi, dan DT pada anak SD
2. Bayi 0-1 tahun vaksin DPT 3 kali, mulai umur 2 minggu dan selang minimal 1 bulan
3. Diulang umur 6-7 tahun melalui BIAS
6

4. Penundaan imunisasi sebaiknya tidak menunggu sampai anak berusia lebih dari satu tahun

J. Diagnosa Banding
1. Infeksi oleh karena B.Parapertusis, B. Bronchiseptica dan adenovirus mempunyai gejala
mirip yang membedakan adalah hasil biakan kuman
2. Trakeobronkitis
3. Bronkiolitis
4. Pneumonia intertitialis
K. Asuhan Keperawatan Pertusis
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
1) Umur : Biasanya menyerang anak umur 1-5 tahun
2) Jenis Kelamin : Lebih benyak anak laki-laki daripada anak perempuan
b. Riwayat penyakit sebelumnya : Apakah klien mendapatkan imunisasi DPT lengkap
c. Dasar data pengkajian fisik
1) Makanan/cairan
2) Pola eliminasi
3) Aktifitas/istirahat
4) Pola persepsi kesehata dan pemeliharaan kesehatan
5) Pola aktivitas dan latihan
6) Pola tidur dan istirahat
7) Pemeriksaan fisik
a) Neorosensori
Data subjectif : sakit kepala daerah frontal (pilek)
Data Objektif : kurang konsentrasi
b) Pernafasan
Gejala :
(1) Batuk batuk ringan pada siang hari
(2) Pilek
(3) Sesak
(4) Batuk panjang tidak ada inspirium dan diakhiri whoop
7

Tanda :
(1) Bunyi nafas terdengar ronchi atau mengi
(2) Pucat/sianosis pada bibir/kuku
c) Pemeriksaan klinis
(1) Leukosit meningkat (15.000-45.000 mm3) pada stadium kataralis dan
spasmodic
(2) Sputum kultur : adanya kuman dalam biakan dengan imunofluoresen
(3) Foto thorak: Sedikit abnormal pada pasien yang menunjukan infiltrate
edema.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat
d. Hipetermi berhubungan dengan proses infeksi

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ketidakefektifan NOC : Airway suction
bersihan jalan nafas 1. Respiratori status: Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
berhubungan dengan 2. Respiratori status: Airway suctioning
obstruksi jalan nafas patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria Hasil : sesudah suctioning.
1. Menunjukan jalan nafas yang 3. Informasikan pada klien dan keluarga
paten tentang suctioning
4. Minta klien nafas dalam sebelum
suction dilakukan.
5. Berikan O2 dengan menggunakan
nasal untuk memfasilitasi suksion
nasotrakeal
8

6. Gunakan alat yang steril setiap


melakukan tindakan
7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam setelah kateter
dikeluarkan dari nasotrakeal
8. Monitor status oksigen pasien
9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
melakukan suction
10. Hentikan suction dan berikan oksigen
apabila pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2,
dll.
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
chin lift atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
9

12. Monitor respirasi dan status O2


Gangguan pertukaran NOC : Airway Management
gas 1. Respiratory Status : Gas exchange 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
2. Respiratory Status : ventilation lift atau jaw thrust bila perlu
3. Vital Sign Status 2. Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
1. Mendemonstrasikan peningkatan 3. Identifikasi pasien perlunya
ventilasi dan oksigenasi yang pemasangan alat jalan nafas buatan
adekuat 4. Pasang mayo bila perlu
2. Memelihara kebersihan paru paru 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dan bebas dari tanda tanda distress 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
pernafasan suction
3. Mendemonstrasikan batuk efektif 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
dan suara nafas yang bersih, tidak suara tambahan
ada sianosis dan dyspneu (mampu 8. Lakukan suction pada mayo
mengeluarkan sputum,mampu 9. Berikan bronkodilator bila perlu
bernafas dengan mudah, tidak ada 10. Berikan pelembab udara
pursed lips) 11. Atur intake untuk cairan
4. Tanda tanda vital dalam rentang mengoptimalkan keseimbangan
normal 12. Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama
dan usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot Catat lokasi trakea
10

5. Monitor kelelahan otot diagfragma


(gerakan paradoksis)
6. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
7. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi
pada jalan napas utama
8. Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
Ketidakseimbangan NOC: Nutrition Management
nutrisi kurang dari 1. Nutrional status: Flood and Fluid 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh 2. Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan dengan 3. Nutritional status: nutrient intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi
intake tidak adekuat 4. Weight control yang dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
1. Adanya peningkatan berat badan intake Fe
sesuai dengan tujuan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
2. Berat badan ideal sesuai dengan protein dan vitamin C
tinggi badan 5. Berikan substansi gula
3. Mampu mengidentifikasi 6. Yakinkan diet yang dimakan
kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi mencegah konstipasi
5. Tidak terjadi penurunan berat 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
badan yang berarti. dikonsultasika dengan ahli gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
10. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
11

11. Kaji kemampuan pasien untuk


mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake nutrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral
17. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
12

Hipertermi berhubungan NOC Fever treatment


dengan proses infeksi Thermoregulation 1. Monitor suhu sesering mungkin
Kriteria Hasil 2. Monitor IWL
1. Suhu tubuh dalam rentang normal 3. Monitor warna dan suhu kulit
2. Nadi dan RR dalam rentang normal 4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
3. Tidak ada perubahan warna kulit 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
dan tidak ada pusing 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
7. Monitor intake dan output
8. Berikan anti piretik
9. Berikan pengobatan untukmengatasi
demam
10. Selimuti pasien
11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasi pemberian cairan
intravena
13. Kompres pasien pada lipat paha dan
aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya mengigil
Temperature Regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara
kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan intake nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
13

8. Ajarkan pada pasien cara mencegah


keletihan akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya
tentang pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatife dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
penanganan 'ang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, Dan
kelembapan kulit
11. Monitor sianosis perifer
14

12. Monitor adanya cushing triad (tekanan


nadi yang melebar, Bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERTUSIS

A. Resume Kasus
Seorang anak perempuan umur 2 tahun 5 bulan, datang berobat dengan keluhan batuk-
batuk kuat yang berulang diikuti bunyi melengking pada saat tarik nafas selama 1 minggu.
Didahului dengan gejala pilek, batuk ringan, dan panas yang tidak terlalu tinggi. Ibu
mengatakan anaknya sesak saat bernafas, pilek, batuk pada malam hari dan demam. Ibu
mengeluh anak selama batuk, wajah tampak merah kebiruan hingga terlihat urat pembuluh
darah di leher menonjol. Keadaan ini berlangsung berulang-ulang, dan anak menjadi malas
makan dan minum. Pada saat diperiksa anak tampak sangat sesak disertai panas tinggi, BB
menurun, Riwayat imunisasi DPT tidak lengkap, hanya diberikan 1 kali selama usia 1 tahun.
Tetangga anak ini banyak yang mengalami batuk dan pilek. kesadaran apatis, suhu 40oC, N:
130x/menit, RR:42x/menit, TD: 90/60 mmHg, tampak lakrimasi dan salivasi, disertai nafas
cuping hidung dan retraksi dada.
B. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
a. Identitas Klien
1) Nama/Nama Panggilan : An.S
2) Tempat Tanggal Lahir : Sleman,
3) Usia (tahun/bulan/hari) : 2 tahun 5 bulan
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Agama : Islam
6) Pendidikan :-
7) Alamat : Sleman
8) Tgl masuk : 28-11-2021 Jam: 20.30 WIB
9) Tgl pengkajian : 29-11-2021 Jam: 08.00 WIB
10) Ruangan : Bangsal anak
11) Diagnosa medik : Pertusis
b. Identitas Penanggung jawab
1) Nama : Ny. H
2) Usia : 28 Tahun

15
16

3) Pendidikan : SMA
4) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5) Agama : Islam
6) Alamat : Sleman
7) Hubungan dengan klien : Ibu kandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan saat masuk Rumah Sakit: batuk-batuk kuat yang berulang diikuti bunyi
melengking pada saat tarik nafas selama 1 minggu
2) Keluhan saat pengkajian : Ibu mengatakan anaknya sesak saat bernafas, panas
tinggi, batuk, lesu, pilek, Ibu mengeluh anak selama batuk wajah tampak merah,
tidak bisa mengeluarkan lendir. Keadaan ini berlangsung berulang-ulang, dan anak
menjadi malas makan dan minum.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Imunisasi DPT tidak lengkap hanya diberikan 1 kali selama usia 1 tahun.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram

Keterangan
: Laki-laki : Garis perkawinan

: Perempuan : Garis Keturunan

: Pasien : Tinggal serumah


17

3. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Selera makan Baik Malas makan
2. Frekuensi makan 3x sehari 3x sehari
3. Porsi makan 1 piring 1-2 sendok
4. Jenis makanan (lunak, Nasi, ikan, sayur, roti Bubur
cair, dll
5. Masalah Tidak ada Batuk

b. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Sakit
1. Jenis minuman Air putih dan susu Air putih
2. Frekuensi minum 6-8 gelas sehari 1/2 gelas sehari
3. Masalah Tidak ada Malas minum

c. Eliminasi (BAK)
Kondisi Sebelum sakit Sakit
1. Frekuensi (waktu ) 5-7x sehari 5 x sehari
2. Kesulitan Tidak ada Tidak ada

d. Eliminasi (BAB)
Kondisi Sebelum sakit Sakit
1. Frekuensi (waktu ) 2x sehari 2 x sehari
2. Konsistensi Lembek Lembek
3. Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan
4. Obat pencahar Tidak Tidak
18

e. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum sakit Sakit
1. Jam tidur
a. Siang 1-3 jam 1 Jam
b. Malam 6-8 jam 3 jam
2. Kesulitan tidur Tidak ada Batuk

f. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Sakit
1. Mandi
a. Frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari dilap
2. Cuci rambut
a. Frekuensi 2 hari sekali Tidak pernah
3. Gunting kuku
a. Frekuensi Seminggu sekali Tidak pernah
4. Gosok gigi
a. Frekuensi 2 kali sehari Tidak pernah

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran (GCS) : Apatis
c. Tanda-tanda vital
1) TD : 90/60 MmHg
2) N : 130x/menit
3) RR :42x/menit
4) Suhu : 40oC
d. BB sebelum sakit : 10 Kg
e. BB saat sakit : 8 Kg
f. BB turun : 2 Kg
19

g. Kepala
1) Inspeksi
1) Warna Rambut : Hitam
2) Penyebaran rambut : Merata
3) Mudah rontok : Tidak
4) Kebersihan rambut : Bersih
2) Palpasi
a) Nyeri tekan : Tidak ada
b) Benjolan : Tidak ada
c) Tekstur Rambut : Halus
h. Muka
1) Inspeksi : Wajah tampak merah kebiruan hingga terlihat urat
pembuluh darah di leher menonjol saat batuk.
i. Mata
1) Inspeksi : lakrimasi
j. Hidung & sinus
1) Inspeksi : nafas cuping hidung, pilek
k. Mulut
1) Inspeksi : Mukosa bibir baik, batuk berulang, lidah terjulur dan tampak
salivasi
l. Dada
1) Inspeksi : Retraksi dada, sesak nafas
2) Auskultasi : Bunyi nafas ronkhi
m. Ekstemitas
1) Palpasi : Turgor kulit baik, kulit teraba panas

5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 2021
a. Laboratorium
Leukosit : 20.000 mm3
b. Sputum kultur : adanya kuman dalam biakan dengan imunofluoresen
20

c. Foto thorak: menunjukan infiltrate edema.


6. Terapi saat ini
No. Jenis obat Cara pemberian Dosis
Eritromisin Oral 50 mg
Salbutamol Oral 0.1 mg
Puyer panas + Dzp Oral 3x1 bks
Sanmol sirup Oral 3x0,8 cc
Rl IV 8 tpm makrodrip

7. Klasifikasi Data
DS : Orang tua mengatakan anaknya: DO :
1. Batuk 1. Lemah
2. Sesak saat bernafas 2. Kesadaran apatis
3. Panas tinggi 3. Batuk berulang
4. Pilek 4. TD: 90/60 MmHg
5. Tidak bisa mengeluarkan lendir 5. N: 130x/menit
6. Selama batuk wajah tampak merah 6. RR:42x/menit
7. Anak malas makan dan minum 7. S: 40oC
8. Makan 1-2 sendok tidak dihabiskan 8. BB turun 2 Kg
9. Imunisasi DPT tidak lengkap 9. Nafas cuping hidung
10. Lesu 10. Tampak sesak nafas
11. Retraksi dada
12. Tampak lakrimasi
13. Tampak salivasi
14. Bunyi nafas ronkhi
15. Kulit teraba panas
16. Leukosit 20.000 mm3
21

8. Analisa Data
Nama klien/umur : An.S/ 2 tahun 5 bulan
Ruangan : Bangsal anak
Data Etiologi Masalah
DS: Orang tua mengatakan anaknya: Obstruksi jalan nafas Ketidakefektifan bersihan
1. Batuk jalan nafas
2. Sesak saat bernafas
3. Pilek
4. Tidak bisa mengeluarkan
lendir
5. Selama batuk wajah tampak
merah
DO:
1. Batuk berulang
2. TD: 90/60 MmHg
3. N: 130x/menit
4. RR:42x/menit
5. Nafas cuping hidung
6. Tampak sesak nafas
7. Retraksi dada
8. Bunyi nafas ronkhi
DS: Orang tua mengatakan anaknya: Proses infeksi Hipertermi
1. Panas tinggi
2. Imunisasi DPT tidak lengkap
3. Lesu
DO:
1. S: 40oC
2. Kulit teraba panas
3. Leukosit 22.000 mm3
22

DS: Orang tua mengatakan anaknya: Intake tidak adekuat Ketidakseimbangan nutrisi
1. Anak malas makan dan kurang dari kebutuhan tubuh
minum
2. Makan 1-2 sendok tidak
dihabiskan

DO:
1. Lemah
2. BB turun 2 Kg

9. Prioritas Masalah Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Obstruksi jalan nafas
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektian bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
DS: Orang tua mengatakan anaknya:
a. Batuk
b. Sesak saat bernafas
c. Pilek
d. Tidak bisa mengeluarkan lendir
e. Selama batuk wajah tampak merah
DO:
a. Batuk berulang
b. TD: 90/60 MmHg
c. N: 130x/menit
d. RR:42x/menit
e. Nafas cuping hidung
f. Tampak sesak nafas
23

g. Retraksi dada
h. Bunyi nafas ronkhi
i. Tampak lakrimasi
j. Tampak salivasi
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
DS: Orang tua mengatakan anaknya:
a. Panas tinggi
b. Imunisasi DPT tidak lengkap
c. Lesu
DO:
a. S: 40oC
b. Kulit teraba panas
c. Leukosit 20.000 mm3
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
tidak adekuat
DS: Orang tua mengatakan anaknya:
a. Anak malas makan dan minum
b. Makan 1-2 sendok tidak dihabiskan
DO:
a. Lemah
b. BB turun 2 Kg
24

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ketidakefektian bersihan jalan nafas NOC : 1. Monitor tanda-tanda vital
berhubungan dengan obstruksi jalan 1. Respiratory status: 2. Atur posisi klien
nafas Ventilation 3. Auskultasi suara nafas
DS: Orang tua mengatakan anaknya: 2. Respiratory status: 4. Monitor status oksigen pasien
a. Batuk Airway patency 5. Lakukan suction
b. Sesak saat bernafas 3. Aspiration Control 6. Kolaborasi pemasangan Oksigen
c. Pilek Kriteria Hasil: 7. Kolaborasi dalam pemberian
d. Tidak bisa mengeluarkan 1. Mendemonstrasikan terapi
lendir batuk efektif dan suara
e. Selama batuk wajah tampak nafas yang bersih, tidak
merah ada sianosis dan
DO: dyspneu (mampu
a. Batuk berulang mengeluarkan sputum,
b. TD: 90/60 MmHg mampu bernafas
c. N: 130x/menit dengan mudah, tidak
d. RR:42x/menit ada pursed lips)
e. Nafas cuping hidung 2. Menunjukkan jalan
f. Tampak sesak nafas nafas yang paten (klien
g. Retraksi dada tidak merasa tercekik,
h. Bunyi nafas ronkhi irama nafas, frekuensi
i. Tampak lakrimasi pernafasan dalam
j. Tampak salivasi rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
Hipertermi berhubungan dengan NOC : 1. Monitor suhu
proses infeksi Thermoregulation 2. Monitor warna dan suhu kulit
DS: Orang tua mengatakan anaknya: Kriteria Hasil : 3. Monitor TD, nadi dan respirasi
a. Panas tinggi 1. Suhu tubuh dalam 4. Monitor penurunan tingkat
b. Imunisasi DPT tidak lengkap rentang normal kesadaran
25

c. Lesu 2. Nadi dan respirasi 5. Kompres hangat


DO: dalam rentang normal 6. Kolaborasi dalam pemberian
a. S: 40oC 3. Tidak ada perubahan antipiretik dan antibiotik
b. Kulit teraba panas warna kulit dan tidak
c. Leukosit 20.000 mm3 pusing

Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : 1. Kaji adanya alergi makanan


dari kebutuhan tubuh berhubungan Nutritional Status : food 2. Monitor BB
dengan intake tidak adekuat and Fluid Intake 3. Monitor turgor kulit
DS: Orang tua mengatakan anaknya: Kriteria Hasil : 4. Monitor mual muntah
a. Anak malas makan dan 1. Adanya peningkatan 5. Monitor intake dan nutrisi
minum berat badan sesuai 6. Kolaborasi dalam pemberian diet
b. Makan 1-2 sendok tidak dengan tujuan
dihabiskan 2. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
DO:
badan
a. Lemah
3. Mampu
b. BB turun 2 Kg
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
26

E. Implementasi keperawatan
No. Hari, tanggal/jam Implementasi / Hasil Paraf
Dx
1 Senin 1. Memonitor tanda-tanda vital
29 November 2021 Hasil: TD: 90/60 MmHg
Jam N: 126x/menit
08.45 WIB RR:40x/menit
08.45 WIB 2. Mengatur posisi klien
Hasil: pasien diberikan posisi semi fowler
08.45 WIB 3. Melakukan suction
Hasil : telah dilakukan suction, sesak berkurang
08.45 WIB 4. Mengauskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suction
Hasil: suara nafas ronkhi sebelum suction, dan
suara nafas vesikuler sesudah suction
08.45WIB 5. Memonitor status oksigen pasien
Hasil: saturasi oksigen pasien 89 %
08.45 WIB 6. Berkolaborasi pemasangan Oksigen
Hasil : Pemasangan O2 2 liter / menit nasal kanul
12.30 WIB 7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi
Hasil : pemberian salbutamol 0,1 mg
8. Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik
Hasil: pemberian eritromisin 50 mg
2 Senin 1. Memonitor suhu
29 November 2021 Hasil: S : 41oC
08.45 WIB 2. Memonitor warna dan suhu kulit
08.45 WIB Hasil: warna kulit kemerahan dan teraba hangat
08.45 WIB 3. Memonitor TD, nadi dan respirasi
Hasil: TD: 90/60 MmHg
N: 126x/menit
RR:40x/menit
27

08.50 WIB 4. Memonitor penurunan tingkat kesadaran


Hasil: Tingkat kesadaran apatis
08.50 WIB 5. Mengkompres hangat
Hasil: kompres hangat telah diberikan pasien
terlihat tenang
12.30 WIB 6. Berkolaborasi dalam pemberian Terapi
Hasil: Puyer panas + Dzp diberikan oral
Sanmol sirup diberikan oral
3 Senin 1. Mengkaji adanya alergi makanan
29 November 2021 Hasil: tidak ada alergi makanan
08.45 WIB 2. Memonitor BB
08.45 WIB Hasil : BB : 8 Kg
08.50 WIB 3. Memonitor turgor kulit
Hasil: Turgor kulit baik
08.50 WIB 4. Memonitor mual muntah
Hasil: Tidak ada mual muntah
08.50 WIB 5. Memonitor intake nutrisi
Hasil: Pasien malas makan, hanya menghabiskan 2
sendok makan selama makan.
12.45 WIB 6. Berkolaborasi dalam pemberian diet
Hasil: Diet TKTP diberikan
28

F. Evaluasi keperawatan

Hari, Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi Paraf


Senin 1 S: ibu pasien mengatakan anaknya:
29 November 2021 1. Masih batuk
15.00 WIB 2. Sesak nafas
3. Pilek
O:
1. RR : 39 x/menit
2. Tampak sesak nafas
3. Wajah kemerahan
4. Batuk kuat diakhiri whoop
5. Tampak sesak
6. Suara nafas ronkhi
7. Retraksi dada
8. Nafas cuping hidung
9. Saturasi oksigen 91%
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan
nafas belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Senin 2 S: ibu pasien mengatakan anaknya:
29 November 2021 1. Panas tinggi
15.00 WIB 2. Wajah kemerahan
3. Gelisah
O:
1. S: 39,8oC
2. TD: 100/60 MmHg
3. N: 126x/menit
4. Kulit teraba hangat
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
29

Senin 3 S: ibu pasien mengatakan anaknya:


29 November 2021 1. Malas makan
15.00 WIB 2. Lemas
O:
1. BB: 8 Kg
2. Keadaan umum lemah
A : Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
KESIMPULAN
Pertusis atau whooping cough adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan yang
sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik
dan paroksimal disertai nada yang meninggi karena penderrita menarik napas hingga akhir batuk.
Pertusis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bordetella pertusis, dan atau bordetella
parapertusis. Tanda dan gejala pertusisi yang paling sering terjadi batuk pada malam hari dan
pendek, batuk makin kuat & terus-menerus diakhiri bunyi whoop (tarikan nafas panjang dan dalam
berbunyi melengking), gelisah, muka merah, berkeringat, pembuluh darah wajah dan leher
melebar, sianosis, pilek, tidak nafsu makan dan demam.
Pada saat dilakukan pengkajian pasien Ibu mengatakan anaknya sesak saat bernafas, panas
tinggi, batuk, lesu, pilek, Ibu mengeluh anak selama batuk wajah tampak merah kebiruan hingga
terlihat urat pembuluh darah di leher menonjol. Keadaan ini berlangsung berulang-ulang, dan anak
menjadi malas makan dan minum. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosa
pertusis.
Tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan kasus yang didapat. Pada teori tanda dan
gejala pertusis yaitu batuk pada malam hari disertai bunyi whoop atau tarikan nafas panjang dan
melengking, pilek, demam, tidak nafsu makan, pembuluh darah melebar dan sesak nafas.
Sedangakn pada kasus juga saat pengkajian data yang didapatkan sama dengan yang terdapat pada
teori yaitu demam, batuk terus-menerus disertai whoop, pilek, tidak nafsu makan, sesak nafas dan
pembuluh darah melebar dibagian leher saat batuk.
Diagnosa keperawatan yang diambil tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus yang
didapat. Diagnosa yang diambil yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat dan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi. Intervensi
keperawatan sesuai dengan yang terdapat pada teori. Implementasi dan evaluasi dilakukan
berdasarkan intervensi yang ditentukan dan respon pasien setelah dilakukan tindakan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif. A. H & Hardhi .K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta Mediaction Publishing,

Susilo. H. (2018). Sistem Pakar Metode Forward Chaining Dan Certainty Factor Untuk
Mengidentifikasi Penyakit Pertusis Pada Anak. 1 (2).

Zuriati, dkk. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi Aplikasi
Nanda NIC & NOC. Padang-Sumatera Barat. Sinar Ultima Indah.

31
32

Format Penilaian Laporan Penugasan

Nama Mahasiswa/Kelompok :
NIM :
Kelas :
Tanggal Mengumpul :
Judul Tugas :

1 2 3 4 5
No Kriteria Bobot Nilai
Tak Ada Sangat Baik
Penilaian Umum
1 Sistematika laporan 1
1 2 3 4 5

2 Tata tulis bahasa 2


1 2 3 4 5

3 Daftar pustaka 1 2 3 4 5 2

4 Ketepatan waktu pengumpulan 1 2 3 4 5 1


Penilaian Kualitas Konten Laporan

5 Pendahuluan 1 2 3 4 5 2
6 Uraian teori 1 2 3 4 5 2

7 Kasus Kelolaan dan Asuhan 1 2 3 4 5 3


keperawatan kasus
8 Simpulan 1 2 3 4 5 2

JUMLAH
NILAI AKHIR : (JUMLAH NILAI/57) X 100

……..…………., …………………………………

Dosen Penilai

(………………………………………..)

Anda mungkin juga menyukai