Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT PADA


PASIEN DHF

NAMA : WIDIA PANGESTIKA

NPM : 201FI03049

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG, 2022
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. PENATALAKSANAAN MEDIS / TERAPI
H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Rencana Tindakan
I. DAFTAR PUSTAKA

Bandung, 08 Februari 2022


Mengetahui,
Pembimbing Akademik, Mahasiswa

(Sri Sulami, S.Kep., MM) (Widia Pangestika)


A. PENGERTIAN
 DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengan cirri
demam dan manifestasi perdarahan ( Pusdiknakes. Dep Kes RI, Asuhan
Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, 1992)
 Dengue Haemoragic Fever adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus dan ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti (Ngastiyah, 1997)
 Dengue adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus (Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi 2 FKUI, 1982)
 Dari beberapa sumber di atas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu
penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes
Albopictus dan Aedes Aegypti) dan Arbovirus (Anthropoda virus) yang
ditandai dengan adanya demam 5-7 hari dan tidak atau disertai perdarahan
atau renjatan, shingga dapat meimbulkan kematian jika tidak
ditanggulangisedini mungkin.
B. ETIOLOGI
Virus Dengue tergolong dalam family Flavivirida dan di kenal dengan 4 type.
Ke-4 type tersebut ditularkan melalui vector nyamuk seperti Aedes Aegypti,
Aedes Albopictus, Aedes polines siensis dan beberapa species lainnya. Virus
dengan jenis Arbovirus dan virus berbentuk batang, bersifat termolabil dan stabil
pada suhu 70 °C.
C. PATOFISIOLOGI
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
virernia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada
kulit (petekia), hipertermi dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
limfe (spleromegali), peningkatan permiabilitas dinding kafiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta effuse plevro dan renjatan syok.
Haemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit lebih dari 20 % menunjukkan
atau mengakibatkan adanya kebocoran plasma (perembesan) plasma (plasma
kakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit mennkkn kebcran wlasma
Tingginya nilai hematokrit penderita DHF disebabkan karena :
 Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstraselular melalui kafiler yang
rusak dengan mengakibatkan menurunnva plasma dan meningkatnya nilai
hemotokrit bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotekal
dinding pembuluh darah
 Adanya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu dalam rongga
peritoneum pleura pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infuse.
D. PATHWAY

(sri indry lestari)


E. MANIFESTASI KLINIK
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)
 Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis
demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada
punggung, tulang, persendian dan kepala.
 Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis,
hematemosis, melene.
 Hepatomegali
 Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi
disertai gelisah dan akral dingin. Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)

(Alan R. Tumbelaka, 2004).


Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain
yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
a. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu
menelan.
b. Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan
(anoreksia), diare,konslipasi.
c. Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-
pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing)
padamuka, pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan fotopobia otot-otot
sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita
DHF antara lain adalah (Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu
dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi.
3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,
SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test)
Uji serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi
setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan
pada manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer,
sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang
dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat
dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan
memberi label antibody atau antigen dengan flouresens, radioaktif, atau
enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer dengan
manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi,
dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan
bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat
reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi
hemaglutinasi inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
Menggunakan metode plague reduction neutralization test (PRNT). Plaque
adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat
terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition
(HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini
adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian
besar grade II) di dapatkan efusi pleura.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS / TERAPI
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet, makan lunak.
3. Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis
dan beri penderita oralit.
4. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam dan jika kondisi pasien memburuk
observasi ketat tiap jam.
5. Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
6. Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk
menurunkan suhu menjadi < 39o C, dianjurkan pemberian parasetamol,
asetosial /salisilat tidak dianjurkan (indikasi kontra) karena dapat
menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis.
7. Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang
diperlukan untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
8. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
H. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara
hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare /
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya menifestasi pendarahan
pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau haemetemisis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bias mengalami
serangan ulangan dengan tipe virus yang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin
2018) (SDKI DPP PPNI 2017) :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan)
e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
ditandai dengan kebocoran plasma darah
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
h. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
i. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
j. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan.

3. Rencana Tindakan
No Dx NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jampasien
menunjukkan keefektifan pola nafas, dibuktikan dengan kriteria hasil :

NOC :

- Mendemonstrasikan batuk efektif


- Tidak ada suara napas tambahan
- Tidak ada sianosis dan dyspnea
- Mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah
- Tidak ada pursed lips
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)

NIC :

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator :
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
- Monitor respirasi dan status O2

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dengan


hipertermi diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
NOC - Temperature Regulation 3900
 Suhu dalam rentang normal (36-37)
 Nadi dan RR dalam rentang normal (nadi
60-100x/menit.RR:16-24X/Menit)
 Tidak ada perubahan warna kulit,dan tidak pusing tidak merasa mual
NIC - Thermoregulation 0800
 Monitor suhu maksimal 4 jam sekali
 Monitor TTV (TD,N.Suhu,RR)
 Monitor intake dan output cairan.
 Selimuti pasien
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Catat adanya fluktasi tekanan darah
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien
dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
diharapkan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
NOC - Nutritional Status (status nutrisi) :
 Intake nutrisi meningkat sesuai dengan diit
 Intake makanan dan cairan meningkat sesuai dengan diet
 Menunjukkan perubahan prilaku/pola hidup untuk
menigkatkan/mempertahankan BB.
NIC - Nutrition Management
Catat status nutrisi pasien pada penerimaan,catat turgor kulit, BB,Intergritas
mukosa oral,kemampuan menelan,riwayat mual/muntah/diare
Pastikan pola diet biasa pasien
Awasi masukan dan pengeluaran nutrisi dan BAB secara periodik
Selidiki adanya anoreksia
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien
dengan resiko kekurangan volume cairan diharapkan dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
Balance Fluid:
 Tekanan darah dalam batas normal
 Intake output 24 jam seimbang
 Tidak ada suara nafas tambahan
 Tidak ada asites
 Tidak ada edema
 Tidak gelisahh/cemas Fluid Management :
 Monitor BB setiap hari
 Set tetesan infus permenit
 Tingkatkan oral intake
 Monitor hasil lab yang relevan (BUN, HMT, albumin)
 Monitor status hemodinamik
 Monitor TTV
 Monitor tanda dan gejala retensi cairan
 Berikan diet
I. DAFTAR PUSTAKA
Siboro I, (2012). Dengue Haemoragic Fever (DHF). Academia.edu. 1-2
Unknown, (2018). Laporan Pendahuluan DHF. Blogspot.com
Jumal, Isfanda, Yuni, (2018). Studi Kasus DBD. Sel : Jurnal Penelitian
Kesehatan. Vol:5 No. 1
Narita, (2011). Proses Keperawatan DHF. Nurse Community.

Anda mungkin juga menyukai