Anda di halaman 1dari 46

Kelompok 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT TROPIS


(FILARIASIS)
MEMENUHI PERSYARATAN MATA KULIAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

KELOMPOK 4
Adila Hidayati Adyt Prayoga
Dwi Ulan Kurniawati Nur Ainun
Nur Rizki Parlinda
Priska Setiani Sri Wahyuni

KEMENTERIAN KESEHATAN INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
Definisi Filariasis
(Kaki Gajah)

Filariasis adalah sejumlah infeksi yang disebabkan


oleh cacing filaria dan dapat menyerang hewan
maupun manusia. Ada banyak jenis parasit filaria
memiliki ratusan jenis, tapi hanya delapan spesies
yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

Pengelompokan filariasis umumnya dikategorikan


menurut lokasi habitat cacing dewasa dalam tubuh
manusia, yaitu filariasis kulit, limfatik, dan rongga
tubuh. Yang akan dibahas lebih detail filariasis
limfatik atau lebih dikenal dengan istilah kaki gajah
atau elefantiasis.
ANATOMI FISIOLOGI FILARIASIS
Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria pada pembuluh getah bening.
Cacing ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk. Walaupun menyerang pembuluh
getah bening, cacing filaria juga beredar di pembuluh darah penderita kaki gajah. Jika penderita kaki gajah digigit
oleh nyamuk, cacing filaria dapat terbawa bersama darah dan masuk ke dalam tubuh nyamuk.
Beberapa jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis atau kaki gajah adalah Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi, dan Brugia timor. Sedangkan jenis nyamuk penyebar cacing filaria adalah nyamuk jenis Culex,
Aedes, Anopheles, dan Mansonia.
ETIOLOGI FILARIASIS
Penyakit kaki gajah atau filariasis disebabkan oleh infeksi cacing jenis filaria pada pembuluh getah bening.
Cacing ini dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk. Walaupun menyerang pembuluh
getah bening, cacing filaria juga beredar di pembuluh darah penderita kaki gajah. Jika penderita kaki gajah digigit
oleh nyamuk, cacing filaria dapat terbawa bersama darah dan masuk ke dalam tubuh nyamuk.
Beberapa jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis atau kaki gajah adalah Wuchereria bancrofti,
Brugia malayi, dan Brugia timor. Sedangkan jenis nyamuk penyebar cacing filaria adalah nyamuk jenis Culex,
Aedes, Anopheles, dan Mansonia.

Culex Aedes Anopheles Mansonia


CACING FILARIASIS

Brugia Malayi Brugia timor


Wuchereria bancrofti
MANIFESTASI KLINIS FILARIASIS
01 Demam 04 Pembengkakan Kelenjar Getah Bening
Demam biasanya terjadi selama 3 sampai 5 hari. Pembengkakan ini biasnya muncuk di dadrah
Demam juga biasanya akan muncul secara berulang lipatan paha dan ketiak. Pembengkakan ini terlohat
dan diiringi sakit kepala. kemerahan, terasa panas dan nyeri.

02 Kedinginan 05 Radang Saluran Getah Bening


Selain demam, biasanya akan merasa kedinginan Kondisi ini ditandai dengan rasa panas dan sakit
atau meriang. Kondisi ini biasanya kambuhan dan yang menjalar dari pangkal ke arah ujung kaki atau
diikuti dengan demam. lengan.

03 Pembengkakan dini 06 Abses Filarial


Pada filariasis kronis, tungkai, kaki, lengan, buah Abses filarial adalah kondisi saat kelenjar getah
dada dan skrotum akan terlihat kemerahan dan bening yang membengkak pecah dan mengeluarkan
sedikit membengkak dan sensasi panas. darah serta nanah. Kondisi ini menandakan infeksi
mulai menyebar.
07
KOMPLIKASI FILARIASIS
Tanpa perawatan medis yang tepat dan cepat, penyakit kaki gajah ini akan
menimbulkan sederet masalah lainnya., berikut komplikasi yang bisa
disebabkan oleh filariasis :

 Cacat atau Disabilitas.


Komplikasi yang paling umum dari kaki gajah adalah ketidak mampuan
untuk melakukan aktivitas, seperti biasanya karena pembengkakan yang
ekstrem. Contohnya, rasa sakit dan bengkak ini akan membuat pengidapnya
sulit melakukan pekerjaan sehari-hari

 Infeksi sekunder
seperti infeksi jamur dan bakteri juga sering dialami pengidap kaki gajah
karena kerusakan pada sistem getah bening.

 Depresi.
Kaki gajah dapat menyebabkan pengidapnya khawatir akan penampilan
mereka. Nah, hal inilah yang bisa meningkatkan kecemasan dan depresi
dalam hidupnya.
PENATALAKSANAAN FILARIASIS
Penatalaksanaan filariasis bergantung kepada keadaan klinis dan beratnya penyakit.(Addis DG, Dreyer G)
1. Terapi medikamentosaa.
 Diethycarbamazine citrate (DEC), WHO merekomendasikan pemberian DEC dengan dosis o mg/kgBBuntuk
12 hari berturut-turut. Di Indonesia, dosis 6 mg/kgBBmemberikan efek samping yang berat, sehingga
pemberian DECdilakukan bedasarkan usia dan dikombinasi dengan albendazol.
 Ivermectin, Obat ini merupakan antibiotik semisintetik golongan makrolid yangberfungsi sebagai agent
mikrofilarisidal poten. Dosis tunggal 200- 400µg/kg dapat menurunkan microfilaria dalam darah tepi
untukwaktu 6-24 bulan. Obat belum digunakan di Indonesia.
 Albendazol, Obat ini digunakan untuk pengobatan cacing intestine selam bertahun-tahun dan baru-baru ini di
coba digunakan sebagai anti filaria Albendazole hanya mempunyai sedikit efek untuk mikrofilaremia dan
antigenaemia jika digunakan sendiri. Dosis tunggal 400 mg dikombinasi dengan DEC atau intermectin efektif
menghancurkan microfilaria
 Pemberian benzopyrenes, termasuk flavonoids dan coumarin dapatmenjadi terapi tambahan.
2. Pembedahan, Tindakan bedah pada limfadema bersifat paliatif, indikasi tindakan bedah adalah jika tidakterdapat
perbaikan dengan terapi konservatif, limfadema sangat besar sehingga mengganggu aktivitas dan pekerjaan dan
menyebabkan tidak berhasilnya terapi konsevatif (Nurarif, 2015. p. 145).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah, Sampai saat ini hal tersebut
masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu
malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity).

2. Selain itu, berbagai methode pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki gajah. Diantaranya
ialah dengan system yang dikenal sebagai Penjaringan membran, Metode konsentrasi Knott dan Teknik
pengendapan.

3. Metode pemeriksaan yang mendekati kearah diagnosa dan diakui oleh WHO dengan pemeriksaan sistem "Tes
kartu", Hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan
mengambil sample darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus dimalam hari.
PATOFISIOLOGI FILARIASIS
• Parasit filaria adalah suatu nematoda berbentuk panjang seperti benang yang hidup di dalam jaringan untuk
waktu yang lama dan secara teratur menghasilkan mikrofilaria. Manifestasi klinis terjadi bertahun-tahun
setelah terinfeksi, sehingga penyakit ini jarang ditemukan pada anak. Mikrofilaria adalah larva imatur yang
ditemukan di darah atau kulit dan mencapai tingkat infektif di dalam tubuh nyamuk. Terdapat lebih dari 200
spesies parasit filaria, yang paling sering menginfeksi dan menyebabkan gejala sisa patologis pada manusia,
diantaranya yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori, dan Onchocerca volvulus. Wuchereria
bancrofti dan Brugia malayi hidup di daerah tropis seperti Indonesia, sedangkan Onchocerca volvulus hidup
di Afrika.
• Siklus hidup parasit filaria melalui 5 tingkat perkembangan larva, tiga pada hospes perantara yaitu nyamuk
dan dua pada manusia. Masing-masing tingkat perkembangan ditandai dengan adanya pertumbuhan dan
pertukaran kulit. Cacing betina dewasa dapat menghasilkan 50.000 mikrofilaria setiap hari. Apabila
mikrofilaria termakan oleh nyamuk yang cocok, segera menembus dinding lambung nyamuk dan berpindah
melalui jaringan sehingga mencapai sel yang cocok untuk perkembangannya. Seperti larva W.bancrofti,
hanya akan berkembang pada otot dada nyamuk. Dalam waktu 12 hari, terbentuk mikrofilaria yang halus
dengan panjang 250 μm, kemudian berubah menjadi larva tingkat tiga yang infektif dengan panjang 1500
μm. Pada saat ini nyamuk menjadi infektif dan bila menggigit manusia, larva yang infektif akan menembus
kulit di
tempat gigitan dan dengan cepat akan sampai ke saluran limfe, dalam beberapa bulan akan mengalami dua kali
pergantian kulit sebelum menjadi dewasa. Tidak ada multiplikasi cacing filaria pada manusia, sehingga banyaknya cacing
dan beratnya infeksi secara proporsional bergantung kepada banyaknya larva yang infektif. Keadaan ini biasanya terjadi
dalam waktu yang lama. Jadi kronisitas dan komplikasi elephantiasis pada lymphatic filariasis dan kebutaan pada
onchocerciasis hanya terlihat pada orang yang tinggal di daearah endemik dalam waktu yang lama. Filariasis bancrofti
adalah infeksi yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti. Cacing dewasa hidup di dalam kelenjar dan saluran limfe,
sedangkan mikrofilaria ditemukan di dalam darah.
• Secara klinis, bisa tanpa gejala atau berupa peradangan dan sumbatan saluran limfe. Manusia merupakan satu-
satunya hospes yang diketahui. Wuchereria bancrofti akan mencapai kematangan seksual di kelenjar dan saluran
limfe.
• Cacing dewasa berwarna putih, kecil seperti benang. Cacing jantan berukuran 40 mmx 0.1 mm, sedangkan cacing
betina berukuran dua kali cacing jantan yaitu 80-100 mm x 0.2 – 0.3 mm. Larva yang infektif (larva tingkat tiga)
dilepaskan melalui proboscis (labela) nyamuk sewaktu menggigit manusia. Larva kemudian bermigrasi dalam
saluran limfe dan kelenjar limfe kemudian mereka akan tumbuh menjadi dewasa betina dan jantan. Mikrofilaria
pertama sekali ditemukan di darah perifer 6 bulan – 1 tahun setelah infeksi, dan jika tidak terjadi reinfeksi,
mikrofilaremia ini dapat bertahan 5–10 tahun. Pejamu perantara mendapatkan infeksi dengan menghisap darah yang
mengandung mikrofilaria. Mikrofilaria akan melepaskan sarungnya di dalam lambung nyamuk (Gambar 2). Larva
akan bermigrasi ke otot-otot dada dan berkembang menjadi larva yang infektif dalam waktu 10–14 hari.
WOC FILARIASIS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia
2. Gangguan eliminasi urine
3. Nyeri akut
4. Gangguan citra tubuh
5. Hambatan mobilitas fisik
6. Resiko ketidakberdayaan
7. Ansietas
INTERVENSI KEPERAWATAN(NIC NOC)
N Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
o
1 Hipertermia NOC NIC
Definisi : Peningkatan suhu tubuh diataskisaran Thermoregulation Fever treatment
normal Kriteria Hasil : • Monitor suhu sesering mungkin
Batasan Karakteristik: • Monitor IWL
• Konvulsi • Suhu tubuh dalam
rentang normal • Monitor warna dan suhu kulit
• Kulit kemerahan • Monitor tekanan darah, nadi dan RR
• Peningkatan suhu tubuh diataskisaran normal • Nadi dan RR dalam • Monitor penurunan tingkat kesadaran
• Kejang rentang normal • Monitor WBC, Hb, dan Hct-
• Takikardi • Tidak ada perubahan • Monitor intake dan output
• Takipnea warna kulit dan tidak • Berikan anti piretikBerikan
• Kulit terasa hangat ada pusing
Faktor faktor yang berhubungan : pengobatan untuk mengatasipenyebab
• Anastesia demam
• Penurunan respirasi • Selimuti pasien
• Dehidrasi • Lakukan tapid sponge
• Pemajanan lingkungan yang panas • Kolaborasipemberian cairan intravena
• Penyakit • Kompres pasien pada lipat paha dan
• Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu aksila
lingkungan • Tingkatkan sirkulasi udara
• Peningkatan laju metabolisme • Berikan pengobatan untuk mencegah
• Medikasi
• Trauma terjadinya menggigil
• Aktivitas berlebihan Temperature regulation
• Monitor suhu minimal tiap 2 jam
• Rencanakan monitoring suhu secarakontinyu
• Monitor TD, nadi, dan RR
• Monitor warna dan suhu kulit
• Monitor tanda-tanda hipertermi danhipotermi
• Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
• Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
• Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
• Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
• Beritahukan tentang indikasi terjadinyakeletihan
dan penanganan emergencyyang diperlukan
• Ajarkan indikasi dari hipotermi danpenanganan
yang diperlukan
• Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Catat adanya fluktuasi tekanan darah
• Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri-
• Auskultasi TD pada kedua lengan
danbandingkanMonitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah aktivitas
• Monitor kualitas dari nadi
• Monitor frekuensi dan irama pernapasan
• Monitor suara paru
• Monitor pola pernapasan abnormal
• Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
• Monitor sianosis perifer
• Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
• Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
2 Gangguan eliminasi urine NOC NIC
Definisi: Disfungsi pada eliminasi • Urinary elimination Urinary Retention Care
urine • Urinary Continuence • Lakukan penilaian kemihyang
Batasan karakteristik: komprehensif berfokus pada
• Disuria. kriteria hasil: inkontinensia (misalnya, output urin,
• Sering berkemih
• Anyang- anyangan
• Kandung kemih kosong pola berkemih kemih, fungsi
• Inkontinensia secarapenuh kognitif, dan masalah kencing
• Nokturia • Tidak ada residu urine >100- praeksisten)
• Retensi 200 cc • Memantau penggunaan obat dengan
• Dorongan • Intake cairan dalam rentang sifat antikolinergik atau properti
Faktor yang berhubungan: normal alpha agonis
• Obstruksi anatomic • Bebas dari ISK • Memonitor efek dari obat-obatan
• Penyebab multiple • Tidak ada spasme bladder yangdiresepkan, seperti calcium
• Gangguan sensori motorik • Balance cairan seimbang channeblockers dan antikolinergik
• Infeksi saluran kemih • Menyediakan penghapusan privasi
• Gunakan kekuatan
sugestidenganmenjalankan air atau
disiram toilet
• Merangsang refleks kandung kemih
dengan menerapkan dingin untuk
perut
membelai tinggi batin, atau air
• Sediakan waktuyang cukup untuk
pengosongan kandung kemih (10
menit)
• Gunakan spirit wintergreen di pispot
atauurinal

3 Nyeri akut
PENCEGAHAN PENULARAN FILARIASIS

Pencegahan dapat dilakukan dengan membasmi tempat berkembang biak nyamuk dan mencegah gigitan nyamuk.
Selain itu juga perlu melakukan pencegahan dengan konsumsi obat yang dapat membunuh mikrofilaria dalam
tubuh. Obat ini diberikan dalam program Kemenkes, yaitu POPM (Pemberian Obat Pencegahan Massal). Obat ini
diminum satu tahun sekali secara rutin minimal selama dua tahun.

1) Hindari gigitan nyamuk dengan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal;

2) Kenakan pakaian yang tertutup ketika melakukan aktivitas pada daerah endemik atau luar ruangan yang berisiko
terpapar gigitan nyamuk;

3) Tidak ada salahnya untuk rajin mengoleskan lotion nyamuk ketika memiliki kegiatan di luar ruangan;

4) Penggunaan kelambu saat tidur juga dapat menghindarkan kamu dari risiko gigitan nyamuk;

5) Bersihkan genangan air atau pot-pot yang berpotensi menjadi sarang nyamuk agar terhindar dari penyakit kaki
gajah.
PENGOBATAN FILARIASIS

Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien


filariasis bertujuan untuk mencegah infeksi
bertambah buruk dan menghindari
komplikasi filariasis. Untuk mengurangi
jumlah parasit dalam tubuh, pasien dapat
mengonsumsi obat cacing, seperti
ivermectin, albendazole, atau
diethylcarbamazine.Setelah diberikan obat-
obatan tersebut, cacing penyebab kaki gajah
akan mati, sehingga pembengkakan kelenjar
getah bening mereda dan aliran getah bening
kembali lancar.Bila filarisis sudah
menimbulkan pembengkakan tungkai dan
kaki, ukurannya tidak dapat kembali seperti
semula.
Diethylcarbamazine (DEC)
Obat yang digunakan dalam pengobatan filariasis
termasuk filariasis limfatik, eosinofilia paru
tropis, dan loiasis. Ini juga dapat digunakan untuk
pencegahan loiasis pada mereka yang berisiko
tinggi
ASKEP TEORI “FILARIASIS”
1. PENGKAJIAN

a. Identitas
Penyakit filariasis biasanya sering menyerang pada pria dan wanita yangberumur diatas 30 tahun (Kunoli, 2012,hal
199).
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Pasien mengalami keluhan mudah lelah, intoleransi aktivitas, perubahanpola tidur (Kunoli, 2012,hal 203).
Alasan MRS
Pasien mengalami kelemahan otot, menurunnya masa otot, respon fisiologi aktivitas (perubahan TD, frekuensi jantung)
(Kunoli, 2012, hal203).
Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri disertai bengkak pada kaki yang terkena, nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk. nyeri timbul setiap
saat dan skala nyeri sedang sampai berat. Bengkak awalnya muncul dari telapak kaki sampai ke tungkai kaki bawah.
Pasien sulit berjalan yang disebabkan oleh pembengkakantungkai kaki. Demam naik turun dan buang air kecilberwarna
putih susu (Kunoli, 2012.hal 203)
Lanjutan...

c. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien biasanya belum pernah mengalami penyakit filariasis sebelumnya(Padila, 2013.hal 412).

2) Riwayat penyakit keluarga


Pada keluarga tidak ada yang mengalami penyakit filariasis(Padila,2013,hal 412)

3) Riwayat pengobatan
Pada pengobatan masal (program pengendalian filariasis)pemberian DEC dosis standar tidak dianjurkan lagi
mengingat efek sampingnya. Untuk itu, DEC diberikan dengan dosis lebih rendah (6 mg/kgBB), dengan jangka
waktu pemberian yang lebih lamam mencapai dosis total yang sama misalnya dalam bentuk garam DEC 0,2-
0,4% selama 9-12 bulan. Atau pemberian obat dilakukan seminggu sekali, atau dosis tunggal setiap 6 bulan atau
setiap tahun (Sudoyo, 2010.hal 2935).
Lanjutan...
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a. Kesadaran
Kesadaran Pada manifestasi akut dapat ditemukan adanya limfangitis dan limfadenitis yang berlangsung 3-15 hari, dan
dapat terjadi beberapa kali dalam setahun (zainuddin, 2014,hal 36).
b. Tanda-tanda vital
Pasien dengan penyakit filariasis perubahan tekanan darah, menurunnya volume nadi perifer, perpanjangan pengisian
kapiler (Kunoli, 2012,hal203)

2) Body system
a. Sistem pernafasanPenyakit filariasis terjadi pernapasan pendek dispnea nokturnal paroksismal: batuk dengan tanpa
sputum kental dan banyak (M.Farid Aziz, 2014.hal 116).
b. Sistem kardiovaskularictus cordis tidak terlihat dan tidak kuat angkat, Perubahan TD.menurunnya volume nadi
perifer, perpanjangan pengisian kapiler(Kunoli, 2012,hal 203)
c. Sistem pensyarafanKaki bengkak dan reflek tidak normal (Sudoyo, 2010,hal 2932).
d. Sistem perkemihan Pembengkakan pada daerah skrotalis (Kunoli, 2012,hal 203).
Lanjutan...

e. Sistem percemaan Pasien mengalami anoreksia dan permeabilitas cairan (Kunoli. 2012.hal 203).
f. Sistem integument warna kulit normal dan mengalami gangguan pada ekstemitas yang terkena kaki gajah,
tekstur kulit mengalami bengkak, gatal, lesi,hernanah pada kaki yang terkena (Kunoli 2012 hal 203) bernanah
pada kaki yang terkena (Kunoli, 2012,hal 203).
g. Sistem Muskuloskeletal terdapat edema pada kaki yang terkena dan kelemahan otot (Konuli,2012, hal 203)
h. Sistem Endokrin ditemukan adanya limfangitis dan limfadenitis yang berlangsung 3-15 hari, dan dapat
terjadi beberapa kali dalam setahun(zainuddin,2014, hal 36)
i. Sistem reproduksi menurunnya libido(Kunoli, 2012, hal 203)
j. Sistem pengindraan kerusakan status indra peraba(Kunoli, 2012, hal 203)
k. Sistem Imun Mengalami demam pada filariasis karena adanya inflamasi yang berawal dari kelenjar
getah(Sudoyo,2010, hal 2932)
Lanjutan...

3. Pemeriksaan Penunjang
1. Penyakit kaki gajah ini umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah, sampai saaat ini hal
tersebut masih dirasakan sulit. dilakukan karena microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam
darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja(nocturnal periodicity) (Nurarif, 2015p. 144).
2. Selainitu, berbagai method pemeriksaan juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki gajah.
Diantaranya ialah dengan system yang dikenal sebagai penjaringan membran, metode konsentrasikan dan
teknik pengendapan (Nurarif, 2015.p. 144).
3. Metode pemeriksaan yang mendekati kearah diagnose dan diakui olehWHO dengan pemeriksaan system
"tes kartu", hal ini sangatlah sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva). Yaitu dengan
mengambil sample darah system tusukan jari droplests diwaktu kapan pun, tidak harus dimalamh ari
(Nurarif, 2015, p. 144).
DIAGNOSA KEPERAWATAN FILARIASIS

a. Nyeri (M.Wilkinson, 2013, p. 537)


Nyeri kronis
- Definisi: Pengalaman sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan. akibat kerusakan jaringan
aktual atau pontensial atau digambarkan dengan istilah kerusakan (International Association For
the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya lebih dari 6 bulan
(M.Wilkinson, 2013. p.537)

- Batasan karakteristik:
Mengungkapkan secara verbal atau dengan isyarat atau menunjukkanbukti sebagai berikutnya.
• Subjektif: Depresi, Keletihan, Takut kembali cedera.
• Objektif : Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktifitas sebelumnya, Anoreksia, Atrofi
kelompok otot yang terlibat, Perubahan pola tidur, Wajah topeng, Perilaku melindungi, Iritabilitas,
Perilaku protektif yang dapat diamati, Penurunan interaksi dengan orang lain, Gelisah, Berfokus
pada diri sendiri, Respons yang dimediasi oleh saraf simpatis (misalnya, suhu, dingin. perubahan
posisi tubuh, dan hipersensitivitas), Perubahan berat badan (M Wilkinson 2013 hal 537)
LANJUTAN DIAGNOSA KEPERAWATAN FILARIASIS

- Faktor yang berhubungan


Ketunadayaan fisik atau psikososial kronis (misalnya, kanker metastasis, cedera
neurologis, dan arthritis) (M.Wilkinson, 2013,hal. 537)

b. Hipetermi
- Definisi: Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal (M. Wilkinson,2013, p. 394).
- Batasan karakteristik:
Objektif: Kulit merah, Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal (Frekuensi
napas meningkat), Kejang atau konvulsi(kulit) teraba hangat, Takikardia, Takipnea (M.
Wilkinson, 2013. p. 394)
- Faktor berhubungan:Dehidrasi, Penyakit atau trauma, Ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan untuk berkeringat, Pakaian yang tidak tepat, Peningkatan laju metabolisme,
Obat atau anestesia, Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang), Aktivitas
yang berlebihan (M.Wilkinson, 2013, hal. 395).
LANJUTAN DIAGNOSA KEPERAWATAN FILARIASIS

c. Gangguan eliminasi urine.


- Definisi: Pola fungsi perkemihan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan eliminasi dan dapat
ditingkatkan (M.Wilkinson, 2013,p.841).
- Batasan karakteristik:
 Subjektif: Mengungkapkan keinginan untuk meningkat eliminasi urineb.
 Objektif: Jumlah haluaran urine dalam batas normal, Asupan cairan adekuat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, Mengatur posisi diri untuk mengosongkan kandung kemih, Berat jenis
urine dalam batas normal, Urine kuning kecokelatan, Urine tidak berbau (M.Wilkinson, 2013, hal.
841).

d. Gangguan citra tubuh


- Definisi: Konfusi pada gambaran mental fisik diri seseorang (M. Wilkinson,2013, p. 69).
- Batasan karakteristik:
 Subjektif: Depersonalisasi bagian (tubuh) atau kehilangan melalui kata ganti retral, Penakanan
pada kekuatan yang tersisa dan pencapaian yang tertinggi, Rasa takut terhadap penolakan atau
reaksi dari orang lain, (Berfokus pada kekuatan, fungsi atau penampilan dimasa lalu), Fokus
pada perubahan atau kehilangan, Menolak untuk memverifikasi perubahan aktual,
Mengungkapkan secara verbal perubahan gaya hidup
LANJUTAN DIAGNOSA KEPERAWATAN FILARIASIS

 Objektif: Perubahan aktual pada struktur atau fungsi (tubuh), Perilaku


menghindari, membantau, atau mencari tau tentang tubuh individu,
Perubahan pada kemampuan untuk memperkirakan hubungan spasial
tubuh terhadap lingkungan, Perubahan dalam keterlibatan sosial,
Kehilangan bagian tubuh, Tidak melihat pada bagian tubuh, Tidak
menyentuh bagian tubuh, Trauma terhadap bagian tubuh yang tidak
berfungsi (M. Wilkinson.2013. p. 69).

- Faktor yang berhubungan:


 Biofisik (misalnya penyakit kronis, defek kongenital, dan kehamilan)
 Kognitif atau persepsi (misalnya, nyeri kronis)
 Kultural atau spiritual
 Perubahan perkembangan Penyakit (M.Wilkinson, 2013, hal. 70).
LANJUTAN DIAGNOSA KEPERAWATAN FILARIASIS

e. Hambatan Mobilitas Fisik


- Definisi Keterbatasan gerak fisik tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
dengan maksud tertentu dan mandiri (M.Wilkinson, 2013. p. 472).
- Batasan karakteristika.
• Subjektif: Laporan tentang nyeri atau ketidaknyamanan pada saat melakukan
gerakan; keengganan untuk bergerak.
• Objektif: Keterbatasan rentang gerak; keterbatasan kemampuan untuk
melakukan keterampilan motorik halus atau kasar; kesulitan untuk berputar
Gerak lambat gerakan tersentak-sentak atau tidak terkoordinasi, tremor yang
disebabkan oleh gerakan penurunan waktu reaksi (lebih lambat);
Ketidakstabilan postural: perubahan gaya berjalan; Memulai perubahan gerak
(misalnya, peningkatan perhatian padaaktivitas lain, perilaku pengendalian,
fokus pada dissabilitas atau aktivitas sebelum mengalami penyakit) (M.
Wilkinson, 2013, p. 472).
LANJUTAN DIAGNOSA KEPERAWATAN FILARIASIS

- Faktor yang berhubungan:


• Gaya hidup kurang gerak: intoleran aktivitas; keadaan tidak digunakan
dekondisi; penurunan daya tahan; keterbatasan daya tahan
kardiovaskular. Penurunan kekuatan otot atau masa pengendalian;
kekujatan sendi;kontraktur kehilangan integritas struktur tulang
• Nyeri ketidaknyamanan
• Gangguan neurtomuskular atau muskuloskeletal
• Gangguan sensori persepsi atau koknitif: keterlambatan pertimbangan
• Kondisi mood tertekan: ansietas
• Malnutrisi perubahan metabolisme selular: indeks masa tubuh (body
mass index, bmi ) diatas persentil 75 sesuai usia (M.Wilkinson, 2013,
p.473)
INTERVENSI FILARIASIS(BERDASARKAN NIC NOC)

a. Nyeri

Nyeri kronis.

1. Tujuan :Menunjukkan nyeri efek merusak. yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: ekstrem,
berat, sedang, ringan, atautidak ada);

 Gangguan performa peran atau gangguan hubungan interpersonal

 Gangguan konsentrasi

 Gangguan perawatan diri

 Gangguan pola tidur

 Kehilangan selera makan


LANJUTAN INTERVENSI
FILARIASIS(BERDASARKAN NIC NOC)

Memperlihatkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan 1-5: ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak ada):

• Ekspresi nyeri pada wajah

• Gelisah atau tidak tenang

• Ketegangan otot

• Kehilangan selera makan

• Episode nyeri yang lama (M.Wilkinson, 2013, p. 538).


LANJUTAN INTERVENSI FILARIASIS
2. Kriteria hasil
Pasien akan : Menyatakan secara verbal pengetahuan tentang secara alternatif untuk redakan nyeri; Melaporkan bahwa
tingkat nyeri pasien dipertahankan pada atau kurang (pada skala nyeri 0-10); Tetap produktif ditempat kerja atau sekolah
(M.Wilkinson, 2013, p.539).

3. Intervensi(NIC)
Aktivitas keperawatan
a) Kaji dan dokumentasikan efek jangka panjang penggunaan obat
b) Penatalaksanaa nyeri (NIC): Pantau tingkat kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri pada interval tertentu (M.
Wilkinson, 2013, p. 540).
Penyuluhan untuk Pasien / Keluargaa)
c) Beritahu pasien bahwa peredaan nyeri secara total tidak akan dapat dicapai (M.Wilkinson, 2013. p. 540).
Aktifitas Kolaboratif
d) Adakan pertemuan multidisipliner untuk merencanakan asuhan perawatan pasien
e) Pertimbangkan rujukan untuk pasien, keluarga, dan orang terdekat pasien ke kelompok pendukung atau sumber -
sumber lain, bila perlu (M.Wilkinson, 2013, p. 540).
LANJUTAN INTERVENSI FILARIASIS

b. Hipertermia
1) Tujuan: Pasien akan menunjukkan Termoregulasi yang dibuktikan olehindikator gangguan sebagai berikut
(sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat,sedang, ringan atau tidak ada gangguan):
• Peningkatan suhu kulit
• Hipertemia
• Dehidrasi
• Mengantuk
Pasien akan menunjukkan Termoregulasi yang dibuktikan oleh indikatorgangguan sebagai berikut (sebutkan 1-5
gangguan ekstrem, berat, sedang,ringan atau tidak ada gangguan):
• Berkeringat saat panas
• Denyut nadi radialis
• Frekuensi pernapasan (M.Wilkinson, 2013, p. 394).
LANJUTAN INTERVENSI FILARIASIS

2) Kriteria hasil:
Pasien dan Keluarga akan:
• Menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu
• Menjelaskan tindakan untuk mencegah atau meminimalkan peningkatan suhu tubuh
• Melaporkan tanda dan gejala dini Hipertermia
Bayi akan:
• Tidak mengalami gawat napas, gelisah, atau letargi
• Menggunakan sikap tubuh yang dapat mengurangi panas (M.Wilkinson, 2013,p. 391).

3) Intervensi (NIC)
Aktifitas Keperawatan
a) Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan suhu lingkungan
b) Pantau hidrasi (misalnya, turgor kulit, kelembapan membran mukosa)(M.Wilkinson, 2013, p. 392).
LANJUTAN INTERVENSI FILARIASIS
Penyuluhan untuk Pasien / Keluargaa)
• Ajarkan pasien / keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia (misalnya,
sengatan panas, dan keletihanakibat panas)
• Ajarkan indekasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang diperlukan jika perlu (M.Wilkinson, 2013,
p. 393).
Aktifitas Kolaboratif
• Berikan obat antipiretik.jika perlu
• Gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh, jika perlu (M. Wilkinson,
2013, p. 393).

c. Gangguan eliminasi urine.


1) Tujuan: menunjukkan eliminasi unne, yang membuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstern,
berat, sedang, ringan, atau tidak adagangguan):
• Identifikasi dorongan berkemih
• Mengosongkan kandung kemih secara tuntas
• pola eliminasi
• Asuhan cairan adekuat (M.Wilkinson, 2013, p. 842).
LANJUTAN INTERVENSI FILARIASIS
3) Intervensi (NIC)
Aktifitas keperawatan
a) Kajian dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasienterhadap tubuh pasien
b) Identifikasi mekanismekoping yang biasa digunakan pasien (M.Wilkinson, 2013, p. 73).
Penyuluhan untuk Pasien / Keluarga.
c) Ajarkan tentang cara merawat dan perawat diri, termasuk komplikasikondisi medis (M.Wilkinson, 2013, p. 73).
Aktivitas Kolaboratif
d) Rujukan kelayanan sosial untuk merencanakan perawatan dengan pasien dan keluarga
e) Rujukan pasien untuk mendapat terapi fisik untuk latihan kekuatan dan fleksibilitas, membantu dalam perpindahan
tempat dan ambulasi, ataupengguanaan prostesis
f) Tawarkan untuk menghubungi sumber-sumber komunikasi yang tersedia untuk pasien/keluargal
g) Rujuk ke tim interdisipliner untuk klien yang memiliki kebutuhankompleks (misalnya, komplikasi pembedahan)
(M.Wilkinson, 2013,hal. 73).
LANJUTAN INTERVENSI FILARIASIS
2). Kriteria hasil Pasien akan:
• Mendeskripsikan rencana untuk meningkatkan fungsi perkemihan
• Memiliki urine residu pasca-berkemih >100-200 ml
• Tetap terbebas dari infeksi saluran kemih
• Memiliki asupan haluaran urine 24 jam yang seimbang
• Melaporkan jumlah dan karakteristik urine yang normal
• Menunjukkan pengetahuan yang adekuat tentang obat yang memengaruhifungsi perkemihan
• Mengalami eliminasi urine normal (M.Wilkinson, 2013, p. 842).

3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a) Identifikasi dan dokumentasikan pola pengosongan kandung kemih
b) Kumpulkan data tentang penggunaan obat resep dan non resep
Penyuluhan untuk Pasien/ Keluarga.
c) Beri informasi tentang fungsi perkemihan normal
d) Beri informasi tentang kebutuhan cairan, berkemih, teratur,dll(M.Wilkinson, 2013, p. 843).
LANJUTAN INTERVENSI FILARIASIS

d. Gangguan Citra Tubuh


1) Tujuan :
a) Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalumenunjukkan adaptasi dengan ketunadayaan Fisik,
penyesuaian Psikososial: Perubahan Hidup, Citra Tubuh positif, tidak mengalami keterlambatan dalam
perkembangan Anak, dan Harga diri positif
b) Menunjukkan Citra Tubuh, yang dibuktikan oleh indikator (M.Wilkinson,2013, p. 71).2)

2) Kriteria hasil Pasien akan :


c) Mengidentifikasi kekuatan personal
d) Mengenali dampak situasi pada hubungan personal dan gaya hidup
e) Mengenali perubahan aktual pada penampilan tubuh
f) Menunjukkan penerimaan penampilan
g) Menggambarkan perubahan aktual pada fungsi tubuh (M.Wilkinson.2013, p. 71).
LANJUTAN INTERVENSI FILARIASIS
e. Hambatan mobilitas Fisik
1) Tujuan: memperhatikan mobilitas, yang dibuktikan oleh indikator berikut (sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat,
sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan):
• Keseimbangan
• Koordinasi
• Performa posisi tubuh
• Pergerakan sendi dan otot
• Berjalan
• Bergerak dengan mudah (M.Wilkinson, 2013. p. 475).
2) Kriteria hasil Pasien akan:
• Memperlihatkan penggunaan alat bantu secara benar dengan pengawasan
• Meminta bantuan untuk aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu
• Menyangga berat badan
• Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yg benar
• Berpindah ke kursi atau kursi roda
• Menggunakan kursi roda secara efektif (wilkinson. 2013, hal. 475)
LANJUTAN INTERVENSI FILARIASIS

3) Intervensi(NIC)
Aktivitas keperawatan:
a) Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan dirumahdan kebutuhan terhadap peralatan pengobatan
yang tahan lama
b) Ajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas
c) Ajarkan dan bantu pasien dalam proses berpindah
d) Rujuk keahli terapi fisik untuk program latihan
e) Berikan penguatan positif selama aktivitas
f) Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki anti selip yangmendukung untuk berjalan (M.Wilkinson, 2013, hal:
476).
IMPLEMENTASI KEPERAWTAN

4. Implementasi

Pelaksanaan tindakan keperwatan adalah inisiatif dari rencana tindakan yang spesifik.
Pelaksanaan merupakan aplikasi dari perencanan keperawatan oleh perawat bersama klien. Hal-hal yang harus
kita perhatikan dalam melakukan implementasi adalah intervensi yang dilakukan sesuai dengan rencana. Setelah
dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan tekhnik intervensi harus dilakukan
denga cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis dilindungi dan dokumentasi
keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

5. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu yang direncanakan dan perbandingan yang sitematis pada status kesehatan klien. Evaluasi
terdiri dari dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses,
evaluasi jangka pendek maupun evaluasi yang sedang berjalan, dimana evaluasi dilakukan secepatnya setelah
tindakan keperawatan dilakukan sampai tujuan tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif yang biasa disebut evaluasi
akhir atau evaluasi jangka panjang.

Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan keperawatan paripurna dan menjadi satu metode dalam memonitor
kualitas dan efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya mengguanakan format “ SOAP” .
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan umpan balik rencana keperawatan, nilai, serta meningkatkan mutu
asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebeluimnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai