Anda di halaman 1dari 19

FARMAKOLOGI

MENGHITUNG DOSIS OBAT SESUAI USIA

DIBUAT OLEH

NAMA: ADILA HIDAYATI


NIM : PO 7220120 1631
KELAS: 1A
KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING: ELSA GUSRIANTI,S.Kep.Msi.Med

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNG PINANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang”Perhitungan Dosis Obat Berdasarkan Usia dan Sediaan
Bentuk Obat”tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Farmakologi. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang bagaimana cara menghitung dosis obat yang benar sesuai dengan usia
yang tepat dan mengetahui sedian bentuk-bentuk obat.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis merangkum materi dari berbagai
sumber dan informasi di media massa. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Farmakologi, Bu Elsa Gusrianti,S.Kep.Msi.Med atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca
yang dalam hal ini menambah wawasan mengenai Perhitungan Dosis Obat dan Sedian
Bentuk- bentuk Obat . Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Kamis, 25 Februari 2021

Adila Hidayati

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 1
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
2.1 Menghitung Dosis Obat pada Bayi,Anak,Dewasa, dan Lansia ....................... 2
2.2 Bentuk Sediaan Obat ........................................................................................ 4
PENUTUP .......................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dosis obat adalah jumlah atau ukuran yang diharapakan dapat menghasilkan efek
terapi pada fungsi tubuh yang mengalami gangguan. Dosis (takaran) suatu obat adalah
banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik
untuk dipakai sebagai obat dalam maupun obat luar. Ketentuan Umum Farmasi Indonesia
(FI) edisi III mencantumkan 2 dosis yakni :
 Dosis Maksimal (maximum)
berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Penyerahan obat dengan dosis melebihi
dosis maksimum dapat dilakukan dengan membubuhi tanda seru dan paraf dokter penulisan
resep, diberi garis dibawah nama obat tersebut atau banyaknya obat hendaknya ditulis dengan
huruf lengkap.
 Dosis Lazim (Usual Doses)
merupakan petunjuk yang tidak mengikat tetapi digunakan sebagai pedoman umum
(dosis yang biasa / umum digunakan).

1.1 Rumusan Masalah


1.Bagaimana cara penghitungan dosis obat berdasarkan umur?
2. Apa saja bentuk sediaan obat?

1.2 Tujuan Penulisan


1.Mengetahui bagaimana cara menghitung dosis obat berdasarkan
umur 2.Mengetahui apa saja bentuk sediaan obat

1
PEMBAHASAN

2.1 Menghitung Dosis Obat sesuai Usia


Dosis obat adalah banyaknya takaran suatu obat yang dikonsumsi oleh orang atau
pasien, pemakaian untuk dalam maupun luar. Ada beberapa macam jenis dosis obat dalam
kesehatan untuk dipelajari atau dimengerti. Dosis obat yang harus diberikan pada orang atau
pasien haruslah sesuai takaran karena memiliki efek samping.
a. Menghitung Dosis Obat pada Bayi(menggunakan rumus fried)
Rumus ini sering digunakan pada bayi yang masih berumur dalam hitungan bulan. Berikut
untuk rumus dan cara menghitungnya:

Da= 𝑚 xDd(mg)
150

Keterangan rumus fried:


Da : dosis anak
m : umur anak dalam bulan
Dd/Dm : dosis maksimal dewasa
150 : ketetapan fried

b. - Menghitung Dosis Obat pada Anak(menggunakan rumus Dilling)


Rumus ini biasanya digunakan untuk anak-anak umur 8 tahun keatas(>8 tahun).

Da= 𝑛 xDd(mg)
20

Keterangan rumus dilling:


Da : dosis anak
n : umur anak dalam hitungan tahun
Dd/Dm : dosis maksimal dewasa
20 : ketetapan dilling

- Menghitung Dosis Obat pada anak(mengunakan rumus Young)


Rumus ini biasanya digunakan untuk anak-anak umur 8 tahun kebawah(<8 tahun).

𝑛
Da= xDd(mg)
𝑛+12
Keterangan rumus young:
Da : dosis anak
n : umur anak dalam hitungan tahun
Dd/Dm : dosis maksimal dewasa

Contoh 1 (dengan rumus fried) :


Seorang bayi berumur 6 bulan dema tinggi selama 1 hari dan telah diresepkan oleh dokter
mendapatkan paracetamol dengan dosis dewasa 500 mg, berapakan dosis yang harus
diberikan untuk bayu tersebut?
Penyelesaian:

Da= 6
150x500mg=20 mg

Jadi dosis yang tepat untuk diberikan kepada bayi adalah sebanyak 20 mg.

Contoh 2 (dengan rumus young)


Dosis lazim paracetamol untuk dewasa adalah 500mg untuk satu kali minum. Berapa dosis
obat untuk anak usia 6 tahun?
Penyelesaian:

Da= 6
6+12 x500mg=166 mg

Jadi dosis yang tepat untuk anak usia 6 tahun adalah sebanyak 166 mg.

Contoh 3(menggunakan rumus dilling)


Dosis lazim ibuprofen untuk dewasa adalah 400mg untuk satu kali minum. Berapakah dosis
untuk anak usia 13 tahun?
Penyelesaian:

Da=13x400mg=260mg
20

Jadi dosis yang tepat untuk anak usia 13 tahun adalah sebanyak 260mg.
c. Menghitung dosis obat pada Pasien Desawa

 0 –1 tahun : 1/12 dosis dewasa


 1 –2 tahun : 1/8 dosis dewasa
 2 –3 tahun : 1/6 dosis dewasa
 3 –4 tahun : 1/4 dosis dewasa
 4 –7 tahun : 1/3 dosis dewasa
 7 –14 tahun : 1/2 dosis dewasa
 14 –21 tahun : 2/3 dosis dewasa
 21 –60 tahun : dosis dewasa
Contoh:
Dosis dewasa Tifestan Forte(Asam Mefenamat) 500mg untuk sekali pakai, berapa dosis
untuk remaja usia 17 tahun?
Penyelesaian:
2/3 x 500 mg = 333 mg untuk sekali pakai remaja umur 17 tahun(kisaran 14-21 tahun).
d. Menghitung dosis obat pada Pasien Dewasa
Lanjut usia (lansia) pasti mengalami perubahan fisiologis dan biologis seperti
penurunan fungsi organ tubuh dan penurunan kecepatan metabolisme, serta berkurangnya
hormon maunpun perubahan keadaan enzim-enzim didalam tubuh, sehingga perlu
penyesuaian dosis untuk lansia yang dikonversi dari dosis dewasa, konversi dosis sebagai
berikut:
Umur (tahun) Dosis
 60-70 4/5 dosis dewasa
 70-80 3/4 dosis dewasa
 80-90 2/3 dosis dewasa
 >90 1/2 dosis dewasa
Contoh:
Dosis dewasa parasetamol 500 mg untuk sekali pakai, berapa dosis untuk lansia berumur 75
tahun?
Penyelesaian:
3/4 x 500 mg = 375 mg untuk sekali pakai lansia umur 75 tahun (kisaran 70-80 tahun).

2.2 Sediaan Obat


Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai
dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan
sebagai obat dalam ataupun obat luar.
A. Bentuk Sedian Padat
1. Serbuk/Bubuk(Pulvis dan Pulveres, Suspensi)

4
Bahan atau campuran obat yang homogen dengan atau tanpa bahan tambahan
berbentuk serbuk dan relatif satbil serta kering. Serbuk dapat digunakan untuk obat luar dan
obat dalam. Serbuk untuk obat dalam disebut pulveres (serbuk yang terbagi berupa bungkus-
bungkus kecil dalam kertas dengan berat umumnya 300mg sampai 500mg denganvehiculum
umumya Saccharum lactis.) dan untuk obat luar disebut pulvis adspersorius (Serbuk tabur).

Sifat pulvis untuk obat dalam:


 cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk cairan
 absorbsi obat lebih cepat dibanding dalam bentuk tablet
 tidak cocok untuk obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan, dirusak
dilambung, iritatif, dan mempunyai dosis terapi yang rendah.
Sifat pulvis adspersorius:
 Selain bahan obat, mengandung juga bahan profilaksi atau pelican
 untuk luka terbuka sediaan harus steril
 Sebagai pelumas harus bebas dari organisme pathogen
 Bila menggunakan talk hams steril, karena bahan!bahan tersebutsering terkontaminasi
spora dan kuman tetanus serta kuman penyebab gangren

Cara mengenal kerusakan:


Secara mikroskopik kerusakan dapat dilihat dari timbulnya bau yang tidak enak,
perubahan warna, benyek atau mnggumpal.
Cara peyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk, dan terlindung dari sinar matahari.
Contoh
Salicyl bedak (Pulv. Adspersorius);Oralit (Pulvis untuk obat dalam) dalam kemasan sachet.

2. TABLET
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang dibuat secara kempa cetak, berbentuk
pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan mengandung satu atau beberapa
bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan. (Berat tablet normal antara 300-600 mg ).
Sifat :
 Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan.
 Tidak tepat untuk :- obat yang dapat dirusak oleh asam lambung dan enzim pencernaan
, - obat yang bersifat iritatif.
 Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat mempengaruhi bioavailabilitas bahan aktif.
 Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan multiplayer obat-obat yang dapat
berinteraksi secara fisik/khemis, interaksinya dapat dihindari.
 Tablet yang berbentuk silindris dalam perdagangan disebut Kaplet
Cara mengenal kerusakan
Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat dari adanya perubahan warna, berbau, tidak
kompak lagi sehingga tablet pecah/retak, timbul kristal atau benyek.
Penyimpanan :
Disimpan dalam wadah tertutup, balk ditempat yang sejuk dan terlindung dari sinar matahari.

Contoh
- Sediaan paten : Tab. Bactrim, Tab. Pehadoxin
- Sediaan generik : Tablet parasetamol, Tablet amoksisilin

3. KAPSUL
Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah padat dengan
atau tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang yang umumnya terbuat dari gelatin.
Cangkang dapat larut dan dipisahkan dari isinya.
a. Kapsul Lunak (Soft Capsule): berisi bahan obat berupa minyak /larutan obat dalam
minyak.
b. Kapsul keras(Hard Capsule): berisi bahan obat yang
kering. Cara mengenal kerusakan :
Secara makroskopik kerusakan dapat dilihat dari adanya perubahan warna, berbau, tidak
kompak lagi sehingga tablet pecah5retak, timbul kristal atau benyek.
Penyimpanan :
Disimpan dalam wadah tertutup, baik ditempat yang sejuk dan terlindung dari sinar matahari.
a). Kapsul Lunak (Soft Capsule): Berisi bahan obat berupa minyak/larutan obat dalam
minyak.Sifat :- Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi, - dapat menutupi bau dan
rasa yang tidak menyenangkan, - absorbsi obat lebih baik daripada kapsul keras karena
bentuk ini setelah cangkangnya larut obat langsung dapat diabsorbsi, - Sediaan ini tidak dapat
diberikan dalam bentuk sediaan pulveres.
Contoh: Natur E
b). Kapsul keras (Hard Capsule): berisi bahan obat yang kering.Sifat: Cukup stabil dalam
penyimpanan dan transportasi, - dapat menutupi bau dan rasa yang tidak menyenangkan, -
tepat untuk obat yang mudah teroksidasi, bersifat higroskopik, dan mempunyai rasa dan bau
yang tidak menyenangkan., - kapsul lebih mudah ditelan dibandingkan bentuk tablet, -setelah
cangkang larut dilambung, bahan aktif terbebas sertaterlarut maka proses absorbsi baru
terjadi (di gastrointestinal).
Contoh: Ponstan 350 mg.

4. Supposituria
Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk
dimasukkan ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina) atau
uretra (suppositoria uretra). Suppositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang
mengandung obat.
Bahan pembungkus obat ini umumnya terbuat dari gelatin. Ketika masuk ke dalam
tubuh dan terkena panas, lapisan luarnya akan mencair sehingga obat akan perlahan-lahan
masuk dan menyebar ke dalam tubuh Anda.
Berikut beberapa kondisi yang mengharuskan Anda memasukkan obat ke dalam tubuh
dengan cara suppositoria:
 Muntah ketika minum obat
 Kesulitan untuk menelan obat
 Mengalami kejang dan tidak dapat minum obat melalui mulut
 Obat memiliki rasa yang terlalu buruk untuk diminum secara langsung
 Obat mudah rusak saat berada di usus dan membuat pengobatan jadi kurang maksimal
 Mengalami penyumbatan dalam tubuh sehingga obat tidak dapat bergerak lewat
sistem pencernaan.
Beberapa jenis suppositoria dan manfaatnya untuk kesehatan, antara lain:
a. Rectal suppositories
Suppositoria jenis ini biasa digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam rektum atau anus.
Umumnya suppositoria rektum mempunyai panjang sekitar 2,54 cm dengan ujung membulat.
Obat ini biasanya dipakai untuk membantu mengatasi kondisi-kondisi seperti: wasir, demam,
sembelit, nyeri tubuh, mual karena mabuk perjalanan, masalah kesehatan mental seperti
kecemasan, skizofrenia, dan gangguan bipolar, alergi, kejang.
b. Vaginal suppositories
Sama seperti namanya, vaginal suppositories dipakai untuk membantu mengatasi masalah
pada organ kewanitaan. Berbentuk bulat, suppositoria jenis ini digunakan untuk mengobati
infeksi bakteri atau jamur, serta vagina kering. Selain itu, vaginal suppositories juga dapat
dipakai sebagai pengontrol kelahiran (kontrasepsi).
c. Urethral suppositories
Meski jarang dijadikan pilihan, urethral suppositories dapat digunakan untuk membantu
mengatasi masalah ereksi. Berbentuk seperti biji beras, suppositoria jenis ini mengantarkan
obat yang dikenal dengan nama alprostadil.
5. Transdermal
Sediaan transdermal merupakan salah satu bentuk sistem penghantaran obat
dengan cara ditempel melalui kulit. Rute penghantaran obat secara transdermal merupakan
rute pilihan alternatif untuk beberapa obat, karena mempunyai beberapa keuntungan
antara lain dapat memberikan efek obat dalam jangka waktu yang lama, pelepasan obat
dengan dosis konstan, cara penggunaan yang mudah, dan dapat mengurangi frekuensi
pemberian obat (Khan, et al., 2012).
Melalui bentuk sediaan transdermal jumlah pelepasan obat yang diinginkan dapat
dikendalikan, durasi penghantaran aktivitas terapeutik dari obat, dan target penghantaran
obat ke jaringan yang dikehendaki. Tujuan dari pemberian obat secara transdermal adalah
obat dapat berpenetrasi ke jaringan kulit dan memberikan efek terapeutik yang diharapkan
(Barhate, et al., 2009).
Contoh: klonidin, fentanyl, lidokain, nitrogliserin, dan sebagainya

B. Bentuk Sedian Semi Padat


1. UNGUENTA (SALEP)
Sediaan 1/2 padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah dioleskan pada kulit dan
tanpa perlu pemanasan terlebih dahulu , dengan bahan obat yang terkandung harus terbagi
rata atau terdispersi homogen dalam vehikulum.Umumnya memakai dasar salep Hidrokarbon
( vaselin album dan vaselin flavum), dan dasar salep Absorbsi (adeps lanae, dan lanolin).
Sifat :
 Daya penetrasi paling kuat bila dibandingkan dengan bentuk sediaan padat lainnya.
 Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi
 Obat kontak dengan kulit cukup lama sehingga cocok untuk dermatosis yang kering
dan kronik serta cocok untuk jems kulit yang bersisik dan berambut.
 Tidak boleh digunakan untuk lesi seluruh tubuh
Contoh : Tolmicen 10 ml, Polik oint 5 g.

2. JELLY (GEL)
Sediaan semi padat yang sedikit cair, kental dan lengket yang mencair waktu kontak
dengan kulit, mengering sebagai suatu lapisan tipis, tidak berminyak. Pada umumnya
menggunakan bahan dasar larut dalam air (PEG, CMG, Tragakanta)
Sifat :
 Obat dapat kontak kulit cukup lama dan mudah kering
 Dapat berfungsi sebagai pendingin dan pembawa obat
 Bahan dasar mempunyai efek pelumas tidak berlemak sehinggacocok untuk
dermatosa kronik
 Biasanya untuk efek lokal, pemakaian yang terlalu banyak dapatmemberikan efek
sistemik.
Contoh : Bioplasenton jelly 25 mg, Voltaren Emulgel 100 g.

3. CREAM

8
Sediaan semi padat yang banyak mengandung air, sehingga memberikan perasaan
sejuk bila dioleskan pada kulit, sebagai vehikulum dapat berupa emulsi O/W atau emulsi
W/O.
Sifat :
 Absorbsi obat cukup baik dan mudah dibersihkan dari kulit
 Kurang stabil dalam penyimpanan karena banyak mengandung air dan mudah timbul
jamur bila sediaan dibuka segelnya.
 Dapat berfungsi sebagai pelarut dan pendingin
 Sediaan ini cocok untuk dermatosa akut.
Contoh: Chloramfecort 10 g, Hydrokortison 5g, Scabicid 1 Og.

4. PASTA
Masa lembek dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuserbuk dalam
jumlah besar (40-60%), dengan vaselin atau paraffin cair atau bahan dasar tidak berlemak
yang dibuat dengan gliserol, mucilage,sabun.

Sifat:
 Obat dapat kontak lama dengan kulit
 Sediaan ini cocok untuk dermatosa yang agak basah (Sub akut atau kronik )
 Dapat berfungsi sebagai pengering, pembersih, dan pembawa+ntuk lesi akut dapat
meninggalkan kerak vesikula.
Contoh : Pasta Lassari.

C. Bentuk Sedian Cair


1. SOLUTIO(Larutan)
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Solute : Zat yang terlarut.
Solven : Cairan pelarut umumnya adalah air.
Sifat:
 Obat homogen dan absobsi obat cepat
 Untuk obat luar mudah pemakaiannya dan cocok untuk penderitayang sukar menelan,
anak-anak dan manula
 Volume pemberian besar
 Tidak dapat diberikan untuk obat-obat yang tidak stabil dalam bentuk larutan.
 Bagi obat yang rasanya pahit dan baunya tidak enak dapat ditambah pemanis dan
perasa.
Contoh: Enkasari 120 ml solution, Betadin gargle.
9
2. SIRUP
Penggunaan istilah Sirup digunakan untuk :
 Bentuk sediaan (air yang mengandung Saccharosa atau gula 14!11@ %.
 Larutan Sukrosa hampir jenuh dengan air.
 Sediaan cair yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral.

Sifat :
 Homogen
 Lebih kental dan lebih manis dibandingkan dengan Solutio.
 Cocok untuk anak-anak maupun dewasa.

a. Sirup Kering
Suatu sediaan padat yang berupa serbuk atau granula yang terdiri dari bahan obat,
pemanis, perasa, stabilisator dan bahan lainnya, kecuali pelarut.)pabiola akan digunakan
ditambah pelarut (air) dan akan menjadi bentuk sediaan suspensi.
Sifat :
 Pada umumnya bahan obat adalah antimikroba atau bahan kimia lainyang tidak larut
dan tidak stabil dalam bentuk cairan dalam penyimpanan lama.
 Memberikan rasa enak, sehingga cocok untuk bayi dan anak.
 Kecepatan absorbsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel
 Apabila sudah ditambahkan aquadest, hanya bertahan +7 hari pada suhu kamar,
sedang pada almari pendingin +14 hari.
Contoh Sirup kering: Cefspan sirup (untuk dibuat Suspensi), Amcillin DS sirup (untuk dibuat
Suspensi)
Contoh sirup : Biogesic sirup, Dumin sirup.

3. SUSPENSI
Sediaan cair yang mengandung bahan padat dalam bentuk halus yang tidak larut tetapi
terdispersi dalam cairan/vehiculum, umumnya mengandung stabilisator untuk menjamin
stabilitasnya, penggunaannya dikocok dulu sebelum dipakai.
Sifat:
 Cocok untuk penderita yang sukar menelan, anak-anak dan manula
 Bisa ditambah pemanis dan perasa sehingga rasanya lebih enak dari Solutio
 Volume pemberiannya besar
 Kecepatan absorbsi obat tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel yang
terdispersi
Contoh: Sanmag suspensi, Bactricid suspensi

4. TINGTURA
Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhanatau
senyawa kimia. Secara tradisional tingtura tumbuhan berkhasiat obat mengandung 10%
bahan tumbuhan, sebagian besar tingtura tumbuhan lainmengandung 20% bahan tumbuhan.
Sifat :
 Homogen dan bahan obat lebih stabil
 Kadar alcohol yang tinggi dapat menghambat pertumbuhanmikroorganisme
 Karena Berisi beberapa komponen, dengan adanya cahaya matahari dapat terjadi
perubahan fotosintesis

Contoh : Halog 8 ml
5. GARGARISMA
Obat yang dikumur sampai tenggorokan, dan tidak boleh ditelan.
Contoh : Betadine 190 ml

6. GUTTAE
Sediaan cair yang pemakaiannya dengan cara meneteskan.
a. Tetes Oral:
Sifat :
 Volume pemberian kecil sehingga cocok untuk bayi dan anak-anak
 Pada umumnya ditambahkan pemanis, perasa, dan bahan lain yang sesuai dengan
bentuk sediaannya
 Bahan obatnya berkhasiat sebagai antimikroba, analgetika antipiretika, vitamin,
antitusif, dekongestan.
Contoh : Multivitaplek 15 ml, Triamic 10 ml, Termagon
b. Tetes Mata:
Sifat :
 Harus steril dan jernih
 Isotonis dan isohidris sehingga mempunyai aktivitas optimal
 Untuk pemakaian berganda perlu tambah
pengawet Contoh: Colme 8 ml, Catarlent 5 ml, Albucid
c. Tetes Telinga
Sifat '
 Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang mempunyai
kekentalan yang cocok (misal gliserol, minyak nabati, propilen glikol ) sehingga dapat
menempel pada hang telinga.
 pH sebaiknya asam(5-6)
Contoh : Otolin 10 ml, Otopain 8 ml.

7. ELIXIR
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven, untuk mengurangi jumlah
etanol bisa ditambah kosolven lain seperti gliserin dan propilenglikol, tetapi etanol harus ada
untuk dapat dinyatakan sebagai elixir. Kadar alcohol antara 3-75%, biasanya sekitar 315%,
keggunaanalcohol selain sebagai pelarut, juga sebagai pengawet atau korigen saporis.

Sifat :
 Cocok untuk penderita yang sukar menelan. Karena mengandung alkohol, hati-hati
untuk penderita yang tidak tahan terhadap alkohol atau menderita penyakit tertentu.
 Elixir kurang manis dan kurang kental dibandingkan bentuk sediaan sirup.
Contoh : Batugin 300 ml, Mucopect 60 ml(Paediatri ).

8. LOTION
Sediaan cair yang digunakan untuk pemakaian luar pada kulit.
Sifat :
 Sebagai pelindung atau pengobatan tergantung komponennya.
 Sesudah dioleskan dikulit, segera kering dan meninggalkan lapisan tipis komponen
obat pada permukaan kulit
 Bahan pelarut (solven) berupa air, alcohol, glyserin atau bahan pelarut lain yang
cocok. Contoh : Tolmicen 10 ml.

9. Emulsi
Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti
minyak dan air. Perlu ditambahkan zat tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang
dapat membantu dua cairan dapat bercampur secara homogen dan stabil . Menurut farmakope
edisi IV Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat dipertahankan dengan
penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan emulgator (emulsifying agent).
Komponen Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
 Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:
- Fase dispers/fase internal/fase discontinue Yaitu zat cair yang terbagi-bagi
menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
- Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi
sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
- Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Emulgator Alam seperti : Tumbuh-tumbuhan ( Gom Arab, tragachan, agar-agar,
chondrus), Hewani ( gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae), Tanah dan
mineral ( Veegum/ Magnesium Alumunium Silikat). Emulgator Buatan: Sabun,
Tween (20,40,60,80), Span (20,40,80).

 Komponen Tambahan
Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil
yang lebih baik, antara lain :
- Corrigen : Corigen actionis ( memperbaiki kerja obat), Corigen saporis
(memperbaiki rasa obat), corrigen odoris (memperbaiki bau obat), corrigen
colouris ( memperbaiki warna obat), corigen solubilis (memperbaiki kelarutan
obat)
- Preservative (pengawet) : Preservative yang digunakan Antara lain metil dan
propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol,
benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll.
- Anti oksidan. Antioksidan yang digunakan Antara lain asam askorbat, a-
tocopherol, asam sitrat, propil gallat, asam gallat.
Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun
external, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
a. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A ( minyak dalam air ).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke dalam air. Minyak sebagai
fase internal dan air sebagai fase external.
b. Emulsi tipe W/O ( water in oil ) atau A/M ( air dalam Minyak )
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase
internal dan minyak sebagai fase external.
Cara mengenal kerusakan:
Emulsi yang baik salah satu cirinya adalah apabila terjadi pemisahan antara dua lapisan maka
sediaan ini akan mudah terdispersi kembali setelah dilakukan pengocokan hal ini disebut
Creaming. Tapi apabila terjadi Cracking atau koalesan yaitu terpisahnya emulsi karena film
yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesan ( menyatu ), sehingga dengan
pengocokan pun larutan tidak terdispersi kembali. Atau terjadinya infersi minyak dalam air
atau air dalam minyak yang bersifat tetap (Irreversible), maka emulsi dikatakan tidak baik.
Penyimpanan:
Demi menjaga stabilitas sediaan emulsi maka faktor penyimpanaan obat perlu diperhatikan,
sediaan emulsi sebaiknya disimpan ditempat yang kering dalam wadah tertutup rapat pada
suhu ruangan dan terlindung dari sinar matahari. Hal terpenting yang perlu disampaikan juga
kepada pasien khususnya untuk sediaan emulsi adalah mengocoknya terlebih dahulu sebelum
digunakan.
Contoh:
Sumplemen anak(Scott Emulsion), Curvit, Curcuma Plus, Scott +DHA.

10. Lozenges atau tablet hisap


Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan
dasar beraroma manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
Lozenges merupakan sediaan dengan bermacam-macam bentuk yang biasanya
mengandung obat dan bahan perasa yang dimaksudkan untuk melarut secara perlahan pada
mulut untuk efek pada lokasi tertentu atau efek sistemik Allen, 2002. Bentuk sediaan ini
dimaksudkan agar melarut secara perlahan dalam mulut atau dapat dengan mudah dikunyah
dan ditelan. Sediaan ini dapat diterima di masyarakat, terutama pasien pediatri Allen, 2002.
Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan menurut metode pembuatan
tablet hisap, yaitu :
 Compressed Tablet Lozenges Prinsipnya sama dengan pembuatan tablet kompresi
biasa. Perbedaan yang mendasar adalah pada dosis sediaannya, maka compressed
tablet lozenges dengan area aktivitasnya yang berada di membran mukosa mulut dan
kerongkongan, biasanya memiliki diameter yang lebar antara 58-34 inchi, dikempa
dengan bobot tablet antara 1,5-4,0 gram dan diformulasi agar mengalami disintegrasi
dalam mulut secara perlahan-lahan Peters, 1989.
 Molded lozenges Molded lozenges dibuat dengan cara meleburkan basisnya. Molded
lozenges memiliki tekstur lebih lembut karena mengandung gula dengan konsentrasi
tinggi atau karena adanya kombinasi antara gelatin dengan gula.
Contoh:lozengespermen pelega tenggorokan
Fisherman's Friend, Strepsils, Woods' Peppermint, Alba Pastilles, Ricola, Tolak Angin,
Hexos, Troches Meiji.

11. Pelapis enteral


Obat dalam bentuk suspensi/larutan kental. Pelapis enteral ini khusus yang hanya larut ketika
berada di usus dan tidak dilambung karena sifatnya mengiritasi lambung.
Contoh: Pan enteral sachet 40g.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keberhasilan tindakan kuratif atau pengobatan pada pasien, selain bergantung pada
ketepatan diagnosis, juga bergantung pada ketepatan dalam pemberian pengobatan. Salah
satu hal yang menjadi fokus dalam keberhasilan pengobatan adalah dapat menentukan
dengan tepat jumlah dosis yang akan diberikan pada pasien. Oleh karena itu, tenaga
kesehatan, seperti bidan, harus dapat menguasai pengetahuan tentang penentuan dosis obat
sesuai dengan kebutuhan klien atau pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Hauner,Ines.M, et al.”The Dynamic Surface Tension of Water”. The Journal of Physical


Chemistry Letters (2017)
Fingas.M.F. “Water-in-Oil Emulsion :Formation and Prediction” The Journal of Petroleum
Science Research. (2014).vol 3:40-43
Ditjen POM (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Lachman, L.,Liebermann, H.A., dan Kanig,J.I.(1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri III.
Edisi III.Jakarta : UI Press.
https://farmasetika.com/2019/07/13/emulsi-dan-tipe-tipe-emulsi-dalam-sediaan-farmasi/
Murini, Tri. 2013. Bentuk Sediaan Obat (BSO) Dalam Preskripsi. UGM-Press.Yogyakrta
https://www.academia.edu/17453391/Makalah_Bentuk_Sediaan_Obat
http://repository.wima.ac.id/52/2/Bab%201.pdf
https://www.sehatq.com/artikel/suppositoria-adalah-memasukkan-obat-lewat-lubang-anus-
dan-kelamin-bagaimana-melakukannya
https://adysetiadi.files.wordpress.com/2018/05/pembelajaran-e-learning-cara-penghitungan-
obat1.pdf
https://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013/02/konversi-dosis-untuk-lansia.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai