Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
memformulasi,mengidentifikasi,mengombinasi,menganalisis,serta menstandarkan
obat dan pengamatan obat dan pengobatan juga sifat-sifat beserta pendistribusian
dan penggunaannya secara aman. Dalam keilmuan farmasi juga terdapat seni
dalam meracik obat atau juga sering dikenal dengan yang namanya Farmasetika.
Farmasetika adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi
pengumpulan, pengenalan, pengawetan dan pembakuan bahan obat-obatan serta
pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap untuk digunakan
sebagai obat.
Obat merupakan suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosa, mencegah,mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada
manusia atau hewan, meperelok badan atau bagian badan manusia. Adapun ilmu
yang mempelajari tentang obat-obatan dimulai dari produksi hingga diberikan ke
tangan pasien yaitu Farmasi. Salah satu contoh sediaan obat yakni dalam bentuk
serbuk bagi.
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan.
Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dulu
sampai sampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu 50˚ C.
Serbuk obat yang mengandung bagian yangmudah menguap dikeringkan dengan
pertolongan kapur tohor atau bahan pengering lain yang cocok, setelah itu
diserbuk dengan jalan digiling, ditumbuk dan digerus sampai diperoleh serbuk
yang mempunyai derajat halus sesuai yang tertera pada pengajak dan derajat halus
serbuk. Serbuk terbagi menjadi dua yaitu pulveres (serbuk bagi) dan pulveres
adspersorius (serbuk tabur).
Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih
kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas lain yang
cocok. Supaya dapat terbagi tepat, maka campuran serbuk kering ditambah zat

1
tambahan yang bersifat netral atau indiferen, seperti saccharum lactis, saccharum
album, sampai berat tiap bungkusnya 500mg.
Penggunaan pulveres lebih banyak diberikan pada pasien anak-anak yang
masih belum mampu menelan obat kapsul atau tablet secara baik, maka puyer
menjadi salah satu pilihan alternatif yang dianggap lebih efisien bila di berikan
kepada pasien anak. Pulveres memang memiliki beberapa keuntungan dari
sediaan lainnya, antara lain : dosis mudah disesuaikan dengan berat badan anak
secara tepat, obat dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan pasien, praktis cara
pemberian yang mudah khususnya untuk anak yang masih kecil yang belum dapat
menelan tablet.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah praktikum farmasetika dasar serbuk
bagi di laboratorium tekhnologi farmasi, universitas negri Gorontalo dengan
tujuan praktikan dapat memahami dan mengetahui cara pembuatan pulveres
(serbuk bagi).dimulai dari perhitungan bahan, dosis hingga proses pelayanan
informasi obat.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui sediaan serbuk
2. Mahasiswa dapat mengetahui perhitungan bahan pada serbuk bagi
3. Mahasiswa dapat mengetahui perhitungan dosis pada anak
4. Mahasiswa dapat mengetahui pelayanan informasi obat
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat dari percobaan ini adalah mahasiswa jadi lebih memahami tentang
pembuatan sediaan serbuk bagi, perhitungan bahan pada resep serbuk bagi, serta
menguasai perhitungan dosis pada anak hingga pelayanan informasi obat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Obat
Obat merupakan suatu zat atau bahan-bahan yang berguna dalam
menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan fisik dan rohani pada manusia
atau hewan, termasuk mempercantik tubuh atau bagian tubuh manusia (Anief,
2005).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Menurut peraturan Kemenkes No. 58 tahun 2014, Obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi untuk manusia.
2.1.2 Resep
Menurut Peraturan Kemenkes No. 58 tahun 2014, Resep adalah permintaan
tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper
maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
Resep adalah permintaan tertulis yan diberikan dokter kepada apoteker
untuk membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien.Resep harus ditulis
jelas dan lengkap. Apabila resep tidak dapay dibaca dengan jelas dan tidak
lengkap, Apoteker harus menanyakan kepada dokter penulis resep (Anief,2007).

3
2.1.3 Dosis
Menurut Kemendikbud (2013), definisi dosis (takaran) suatu obat ialah
banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang
penderita baik untuk dipakai sebagai obat dalam maupun obat luar. Ketentuan
Umum FI edisi III mencantumkan 2 dosis yakni :
1) Dosis Maksimal ( maximum) berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari.
Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat dilakukan
dengan membubuhi tanda seru dan paraf dokter penulisan resep, diberi garis
dibawah nama obat tersebut atau banyaknya obat hendaknya ditulis dengan
huruf lengkap.
2) Dosis Lazim (Usual Doses) merupakan petunjuk yang tidak mengikat tetapi
digunakan sebagai pedoman umum (dosis yang biasa / umum digunakan)
Macam – Macam Dosis Ditinjau dari dosis (takaran) yang dipakai, maka
dapat dibagi sebagai berikut :
a) Dosis terapi/Dosis medicinalis Adalah dosis (takaran) yang diberikan dalam
keadaan biasa dan dapat menyembuhkan si sakit.
b) Dosis maksimum Adalah dosis (takaran) yang terbesar yang dapat diberikan
kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa
membahayakan.
c) Dosis toxica Adalah dosis yang menyebabkan keracunan, tidak membawa
kematian. 4) L.D.50 Adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian
pada 50% hewan percobaan.
d) L.D.100 Adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian pada 100%
hewan perconaan.
e) Dosis inisiasi/Dosis awal Adalah dosis ( takaran ) yang diberikan pada awal
suatu terapi sampai tercapai kadar kerja yang diinginkan secaraterapeutik.
f) Dosis pemeliharaan Adalah dosis ( takaran ) yang harus diberikan selanjutnya
setelah tercapaikejenuhan untuk memelihara kerja sertakonsentrasi
jaringanyang sudah berusia lanjut , makapemberian dosis lebih kecil dari
dosis dewasa.

4
Dosis untuk anak dan bayi
Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan
orang dewasa. Dalam memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah
karena harus diperhitungkan beberapa faktor, antara lain umur, berat badan, jenis
kelamin, sifat penyakit, daya serap obat, ekskresi obat. Faktor lain kondisi pasien,
kasus penyakit, jenis obatnya juga faktor toleransi, habituasi, adiksi dan sensitif.
Aturan pokok untuk memperhitungkan dosis untuk anak tidak ada, karena
itu beberapa tokoh mencoba untuk membuat perhitungan berdasarkan umur, bobot
badan dan luas permukaan (body surface ) .
Menghitung Dosis Maksimum Untuk Anak Menurut Ansel (1981)
(1) Berdasarkan Umur.
a. Rumus YOUNG : n / 12+n x dosis maksimal dewasa, dimana n adalah umur
dari anak 8 tahun kebawah.
b. Rumus DILLING : n / 20 x dosis maksimal dewasa, dimana n adalah umur
dari anak 8 tahun kebawah.
c. Rumus FRIED : n / 150 x dosis maksimal dewasa, n adalah umur bayi
dalam bulan
(2) Berdasarkan Berat Badan (BB)
a. Rumus CLARK (Amerika) : Berat badan anak dalam kg x dosis maksimal
dewasa / 150
Atau
Berat Badan Anak dalam pound x dosis maksimal dewasa /68
b. Rumus Thermich ( Jerman ) : Berat Badan Anak dalam kg x dosis maksimal
dewasa /7
2.1.4 Serbuk
Menurut Dirjen POM (1979) serbuk adalah capuran homogen dua atau
lebih obat yang diserbukan. Menurut Dirjen POM (1995) serbuk adalah campuran
kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan dan ditujukan untuk pemakaian
luar.
Pulveres merupakan sediaan yang diracik satu atau beberapa dari zat aktif,
dicampurkan menjadi satu lalu dibagi dalam beberapa bagian sama rata dan

5
dibungkus menggunakan kertas perkamen. Sediaan pulveres ditujukan untuk
pemakaian oral. Penggunaan pulveres lebih banyak diberikan kepada pasien
anakanak yang masih belum mampu menelan obat kapsul atau tablet secara baik,
maka puyer menjadi salah satu pilihan alternatif yang dianggap lebih efisien bila
di berikan kepada pasien anak. Pulveres memiliki beberapa keuntungan dari
sediaan lainnya, antara lain; dosis mudah disesuaikan dengan berat badan anak
secara tepat, obat dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan pasien, praktis, cara
pemberian yang mudah khususnya untuk anak yang masih kecil yang belum dapat
menelan tablet. Lalu kerugian obat diserahkan dalam bentuk pulveres meliputi,
kemungkinan efek 5 samping dan interaksi obat meningkat, waktu untuk
menyediakan obat puyer relative lebih lama, berat tiap bungkus berbeda karena
pulveres tidak ditimbang satu per satu untuk tiap bungkus, kemungkinan terdapat
kesalahan menimbang, sulit melakukan kontrol kualitas, menurunnya stabilitas
obat, dapat meningkatkan toksisitas, efekivitas obat dapat berkurang karena
sebagian obat akan menempel pada blender/mortir dan kertas pembungkus,
tingkat higienisitasnya cenderung lebih rendah daripada obat yang dibuat di
pabrik, serta peresepan obat racik puyer meningkatkan kecenderungan
penggunaan obat irasional karena penggunaan obat polifarmasi tidak mudah
diketahui oleh pasien (Anief, 2006).
Penggunaan obat dalam bentuk sediaan serbuk sangat dibutuhkan oleh
masyarakat terutama bagi anak-anak maupun orang dewasa yang susah untuk
menelan obat dalam bentuk sediaan tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk dapat
mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara merata pada cairan
yang disebarkan secara merata pada campuran bahan padat yang kering. Serbuk
dapat pula dibuat sebagai bahan obat dari tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan
secara alamiah atau merupakan dua atau lebih campuran unsur kimia murni
(Anief, 2007).
A. Keuntungan dan kerugian sediaan serbuk
Menurut Martin, dkk (1993), keuntungan dan kerugian dari sediaan serbuk
diantaranya :

6
1) Keuntungan
a) Mempunyai permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan
b) Sebagai alternatif bagi anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet.
c) Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dalam
ukuran lazim, dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
d) Lebih stabil dibandingkan bentuk sediaan cair.
e) Keleluasaan dokter dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
pasien.
2) Kerugian
a) Rasa yang tidak enak tidak tertutupi (pahit, kelat, asam, lengket dilidah),
dan hal ini dapat diperbaiki dengan penambahan corigens saporis
b) Untuk bahan obat higroskopis, mudah terurai jika ada lembab
c) Pada penyimpanan bisa menjadi lembab
d) Peracikannya membutuhkan waktu yang lebih lama
B. Metode pembuatan serbuk, menurut Gloria (2016)
Menurut jenis bahan dan cara pembuatannya, serbuk dibagi menjadi :
a) Serbuk dengan bahan bahan padat yaitu, bahan padat halus sekali, bahan
padat berupa hablur/Kristal
b) Serbuk dengan bahan setengah padat
c) Serbuk dengan bahan cair
d) Serbuk dengan tablet/kapsul
a. Serbuk Dengan Bahan Padat
1) Bahan padat halus sekali Tidak berkhasiat keras : misalnya sulfur
(belerang) dalam pembuatan serbuk tidak di ayak, umumnya dalam
bedak tabur; carbo adsorben, asam borat, magnesium carbonas,
magnesium oksida, , zinci oksidum., kaolin. dan talkum. Berkhasiat
keras : Jumlah banyak, langsung dikerjakan dalam lapisan zat tambahan,
sedangkan dalam jumlah sedikit dan tidak dapat ditimbang dalam

7
timbangan milligram, maka dibuat pengenceran. Contohnya , digitalis
folium, ipecacuanhae radix, opii pulvis.
2) Bahan padat berupa hablur/kristal
a) Umumnya digerus terlebih dahulu sebelum dicampur Camphora :
sangat mudah menggumpal kembali jika digerus,sebelum digerus
tambahkan pelarut etanol 95% sampai larut, lalu dikeringkan
b) Asam salisilat : kristal jarum sangat ringan, mudah terbang, digerus
dengan penambahan pelarut etanol 95%, keringkan dengan zat
tambahan.
c) Asam benzoat, mentol, naftol, salol, timol, digerus dg penambahan
etanol 95% d) Iodium digerus dg penambahan etanol 95% atau eter,
lalu keringkan
d) Serbuk dengan garam-garam yang mengandung air kristal, dapat
dikerjakan dalam lumpang panas. Beberapa bahan mempunyai garam
bentuk keringnya (eksikatus), maka dapat diganti dengan
eksikatusnya. Natrii Karbonas 50% atau ½ bagian
Natrii Sulfas 50% atau ½ bagian
Ferrosi Sulfas 67% atau 2/3 bagian
Magnesii Sulfas 67% atau 2/3 bagian
Alumnii et kali Sulfas 67% atau 2/3 bagian
b. Serbuk Dengan Bahan Setengah Padat Umumnya bahan setengah padat
untuksuatu serbuk ada dalam bedak tabur. Misalnya vaselin kuning, vaselin
putih, cera alba atau sera flava, adeps lanae dan parafin padat. Jika bahan
tersebut dalam jumlah banyak dapat dilebur dulu di atas tangas air, jumlah
sedikit dapat ditetesi etanol 95%, aceton atau eter, kemudian dikeringkan
dengan bahan tambahan serbuk tabur.
c. Serbuk dengan Bahan Cair
1) Minyak atsiri / minyak terbang / minyak menguap : dapat diteteskan
terakhir atau dapat dibuat Elaeosacchara, yaitu suatu sediaan serbuk
yang terdiri dari campuran 2 g gula dan 1 tetes m.atsiri. Umumnya gula
(saccharum) diganti dengan laktosa karena gula bersifat higroskopis.

8
2) Balsamum Peruvianum, bahan yang konsistensinya berupa cairan
kental, dapat dikerjakan dengan cara diencerkan dahulu menggunakan
pelarut aceton atau eter, kemudian dikeringkan dengan zat tambahan,
biasanya dalam sediaan bedak tabur.
3) Tingtur tingtur, suatu sediaan galenika berbentuk sangat cair, jika
dikerjakan dalam serbuk maka dapat dilakukan sebagai berikut :
(a) Zat berkhasiat dalam tingtur tidak menguap,jika dalam jumlah sedikit
maka cukup dikerjakan dalam lumpang yang sudah dipanaskan,
kemudian keringkan dengan bahan tambahan. Jumlah banyak diuapkan
di atas penangas air sampai kental, tambahkan zat tambahan sampai
kering, contohnya Opii Tingtur.; Belladonae Tingtur.; Digitalis
Ttingtur).
(b) Zat berkhasiat dalam tingtur dapat menguap, misalnya Benzoic Opii
Tingtura; Camphora Spiritus; Iodii Ttingtur, dapat diambil bagian
bagian bahan aktifnya, kemudian spiritus sebagai pelarut dapat diganti
dengan zat tambahan seperti laktosa. Sementara Opii Tinctur
Aromatica, Valerianae Tinctura., tidak dapat diambil bagian bagiannya,
maka dilakukan pengeringan dengan suhu serendah mungkin, jika
dalam jumlah sedikit dapat langsung ditambahkan dalam serbuk.
4) Ekstrak dalam serbuk
1. Ekstrak. kering (Extractum siccum). Contoh : Opii Extrac; Strychni
Extrac; dikerjakan langsung dalam serbuk
2. Ekstrak. kental (Extractum spissum). Contoh : Extrac Belladonae;
Extrac Hyoscyami, dapat dikerjakan dalam lumpang panas dengan
penambahan sedikit pelarut etanol 70%, keringkan dengan zat
tambahan
3. Ekstrak cair ( Extractum liquidum )
4. Extrac Chinae Liquid, dikerjakan seperti pada tingtur.
d. Serbuk dengan Tablet dan Kapsul
1) Tablet : jika tersedia zat aktifnya maka diganti dengan zat aktifnya,
misalnya tablet parasetamol, tersedia serbuk parasetamol dapat diambil

9
yang serbuk, jika tidak tersedia maka tablet digerus halus kemudian
dicampur dalam serbuk dan gerus sampai homogen. Jumlah tablet dalam
bentuk pecahan,misalnya 2,5 tablet, maka yang 2 tablet diambil utuh
sementara yang 0,5 tablet dapat dibuat pengenceran, hasil pengenceran
yang setara 0,5 tablet dapat dicampurkan dengan serbuk.
2. Kapsul : dibuka cangkang kapsul keluarkan isinya, baru dicampurkan
kedalam serbuk.
Serbuk diracik dengan cara mencampur bahan obat satu per satu,
sedikit demi sedikit dan dimulai dari bahan obat yang jumlahnya sidikit,
untuk serbuk tidak dibagi kemudian diayak, biasanya menggunakan
pengayak nomor 60 dan dicampur lagi. Jika serbuk mengandung lemak,
harus diayak dengan pengayak nomor 44.
a) Jika jumlah obat kurang dari 50 mg maka jumlah tersebut tidak dapat
ditimbang, harus dilakukan pengenceran menggunakan zat tambahan
yang cocok Jika mencampur obat berkhasiat keras sebaiknya dalam
lumpang yang halus dan sudah diberikan sebagian zat tambahan
sebagai alas bahan obat yang akan digerus. Jika bahan obat keras
dilakukan pengenceran sebaiknya diberikan sedikit zat warna,
biasanya carmin yang berwarna merah tua, hasil pengenceran
kemudian ditambahkan kedalam campuran bahan obat yang lain,
campuran akan terlihat homogen jika zat warna sudah merata dalam
serbuk.
b) Obat serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dahulu
sampai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat
halus serbuk , setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 50o.
Jika serbuk obat mengandung bagian yang mudah menguap,
dikeringkan dengan pertolongan kapur tohor atau bahan pengering
lain yang cocok.
c) Obat berupa cairan misalnya tingtur dan ekstrak cair, diuapkan
pelarutnya hingga hampir kering atau sampai kental dan diserbukkan
dengan pertolongan zat tambahan yang cocok.

10
d) Obat bermassa lembek misalnya ekstrak kental, dilarutkan dalam
pelarut yang sesuai secukupnya dan diserbukkan dengan pertolongan
zat tambahan yang cocok.
e) Obat berbentuk kristal atau bongkah besar, digerus terlebih dahulu
sampai halus, kemudian baru ditambahkan bahan obat yang.
f) Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar supaya nampak
bahwa serbuk sudah merata.
C. Derajat halus serbuk
1. Jika dinyatakan dalam satu nomor, artinya semua serbuk dapat melalui
pengayak dengan nomor tersebut. Misalnya sebagai contoh “serbuk 85”
artinya semua serbuk yang diayak harus melalui ayakan no 85
2. Jika dinyatakan dalam 2 nomor, maksudnya semua serbuk dapat melalui
pengayak dg nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dg
nomor tertinggi. Contoh “serbuk 10/40” artinya semua serbuk dapat melewati
ayakan no 10, dan tidak lebih dari 40% yang melalui ayakan no 40. Jadi
serbuk yang tidak melewati ayakan itu yang disebut “serbuk 10/40. Nomor
pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah
dengan panjang kawat. Macam-macam serbuk menurut derajat halusnya
a. Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
b. Serbuk kasar adalah serbuk (10/40)
c. Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60)
d. Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85)
e. Serbuk halus adalah serbuk (85)
f. Serbuk sangat halus adalah serbuk (120) dan (200/300)
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etil alkohol, etil hidroksida, grain alkohol.
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

11
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
95% P dalam bagian asetan P, dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P.
Larut dalam larutan alkohol hidroksida.
Kegunaan : Sebagai antiseptik, membersihkan alat-alat medis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.2 Furosemide (Dirjen POM, 2020)
Nama resmi : Furosemide
Nama lain : Ranitidin hidroklorida
Berat molekul : 330,74 g/mol
Rumus molekul : C12H11ClN2O5S
Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai hampir kuning tidak


berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam
aseton, dalam dimetilformamida dan dalam larutan
alkali hidroksida, larut dalam metanol, agak sukar
larut dalam etanol, sukar larut dalam eter, sangat
suka larut dalam kloroform
Khasiat : Hipertensi Diuretik
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2.2.3 Paracetamol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama lain : Astaminoten / parasetamol

12
Berat molekul : 151,16 g/mol
Rumus molekul : C8H9NO2
Rumus Struktur : CH

NHCOCH3

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa


pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
95% P dalam bagian asetan P, dalam 40 bagian
gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P.
Larut dalam larutan alkohol hidroksida.
Khasiat : Anti Analgetikum (Anti nyeri) dan anti pirektum
(Penurunan demam)
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

13
BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu dan Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 16 Oktober 2021 pukul
07.00 sampai dengan selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Teknologi
Farmasi Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu lap halus, lap kasar,
plastik klip, mortar dan stamper, spatula, dan sudip.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam paraktikum kali ini yaitu alkohol 70%, copy
resep, etiket obat, furosemid, kertas perkamen, paracetamol, dan tisu.
3.3. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan menggunakan alkohol 70 %
3. Dihitung bahan obat yang akan digerus dengan jumlah bahan obat
4. Digerus terlebih dahulu pada bahan obat yang volumenya besar kecil yaitu 4
tablet furosemid hingga halus
5. Dimasukkan 3 tablet paracetamol dan digerus kedalam mortir hingga
homogen
6. Disiapkan kertas perkamen 10 bungkus sesuai resep
7. Dibagi dengan bobot yang kurang lebih sama menggunakan spatula
8. Dikemas sesuai dengan aturan pengemasan serbuk bagi
9. Dimasukkan kedalam plastik klip
10. Diberi etiket dan copy resep

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar 1
Serbuk Bagi

4.2 Perhitungan Bahan dan Dosis


1. Perhitungan Bahan
1. Paracetamol : 150mg/500mg x 10 = 3 tablet
2. Furosemid : 15mg/40mg x 10 = 3,75 tablet = 4 tablet
2. Perhitungan Dosis
1. Paracetamol
Sekali : 13 / 20 x 500 = 325 mg
%OD Sekali : 150mg / 325mg x 100%v = 46% (TOD) <100%
Sehari : 13 / 20 x 1500 = 975 mg
%OD Sehari : (150x2) / 975mg x 100% = 30,7 % (TOD) <100%
2. Furosemid
Sekali : 13 / 20 x 40 = 26 mg
%OD Sekali : 15mg / 26mg x 100% = 58% (TOD) <100%
Sehari : 13 / 20 x 80 = 52 mg
%OD Sehari : (15x2) / 52mg x 100% = 58% (TOD) <100%
Keterangan : Resep dapat dibuat karena dosis yang diberikan tidak
overdosis sehingga aman digunakan untuk anak 13 tahun

15
4.3 Resep

Dr. Gita
SIP: 446/2502/491/1-17
Jl. Dewi Sartika no. 10
Telp (0274) 8524

Gorontalo, 30-09-2021

R/

Paracetamol 150 mg
Furosemid 15 mg

m.f.pulv d.t.d no X
s 2 d.d 1 p.c

Pro : Aji
Umur: 13 tahun

4.3.1 Narasi Resep


Narasi Resep Perkata
Singkatan
Nama Latin Arti
Latin
 Signa Tandai
2.d.d Bis de die Dua kali sehari
Centum
150 Seratus lima puluh
Quinquaginta
15 Quindecim Lima belas
Berikan sekian
d.t.d Da tales dosis
takaran
Iter 1x Iteratur 1x Diulangi satu kali

16
Campur dan
m.f Misce fac
buatlah
Mg Miligrama Miligram
No Numero Sebanyak
p.c Post coenam Sesudah makan
Pro Pro Untuk
Pulv Pulvis Serbuk
R/ Recipe Ambilah
X Decim Sepuluh

Bahasa Latin
Recipe, paracetamol Centum Quinquaginta Miligrama, furosemid
quindecim Miligrama misce fac pulveres da tales doses nomero decim. Signa bis
de die post coenam.
Terjemahan
Ambilah, paracetamol seratus lima puluh miligram, furosemid lima belas
miligram, Campur dan buatlah serbuk, diberikan sekian takaran sebanyak lima
belas. Tandai dua kali sehari sebanyak satu untuk sesudah makan
4.4 Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan serbuk bagi. Menurut
Syamsuni (2006) Pulveres (serbuk bagi) adalah serbuk yang dibagi dalam bobot
yang lebih kurang sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas
lain yang cocok untuk sekali minum.Tujuan praktikum ini agar praktikan dapat
memahami dan mengetahui cara pembuatan pulveres (serbuk bagi).dimulai dari
perhitungan bahan, dosis hingga proses pelayanan informasi obat.
Sebelum memulai praktikum perlu dihitung terlebih dahulu perhitungan
dosis karena resep di atas adalah resep anak. Menurut Kemendikbud (2013)
Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan orang
dewasa. Dalam memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena harus
diperhitungkan beberapa faktor antara lain umur, berat badan, jenis kelamin, sifat
penyakit, daya serap obat, dan ekskresi obat. Faktor lain kondisi pasien, kasus

17
penyakit, jenis obatnya juga faktor toleransi, habituasi, adiksi dan sensitif. Karena
dalam resep tertera umur anak dan lebih dari 8 tahun, maka untuk perhitungan
dosis berdasarkan umur anak yaitu menggunakan rumus Dilling menurut Moh.
Anief (2007) yaitu : n/20 x DM. Dimana n sebagai umur anak dalam tahun.
Setelah mendapat hasil dari perhitungan maka dihitung lagi berdasarkan %OD
untuk mengetahui apakah obat dalam resep ama digunakan atau tidak
menimbulkan efek toksik.
Dalam resep ini terdapat obat paracetamol dan furosemid. Paracetamol,
Menurut Tjay dan Rahardja (2007), merupakan obat penurun panas dan pereda
nyeri yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Metabolit Fenasetin ini
diklaim sebagai zat antinyeri yang paling aman sebagai swamedikasi dan terdapat
obat Furosemid Menurut Penelitian Mawaqit Makanim, dkk ( 2017), Furosemid
merupakan obat yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan ekskresi natrium
dalam urin dan mengurangi tanda-tanda fisik dari retensi cairan padapasien
dengan gagal jantung.
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, adapun alat yang digunakan
yaitu yaitu lap halus, lap kasar, plastik klip, mortar dan stamper, spatula, dan
sudip. Serta bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, copy resep, etiket obat,
furosemid, kertas perkamen, paracetamol, dan tissue. Kemudian membersihkan
alat yang digunakan menggunakan alkohol 70% hal ini karena Menurut Pratiwi
(2008), Alkohol 70% bersifat sebagai disinfektan atau dapat menghambat
pertumbuhan mikroba pada alat yang digunakan serta dapat membuat alat tetap
steril.
Bahan obat yang telah dihitung sebelumnya digerus menggunakan lumpang
dan alu. Digerus terlebih dahulu furosemid 4 tab lalu dimasukkan paracetamol 3
tablet. Gerus hingga homogen sesuai dengan ketentuan Menurut Kemdikbud
(2013), Cara mencampur serbuk, obat yang jumlahnya sedikit dan volumenya
lebih besar dimasukkan terlebih dahulu . Menurut Kurniawan (2009), Pada saat
menggerus obat harus searah agar zat aktif atau partikel di dalam mortir tidak
rusak atau terganggu, seperti diketahui Penggerusan merupakan salah satu
langkah penting dalam teknologi famasi. Penggerusan ini merupakan proses

18
pengurangan ukuran partikel atau butiran dari zat padat yang selanjutnya akan
mempengaruhi luas permukaan, tingkat homogenitas dan juga tingkat kerja
optimal dari zat aktif. Hal ini dikarenakam suatu zat yang digerus akan mengalami
perubahan menjadi bentuk partikel yang lebih kecil atau lebih halus sehingga luas
permukaannya akan meningkat. Jika ditambah dengan zat lain pun, maka
pencampuran yang merata dan homogen akan mudah tercapai. Peningkatan luas
permukaan dan homogenitas zat aktif inilah yang akhirnya akan menentukan kerja
optimal suatu obat. Lalu keluarkan dari mortir menggunakan sudip dan letakkan
di atas kertas perkamen yang telah disiapkan sesuai jumlah permintaan resep yaitu
10 sediaan kemudian masukkan dalam plastik klip beri etiket.
Adapun kekurangan pada resep ini adalah tidak terdapat paraf atau tanda
tangan dokter peulis resep dimana paraf tersebut menjamin keaslian resep atau
sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Resep ini juga tidak dituliskan tanda
seru atau paraf dokter pada resep yang kelebihan dosis maksimalnya dan tidak
dituliskannya alamat dari pasien yang erupakan identitas dari pasien. Penulisan
bahan obat yang harus ditulis terlebih dahulu adalah obat yang memiliki fungsi
utama yang dengan pemedium adjuvantia atau ajuve yaitu bahan obat yang
menunjang kerja bahan obat pertama (Syamsuni, 2006).
Adapun kesalahan saat praktikum terlalu banyak pemberian alkohol 70%
pada lumpang sehingga lama terjadi penguapan, pembagian obat tidak
menggunakan timbangan sehingga bobot obat tidak seragam yang nantinya
mempengaruhi dosis obat, dan beberapa kelompok saat pemberian informasi obat
tidak menanyakan kembali nama pasien yang mungkin saat di lapangan kerja
akan terjadi kesalahan pada saat pemberian obat.

19
. BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Serbuk
A. Pengertian sediaan serbuk
Pulveres merupakan sediaan yang diracik satu atau beberapa dari zat aktif,
dicampurkan menjadi satu lalu dibagi dalam beberapa bagian sama rata dan
dibungkus menggunakan kertas perkamen. Sediaan pulveres ditujukan untuk
pemakaian oral. Penggunaan pulveres lebih banyak diberikan kepada pasien
anakanak yang masih belum mampu menelan obat kapsul atau tablet secara baik,
maka puyer menjadi salah satu pilihan alternatif yang dianggap lebih efisien bila
di berikan kepada pasien anak. Pulveres memiliki beberapa keuntungan dari
sediaan lainnya, antara lain; dosis mudah disesuaikan dengan berat badan anak
secara tepat, obat dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan pasien, praktis, cara
pemberian yang mudah khususnya untuk anak yang masih kecil yang belum dapat
menelan tablet. Lalu kerugian obat diserahkan dalam bentuk pulveres meliputi,
kemungkinan efek samping dan interaksi obat meningkat, waktu untuk
menyediakan obat puyer relative lebih lama, berat tiap bungkus berbeda karena
pulveres tidak ditimbang satu per satu untuk tiap bungkus, kemungkinan terdapat
kesalahan menimbang, sulit melakukan kontrol kualitas, menurunnya stabilitas
obat, dapat meningkatkan toksisitas, efekivitas obat dapat berkurang karena
sebagian obat akan menempel pada blender/mortir dan kertas pembungkus,
tingkat higienisitasnya cenderung lebih rendah daripada obat yang dibuat di
pabrik, serta peresepan obat racik puyer meningkatkan kecenderungan
penggunaan obat irasional karena penggunaan obat polifarmasi tidak mudah
diketahui oleh pasien (Anief, 2006).
Penggunaan obat dalam bentuk sediaan serbuk sangat dibutuhkan oleh
masyarakat terutama bagi anak-anak maupun orang dewasa yang susah untuk
menelan obat dalam bentuk sediaan tablet, pil, ataupun kapsul. Serbuk dapat
mengandung sejumlah kecil cairan yang disebarkan secara merata pada cairan

20
yang disebarkan secara merata pada campuran bahan padat yang kering. Serbuk
dapat pula dibuat sebagai bahan obat dari tumbuh-tumbuhan yang dikeringkan
secara alamiah atau merupakan dua atau lebih campuran unsur kimia murni
(Anief, 2007).
B. Cara pembuatan pulveres
Penggerusan bahan farmasetik dapat berupa penggerusa obat maupun bahan
obat. Oleh karena itu, sebelum melakukan penggerusan bahan farmasetik kita
harus memperhatikan beberapa hal, yaitu sifat fisika kimia bahan, suhu, dan
kelembapan. Bahan-bahan obat tersebut memliki sifat yang berbeda-beda
sehingga dalam pengerjaanya kadang memerlukan perlakuan khusus, seperti :
a) Bahan-bahan yang bersifat higroskopis digerus pada sistem tertutupi yang
dicukupi dengan udara yang dikeringkan. Misalnya garam-garam yang larut
air.
b) Bahan-bahan termolabil yang mudah dioksidasi dan mudah terbakar digerus
dalam sistem tertutup dengan karbon dioksida atau nitrogen beratmosfer inert.
c) Bahan-bahan dengan titik leleh rendah seperti malam dan asam stearat harus
dibekukan sebelum digerus, dapat juga ditambahkan es kering pada saat
penggerusan (Lachman, 1986)
2. Perhitungan bahan pada resep
Dari hasil perhitungan bahan sendiri dengan rumus x / y X 100%. Dimana x
adalah komposis dalam resep dan y adalah kekuatan pasaran dari sediaan yang
dihitung dapat dilihat bahwa obat furosemid 3,75 tablet dilebihkan menjadi 4
tablet karena pada saat penggerusan obat, sedikit banyak dosis yang malah
menempel pada dending mortir yang jika di biarkan menjadi ketidaktepatan
pemberian dosis pada pasien dan mempengaruhi dosis terapi pada pasien sehingga
di lebihkan menjadi 4 tablet.
3. Perhitungan dosis pada anak
Menurut Moh. Anief (2007) Rumus perhitungan dosis berdasarkan umur
anak, jika umur anak di atas 8 tahun menggunakan resep dilling dengan rumus (n /
20 x DM) dimana n adalah umur anak dalam tahun. Pada perhitungan tidak di
dapati adanya perhitungan yang melebihi 100% atau Overdosis tetapi jika dapati

21
%OD nya melebihi 100% maka resep tersebut tidak dapat dibuat karena dapat
memungkinkan terjadinya efek samping yang lebih banyak serta keracunan obat
karena konsumsi obat yang melebihi dosis maksimum (Tati suprapti 2016).
4. Pelayanan informasi obat
Menurut Permenkes no 35 (2014) Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan
Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan Obat kepada profesi
kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk jurusan
Saran kami kepada jurusan farmasi Universitas Negeri Gorontalo agar lebih
menunjang kegiatan praktikum Farmastetika Dasar agar lebih maksimal.Baik itu
menyediakan fasilitas dan administrasi lainnya.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Diharapkan dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat-alat
laboratorium agar kami praktikan dapat melakukan praktikum dengan lebih
maksimal.
5.2.3 Saran untuk Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum farmastetika dasar sehingga praktikum dapat menjalankan
prosedur dengan baik.
5.2.4 Saran untuk Praktikan
Sebaiknya untuk praktikan ketika melakukan praktikum agar dapat
melakukannya dengan sebaik mungkin dan selalu mendengar arahan dari asisten
laboratorium agar tidak terjadi kesalahan yang fatal dan kesalahn yang tidak
diinginkan.

22

Anda mungkin juga menyukai