Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur, meracik,
memformulasi, mengidentifikasi, mengombinasi, menganalisis,dan menstandarkan,
membakukan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan distribusinya
serta penggunaannya yang aman. Dalam keilmuan Farmasi juga terdapat seni dalam
meracik obat atau sering dikenal dengan yang namanya Farmasetika. Farmasetika
adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan,
pengenalan, pengawetan dan pembakuan bahan obat-obatan serta pembuatan sediaan
farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap untuk digunakan sebagai obat (Gloria,
2016).
Obat merupakan suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosa, mencegah,mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rokhaniah pada
manusia atau hewan, meperelok badan atau bagian badan manusia. Adapun ilmu yang
mempelajari tentang obat-obatan dimulai dari produksi hingga diberikan ke tangan
pasien yaitu Farmasi. Salah satu contoh sediaan obat yakni dalam bentuk serbuk tabur
(Anief, 2005).
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Pada
pembuatan serbuk kasar, terutama simplisia nabati, digerus lebih dulu sampai sampai
derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu 50° C. Serbuk obat yang
mengandung bagian yangmudah menguap dikeringkan dengan pertolongan kapur
tohor atau bahan pengering lain yang cocok, setelah itu diserbuk dengan jalan
digiling, ditumbuk dan digerus sampai diperoleh serbuk yang mempunyai derajat
halus sesuai yang tertera pada pengajak dan derajat halus serbuk. Serbuk terbagi
menjadi dua yaitu pulveres (serbuk bagi) dan pulveres adspersorius (serbuk tabur)
(Anief, 2008).

1
Serbuk tabur (Pulvis adspersorius) merupakan serbuk yang harus bebas dari
butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar (pemakaian topical pada kulit. Tidak
boleh digunakan untuk luka terbakar). Menggunakan Talkum, Kaolin dan bahan
mineral lainnya sebagai dasar dari serbuk serta, harus memenuhi syarat bebas dari
bakteri Clostridium tetani, Clostridium Welchii dan Bacillus anthracis (Anief, 2008).
Penggunaan serbuk tabur biasanya digunakan sebagai penutup permukaan kulit,
mencegah dan mengurangi pergeseran pada daerah intertriginosa (lipatan seperti
ketiak, lipat paha, intergluteal/antara dua otot besar bokong, lipat payudara, antara jari
tangan atau kaki). Penggunaannya dengan cara ditaburkan dan digosokkan dengan
telapak tangan pada permukaan kulit. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati
ayakan dengan derajat halus 100 mesh, agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian
yang peka. Syarat serbuk tabur harus homogen dengan derajat kehalusan pengayak
No. 60 bila tidak mengandung lemak, bila mengandung lemak diayak dengan
pengayak No. 44 (Kemendikbud, 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah praktikum farmasetika dasar
“Serbuk Tabur” diLaboratorium Teknologi Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo
dengan tujuan dapat memahami dan mengetahui cara pembuatan serbuk tabur dimulai
dari perhitungan bahan hingga proses pelayanan informasi obat.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui sediaan serbuk tabur
2. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam sediaan serbuk
3. Mahasiswa dapat mengetahui perhitungan bahan pada sediaan serbuk tabur
4. Mahasiswa dapat mengetahui pelayanan informasi obat
1.3 Maksud Praktikum
Maksud dari percobaan ini adalah mahasiswa jadi lebih memahami tentang
pembuatan sediaan serbuk tabur, macam-macam serbuk, serta menguasai perhitungan
bahan pada sediaan hingga pelayanan informasi obat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Obat
Obat merupakan suatu zat atau bahan-bahan yang berguna dalam menetapkan
diagnosa, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau
gejala penyakit, luka atau kelainan fisik dan rohani pada manusia atau hewan,
termasuk mempercantik tubuh atau bagian tubuh manusia (Anief, 2005).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Menurut peraturan Kemenkes No. 58 tahun 2014, Obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia.
2.1.2 Resep
Menurut Peraturan Kemenkes No. 58 tahun 2014, Resep adalah permintaan
tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper
maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
Resep adalah permintaan tertulis yan diberikan dokter kepada apoteker untuk
membuat dan atau menyerahkan obat kepada pasien.Resep harus ditulis jelas dan
lengkap. Apabila resep tidak dapay dibaca dengan jelas dan tidak lengkap, Apoteker
harus menanyakan kepada dokter penulis resep (Anief,2007).

3
2.1.3 Dosis
Menurut Kemendikbud (2013), definisi dosis (takaran) suatu obat ialah
banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang
penderita baik untuk dipakai sebagai obat dalam maupun obat luar. Ketentuan Umum
FI edisi III mencantumkan 2 dosis yakni :
1. Dosis Maksimal (maximum) berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari.
Penyerahan obat dengan dosis melebihi dosis maksimum dapat dilakukan
dengan membubuhi tanda seru dan paraf dokter penulisan resep, diberi garis
dibawah nama obat tersebut atau banyaknya obat hendaknya ditulis dengan
huruf lengkap.
2. Dosis Lazim (Usual Doses) merupakan petunjuk yang tidak mengikat tetapi
digunakan sebagai pedoman umum (dosis yang biasa / umum digunakan)
Macam – Macam Dosis Ditinjau dari dosis (takaran) yang dipakai, maka dapat
dibagi sebagai berikut :
a) Dosis terapi/Dosis medicinalis Adalah dosis (takaran) yang diberikan dalam
keadaan biasa dan dapat menyembuhkan si sakit.
b) Dosis maksimum Adalah dosis (takaran) yang terbesar yang dapat diberikan
kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.
c) Dosis toxica Adalah dosis yang menyebabkan keracunan, tidak membawa
kematian. 4) L.D.50 Adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian pada
50% hewan percobaan.
d) L.D.100 Adalah dosis (takaran) yang menyebabkan kematian pada 100%
hewan perconaan.
e) Dosis inisiasi/Dosis awal Adalah dosis (takaran) yang diberikan pada awal
suatu terapi sampai tercapai kadar kerja yang diinginkan secaraterapeutik.
f) Dosis pemeliharaan Adalah dosis (takaran) yang harus diberikan selanjutnya
setelah tercapai kejenuhan untuk memelihara kerja serta konsentrasi jaringan
yang sudah berusia lanjut , makapemberian dosis lebih kecil dari dosis dewasa.

4
Dosis untuk anak dan bayi
Respon tubuh anak dan bayi terhadap obat tidak dapat disamakan dengan
orang dewasa. Dalam memilih dan menetapkan dosis memang tidak mudah karena
harus diperhitungkan beberapa faktor, antara lain umur, berat badan, jenis kelamin,
sifat penyakit, daya serap obat, ekskresi obat. Faktor lain kondisi pasien, kasus
penyakit, jenis obatnya juga faktor toleransi, habituasi, adiksi dan sensitif.
Aturan pokok untuk memperhitungkan dosis untuk anak tidak ada, karena itu
beberapa tokoh mencoba untuk membuat perhitungan berdasarkan umur, bobot badan
dan luas permukaan (body surface) .
Menghitung Dosis Maksimum Untuk Anak Menurut Ansel (1981)
(1) Berdasarkan Umur.
a. Rumus YOUNG : n / 12n x dosis maksimal dewasa, dimana n adalah umur
dari anak 8 tahun kebawah.
b. Rumus DILLING : n / 20 x dosis maksimal dewasa, dimana n adalah umur
dari anak 8 tahun kebawah.
c. Rumus FRIED : n / 150 x dosis maksimal dewasa, n adalah umur bayi dalam
bulan
(2) Berdasarkan Berat Badan (BB)
a. Rumus CLARK (Amerika) : Berat badan anak dalam kg x dosis maksimal
dewasa / 150
Atau
Berat Badan Anak dalam pound x dosis maksimal dewasa /68
b. Rumus Thermich ( Jerman ) : Berat Badan Anak dalam kg x dosis maksimal
dewasa /7
2.1.4 Serbuk
Menurut Dirjen POM (1979) serbuk adalah capuran homogen dua atau lebih
obat yang diserbukan. Menurut Dirjen POM (1995) serbuk adalah campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan dan ditujukan untuk pemakaian luar.

5
A. Keuntungan dan kekurangan sediaan serbuk
Menurut Martin dkk (1993), Keuntungan dan kerugian dari serbuk diantaranya:
1. Keuntungan
a. Mempunyai permukaan yang luas, serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih
larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan
b. Sebagai alternatif bagi anak-anak dan orang dewasa yang sukar menelan kapsul
atau tablet.
c. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dalam
ukuran lazim, dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
d. Lebih stabil dibandingkan bentuk sediaan cair .
e. Keleluasaan dokter dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan pasien
2. Kerugian
a. Rasa yang tidak enak tidak tertutupi (pahit, kelat, asam, lengket dilidah), dan
hal ini dapat diperbaiki dengan penambahan corigens saporis
b. Untuk bahan obat higroskopis, mudah terurai jika ada lembab
c. Pada penyimpanan bisa menjadi lembab
d. Peracikannya membutuhkan waktu yang lebih lama
B. Macam – macam serbuk
Menurut Kemendikbud (2014) macam-macam Serbuk :
(1) Pulvis Adspersorius
Adalah serbuk ringan, bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat
luar. Umumnya dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit.
Syarat :
1. Talk, kaolin dan bahan mineral lainnya yang digunakan untuk serbuk tabur
harus memenuhi syarat bebas bakteri ClostridiumTetani, Clostridium Welchii,
dan Bacillus Anthracis.
2. Serbuk tabur tidak boleh digunakan untuk luka terbuka.

6
3. Pada umumnya serbuk tabur harus melewati ayakan dengan derajat halus 100
mesh agar tidak menimbulkan iritasi pada bagian yang peka.
(2) Pulvis Dentifricius Serbuk gigi ,
Biasanya menggunakan carmin sebagai pewarna yang dilarutkan terlebih dulu
dalam chloroform / etanol 90 %
(3) Pulvis Sternutatorius
Adalah serbuk bersin yang penggunaannya dihisap melalui hidung, sehingga
serbuk tersebut harus halus sekali.
(4) Pulvis Effervescent
Serbuk effervescent merupakan serbuk biasa yang sebelum ditelan dilarutkan
terlebih dahulu dalam air dingin atau air hangat dan dari proses pelarutan ini akan
mengeluarkan gas CO2, kemudian membentuk larutan yang pada umumnya jernih.
Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat atau asam tartrat )
dengan senyawa basa (natrium carbonat atau natrium bicarbonat).
C. Derajat Halus Serbuk dan Pengayak
Menurut Kemendikbud (2014), Derajat halus serbuk dan pengayak dalam
farmakope dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan dengan nomor pengayak yang
ditetapkan untuk pengayak baku, seperti yang tertera pada tabel dibawah ini.

7
Menurut Dirjen POM (1995) Klasifikasi serbuk berdasarkan derajat halus

Keterangan.
1) Semua partikel serbuk melalui pengayak dengan nomor nominal tertentu.
2) Batas persentase yang melewati pengayak dengan ukuran yang telah
ditentukan.
Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk
pengukuran derajad halus serbuk untuk sebagian besar keperluan farmasi (walaupun
penggunaannya tidak meluas untuk pengukuran rentang ukuran partikel) yang
bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk pengukuran
partikel dengan ukuran nominal kurang m, alat lain selain pengayak mungkin lebih
berguna.dari 100
Efisiensi dan kecepatan pemisahan partikel oleh pengayak beragam, berbanding
terbalik dengan jumlah partikel termuat. Pengayak untuk pengujian secara farmakope
adalah anyaman kawat, bukan tenunan. Kecuali untuk ukuran nomor 230, 270, 325 dan

8
400 anyaman terbuat dari kuningan, perunggu, baja tahan karat atau kawat lain yang
sesuai dan tidak dilapisi atau disepuh.
Dalam penetapan derajad halus serbuk simplisia nabati dan simplisia hewani,
tidak ada bagian dari obat yang dibuang selama penggilingan atau pengayakan, kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi.
Tabel dibawah ini memberikan ukuran rata-rata lubang pengayak baku
anyaman kawat (Dirjen POM 1995).

9
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol, etil alkohol, etil hidroksida, grain alkohol.
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus molekul : C2H5OH
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa


pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol 95%
P dalam bagian asetan P, dalam 40 bagian gliserol P
dan dalam 9 bagian propilenglikol P. Larut dalam
larutan alkohol hidroksida.
Kegunaan : Sebagai antiseptik, membersihkan alat-alat medis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.2 Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air Suling, Aquadest
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus molekul : H2O
Rumus Struktur :

10
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa.
Kegunaan : Zat tambahan / pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.3 Asam Salisilat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM SALICYLUM
Nama lain : Asam salisilat
Berat molekul : 138,12 g/mol
Rumus molekul : C7H6O3
Rumus Struktur :
COOH

OH

Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna, atau serbuk berwarna


putih, hampir tidak berbau, rasa agak manis
Kelarutan : Larut dalam 550 bagin air dan dalam 4 bagian etanol
(95%) P ; mudah larut dalam kloroform P dan dalam
eter P ; larut dalam larutan emonium asetat.
Kegunaan : Keratolitikum, antifungi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.4 Menthol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : MENTHOLUM
Nama lain : Menthol
Berat molekul : 156,30 g/mol
Rumus molekul : C10H20O

11
Rumus Struktur :
CH2

OH

CH(CH3)2

Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma ; tidak berwarna ;


Bau tajam seperti minyak permen ; aromatic diikuti ra-
sa dingin.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol
(95%), dalam kloroform P dan dalam eter.
Kegunaan : Korigen ; antiiritan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk
2.2.6 ZnO Dirjen POM (1979)
Nama resmi : ZINCI OXYDUM
Nama lain : Sengoksida
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuninga
Tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan dalam etanol (95%) P
Larut dalam asam mineral encer.
Kegunaan : Antiseptikum lokal
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2.2.5 Talkum (Dirjem POM, 1979)
Nama resmi : TALCUM
Nama lain : Talk
Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada
Kulit, bebas dari butiran, warna putih atau kelabu
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut

12
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

13
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 06 November 2021 pukul 07.00
sampai 10.00 WITA. Percobaan ini bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi,
Jurusan Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu, alu, ayakan,
cawan porselen, lap halus, lap kasar, lumpang, plastik klip, sendok takar, sudip,
timbangan analitik.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini yaitu, alcohol 70%,
asam salisilat, menthol, ZnO, talkum, etiket, kertas perkamen,pot dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alcohol 70%
3. Disiapkan wadah untuk masing-masing bahan
4. Ditimbang semua bahan
5. Dimasukkan menthol 0,25 gram kedalam lumpang, ditetesi sedikit alkohol
70%
6. Ditambahkan asam salisilat 0,375 gram kedalam menthol, gerus homogen
7. Ditambahkan ZnO 6,25 gram kedalam lumpang, gerus hingga homogen
8. Ditambahkan talkum 18,125 gram dan gerus hingga homogen
9. Diayak semua campuran bahan menggunakan ayakan mesh
10. Diletakan pada wadah dan beri etiket biru

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

``

Gambar 4.1
Sediaan serbuk tabur

4.2 Perhitungan Bahan dan Dosis


Perhitungan Bahan :
Asam salisilat : 1,5% x 25g = 1,5/100 x 25 = 0,375g
Menthol : 5% x 25 = 5/100 x 25 = 0,25 g
ZnO : 25% x 25 = 25 / 100 x 25 = 6,25
Talcum : 25g ( 0,375g =+0,25g +6,25g ) = 18,125 g
4.3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan serbuk tabur. Menurut
Farmakope Indonesia (FI) V pulveres adalah campuran kering bahan obat atau zat
kimia yang dihaluskan,ditujukan untuk pemakaian oral ataupun luar.
Diawal praktikum, siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Adapun alat
yang digunakan yaitu cawan porselen, klip obat, lap halus, lap kasar, lumpang dan
alu, pipet tetes, spatula logam, sudip, timbangan analitik, dan wadah serbuk tabur.
Serta bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%, asam salisilat, copy resep, etiket
obat, kertas perkamen,menthol, talcum, tisu, dan ZnO. Kemudian membersihkan alat
yang digunakan menggunakan alkohol 70% hal ini karena menurut Pratiwi (2008),

15
Alkohol 70% bersifat sebagai disinfektan atau dapat menghambat pertumbuhan
mikroba pada alat yang digunakan serta dapat membuat alat tetap steril.
Dihitung bahan yang akan di ambil pada resep, dari hasil perhitungan di dapati
asam salisilat 0,375g, menthol 0,25g, ZnO 6,25g dan talcum 18,125g. Ditimbang
bahan obat menggunakan timbangan analitik, saat menimbang menggunakan alas
atau wadan seperti cawan porselen dan kertas perkamen.
Bahan obat yang telah di timbang di masukkan ke dalam lumpang, bahan yang
dimasukkan terlebih dahulu yaitu menthol kemudian tetesi dengan alkohol
menggunakan pipet tetes, kemudian gerus homogen. Masukkan asam salisilat, tetesi
dengan alkohol, gerus homogen, masukkan ZnO dan terakhir tambahkan talcum
gerus homogen.
Menurut Kemendikbud (2013), alasan menthol dan asam salisilat di tetesi
etanol atau alkohol terlebih dahulu karena serbuk dengan menthol, sangat mudah
mengumpul lagi, untuk mencegahnya dikerjakan dengan mencampur dulu dengan
eter atau etanol 95 % (untuk obat dikeringkan dengan zat tambahan). Cara ini pun
harus hati-hati karena terlalu lama menggerus atau dengan sedikit ditekan waktu
menggerus akan mengumpulkan kembali campuran tersebut. Sedangkan Serbuk
dengan asam salisilat, serbuk sangat ringan dan mudah terbang yang akan
menyebabkan rangsangan terhadap selaput lendir hidung dan mata hingga akan
bersin. Dalam hal ini asam salisilat kita basahi dengan eter dan segera dikeringkan
dengan zat tambahan.
Menurut Kurniawan (2012), Pada saat menggerus obat harus searah agar zat
aktif atau partikel di dalam mortir tidak rusak atau terganggu, seperti diketahui
Penggerusan merupakan salah satu langkah penting dalam teknologi famasi.
Penggerusan ini merupakan proses pengurangan ukuran partikel atau butiran dari zat
padat yang selanjutnya akan mempengaruhi luas permukaan, tingkat homogenitas dan
juga tingkat kerja optimal dari zat aktif. Hal ini dikarenakan suatu zat yang digerus
akan mengalami perubahan menjadi bentuk partikel yang lebih kecil atau lebih halus
sehingga luas permukaannya akan meningkat. Jika ditambah dengan zat lain pun,

16
maka pencampuran yang merata dan homogen akan mudah tercapai. Peningkatan
luas permukaan dan homogenitas zat aktif inilah yang akhirnya akan menentukan
kerja optimal suatu obat.
Dikeluarkan serbuk tabur ke dalam pot salep menggunakan sudip lalu di
masukkan ke dalam penagduk mesh dengan derajat agak halus (44) untuk di ayak
pastikan agar tidak ada bahan yang tertinggan dalam lumping, setelah serbuk di ayak,
dimasukkan ke dalam wadah serbuk tabur, beri etiket biru.
Penggunan etiket biru pada salep karena menurut Syamsuni (2006), etiket biru,
adalah etiket yang digunakan untuk obat yang tidak dikonsumsi melalui saluran
pencernaan atau untuk obat pemakaian topikal.
Dalam resep ini terdapat obat asam salisilat sebagai zat aktif, menthol sebagai
bahan penunjang obat utama ZnO sebagai pengawet, serta talkum sebagai zat
tambahan pada serbuk tabur. Menurut Nastiti (2018), asam salisilat (Salicylic acid)
dengan nama turunan BHA atau Beta Hydroxy Acid. Biasanya terdapat pada produk
perlengkapan untuk mencegah dan 6 mengobati jerawat dan pada obat antiaging.
Penggunaan pada dosis tinggi bisa menyebabkan bayi pendarahan, bisu dan tuli. Hal
ini disebabkan karena struktur kulit bayi yang masih tipis, sehingga menjadi rentan
terhadap iritasi maupun infeksi.
Untuk bahan tambahan menthol, menurut Dirjen POM (1979), khasiat dari men
thol yaitu sebagai antiiritan, kontraindikasi untuk pasien yang hipersensitif terhadap
menthol. Untuk zat tambahan zinc oxide menurut Ningsi (2015), Zinc oxide
merupakan suatu zat aktif yang memiliki aktivitas sebagai mild astringent dan UV
protecting. Pasta zinc oxide ini dimaksudkan untuk menormalkan ketidakseimbangan
fungsi kulit. Dan basis talcum menurut Wijayanti (2020), Dalam bentuk bubuk,
manfaat talc yang bisa Anda dapatkan adalah menyerap kelembapan dan mengurangi
gesekan penyebab iritasi. Bahan ini juga dianggap bermanfaat dalam menjaga kulit
tetap kering, mencegah ruam akibat gesekan pada kulit yang sensitiv.

17
Adapun kemungkinan kesalahan saat praktikum terlalu banyak pemberian
alkohol 70% pada lumpang sehingga lama terjadi penguapan, sedikit banyak vaselin
yang tertinggal pada alat yang dipakai saat mengambil sampai pemasukkan salep ke
dalam pot salep sehingga mungkin saja sediaan jadi tidak sesuai banyaknyadengan
permintaan resep. Karena sifatnya yang lengket, vaselin bisa menempel pada pakaian
pada saat praktikum
4.4 Resep
Dr. Kelvin
SIP: 446/2502/491/1-17
Jl. Sunaryo no. 12 Gorontalo
Telp (0274) 8524

Gorontalo, 5-11-2021
R/
Asam salisilat 1,5%
Menthol 1%
ZnO 25%
Talkum ad 25
M.f pulv adsper
S U.e

Pro : Anwar (18 tahun)


Alamat : Jln. Arif rahman
4.5 Nama Latin
Narasi Resep Perkata
Singkatan Latin Nama Latin Arti
 Signa Tandai
1 Unus Satu
1,5 Sesqui Satu setengah
25 Viginti quinque Dua puluh lima
Ad Ad Sampai

18
G Grama Gram
M.f Misce fac Campur dan buat
No Numero Sebanyak
Pro Pronum Untuk
Pulv.adsp Pulvis adspersorius Serbuk tabur
R/ Recipe Ambilah
1. Bahasa Latin
Recipe salycilic acid sesqui grama persen, menthol unus persen, zinc oxide vi
ginti quinque persen, talcum ad viginti quinque grama. Misce fac pulvis adspersor
ius, signa usus externum.
2. Bahasa Indonesia
Ambilah, asam salisilat setengah persen, menthol satu persen, zink oksida dua
puluh lima persen, talcum sampai dua puluh lima gram. Campur dan buatlah
serbuk tabur tandai obat luar.

19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan yang dilakukan, didapati serbuk tabur (Pulvis adspersorius)
merupakan serbuk yang harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan
untuk obat luar (pemakaian topical pada kulit. Tidak boleh digunakan untuk
luka terbakar). Menggunakan Talkum, Kaolin dan bahan mineral lainnya
sebagai dasar dari serbuk serta, harus memenuhi syarat bebas dari bakteri
Clostridium tetani, Clostridium Welchii dan Bacillus anthracis.
2. Dari percobaan yang dilakukan, macam macam serbuk yaitu serbuk tabur
(Pulvis adspersorius), serbuk gigi (Pulvis dentifricius), serbuk bersin (Pulvis
sternutatoriut), dan serbuk effervescent.
3. Dari percobaan yang dilakukan, didapati hasil dari perhitungan bahan asam
salisilat 0,375 g, menthol 0,25 g, ZnO 6,25 g dan talcum 18,125 g
4. Dari percobaan yang dilakukan, pelayanan informasi obat berdasarkan resep
antara lain : “ Pasien atas nama Anwar?” (saat pasien mendekat) dipastikan
kembali dengan menanyakan “apa benar dengan pasien atas nama anwar?”.
Ohiya pak jadi ini resep racikan serbuk tabur, di dalam serbuk berisi asam
salisilat sebagai anti jamur, menthol dan ZnO sebagai bahan tambahan dan
talcum sebagai basis. Cara pemakaiannya serbuk diaplikasikan ke daerah
yang gatal akibat jamur atau daerah yang memiliki gangguan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Asisten
Saran kami untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam
menjalankan praktikum Botani Farmasi sehingga praktikan dapat menjalankan
prosedur kegiatan dengan lebih baik.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Dapat memberikan dukungan dalam hal kelengkapan alat-alat laboratorium
agar praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan lebih maksimal.

20
5.2.3 Saran untuk Praktikan
Sebaiknya untuk para praktikan ketika melakukan praktikum agar dapat
melakukannya dengan tertib dan dapat menjaga kebersihan laboratorium.

21

Anda mungkin juga menyukai