Anda di halaman 1dari 31

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI 2


JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN II
“PENETAPAN KADAR INH DAN VITAMIN B6 DALAM SEDIAAN
OBAT”

DISUSUN OLEH :

NAMA : MUHAMMAD FAISAL


NIM : G 701 18 125
KELAS / KELOMPOK : C/V(LIMA)
HARI/ TANGGAL : KAMIS, 26 MARET 2020
ASISTEN : MOH. FIRYAL HAQ

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVESITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ilmu kimia merupakan ilmu yang penting di farmasi. Segala sesuatu
mengenai obat, seperti sintesis, penentuan kemurnian, formulasinya hingga
menjadi obat, dosis yang diberikan absorpsi dan distribusinya di dalam tubuh,
interaksi molecular obat dan distribusinya di dalam tubuh interaksi molekular
obat dengan reseptornya, metabolism dan terakhir eliminasi obat dari dalam
tubuh memerlukan pemahaman yang cermat dan menyeluruh mengenai
struktur kimia obat dan bagaimana struktur kimia ini memengaruhi seifat-sifat
dan kerja obat di dalam tubuh oleh karena itu, ilmu kimia merupakan disiplin
ilmu yang paling penting diantara disiplin ilmu lainnya yang memberikan
pemahaman mengenai obat dan kerjanya di dalam tubuh (Damayanti dkk,
2017).

Kimia analisis pada dasarnya adalah ilmu pengetahuan tentang pengukuran


kimia. Oleh karena itu, setiap tahapan atau proses analisis, kesalahan yang
dihasilkan akan semakin besar. Maka seorang analisis harus mampu memilih
proses analisis yang sesingkat mungkin secara cermat, tanpa mengabaikan
akurasi dan persisi hasil analisis. Pada dasarnya analisis kimia dapat
dilakukan dengan analisis kualitatif bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
suatu senyawa dalam suatu sampel dan analisis kuantitatif bertujuan untuk
menetapkan suatu kadar dalam suatu sampel (Rohman, 2014).

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu farmasis mampu mengetahui penetapan


kadar dari suatu obat, makanan dan minuman.Yang nantinya seorang farmasis
dapat mengaplikasikannya saat bekerja yakni contohnya penetapan kadar
vitamin dan obat-obatan lain. Hal inilah yang melatarbelakangi percobaan ini
kali ini.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Memahami cara menganalisis kadar INH dan vitamin B6 dalam sediaan
obat.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui cara menganalisis kadar INH dan vitamin B6 dalam
sediaan obat.

I.3 Manfaat Percobaan


Adapun manfaat percobaan kali ini yaitu dapat memahami dan mengetahui
cara menganalisis kadar INH dan vitamin B6 dalam sediaan obat.

I.4 Prinsip Percobaan


Adapun prinsip pada percobaan kali ini yaitu menganalisis dan menetapkan
kadar INH dan vitamin B6 pada sediaan obat menggunakan sampel TB
vitamin 6, phdoxinforte, INH ciba, santibi plus, bacbutinh F dan alat
spektrofotometri UV dengan cara pembuatan larutan induk INH (2244 ppm)
dan larutan induk Pyrodixine.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


Ilmu kimia mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan
yang dialami ini dalam proses alamiah maupun dalam eksperimen yang
direncanakan. Lewat kimia kita mengenal susunan (komposisi) zat dan
penggunaan bahan-bahan tak senyawa, baik alamiah maupun buatan, dan
mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita
sendiri. Perspektif kimiawi dunia di sekitar kita mempersonakan. Perspektif
ini dapat dikembangkan lewat pengalaman dan eksperimen kita sendiri, yang
dengan kuat didasarkan pada keinginan manusiawi untuk memahami dan
pencarian kita akan tatanan (Iskandar, 2015).

Dalam ilmu kimia, salah satu aspek dari materi yang dipelajari ialah
komposisinya. Kimia analitik adalah cabang dari ilmu kimia yang
mempelajari metode dan teknik untuk menentukan komposisi zat. Tentang
komposisi dapat diajukan pertanyaan "apa dan berapa banyak". Dengan
demikian, kimia analitik masih dibagi lagi sesuai dengan informasi yang ingin
diperoleh tentang komposisi zat. Analisis kualitatif menjawab "apa yang
dimaksudkan di atas". Dengan analisis kualitatif dapat dikenal unsur radikal
atau ion yang terdapat dalam zat tunggal atau campuran zat. Sedangkan
analisis kuantitatif dapat menjawab "berapa banyak jumlah unsur atau
senyawa dalam suatu zat" (Achmad, 2012).

Teknik spektrofotometri ultraviolet tampak digunakan secara umum di


laboratorium analisis kimia, baik untuk tujuan analisis kualitatif maupun
untuk analisis kuantitatif. Popularitas teknik spektrofotometri ultraviolet
tampak (UV-Vis) disebabkan oleh cara penggunaannya yang mudah dan cara
analisisnya yang cepat. Hampir semua laboratorium yang terlibat dengan
pengujian kimia mempunyai alat atau instrumen ini. Konsentrasi sampel
dapat dihitung dari data absorbansi spektra UV-Vis menggunakan hukum
Lambert-Beer. Percobaan-percobaan secara spektrofotometri UV-Vis sangat
mudah untuk dilakukan. Meskipun demikian, seorang analisis harus paham
pentingnya kinerja spektrofotometer UV- Vis sehingga dihasilkan data yang
dapat dipercaya. Persyaratan-persyaratan kinerja spektrofotometer bervariasi
tergantung pada sifat uji dan desain instrumen. Karakteristik suatu kinerja
tertentu akan memengaruhi kinerja instrumen secara keseluruhan. Suatu
instrumen dengan desain berkas sinar ganda pada umumnya akan
memberikan resolusi dan stabilitas yang lebih baik dibanding instrumen
dengan desain berkas sinar tunggal (Rohman, 2014).

Isoniazid (INH) adalah obat tuberkulosis lini pertama yang telah digunakan
sejak tahun 1952 karena memiliki efek paling kuat terhadap M. tuberculosis.
INH dapat diberikan sebagai terapi tunggal untuk profilaksis maupun sebagai
kombinasi dengan obat anti tuberkulosis lain, seperti piridoksin HCI (vit. B6).
Validasi metode penetapan kadar INH dan vit. B6 dalam sediaan sirup perlu
dilakukan untuk menjamin bahwa obat yang diproduksi pabrik memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Obat yang dikonsumsi akan memberikan efek
terapi jika kadarnya berada direntang persyaratan yang ditetapkan. Apabila
kadar obat berada di atas rentang persyaratan maka obat tersebut akan
memberikan efek toksik terhadap konsumen. Sedangkan bila berada di bawah
rentang persyaratan, maka obat tersebut tidak akan memberikan efek terapi
(Budiarti dkk, 2018).

Vitamin B6 adalah unsur pokok koenzim untuk metabolisme asam amino,


glikogen, lemak, dekarboksilasi, transaminasi, aşam transsulfurasi, dan
metabolisme lemak. Pengaruh defisiensi vitamin B6 adalah bayi gelisah,
kejang, hipokromik. mengandung vitamin B6 adalah susu, daging, hati,
ginjal, ikan, serealia, kacang tanah, dan kacang kedele. Vitamin ini tidak
tahan terhadap pemanasan yang lama. Tergolong ke dalam vitamin B6 adalah
piridoksal, piridoksin, dan piridoksamin. Ketiga bahan ini dikonversikan
menjadi piridoksal 5-fosfat yang berperan sebagai koenzim dalam proses
dekarboksilasi dan transaminasi metabolisme (Batubara dkk, 2018).
II.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (FI edisi III, 1979 : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Aquadest/Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Rumus Struktur : O
H H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;
tidak mempunyai rasa
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Persyaratan kadar : -
Gugus Ausokrom : -
Gugus Kromofor : -

2. Etanol (FI edisi III, 1979 : 65)


Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
RM/BM : C2H5OH/46,06
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap


dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas,
mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform P
dan dalam eter P.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pereaksi, antiseptik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya.
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 94,7% atau
92,0% dan tidak lebih dari 95,2% atau
92,7%.
Gugus Ausokrom : -
Gugus Kromofor : -

3. Isoniazid (FI edisi III, 1979 : 651)


Nama resmi : ISONIAZIDUM
Nama lain : Isoniazid
RM/BM : C6H7N3O/ 137,14
Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna atau serbuk


hablur putih; tidak berbau, perlahan-lahan
dipengaruhi oleh udara dan cahaya.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanol; sukar larut dalam kloroform
dan dalam eter.
Khasiat : -
Kegunaan : -
Penyimpanan : Dalam wadah dan penyimpanan tidak
tembus cahaya, tertutup rapat.
Persyaratan kadar : Fase gerak larutkan 4,4 g natrium dokusat P
dalam 600 ml metanol P, tambahkan 400 ml
air, atur hingga pH 2,5 dengan asam sulfat 2
N.
Gugus Ausokrom : -
Gugus Kromofor : -

4. Piridoxin HCl (Vit. B6) (FI edisi III, 1979 : 651)


Nama resmi : PYRIDOXINI HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Piridoksin hidroklorida
RM/BM : C8H11NO3.HCL/205,64
Rumus Struktur :
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau
atau hampir putih; stabil diudara, secara
perlahan-lahan dipengaruhi oleh cahaya
matahari.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut
dalam etanol; tidak larut dalam eter.
Khasiat : -
Kegunaan : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan
penyimpanan tidak tembus cahaya, tertutup
rapat.
Persyaratan kadar : Dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi
seperti yang tertera pada kromatografi.
Gugus Ausokrom : -
Gugus Kromofor : -

II.3 Uraian Sampel


1. TB vitamin 6 (MIMS Indonesia, 2020)
Nama sediaan : TB vitamin 6
Komposisi : Izoniazid 400 mg, vitamin B6 24 mg
Kontraindikasi : Hipersensitif, gangguan ginjal, epilepsi,
gangguan mental
Indikasi : Tuberculosis
Efek samping : Kerusakan saraf, reaksi kulit, gangguan
pencernaan, asidosis pelagra
Interaksi obat : Jika mengkonsumsi dengan obat lain secara
waktu bersamaan. Tb vitamin 6 dapat
berinteraksi dengan obat levodopa, rifampin,
halothane
Dosis : Dewasa : terapi 10-20 mg/kgBB/hari dosis
tunggal
Golongan obat : Obat Keras
Diproduksi oleh : PT Maprafarm
Nomor batch : -

2. Phdoxinforte (MIMS Indonesia, 2020)


Nama sediaan : Pehadoxin Forte
Komposisi : Isoniazid 400 mg dan vitamin B6 10 mg
Kontraindikasi : Penyakit hati yang diinduksi dengan hati
Indikasi : Pengobatan tuberculosis pulmoner dan
ekstrapulmoner
Efek samping : Mual, muntah, gangguan saluran cerna,, reaksi
toksik, gangguan saraf
Interaksi obat : Jika mengkonsumsi dengan obat lain secara
waktu bersamaan. Pehadoxin forte dapat
berinteraksi dengan obat levodopa, rifampin,
halothane
Dosis : Dewasa 1 tablet sebanyak 3x sehari. Anak-anak
½ tablet sebanyak 3x sehari
Golongan obat : Obat Keras
Diproduksi oleh : PT Phapros
Nomor batch : -

3. INH ciba (MIMS Indonesia, 2020)


Nama sediaan : INH Ciba 300
Komposisi : Isoniazid 400 mg dan vitamin B6 10 mg
Kontraindikasi : Hipersensitif atau alergi terhadap isoniazid
Indikasi : Infeksi tuberculosis
Efek samping : Mual, muntah, vertigo, retensi urin, sembelit,
mulut kering
Interaksi obat : Mengurangi absorbs dengan antasida yang
mengandung Aluminium hidroksida dan
magnesium hidroksida.
Dosis : Dewasa 5 mg-300 mg setiap hari sebagai dosis
tunggal. Anak-anak 10-15 mg
Golongan obat : Obat Keras
Diproduksi oleh : PT Sandoz
Nomor batch : -

4. Santibi Plus (MIMS Indonesia, 2020)


Nama sediaan : Santibi plus
Komposisi : Etambutol HCl 250 mg, isoniazid 100 mg,
vitamin B6 6 mg.
Kontraindikasi : Neuritis optic, radang saraf mata serta penyakit
hati
Indikasi : Tuberculosis paru
Efek samping : Pandangan mata buram, bola mata terasa sakit,
demam, batuk, tubuh terasa lemah
Interaksi obat : Santibi plus sering berinteraksi terhadap obat-
obat seperti acetaminophen, humira, singulair,
Tylenol, vigabtrin
Dosis : 3 tablet pengobatan awal, 4 tablet pengobatan
ulang
Golongan obat : Obat Keras
Diproduksi oleh : PT Sanbe
Nomor batch : -

5. Bacbutinh F (MIMS Indonesia, 2020)


Nama sediaan : Bacbutinh Forte
Komposisi : Etambutol HCl 500 mg, isoniazid 200 mg,
vitamin B6 10 mg.
Kontraindikasi : Hipersensivitas, penderita neuritis optic,
gangguan penglihatan, gangguan hati
Indikasi : Tuberculosis pulmoner dan ekstrapulmoner
Efek samping : Penurunan daya penglihatan, ruam alergi, buta
warna, gangguan saraf pusat
Interaksi obat : Obat-obat antasida terutama mengandung
aluminium hidroksida mengurangi absorbs
ethambutol.
Dosis : 15 mg/kgBB/hari
Golongan obat : Obat Keras
Diproduksi oleh : PT Sanbe
Nomor batch : -
II.4 Prosedur Kerja
a. Pembuatan Larutan induk INH (2244 ppm) dan Larutan Induk
Pyrodixine
1. Menimbang INH sebanyak 50 mg, dilarutkan dengan etanol dalam
beker gelas. Cukupkan volumenya sampai tanda tera menggunakan labu
ukur 25 mL, dan dihomogenkan.
2. Membuat seri larutan baku INH Larutan baku INH dibuat dengan
konsentrasi 6,732 ppm, 11,22 ppm, 15,71 ppm, 22.44 ppm, 29,17 ppm,
35,90 ppm dengan cara memipet secara berturut-turut sebanyak 30 µL,
50 µL, 70 µL, 130 µL, 160 µL kedalam labu ukur 10 mL. diukur
absorbansinya masing-masing.
3. Membuat Larutan baku induk Pyrodixin (1008 ppm) Sebanyak 50,4 mg
ditimbang dan dilarutkan dengan etanol dan dicukupkan volumenya
sampai 50 mL menggunakan labu takar.
4. Membuat seri larutan baku pyrodixine Larutan baku pyrodixine dibuat
dengan konsentrasi 3,03 ppm, 5,04 ppm, 7,06 ppm, 10,08 ppm, 13,10
ppm, 16,13 ppm dengan cara memipet secara berturut-turut sebanyak
30 µL, 50 µL, 70 µL, 130 µL, 160 µL kedalam labu ukur 10 mL. diukur
absorbansinya masing-masing.
b. Penetapan Kadar Vitamin B6
1. Ditimbang seksama 25 mg sampel obat yang mengandung INH dan
Pyrodixine, dilarutkan dengan etanol sebanyak 25 mL menggunakan
labu ukur 25 mL.
2. Disaring menggunakan kertas whatman.
3. Dipipet filtrate sebanyak 300 µL dengan mikropipet, diencerkan dengan
etanol sampi batas tera menggunakan labu ukur 10 mL (30 ppm).
4. Diukur absorbansinya pada panjang gelombang isoniazid dan
pyrodixine. Ditentukan kadar INH dan pyrodixine.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
1. Labu ukur 25 mL dan 50 mL
2. Sperangkat alat spektrofotometer UV-Vis
3. Gelas Kimia 25 mL
4. Pipet Volume
5. Timbangan analitik
6. Botol semprot
7. Lumpang
8. Alu
9. Batang pengaduk

III.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Piridoxin HCl (Vit. B6)
3. Etanol 95%
4. Isoniazid
5. Masker
6. Handscoon
7. Tissue

III.2 Sampel
1. TB vitamin 6
2. Phdoxinforte
3. INH ciba
4. Santibi Plus
5. Bacbutinh F
III.3 Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Baku Induk INH
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Diambil lalu dimasukkan INH ke dalam lumpang lalu di gerus
hingga halus.

c. Ditimbang 50 mg INH.
d. Dimasukkan ke dalam gelas kimia 25 mL lalu dilarutkan dengan
etanol 95 % secukupnya diaduk hingga larut.
e. Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL lalu dicukupkan dengan
auqadest sampai tanda batas kemudian dihomogenkan.

f. Didokumentasikan.

2. Pembuatan Seri Larutan Baku INH


a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipipet larutan baku INH 5 kali sebanyak 30 nL, 50 nL, 70 nL, 130
nL dan 160 nL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
c. Diambil secukupnya dimasukkan ke dalam spektrofotometri UV.
d. Diukur absorbansinya
e. Dicatat hasilnya.

f. Didokumentasikan.

3. Pembuatan Larutan Baku Induk Pyrodixin (1008 ppm)


a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Diambil lalu dimasukkan pyrodixin ke dalam lumpang digerus
sampai halus
c. Ditimbang pyrodixin sebanyak 50,4 mg.
d. Dimasukkan ke dalam gelas kimia dimasukkan etanol 95 %
secukupnya diaduk hingga larut.
e. Dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL lalu dicukupkan dengan
aquadest sampai tanda batas lalu homogenkan.
f. Didokumentasikan.

4. Pembuatan Seri Larutan Baku Pyrodixin


a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dipipet larutan baku pyrodixin 5 kali sebanyak 30 nL, 50 nL, 70 nL,
130 nL dan 160 nL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
c. Diambil secukupnya dimasukkan ke dalam spektrofotometri UV.
d. Diukur absorbansinya.
e. Dicatat hasilnya.

f. Didokumentasikan.

5. Penetapan Kadar Vitamin B6


a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Diambil lalu ditimbang INH 25 mg dan pyrodixin 25 mg.
c. Dimasukkan ke dalam labu ukur lalu dilarutkan dengan etanol 95%
sebanyak 25 ml.
d. Dikeluarkan lalu disaring menggunakan kertas whatman.
e. Dipipet sebanyak 300 nL menggunakan mikropipet.
f. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL diencerkan dengan etanol
95 % sampai tanda batas.
g. Diambil secukupnya lalu dimasukkan ke dalam spektrofotometri
UV.
h. Diukur absorbansinya.
i. Dicatat hasil.
j. Didokumentasikan.
III.4 Skema Kerja
1. Pembuatan Larutan Baku Induk INH

Alat dan bahan


- Diambil
- Dimasukkan INH
- Digerus

Lumpang dan alu

- Ditimbang
INH 50 mg

- Dimasukkan
- Ditambahkan etanol 95 %
secukupnya
Gelas kimia 25 mL
- Dimasukkan
- Ditambahkan aquadest sampai
tanda batas

Labu ukur 25 mL

Dokumentasi
2. Pembuatan Seri Larutan Baku INH

Alat dan bahan


- Dipipet larutan baku INH
menggunakan mikropipet

30 nL 50 nL 70 nL 130 nL 160 nL

- Diambil secukupnya
- Dimasukkan

Spektrofotometri UV
- Diukur
- Diperoleh

Absorbansi

Catat hasil

Dokumentasi
3. Pembuatan Larutan Baku Induk Pyrodixin

Alat dan bahan


- Diambil
- Dimasukkan pyrodixin
- Digerus

Lumpang dan alu

- Ditimbang
INH 50,4 mg

- Dimasukkan
- Ditambahkan etanol 95 %
secukupnya
Gelas kimia 25 mL
- Dimasukkan
- Ditambahkan aquadest sampai
tanda batas

Labu ukur 50 mL

Dokumentasi
4. Pembuatan Larutan Seri Pyrodixin

Alat dan bahan


- Dipipet larutan baku pyrodixin
menggunakan mikropipet

30 nL 50 nL 70 nL 130 nL 160 nL

- Diambil secukupnya
- Dimasukkan

Spektrofotometri UV
- Diukur
- Diperoleh

Absorbansi

Catat hasil

Dokumentasi
5. Penetapan Kadar Vitamin B6

Alat dan bahan


- Diambil
- Ditimbang

INH 25 mg Pyrodixin 25 mg

- Dimasukkan
- Ditambahkan etanol 95% 25
mL

Labu ukur 50 mL
- Dikeluarkan
- Disaring

Kertas whatman
- Dipipet 300 nL

Mikropipet
- Dimasukkan
- Ditambahkan etanol 95 %
sampai tanda batas

Labu ukur 10 mL
- Diambil secukupnya
- Dimasukkan

Spektrofotometri UV
- Diukur
- Diperoleh

Absorbansi

Dicatat hasil

Dokumentasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan


IV.2 Perhitungan
IV.3 Reaksi
IV.4 Pembahasan

Validasi metode penetapan kadar INH dan vit. B6 dalam sediaan sirup perlu
dilakukan untuk menjamin bahwa obat yang diproduksi pabrik memenuhi
persyaratan yang ditetapkan. Obat yang dikonsumsi akan memberikan efek
terapi jika kadarnya berada direntang persyaratan yang ditetapkan. Apabila
kadar obat berada di atas rentang persyaratan maka obat tersebut akan
memberikan efek toksik terhadap konsumen. Sedangkan bila berada di
bawah rentang persyaratan, maka obat tersebut tidak akan memberikan efek
terapi (Budiarti dkk, 2018).

Tujuan percobaan kali ini yaitu untuk mengetahui cara menganalisis kadar
INH dan vitamin B6 dalam sediaan obat.

Adapun manfaat percobaan kali ini yaitu dapat memahami dan mengetahui
cara menganalisis kadar INH dan vitamin B6 dalam sediaan obat.

Adapun prinsip pada percobaan kali ini yaitu menganalisis dan menetapkan
kadar INH dan vitamin B6 pada sediaan obat menggunakan sampel TB
vitamin 6, phdoxinforte, INH ciba, santibi plus, bacbutinh F dan alat
spektrofotometri UV dengan cara pembuatan larutan induk INH (2244 ppm)
dan larutan induk Pyrodixine.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2012. Kimia Analitik Kualitatif. PT. Citra Aditya Bakti. Jakarta

Batubara, S.M, Siregar, Y, Rusmarilin, H., dkk. 2018. Pengukuran Kadar


Piridoksin (Vitamin B6) Dalam Darah Pada Anak Penderita Defisit
Perhatian Dan Gangguan Hiperaktivitas (ADHD). KLOROFIL Vol. 2 No.
1. Universitas Sumatra Utara. Medan

Budiarti, A & Herdiyanti, Y.N. 2018. Validasi Metode Penetapan Kadar


Isoniazid Dan Vitamin B6 Menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Serta Aplikasinya Dalam Sediaan Sirup Obat Tuberkulosis. Universitas
Wahid Hasyim. Semarang

Damayanti & Kurniawati. 2017. Perbandingan Metode Penentuan Vitamic C


pada Minuman Kemasan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis
dan Iodometri. Jurusan Kimia FMIPA UM. Yogyakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III.


DEPKES RI. Jakarta

Iskandar, S. 2015. Ilmu Kimia Teknik. Deepublish. Yogyakarta

Rohman, A. 2014. Validasi dan Penjaminan Mutu Metode Analisis Kimia. UGM
Press. Yogyakarta

Tim Dosen. 2020. Panduan Praktikum Kimia Analisis Farmasi II. Universitas
Tadulako. Palu

Anda mungkin juga menyukai