Anda di halaman 1dari 7

PERCOBAAN VI

PENETAPAN KADAR ASAM BORAT DENGAN METOE ALKALIMETRI

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Menentukan kadar asam borat dengan metode alkalimetri.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan
asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi
dengan larutan basa, atausebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen (asam dn
basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam atau basa)
diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan.(Anonim,
2008).

Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik,
sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan
turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan
basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada
ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen.(Rivai, 1995)

Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menntukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asa dan basa. Kebanyakan asam dan
basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian
senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian
umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu
senyawa organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut
inert. Untuk menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya
HCl, sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan basakuat misalnya
NaOH. Tiik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan
indikator asam basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti
potensiometri, spektrofotometer, konduktometer.(Rivai, 1995)

Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu
digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10.
Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah,
jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan
disosiasi asam lebih besar dari 104 .pH berubah secara drastis bila volume
titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul
lain. Dalam air proton biasnya tersolvasi sebagai H 30. Reaksi asam basa bersifat
reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan
warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur.(susanti,
1995)

Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi


pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan imertri.
Kata metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I
dan O dalm hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with atau
off). Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi
asidimetri dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran dengan
asam (yang diukur dalam jumlah basa atau garam).(khopkar, 1990)

Menurut Hardjadi 1990 pada titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu :

1. Asidimetri. Titrasi ini menggunakan larutan standar asam yang digunakan


untuk menentukan basa. Asam asam yang biasa digunakan adalah HCl,
asam cuka, sam oksalat, asam borat.
2. Alkalimeri. Pada titrasi ini merupaka kebalikan dari asidi-alkalimetri
karena larutan yang digunakan untuk menentukan asam disini adalah
basa.
Pada kedua jenis titrasi diatas, dipergunakan indikator yang sejenis yaitu
fenoftalen (PP) dan metil orange (MO). Hal tersebut dilakukan karena
jika menggunkan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain,
maka trayek pHnya sangat jauh dari ekuivalen.

III. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu Erlenmeyer, buret, klem,
dan statif.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu sample yang
mengandung asam borat, manitol, indicator pp, dan larutan NaOH.

IV. PROSEDUR KERJA


Hal yang pertama dilakukan yaitu menimbang 0,1 gr asam borat dan larutkan
dengan aquades lalu masukan kedalam labu ukur. Kemudian ambil 25 ml
larutan sample dan masukan kedalam Erlenmeyer. Tambahkan 2-3 tetes
indicator pp, kemudian titrasi larutan dengan NaOH 0,1 N sampai timbul
perubahan warna pada sample dari tidak berwarna menjadi merah muda.

V. HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA


5.1 Hasil pengamatan
Perlakuan Hasil pengamatan
Asam borat 0,112 gr + aquades + manitol 25 ml Tidak berwarna
+ indicator pp 3 tetes
Asam borat 0,112 gr + aquades + manitol 25 ml Berwarna pink
+ indicator pp 3 tetes + NaOH 0,1N

V.2 Analisis data


Untuk menentukan kadar asam borat digunakan rumus sebagai berikut :

volume titrasi x N NaOH x BE asamborat


x 100
Kadar asam borat = bobot sample

Diketahui :
N NaOH = 0,1N
BE = 6,183 gr/mol
Berat sample = 0,122 gr
Vtitrasi = 3,9 gr

3,9 gr x 0,1 gr x 6,183 gr /mol


x 100
Kadar asam borat = 0,122 gr = 19,7 %

VI. PEMBAHASAN
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis
garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam standar dengan titrasi
asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah dengan
suatu basa standar. Bersenyawanya ion hydrogen dan ion hidriksida untuk
membentuk air merupaka akibat reaksi reaksi tersebut.
Proses penambahan larutan standar sampai tepat lengkap disebut titrasi. Titik
(saat) dimana reaksi itu tepat lengkap disebut titik ekuivalen atau titik akhir
titrasi. Mekanisme perubahan warna yang terjadi pada titrasi alkalimetri yang
digunakan adalah pada larutan titer yang bersifat asam yang telah ditambahkan
indikator pp dititrasi dengan titran yang bersifat basa, dimana akan terjadi
reaksi antara sampel asam yaitu asam borat dengan titran basa yaitu NaOH
membentuk larutan garam. Hal ini akan terus terjadi hingga larutan asam tepat
telah habis bereaksi dengan NaOH dan disebut titik ekuivalen. Pada titik
ekuivalen ini, belum terjadi perubahan warna tetapi kelebihan satu tetes saja
larutan NaOH akan menyebabkan terjadinya perubahan warna dari bening
menjadi merah muda yang berasal dari reaksi antara kelebihan titran basa
dengan indikator pp perubahan warna ini disebut titik akhir titrasi. Perubahan
warna merah muda pada larutan disebabkan akibat adanya kelebihan NaOH
pada larutan, sehingga larutan tersebut akan bersifat basa. Indikator fenolftalein
akan berubah menjadi warna merah muda apabila dalam keadaan basa.
Pada percobaan asam borat, sebelum dimulai titrasi adalah berwarna bening .
Namun, setelah dititrasi dengan penambahan larutan NaOH dengan konsentrasi
0,1 N maka larutan kemudian berubah menjadi warna Merah muda. Hal ini
disebabkan oleh penambahan indicator fenolftalein tergolong asam yang sangat
lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna.
Dari percobaan ini didapatkan hasil kadar asam borat adalah 19,7 %.

VII. KESIMPULAN
1. Pada titrasi alkalimetri larutan yang digunakan untuk menentukan
asam disini adalah basa.
2. Berdasarkan hasil percobaan alkalimetri yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa kadar Asam borat adalah 19,7 %.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Penetuan kadar asam borat menggunakan titrasi alkalimetri. Dalam
http:/documents/laporan-praktikum-kimia-analitik.hmtl. Dimuat pada tanggal 12
maret 2009, Palu.

Rivai, H., (1995), Asas Pemeriksaan Kimia, UI Press, Jakarta, 117.

Khopkar, S.M., (1990), Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta, 38,39.

Susanti, S, et, all (1995) Analisis Kimia Farmasi Kualitatif, LEPHAS, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai