Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI ANALISIS II


ANALISIS KUANTITATIF KADAR SENYAWA STEROID
DALAM SEDIAAN FARMASI DENGAN METODE HPLC

Nama/NIM : Iif Syaifulloh (31116121)


Rani Agustiani (31116132)
Salsabila Septiani (31116138)

Kelas / Kelompok : Farmasi 3C / 3


Tanggal Praktikum : 21 Mei 2019
Tanggal Masuk Laporan : 28 Mei 2019
Dosen : Dra. Lilis Tuslinah, M.Si.,Apt
Ade yeni Aprillia, M.Si

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2019
ANALISIS KUANTITATIF KADAR SENYAWA STEROID
DALAM SEDIAAN FARMASI DENGAN METODE PLC

Tanggal praktikum : 21 Mei 2019

Sampel : Dexamethason

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengisolasi dexamethason dan memisahkannya dari matriks.
2. Menentukan kadar dexamethason dalam sediaan farmasi dengan metode

HPLC.

B. PRINSIP
Penetapan kadar dexamethason dengan cara pemisahan dalam
suatu kolom berdasarkan derajat interaksi (afinitas) analit terhadap fase
diam (kolom) dan fase gerak (pelarut) pada tekanan dan kecepatan yang
tinggi. Komponen sampel (analit) dengan afinitas yang tinggi terhadap
fase diam adalah komponen terakhir yang terpisah yang ditandai dengan
waktu retensi yang paling lama atau terakhir.

C. DASAR TEORI
HPLC atau (High Performance Liquid Chromatography) atau
KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) adalah teknik kimia analitik
untuk memisahkan, mengidentifikasi, mengukur setiap komponen dalam
campuran. Ini digambarkan sebagai proses transfer massa yang melibatkan
adsorpsi. HPLC mengandalkan pompa untuk melewatkan cairan
bertekanan tinggi dan campuran sampel melewati kolom yang diisi dengan
adsorben, yang mengarah ke pemisahan komponen sampel (Rohman,
2007).
Komponen aktif kolom, adsorben, biasanya bahan granular yang
terbuat dari silika, polimer, dan lain-lain dengan ukuran 2-50 μm .
Cairan bertekanan biasanya merupakan campuran pelarut seperti air,
asetonitril dan atau metanol. Interaksi ini bersifat fisik, seperti hidrofobik,
dispersif, dipol-dipol dan ionik dan merupakan kombinasi yang paling
sering digunakan.
Kondisi yang perlu diperhatikan pada penggunaan HPLC
diantaranya : jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom,
kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Rohman,
2007).
Senyawa yang dapat ditentukan atau dianalisis dengan HPLC yaitu
senyawa organik atau anorganik, senyawa biologis, senyawa non volatil,
senyawa yang strukturnya hampir sama, dan senyawa-senyawa dalam
jumlah sklumit (trace elements) seperti : asam-asam amino, asam-asam
nukleat, protein dalam cairan fisiologis, senyawa aktif obat, termasuk
steroid seperti betametason, dexamethason dan lain-lain (Rohman,2007).

D. SIFAT FISIKO KIMIA ANALIT

OH

HO OH

F H

Struktur Dexamethason

Deksametason mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari
102,0% C22H29FO5 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
BM : 392,47
Pemerian : Serbuk hablur; putih sampai praktis putih; tidak berbau;
stabil di udara. Melebur pada suhu lebih kurang 250º
disertai peruraian.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam
dioksan dan dalam metanol; sukar larut dalam kloroform;
sangat sukar larut dalam eter; praktis tidak larut dalam air.
Fase gerak : campuran air-asetonitril P (lebih kurang 7:3),
sedemikian hingga laju alir 2 ml per menit, waktu retensi
deksametason lebih kurang 7 menit.
(Depkes RI,2014)

E. ALAT BAHAN
1. Alat :

 Timbangan analitik  Penyaring milipore


 Labu Ukur  Mikropipet
 Gelas Ukur  Mortir dan stamper
 Beaker Glass  Kolom fase terbalik
 Mycrosyringe  HPLC
 Vortex  Sentrifugator

2. Bahan :
 Sediaan dexamethason serbuk
 Standar Dexamethason
 Pelarut Asetonitril : asam asetat glasial 1% (35:65)
 Eluen air : asetonitril (70:30)

F. PROSEDUR
 Pembuatan Larutan Standar Dexamethason

50 mg serbuk dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

Larutkan dengan campuran pelarut Asetonitril : asam asetat glasial


1% (35:65)

Ad hingga 100 mL
 Isolasi sampel

1tablet dexamethason ditimbang dan didapat bobot sebesar


1,93 mg lalu(+)digerus
gliserin
(+) pelarut
Asetonitril : asam asetat glasial 1% (35:65)

Dilakukan vortex

Dilakukan sentrifugasi, kecepatan 2000 rpm selama 20 menit

Filtrat Residu

Dimasukkan ke labu Filtrat Residu


ukur 100 mL

Dimasukkan ke labu ukur 100 mL


 Filtrat diuji dengan HNO3 apabila masih terbentuk kuning jingga
artinya sampel belum terekstraksi semua, maka:

Residu
ekstraksi

Dilakukan vortex dan sentrifugasi kembali

Filtrat Residu

Dimasukkan ke labu
 Dilakukan ukur
sampai 100 mL filtrat dengan HNO3 tidak terbentuk
pengujian
warna kuning jingga
 Tambahkan pelarut kedalam labu ukur yang berisi filtrat ad tanda
batas 100 mL.

G. DATA HASIL
Ppm AUC
2 61.34979
3 57.59750
4 56.36263
5 62.27800
6 54.08331
7 50.99800

AUC
70
60
f(x) = - 1.58x + 64.19
50 R² = 0.48
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8

a. Pengenceran Sampel Dexamethasone


1. Larutan Stok Dexamethasone
193 mg dalam 100 mL = 1930 ppm
2. Penetapan Kadar Sampel Dexamethasone
Diketahui :
- AUC Sampel Dexamethasone = 57,20768
- y = -1,5803x + 64,187
- r2 = 0,4845

- y = -1,5803x + 64,187
- 57,20768= -1,5803x + 64,187
1,5803 x =6,97932
6,97932
x=
1,5803
x=4,4165 ppm

4,4165 mg
Kadar dexamethason= x 100 =2,29
193 mg
Perhitungan Kurva Kalibrasi

1000 ppm dalam 50 mL


1000 mg
1 ppm ¿
1000 mL
50 mg
1000 ppm ¿
50 mL
b. Deret Pengenceran Kurva Kalibrasi
1. Pengenceran dari 1000 ppm ke 20 ppm

N 1 . V 1=N 2 . V 2

1000 ppm .V 1=20 ppm . 25 mL

20 ppm .25 mL
V 1=
1000 ppm

V 1=0,5 mL

2. Dari 20 ppm menjadi 2 ppm N 1 . V 1=N 2 .V 2


20 ppm .V 1 =2 ppm. 5 mL
2 ppm. 5 mL
V 1=
20 ppm
V 1=0,5 mL
3. Dari 20 ppm menjadi 3 ppm N 1 . V 1=N 2 .V 2
20 ppm .V 1 =3 ppm .5 mL
3 ppm .5 mL
V 1=
20 ppm
V 1=0,75 mL
4. Dari 20 ppm menjadi 4 ppm

N 1 . V 1=N 2 . V 2

20 ppm .V 1 =4 ppm . 5 mL

4 ppm. 5 mL
V 1=
20 ppm

V 1=1 mL

5. Dari 20 ppm menjadi 5 ppm


N 1 . V 1=N 2 . V 2

20 ppm .V 1 =5 ppm. 5 mL

5 ppm .5 mL
V 1=
1,25 ppm

V 1=4,6 mL

6. Dari 20 ppm menjadi 6 ppm

N 1 . V 1=N 2 . V 2

20 ppm .V 1 =6 ppm .5 mL

6 ppm .5 mL
V 1=
20 ppm

V 1=1,5 mL

7. Dari 20 ppm menjadi 7 ppm

N 1 . V 1=N 2 . V 2

20 ppm .V 1 =7 ppm .5 mL

7 ppm .5 mL
V 1=
20 ppm

V 1=1,75 mL

H. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini yaitu analisis senyawa steroid dari suatu sediaan
farmasi menggunakan metode HPLC. HPLC sendiri merupakan suatu metode
pemisahan analit berdasarkan afinitasnya terhadap fasa gerak dan fase diam.
Senyawa yang memiliki afinitas tinggi terhadap fase diam akan tertahab lebih
lama di kolom dibandingkan dengan fase gerak. Sampel yang digunakan yaitu
deksamethason yang merupakan senyawa nonpolar. Fase gerak yang
digunakan yaitu campuran acetonitril : air (30:70). Fase gerak yang digunakan
lebih ke polar dan fasa diam bersifat non polar yang berarti dalam metode
HPLC menggunakan fase terbalik. Dalam praktikum kali ini dibuat terlebih
dahulu kurva kalibrasi dengan larutan standar deksamethason dengan deret
konsentrasi 2,3,4,5,6,dan 7 ppm. Kemudian larutan tersebut di injek secara
otomatis kedalam alat, yang sebelumnya diatur volume penginjekan, laju alir
nya dan nomor tempat vial akan diinjeksikan. Setelah running, maka akan
diperoleh waktu retensi dengan puncak tertinggi. Waktu retensi adalah waktu
yang diperlukan analit sampai bisa terbaca oleh detektor. Waktu retensi akan
semakin lama jika analit memiliki afinitas yang lebih besar terhadap kolom
dibandingkan eluen. Waktu retensi digunakan sebagai analisis kualitatif akan
adanya analit yang akan dianalisis, sementara sumbu y menyatakan nilai unit
absorbansi yan bisa digunakan untuk analisis kuantitatif dengan melihat
ketinggian grafik dan luas area dari grafik tersebut. Dari ke enam standar
dengan berbagai ppm diperoleh waktu retensi rata rata yaitu 3,288 menit yang
merupakan puncak terdeteksinya analit dexametason. dan persen area yaitu
100% menandakan bahwa larutan standar memiliki kemurnian 100%. Hal ini
wajar karena standar yang digunakan adalah senyawa murni karena digunakan
dalam kepentingan analisis. Berbeda dengan larutan sampel dari tablet
dexametason memiliki persen area 90,47% yang berarti kemurnian
dexametason dalam sampel kurang dari 100%. Hal ini mungkin terjadi karena
yang dianalisis adalah sampel dari sediaan yang beredar dipasaran dan
produsen yang memproduksi tablet tersebut tidak menggunakan dexametason
dengan kemurnian yang tinggi karena tidak digunakan untuk kepentingan
analisis. Dan juga ada beberapa larutan standar yang memiliki lebih dari 1
puncak dan lebih dari waktu retensi menandakan bahwa larutan tersebut
mengandung analit lain selain dexamethason. Hal ini mungkin terjadi karena
penanganan sampel yang kurang baik sehingga masuknya kontaminan atau zat
lain pada saat preparasi sampel.bisa juga karena kolom yang digunakan hanya
1 untuk beberapa macam senyawa yang sebelumnya sudah digunakan dan
waktu pencucian kolom belum selesai sempurna karena waktu praktikum yang
terbatas. Kemudian, dari kromatografi yang dijalankan pada keenam jenis
standard tersebut maka dapat diperoleh kurva kalibrasi dan persamaan
untuk menghitung konsentrasi yaitu didapat nilai AUC. Dimana semakin
tinggi AUC makan akan semakin tinggi konsentrasi. Namun hasil yang
didapat adalah berbanding terbalik. Hal ini mungkin terjadi karena pada saat
proses pengenceran berbagai deret standar kurang teliti saat pemipetan dan
penambahan pelarut sampai tanda batas sehingga konsentrasinya menjadi
semakin kecil.

I. KESIMPULAN
 HPLC digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif dengan cara
kerja memisahkan analit berdasarkan perbedaan kepolaran dan
afinitasnya terhadap fase diam dan fase gerak
 Informasi yang didapat dalam analisis menggunakan HPLC yaitu
waktu retensi, % area dan nilai unit absorbansi. Kromatogram
menghasilkan peak yang penandakan banyaknya jumlah analit yang
terdeteksi.
 Nilai persen kemurnian dari sampel tablet dexametason yaitu 90,47%
dan kadar yaitu 2,29%
DAFTAR PUSTAKA

 Gholib, Ibnu Gandjar., Abdul Rohman. 2007. Kimia farmasi analisis.

Yogyakarta : Pustaka pelajar.


 Depkes RI. 1979. Farmakope indonesia edisi V. Jakarta : Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai