Disusun Oleh
Kelompok 1
Novia Fransiska Farida Ladapase 211FF04010
Ditia Ayu A 211FF04015
Afifah Aulia Rahmawati 211FF04018
Malak Maidah 211FF04020
Nabila Putri 211FF04031
Aulia Utami Widiati 211FF04036
Dede Chika Naibaho 211FF04037
Missye Dayana S 211FF04039
Muhammad Irfan Syaefulloh 211FF04040
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2022
MODUL 4
PENETAPAN KADAR ASAM RETINOAT DALAM GEL
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Menetapakan kadar asam retinoat dalam sampel gel.
Asam retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol)
yang dibentuk dari all-trans retinol (retinoid dalam bentuk alkohol). Disebut juga
tretinoin (all-trans-retinoic acid) (BPOM, 2011). Asam retinoat atau tretinoin adalah
bentuk asam dari vitamin A. Fungsi vitamin A asam ini adalah berperan pada proses
metabolisme umum
(Hardjasasmita, 1991). Menurut Menaldi (2003), asam retinoat merupakan zat
peremajaan non peeling karena merupakan iritan yang menginduksi aktivitas mitosis
sehingga terbentuk stratum korneum yang kompak dan halus, meningkatkan kolagen
dan glikosaminoglikan dalam dermis sehingga kulit menebal dan padat, serta
meningkatkan vaskularisasi kulit sehingga menyebabkan kulit memerah dan segar.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam Kloroform
Asam retinoat atau tretinoin juga mempunyai efek samping bagi kulit yang
sensitif, seperti kulit menjadi gatal, memerah dan terasa panas serta jika
pemakaian yang berlebihan khususnya pada wanita yang sedang hamil dapat
menyebabkan cacat pada janin yang dikandungnya (Badan POM, 2011). Asam
retinoat di label produk kadang ditulis sebagai tretinoin. Asam retinoat ini dapat
menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). Asam
retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol). Asam retinoat
ini sering dipakai sebagai bentuk sediaan vitamin A topikal, yang dapat diperoleh
dengan resep dokter. Bahan ini sering dipakai pada preparat untuk kulit terutama
untuk pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai untuk mengatasi kerusakan
kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan untuk pemutih (Andriyani,
2011).
Pengaktifan Reseptor Asam Retinoat (RAR). Interaksinya dengan RAR pada sel
kulit mampu merangsang proses perbanyakan dan perkembangan sel kulit terluar
(epidermis) sehingga asam retinoat secara topikal dengan dosis 0,05 atau 0,1 %
mampu memperbaiki perubahan struktur atau penuaan kulit akibat radiasi
ultraviolet. Pembentukan dan peningkatan jumlah protein NGAL (Neutrophil
Gelatinase Associated Lipocalin). Asam retinoat dapat meningkatkan pembentukan
dan peningkatan jumlah protein NGAL yang mengakibatkan matinya sel kelenjar
sebasea (sel penghasil sebum atau minyak), yang kemudian akan mengurangi
produksi sebum sehingga mampu mengurangi timbulnya jerawat. Berperan sebagai
iritan asam retinoat juga bekerja sebagai iritan pada epitel folikel (lapisan pada
lubang tumbuhnya rambut) yang memicu peradangan dan mencegah bergabungnya
sel tanduk menjadi massa yang padat sehingga tidak menyumbat folikel dan tidak
menghasilkan komedo. Selain itu, asam retinoat juga meningkatkan produksi sel
tanduk sehingga mampu melemahkan dan mendesak komedo untuk keluar ( BPOM,
2011).
5. Sediaan Gel
Gel dapat didefinisikan sebagai sediaan semipadat yang terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel organik kecil atau molekul organik besar, berpenetrasi oleh
suatu cairan. Gel adalah sistem semipadat yang pergerakan medium pendispersinya
terbatas oleh sebuah jalinan jaringan tiga dimensi dari partikel – partikel atau
makromolekul yang terlarut pada fase pendispersi (Allen et. al., 2002). Menurut
Farmakope Indonesia V (2014) sediaan gel kadang – kadang disebut jeli, adalah
sistem semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik kecil
atau molekul organik besar, yang terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel
terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua
fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran
partikel dari fase terdispersi relative besar, massa gel kadang – kadang dinyatakan
sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat berupa
tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan dapat menjadi cair pada saat
pengocokan.
Gel memiliki sistem sistem disperse yang banyak tersusun dari air serta sangat
rentan terhadap terjadinya instabilitas fisik, kimia maupun mikroba. Pada umumnya
instabilitas fisik yang terjadi pada gel yaitu sineresis yang mana keluarnya medium
dispersi dari sistem akibat adanya kontraksi sistem polimer gel. Faktor perubahan
pada suhu penyimpanan yang ekstrim merupakan salah satu faktor utama yang
terjadi pada sineresis yang dialami pada saat cycling test. Adanya penurunan tekanan
osmotik pada sistem serta perubahan bentuk molekul dapat terjadi pada proses
pembekuan saat cycling test. Molekul yang mengkerut ini memaksa keluarnya
medium dari sistem matriks (Gad, 2008). Pada konsentrasi gelling agent yang
rendah biasanya dapat terjadi sineresis. Sineresis menunjukkan adanya fenomena
ketidakstabilan secara termodinamika (Kaur dan Guleri, 2013).
Menurut Voight (1994) terdapat beberapa keuntungan sediaan gel antara lain:
c. Rentang Kadar
90,0 – 130,0%
VI. DATA DAN HASIL PENGAMATAN (Novia Fransiska Farida Ladapase
211FF04010 dan Afifah Aulia Rahmawati 211FF04018 )
Data Hasil
a. Pembuatan larutan baku Konsentrasi larutan induk
W tretinoin = 50 mg 50 mg / 50 ml = 1 mg/ml
V labu = 50 mL
= 1000 μg/mL = 1000 bpj
Pengenceran: Pengenceran:
Volume yang diambil dari larutan
V1 x C1 = V2 x C2
induk = 380 μL = 0,38 mL
Dilarutkan dengan kloroform 0,38 mL x 1000 bpj = 100 mL x C2
dalam labu ukur 100 mL 0,38 𝑚𝐿 𝑥 1000 𝑏𝑝𝑗
C2 = 100 𝑚𝐿
= 3,8 bpj
Konsentrasi larutan baku (C) adalah
3,8 bpj
b. Pembuatan larutan uji Massa gel yang ditimbang agar setara dengan
375 μg retinoat adalah 0,75 gram
Perhitungan :
= 397,67 μg
% Kadar Sampel
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 x 100 %
397,67 𝑚𝑔
= 375 𝑚𝑔
x 100 %
= 106,04 %
Dalam praktikum kali ini dilakukan beberapa pengujian antara lain, pembuatan
baku yang dilakukan pengenceran baku pada retinoic acid sehingga didapatkan
konsentrasi larutan baku sebanyak 3,8 µg/mL b/v, selanjutnya dilakukan pembuatan
larutan uji dengan mengetahui massa gel yaitu 0,75 gram, sehingga dilakukan scaning
panjang gelombang serapan maksimum 200-800 nm. Dilakukan pembuatan larutan
baku, dimana larutan baku dibuat bertujuan sebagai suatu standar yang digunakan
dalam pembuatan kurva standar yang akan diperoleh persamaan garis regresinya
untuk penentuan dari kadar senyawa yang terdapat pada sampel.
Badan POM RI. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang Metode Analisis
Kosmetika. Jakarta.
Badan POM, 2011, Mewaspadai Asam Retinoat dalam Kosmetik. Jakarta. :BPOM
Day, R A, dan Underwood, A L., (2002), Analsis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Erlangga,
Jakarta.
Gad S.C., 2008, Pharmaceutical Manufacturing Handbook: Production and Processes, A John
Wiley & Sons, Inc., New Jersey.
Hardjasasmita, Pantjita. (1991). Biokimia Dasar A. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Kaur, L.P., Guleri, T.K., 2013, Topical Gel ; A Recent Approach For Novel Drug Delivery,
Asian Journal Of Biomedical And Pharmaceutical Sciences : 1-5.
Kemenkes RI. 2020. Farmakope Indonesia, Edisi VI. Kemenkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V. Kemenkes RI. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI, 2020, Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI
Menaldi, Sri Linuwih. (2003). Peremajaan Kulit. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.