Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI PENYAKIT SALURAN CERNA,

NUTRISI, ENDOKRIN DAN GINEKOLOGI


“PRAKTIKUM UJI AKTIVITAS ANTIDIARE”

Disusun Oleh
Kelompok 4

Aulia Utami Widiati 211FF04036

Dede Chika Naibaho 211FF04037

Syifa Septiani 211FF04038

Missye Dayana Sabilla 211FF04039

Muhammad Irfan Syaefulloh 211FF04040

Achmad Hidayat 211FF04041

Dewi Apriliyani 211FF04042

Dini Rahmisari Hastian 211FF04043

Jenita Kambu 211FF04044

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM STUDI S1 MATRIKULASI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2022
1. TUJUAN

1.1 Kompetensi yang Dicapai


Mahasiswa mampu mengimplementasikan metode secara keseluruhan untuk berbagai bahan
uji serta pemilihan obat menjadi usulan terapi untuk sistem pencernaan (anti diare).

1.2 Tujuan Praktikum


Melakukan dan mengetahui metode pengujian aktivitas obat anti diare pada mencit.

II. PRINSIP
Hewan percobaan yang diinduksi dengan oleum ricini dapat mengalami diare, kemudian
dihambat oleh antidiare.

III. TEORI/PENDAHULUAN
Gangguan sistem pencernaan adalah masalah yang terjadi pada saluran atau organ
yang terlibat dalam pencernaan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai
dari infeksi hingga naiknya asam lambung. Gejala gangguan sistem pencernaan pun
bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.
Diare adalah peningkatan frekuensi pengeluaran feses dan penurunan konsistensi
faeces jika dibandingkan dengan pola usus normal seseorang. Diare sering merupakan
gejala penyakit sistemik. Diare akut umumnya didefinisikan sebagai diare dengan durasi
lebih pendek dari 14 hari, sedangkan diare persisten apabila durasi lebih dari 14 hari, dan
disebut diare kronis apabila durasinya lebih lama dari 30 hari. Sebagian besar kasus diare
akut disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau protozoa, dan pada umumnya bersifat self-
limited. (Di Piro, 2017).
Diare adalah suatu keadaan yang ditandai pengeluaran feses cair atau seperti bubur
berulangkali (lebih dari 3 kali sehari) dengan peningkatan konsistensi feses yang encer
yang disebabkan oleh peningkatan motilitas usus karena infeksi bakteri dan berbagai hal
lainnya sehingga parameter yang diambil adalah konsistensi feses, frekuensi feses, berat
feses dan kemampuan ekstrak simplisia uji untuk memberikan hambatan terhadap bakteri
yang digunakan. Konsistensi feses perlu dilihat untuk mengetahui kemampuan zat uji
untuk menurunkan konsistensi feses dengan menurunkan pengeluaran cairan tubuh.
Frekuensi defekasi dan transit usus diperlukan untuk melihat kemampuan zat uji dalam
menurunkan frekuensi defekasi yang dapat dilihat, berat feses menggambarkan jumlah
masa feses yang dikeluarkan (Sukmawati dkk, 2020).
Penggunaan oleum ricini untuk penginduksi diare pada hewan percobaan dalam
penelitian karena oleum ricini mengandung trigliserida dari asam rieinoleat yang
dihidrolisis dalam usus oleh enzim lipase pancreas menjadi gliserin dan asam ricinoleat
sebagai surfaktan anionic, zat ini bekerja mengurangi absorpsi cairan dan elektrolit serta
menstimulasi peristaltik usus (Sukmawati dkk, 2020).
Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah :
1. Kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri penyebab diare.
Contohnya adalah antibiotika, sulfonamida, kinolon, dan furazolidon.
2. Obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare dengan beberapa
cara, yakni:
a. zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi
air dan elektrolit oleh mukosa usus. Contohnya adalah candu dan alkaloidanya,
derivat-derivat petidin (difenoksilat dan loperamida), dan antikolinergika (atropin,
ekstrak belladonna).
b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tanin)
dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan alumunium.
c. Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya dapat menyerap
(adsorpsi) zat-zat beracun yang dihasilkan oleh bakteri atau yang kadang-kadang
berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk disini adalah mucilagines, zat-zat
lendir yang menutupi selaput lendir usus dan lukanya dengan suatu lapisan
pelindung. Contohnya adalah kaolin, pektin, dan garam-garam bismut, serta
alumunium.
d. Spasmolitika, yakni zat-zat dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali
mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin dan oksifenonium.

Anti diare adalah obat-obat yang digunakan untuk menanggulangi atau mengobati
penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau keracunan
makanan. Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan banyak cairan
kadangkadang disertai mulas (kejang- kejang perut) kadang-kadang disertai darah atau
lendir. Beberapa obat anti diare yang dapat digunakan sebagai pertolongan saat terjadi
diare, yaitu adsorben dan obat pembentuk massa, Anti motilitas, Pengobatan diare kronis
(Neal, 2005).
Upaya penatalaksanaan pada penderita diare sebagian besar dengan rehidrasi yang
berfungsi untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat adanya dehidrasi. Walaupun
demikian diare yang berkelanjutan harus diatasi dengan pengobatan simtomatik dan
pengobatan kausatif (Pratiwi, 2015). Pengobatan diare juga dapat dilakukan dengan
beberapa golongan obat diantaranya antimotilitas, adsorben, antisekresi, dan antibiotic
(Suherman, 2013). Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan
peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defikasi) dan meredakan
sembelit. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feces) tidak mengeras dan defikasi
menjadi normal.
Terapi farmakologis dengan obat laksatif/ pencahar digunakan untuk meningkatkan
frekuensi BAB dan untuk mengurangi konsistensi feses yang kering dan keras. Secara
umum, mekanisme kerja obat pencahar meliputi pengurangan absorpsi air dan elektrolit,
meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam usus.
Obat pencahar ini mengubah kolon, yang normalnya merupakan organ tempat terjadinya
penyerapan cairan menjadi organ yang mensekresikan air dan elektrolit (Dipiro, et al, 2005)
Loperamid merupakan antispasmodik, di mana mekanisme kerjanya yang pasti belum
dapat dijelaskan. Secara in vitro pada binatang Loperamide menghambat
motilitas/perilstaltik usus dengan. mempengaruhi langsung otot sirkular dan longitudinal
dinding usus. Secara invitro dan pada hewan percobaan, Loperamide memperlambat
motilitas saluran cerna dan mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar. Pada
manusia, Loperamide memperpanjang waktu transit isi saluran cerna. Loperamid
menurunkan volum feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan menghentikan
kehilangan cairan dan elektrolit Tinta cina ini berguna sebagai indikator untuk megetahui
kecepatan motilitas usus (Ansel, 2005).
Metode Transit Intestinal dapat digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat antidiare,
laksansia, antispasmodik, berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh
oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan
percobaan mencit atau tikus. Metode transit intestinal yang menjadi parameter pengukuran
adalah rasio antara jarak rambat marker dengan panjang usus keseluruhan. Jika suatu bahan
mempunyai efek antidiare maka rasio rambat marker yang dihasilkan kecil sebaliknya jika
bahan yang mempunyai efek laksatif maka rasio yang dihasilkan lebih besar (Ganiswarna.
S.. 1950)
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang termasuk dalam famili Murideae
(Anonim, 2005). Mus musculus liar atau Mus musculus rumah adalah hewan satu spesies
dengan Mus musculus laboratorium. Semua galur Mus musculus laboratorium sekarang ini
merupakan keturunan dari Mus musculus liar sesudah melalui peternakan selektif (Smith &
Mangkoewidjojo, 1988). Rambut Mus musculus liar berwarna keabu-abuan dan warna
perut sedikit lebih pucat. Mata berwarna hitam dan kulit berpigmen. Berat badan bervariasi,
tetapi umumnya pada umur empat minggu berat badan mencapai 18- 20 gram. Mus
musculus liar dewasa dapat mencapai 30-40 gram pada umur enam bulan atau lebih.

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
Timbangan hewan Olium richini
Timbangan elektrik Loperamide
Alat suntik 1ml Asam asetat
Jarum pemberian oral (sonde) Tragakan
Glass kimia Preaksi dragendorf
Glass ukur Preaksi mayer
Batang pengaduk Preaksi FeCl3
Stopwatch Benzein
Bejana pengamatan Eter
Pipet tetes Amonia 25%
Tabung reaksi Kloroform
Kali tiga Hcl 10%
Kassa Na2SO4
Pembakar spirtus NaOH 10%
Mortar Preaksi leaberman Buchart
stemper Preaksi steasny
H2SO4DD
Suspensi Norit 5%

V. PROSEDUR

1. Motede proteksi
Siapkan 4 mencit lalu timbang bobot mencit
Kelompokan menjadi 4 kelompok, yaitu :
kelompok 1 kontrol normal : diberi larutan CMC Na 0,5 %(0,5 mL / 20 g BB mencit)
kelompok 2 positif: diberi perlakuan Na CMC, setelah 15 menit kemudian
berikan Oleum ricini
kelompok 3 & 4: Uji 1 (larutan loperamide dalam Na CMC dosis 1) dan uji 2 (larutan
loperamide dalam Na CMC dosis 2)

berikan perlakuan secara oral sesuai kelompok dengan dosis yang sudah dihitung
sebelumnya pada setiap mencit dan tempatkan dalam toples beralaskan kertas saring
yang sudah ditimbang, lalu diamkan selama 15 menit.

Setelah itu diberi perlakuan oleum ricini per oral pada mencit kelompok 2, 3 & 4, lalu
amati dan catat waktu awal terjadinya proses pengeluaran feses.

Respon yang terjadi pada setiap mencit diamati selang waktu 5 menit selama 1 jam,
setelah pemberian oleum ricini

Amati frekuensi buang air besar, konsistensi feses, bobot feses per 1 menit

Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan dibuat grafiknya


2. Metode Transit Intestinal
siapkan 3 ekor mencit kemudian timbang bobot mencit

kelompokan menjadi 3 kelompok yaitu:


kelompok 1 kontrol normal: diberi larutan CMC Na 0,5 %(0,5 mL / 20 g BB mencit)
kelompok uji 2 & 3 : Uji 1 (larutan loperamid dalam Na CMC dosis 1) dan uji 2
(larutan loperamid dalam Na CMC dosis 2)

berikan perlakuan secara oral sesuai kelompok dengan dosis yang sudah dihitung
sebelumnya pada setiap mencit lalu diamkan selama 15 menit.

Setelah itu berikan perlakuan tinta cina per oral dengan dosis tertentu dan ditunggu
sekitar 20-30 menit.

Setelah 30 menit, mencit dibunuh dengan cara dislokasi leher kemudian dibedah.

Diukur panjang usus yang dilalui tinta cina dan dibandingkan dengan panjang usus
secara keseluruhan.

Diamati dan dibandingkan secara kualitatif pada masing-masing mencit.

VI. DATA PENGAMATAN


Perhitungan
1. Perhitungan banyaknya cairan (ml) yang diberikan secara peroral pada masing-
masing mencit tiap kelompok
1. Kelompok 1. Proteksi Ol.Ricini
Mencit 1. Pemberian Na CMC 0,5% @0,5 ml/20 g
BB mencit 1= 26 gram
= 26/20cxc0,5 ml = 0,65 ml
Mencit 2. Na-CMC 0,5% dan Ol.Ricini @0,5ml / 20 g
BB Mencit 2 = 30 gram
= 30/20 x0,5 = 0,75 ml
Mencit 3. Pemberian Loperamid dosis 2 mg / 70 kg BB Manusia (dalam
100ml)
- Konversi = 2 x 0,0026 = 0,0052 mg/ 20 gram mencit
- Vol. Pemberian = 0,0052 / 2 x 100 = 0,26 ml / 20 gram mencit
- BB mencit 3 = 24 gram
- Vol. Pemberian = 24/20x 0,26 ml = 0,31 ml
- Pemberian ke-2 ol.ricini= 24 /20x 0,31 = 0,372 ml
Mencit 4. Pemberian Diapet dosis 600 mg / 70 kg BB manusia (dalam 100 ml)
- Konversi = 600 x 0,0026 = 1,56 mg/ 20 gram
- Vol. Pemberian = 1,56 / 600 x 100 = 0,26 ml / 20 gram mencit
- BB mencit 4 = 28 gram
- Vol. Pemberian= 28/20x 0,26ml = 0,36 ml
Pemberian ke-2 ol.ricini = 28 /20 x 0,36 ml= 0,504 ml
Mencit 5. Pemberian Diapet dosis 1200 mg / 70 kg BB manusia (dalam
100ml)
- Konversi = 1200 x 0,0026 = 3,12 mg/ 20 gram
- Vol. Pemberian = 3,12 / 1200 x 100 = 0,26 ml / 20 gram bb mencit
- BB mencit 5 = 26 gram
- Vol. Pemberian= 26/20x 0,26 mg= 0,33 ml
- Pemberian ke-2 ol.ricini = 26 /20x0,33ml= 0,429 ml
2. Kelompok 2. Intestinal
Mencit 1. Pemberian Na CMC dan Tinta Cina
BB mencit 1 = 22 gram
Maka dosis Na-CMC 0,5% yang dioralkan (0,5 ml/ 20 gram)
= 22/20 x 0,5
= 0,55 ml
Dosis Pemberian Tinta cina= 22/20x 0,5= 0,55 ml
Mencit 2. Pemberian Loperamid 2 mg dan Tinta cina (BB mencit 2 = 21 gram)
Maka dosis Loperamid 2 mg/ 70 kg BB manusia (dalam 100ml)
- Konversi Dosis mencit = 2x 0,0026 = 0,0052 mg/ 20 gram mencit
- Vol. Pemberian = 0,0052 / 2 x 100 = 0,26/20 gram
- Vol. Pemberian mencit 2= 21/20x 0,26 = 0,273 ml
- Pemberian Tinta Cina = 21/20x 0,5 ml = 0,525 ml
2. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Bobot berat badan masing-masing
Kelompok Keterangan Bobot Berat Badan (gram)
Mencit 1 26 gram
Na CMC 0,5%
Proteksi Ol.Ricini Mencit 2 30 gram
Ol.Ricini
Mencit 3 24 gram
Loperamide 2mg
Mencit 4 28 gram
Diapet 600mg
Mencit 5 26 gram
Diapet 1200mg
Transit / Intestinal Mencit 1 22 gram
Na CMC 0,5 %
Mencit 2 21 gram
Loperamide 2mg

Table 2. Jumlah volume perlakuan yang diberikan terhadap masing-masing mencit


Kelompok Keterangan Jumlah volume yang
diberikan (ml)
Mencit 1
Na CMC 0,65 ml
Proteksi Ol.Ricini Mencit 2
Ol.Ricini 0,75 ml
Mencit 3
Loperamide+ 0,31 ml
Ol.Ricini 0,372ml
Mencit 4
Diapet 600 mg+ 0,36 ml
Ol.Ricini 0,504 ml
Mencit 5
Diapet 1200 mg + 0,33 ml
Ol.Ricini 0,429 ml
Transit / Intestinal Mencit 1
Na CMC 0,5 % + 0,55 ml
Tinta Cina 0,55 ml
Mencit 2
Loperamide + 0,273 ml
Tinta Cina 0,525 ml

Tabel 3. Tabel perlakuan masing-masing mencit


Kelompok Waktu Perlakuan
T=0 menit Mencit 1 diberikan Na
cmc per oral, Mencit 2
Proteksi Ol.Ricini diberikan Ol.ricini secara
oral, mencit 3 diberikan
loperemid dosis 1 peroral,
mencit 4 diberikan diapet
dosis I diberikan secara
oral, mencit 5 diberikan
diapet dosis II secara
peroral.

T =15 menit Mencit 3 diberikan


loperamid secara oral,
mencit 4 diberikan diapet
dosis I secara oral dan
mencit 5 diberikan diapet
dosis II secara oral
T=0 Mencit 1 diberikan Na
cmc secara oral, mencit 2
diberikan loperamid secara
peroral
Transit / Intestinal T=15 menit Masing masing mencit
diberikan tinta cina secara
oral
T = 35 menit Kedua mencit dikorbankan
dengan dislokasi tulang
leher, kemudian di bedah
dan dikeluarkan ususnya
untuk mengukur panjang
usus keseluruhan dan
panjang usus yang di lalui
oleh tinta cina
Tabel 4. Uji aktivitas pada kelompok proteksi ol ricini
No. Kelompok Parameter
5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’
1. Normal 0 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3. Pembanding 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4. Uji 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5. Uji 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: +++ = Cair


++= Cair Lembek
+ = Cair Padat
- = Padat

Tabel 5. Jarak tempuh marker dan rasio terhadap panjang usus keseluruhan pada mencit
intestinal
Pemberian Mencit Panjang Usus Panjang Usus Rasio
Tinta (cm) Total (cm)
Na-CMC 1 25,5 53,5 % transit = Panjang usus tinta /
0,5% panjang usus total
= 25,5 / 53,5 x 100% = 47,66%
Loperamid 2 18 58 % transit = panjang usus tinta /
2 mg panjang usus total
= 18/58 x 100% = 31,034%
3. Grafik

0,09
0,08
0,07
0,06
Berat Feses (gram)

0,05 Normal

0,04 Sakit
0,03 Pembanding
0,02 Uji 1
0,01 Uji 2
0
-0,01 0 30 60 90
-0,02
Menit ke- (t)

0,09
0,08
0,07
0,06
0,05
0,04
0,03
0,02
0,01
0
10

Normal Sakit Pembanding Uji 1 Uji 2

PEMBAHASAN
Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan pada feses dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh adanya rangsangan
pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat menimbulkan reflek yang mempercepat
peristaltik sehingga timbul diare.
Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi normal, serta
konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-macam. Pada dasarnya diare
merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat-zat racun yang tidak
dikehendaki dari dalam usus. Bila usus sudah bersih maka diare akan berhenti dengan
sendirinya.
Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi diare hebat dapat
digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang banyak digunakan diantaranya
adalah Loperamid yang daya kerjanya dapat menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari
sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada
keadaan resorpsi normal kembali. Loperamid merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol,
suatu neurolopeptikum dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tanpa khasiat pada
SSP, jadi tidak mengakibatkan ketergantungan.
Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah mencit. Selain
karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi manusia,juga karena mencit mudah
ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga waktu penelitian dapat berlangsung lebih
cepat. Sebelum digunakan untuk percobaan, mencit dipuasakan selama 18 jam sebelum
percobaan tetapi minum tetap diberikan. Hal tersebut dikarenaka makanan dalam usus akan
berpengaruh terhadap kecepatan peristaltik.
Pada praktikum ini mencit di bagi menjasi 2 kelompok: kelompok 1 proteksi Ol.Ricini
dan 2 kelopok intestinal. Prosedur pertama yang dilakukan adalah menimbang masing-masing
mencit untuk menentukan banyaknya dosis sediaan uji yang akan diberikan pada tiap mencit.
Untuk mencit kelompok 1, mencit pertama memiliki bobot 26 gram dan setelah
dikonversi dengan 0,5 mL/20 gram maka banyaknya dosis untuk mencit pertama adalah 0,65
mL. untuk mencit ke dua di berikan Na-cmc pada mencit dengan berat badan 30 gram dan di
konversi ke dosis manusia adalah 0,75 ml (kontrol negatif). Sedangkan untuk mencit ke tiga
dengan berat badan 24 gram, maka dosis loperamid yang di berikan adalah 0,31 mL
(loperamid) dan untuk mencit ke empat dengan bobot 28 gram, dosis yang di berikan adalah
adalah 0,36 mL Diapet, sedangkan pada mencit ke lima dengan berat badan 26 gram, dosis
Diapet yang di berikan adalah 0,33 ml.

Mencit pertama dan mencit ke dua merupakan mencit kontrol negatif karena akan
diberikan Na-cmc 0,5%. Mencit ke tiga akan diberikan loperamid 0,31 ml/20 gram, dan
mencit ke empat akan diberikan Diapet 0,36 ml/20 gram. sedangkan untuk mencit ke lima, di
berikan Diapet 0,33 ml/20 gram. Pemberian ke liima zat tersebut dilakukan secara peroral
karena yang akan diamati adalah kecepatan peristaltik usus, kemudian mencit-mencit tersebut
didiamkan selama 10 menit agar obat-obat tersebut dapat terabsorpsi secara sempurna di dalam
tubuh mencit, sehingga didapat efek yang diharapkan.
Setelah itu, tiap-tiap mencit diberikan oleum ricini. Pada Mencit ke tiga di kasih olium
ricini 0,37 ml/20 gram, untuk mencit ke empat di berikan oleum ricini sebanyak 0,50 ml/20
gram, dan unutuk mencit ke lima di berikan oleum ricini sebanyak 0,42 ml/20 gram dari berat
mencit secara peroral. Oleum ricini ini berguna sebagai indikator untuk megetahui kecepatan
motilitas usus. Karena obat antidiare yang digunakan adalah loperamid. Loperamid merupakan
obat antidiare golongan opioid yang mekanisme kerjanya adalah menekan kecepatan gerak
peristaltik. Secara in vitro pada binatang Loperamide menghambat motilitas / perilstaltik usus
dengan mempengaruhi langsung otot sirkular dan longitudinal dinding usus serta
mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit di usus besar.
Sehingga pemberian loperamid berdasarkan literatur seharusnya dapat menurunkan
kecepatan peristaltik usus. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari rasio panjang usus yang
dilalui oleh tinta cina terhadap panjang usus keseluruhan. Setelah 20 menit pemberian oleum
ricini masing-masing mencit di diklokasi dan dibedah untuk melihat kecepatan peristaltik
antara mencit kontrol dan mencit yang telah diberikan loperamid dengan dosis yang berbeda.
Karena panjang usus yang dilewati tinta cina dapat dijadikan sebagai indikator kecepatan
peristaltik usus.
Selanjutnya pengujian pada kelompo 2 (intestinal). Pada pengujian ini di gunakan 2
ekor mencit , untuk mencit pertama dengan berat badan 22 gram maka dosis Na-cmc 0,5%
yang di gunakan pada mencit adalah 0,55 ml. sedangan untuk mencit ke dua dengan berat badan
21 gram, maka dosis Loperamid yang di berikan adalah 2 mg dosis manusia . tetapi sebelum
itu di konversikan terlebih dahulu dosis mencit yaitu Dosis loperamide yang di berikan kepada
mencit adalah 0,27 ml/20 gram.
Mencit- mencit tersebut di diamkan selama 10 menit, kemudian mencit di berikan Tinta
cinta Mencit pertama di berikan tinta cinta sebanyak 0,55ml/20 gram, dan mencit kedua di
berikan di berikan tinta cina sebanyak 0,52 ml/20 gram. Kemudia di diamkan kembali untuk
mengukur panjang usus, selanjutnya mencit dikorbankan untuk mengetahui seberapa panjang
usus yang telah di lalui oleh tinta cina kemudian dibedah di keluarkan usus mencit tersebut,
kemudian hasil yang didapat pada mencit yang pertama yaitu panjang usus tolal 53,5 cm dan
panjang yang yang telah di lalui oleh tinta cina 25,5 cm dan rasio yang didapatkan yaitu
47,66%, kemudian untuk mencit yang ke dua yang di berikan obatr loperamide 2 mg, dengan
panjang tolat 58 cm dan panjang tinta cinta yang sudah yaitu sejauh 18 cm dan di dapatkan
hasil rasio adalah 31,034%.

KESIMPULAN
Pada praktikum yang sudah di lakukan dapat di simpulkan bahwa :
1. Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan pada feses dan
merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu
2. Obat yang di gunakan NaCl loperamide, dan tinta cina
3. Pengujian yang di gunakan yaitu intesdinal untuk menentukan berapa panjang tinta
yang dilewati di dalam usus, dan juga uji anti diare.
4. Pada pengujian di lakukan hanya yang normal saja yang mengeluarkan fese.
5. Untuk intesdinal rasio yang di dapat pada mencit 1 ialah 47,66% dan mencit yang ke 2
yaitu 31,034%
DAFTAR PUSTAKA
Anne, Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut. http://www.anneahira.com/diare-akut.htm. Diakses
pada 21 maret 2022
Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal : 14-4.
Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta :
Penerbit UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
RI.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Posey, L.M., 2005,
Pharmacotherapy, 6th Edition, Appleton ang Lange, New York. 1-13
Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Edisi
IV, 605-619, Jakarta, UI Press.
Smith, J.B., dan Mangkoewidjojo, S., 1988, Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan
Hewan Percobaan di Daerah Tropis, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-810, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai