Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN FARMAKOLOGI I

“LAKSATIF DAN ANTIDIARE”

DISUSUN OLEH :

Nama : ARIFIN AHMAD

Nim : 1900053

Prodi : D-III/3B

Kelompok :I

Hari Pratikum : Jum’at 11 Januari 2021

Dosen Pembimbing : Apt. Novia Sinata, M.Si

Asisten Dosen : Dechania Samura

Hanifah Rodhatul Aisyi

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

2020/2021
“Diuretik”

I. Tujuan Praktikum

1. Memahami dan terampil melakukan teknik evaluasi obat-obat laksatif dan


antidiare.
2. Memahami mekanisme kerja obat pencahar.
3. Memahami dan mampu menganalisa efek samping/toksisitas obat-obat
laksatif/antidiare tersebut.

II. Tinjauan Pustaka

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases(>200


mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnyacairan, frekuensi
BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesakuntuk BAB dengan atau tanpa
inkontinensia fekal (Daldiyono, 1990).

Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar


yang terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan,
atau memiliki kandungan air yang berlebih darikeadaan normal. Umumnya
diare menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga
bisa terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik
penyakitnya (Anne, 2011).Klasifikasi diare :
a. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang dating tiba-
tiba dengan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare akut,
penderita akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat badan jika tidak
diberikam makan dan minum.
b. Diare kronik, diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun parasite maupun non infeksi
c. Diare akut bercampur darah. Selain, intensitas buang air besar meningkat,
diare ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus, spesies yaitu infeksi
bakteri dalam darah atau malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi
d. Diare persisten, gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan
adanya bahaya utama adalah kekerungan gizi, infeksi serius tidak hanya
dalam usus tetapi menyebar hingga keluar usus
e. Diare dengan gizi berat. Diare ini adalah lebih parah dari pada diare yang
lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau
menyeluruh yang berat, dehidrasi ,kekurangan vitamin dan mineral.
Bahkan bila parah mengakibatkan gagal jantung.
Beberapa hal yang menyebabkan diare diantara lain (National
Digestive Diases Information . (Hendawanto, 1996):
A. Infeksi bakteri
Beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan makanan dan
minuman. Contohnya campylobacter, salmonella shigella, E.coli
B. Infeksi virus
Beberapa virus penyebab diare, termasuk rotavirus , Norwalk virus,
cytomeyalovirus, herpes simplex virus, dan virus hepatitis
C. Intoleransi makanan
Beberapa orang tidak mampu mencerna sebuah makanan, misalnya
pemanis buatan dan laktosa
D. Parasite
Parasite dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan
menetap didalam system pencernaan. Parasite yang menyebabkan diare
misalnya Gradia lambia, Entamoeba hystalyrica, dan cpytosporidium.
E. Reaksi atau efek samping pengobatan
Antibiotic, penurunan tekanan darah, obat kanker dan antioksidan
mengandung magnesium yang mampu memicu diare.
F. Gangguan intestinal
G. Kelainan fungsi usus besar
Kata konstipasi berasal dari bahasa latin constipare yang artinya
„bergerombol bersama‟. Konstipasi adalah keadaan dimana frekuensi buang
air besar kurang dari tiga kali seminggu atau tiga hari tidak buang air besar,
dan diperlukan mengejan yang berlebihan saat buang air besar. Sembelit atau
konstipasi adalah gangguan atau kesulitan dalam buang air besar. Konstipasi
terjadi karena lambatnya gerakan peristaltik usus besar sehingga frekuensi
defekasi berkurang, ini menyebabkan konsistensi feses bertambah keras. Hal
ini terjadi akibat lamanya absorpsi cairan yang ada pada feses dan akhirnya
terjadi penumpukan feses dikolon desenden, sehingga susah untuk buang air
besar. (Anne, Ahira. 2011)

Contoh obat yang bekerja sebagai antidiare:

1. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek
buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak
menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di
Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut. Berdasarkan uji
klinis didapatkan bahwa anti diare ini memberikan hasil klinis yang baik dan
dapat ditoleransi oleh tubuh. Produk ini juga merupakan anti diare pertama
yang cara kerjanya mengembalikan keseimbangan sistem tubuh dalam
mengatur penyebaran air dan elektrolit ke usus. Selain itu, Hidrasec pun
mampu menghambat enkephalinase dengan baik. Dengan demikian, efek
samping yang ditimbulkannya sangat minimal.

2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid
sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan
reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai ialah kolik abdomen,
sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.

3. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal
terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal
pada saluran pencernaan.
 Aktifitas antimikroba Nifuroxazide lebih besar dari obat anti infeksi
intestinal biasa seperti kloroyodokuin.
 Pada konsentrasi encer (1 : 25.000) Nifuroxazide masih memiliki daya
bakterisidal.

Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan
oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik
digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.

4. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik
berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier
mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite
mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang
diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa
usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada
anak dengan diare akut (Putri, 2010).
Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan
peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defikasi)
dan meredakan sembelit. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feces)
tidak mengeras dan defikasi menjadi normal. Makanan yang masuk ke dalam
tubuh akan melalui lambung, usus halus, dan akhirnya menuju usus besar/
kolon. Di dalam kolon inilah terjadi penyerapan cairan dan pembentukan
massa feses. Bila massa feses berada terlalu lama dalam kolon, jumlah cairan
yang diserap juga banyak, akibatnya konsistensi feses menjadi keras dan
kering sehingga dapat menyulitkan pada saat pengeluaran feses. Konstipasi
merupakan suatu kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan defekasi
akibat tinja yang mengeras, otot polos usus yang lumpuh maupun gangguan
refleks defekasi (Arif & Sjamsudin, 1995) yang mengakibatkan frekuensi
maupun proses pengeluaran feses terganggu. Frekuensi defekasi/ buang air
besar (BAB) yang normal adalah 3 sampai 12 kali dalam seminggu. Namun,
seseorang baru dapat dikatakan konstipasi jika ia mengalami frekuensi BAB
kurang dari 3 kali dalam seminggu, disertai konsistensi feses yang keras,
kesulitan mengeluarkan feses (akibat ukuran feses besar-besar maupun akibat
terjadinya gangguan refleks defekasi), serta mengalami sensasi rasa tidak puas
pada saat BAB (Sunoto, 1996)
Orang yang frekuensi defekasi/ BAB-nya kurang dari normal belum
tentu menderita konstipasi jika ukuran maupun konsistensi fesesnya masih
normal. Konstipasi juga dapat disertai rasa tidak nyaman pada bagian perut
dan hilangnya nafsu makan.
Laksatif adalah obat yang dapat memperlancar baung air besar ,
sedangkan antidiare adalah obat yang dapat mengurangi frekuensi buang air
besar. Secara farmakologi, kedua obat ini bekerja saling berlawanan. Secara
umum disatu sisi mempercepat laju transit usus, sedangkan yang lainnya
berlawanan. Melalui mekanisme tersebut maka laju absorpsi disaluran cerna
akan diperlambat atau dipercepat. (Departemen Farmakologi dan Terapi,
2007)
Mekanisme pencahar yang sepenuhnya masih belum jelas, namun
secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan
akibat massa, konsistensi, dan transit feses bertambah.
b. Laksatif bekerja secara langsung ataupun tidak langsung pada mukosa
kolon dalam menurunkan absorbs NaCl dan air
c. Laksatif juga dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat
menurunnya absorbs garam dan air yang selanjutnya mengubah waktu
transit feses.
(Departemen Farmakologi dan Terapi, 2007)
III. Alat dan Bahan
a. Alat

Alat yang digunakan : timbangan mencit, stoples pengamat, jarum oral,


stopwatch, alat bedah, papan operasi, mistar,
jarum pentul.
b. Bahan

Bahan yang digunakan : Na CMC 1 %,


Paraffin cair 0,5 ml/20g bb,
Bisakodil 30 dan 40 mg/kg bb,
Loperamid 4 dan 7 mg/kg bb,
Suspense norit 1% bb.

IV. Cara Kerja

1. Timbang hewan.
2. Hitung dosis untuk mencit.
3. Hitung VAO.
4. Berikan suspense norit 1 % secara oral.
5. Tunggu 10 menit
6. Berikan loperamid secara oral.
7. Tunggu 30 menit.
8. Mencit dibunuh, dibedah perutnya melalui operasi kerutan ususnya
9. Rentangkan usus pada papan operasi
10. Ukur panjang usus yang dilalui obat norit dan bandingkan dengan panjang
usus seluruhnya (%)
11. Bandingkan laju transit norit itu pada hewan yang tidak diberi obat
12. Buat kesimpulan.

V. Hasil dan Pembahasan


a. Hasil
Panjang Panjang %
K BB
Dosis VAO usus usus laju
L OBAT Mencit
mencit (ml) seluruhnya norit transit
P (g)
(cm) (cm)
Loperamid 0,012 mg/24g 64,4
1 4 mg/70 kgBB 0,16 24 45 29 %

Loperamid 0,146 mg/16g 37,9


2 7 mg/70 kgBB 0,17 16 58 22 %

Na.CMC 1% 0,27 mg/ 27g 12,5


3 0,27 27 72 9 %

Bisacodyl 0,082 mg/21g 68,4


4 30mg/70 kgBB O,2 21 43,5 30 %

Bisacodyl 0,150mg/29g 80
5 40mg/70 kgBB 0,4 29 50 40 %

Perhitungan :
1. Diket : VAO Norit 1% BB
BB mencit = 24 g
VAO = ..?
VAO =
= 0,24 ml
2. Dik : BB mencit = 24 g
Loperamid = 4 mg/70kgBB
Kosentrasi = 0,78 mg/ml
Dosis untuk mencit = ?
= 4 mg/70kgBB x 0,0026
= 0,0104 mg/20g x 24g
= 0,0124 mg/24g
3. VAO (ml) =
=
=0,16 ml
b. Pembahasan
Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauhmana
aktivitas obat antidiare dan laksatif yaitu loperamid dan bisacodyl dapat
menghambat dan memperlancar defekasi denganmetode transit intestinal.

Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah


mencit. Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiologi
manusia, juga karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil sehingga
waktu penelitian dapat berlangsung lebih cepat. Prosedur pertama yang dilakukan
adalah menimbang masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya dosis
sediaan uji yangakan diberikan pada tiap mencit.

Tiap-tiap mencit diberikan obat bisacodyl dan Na CMC dari berat mencit
secara peroral. Norit digunakan sebagai indikator untuk mengetahui kecepatan
motilitas usus. Bisakodil mampu dihidrolisis menjadi difenol di usus bagian atas.
Difenol yang diabsorbsi mengalami konjugasi di hati dan dinding usus. Metabolit
akan diekskresi melalui empedu, dan selanjutnya mengalami rehidrolisis menjadi
difenol yang akan merangsang motilitas usus besar. Digunakan norit karena norit
tidak diabsorpsi diusus sehingga dapat digunakan sebagai penanda dengan jelas
pada usus berupa warna hitam yang menandakan sjauh mana obat berfungsi
sebagai laksatif atau antidiare. Bedakan penanda norit dengan feses karena
berpengaruh pada hasil.

Pada praktikum kali ini digunakan 2 jenis obat yaitu loperamid dan
bisakodil serta control NaCMC 1%. Loperamid merupakan obat antidiare
golongan opioid yag mekanisme kerjanya adalah menekan kecepatan gerak
peristaltic. Secara invitro pada hewan, loperamid menghambat motilitas/peristaltic
usus dengan mempengaruhi pergerakan air dan elektrolit diusus besar. Pada
manusia, loperamid memperpanjang waktu waktu transit disaluran cerna.
Loperamid menurunkan volume feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan
feses adalah 7-14 jam. Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian
oral dan penetrasinya kedalam otak tidak baik.

% laju transit dihitung dengan tujuan mengetahui perbandingan panjang


usus yang dilalui norit dengan panjang usus sebelumnya atau seleruhnya.
Sehingga dapat mengetahui sejauh mana obat diare dan laksatif ini bekerja pada
mencit tersebut yang ditandai dengan adanya tanda warna hitam pada usus.

Sediaan berupa tablet bersalut enteral 5 mg dan 10 mg. Sediaan


supositoria 10 mg. Dosis dewasa 10-15 mg, dosis anak 5-10 mg. Efek samping
berupa kolik usus dan perasaan terbakar pada penggunaan rektal. Efek pencahar
akan terlihat setelah 6-12 jam, sedangkan pada pemberian rektal efek pencahar
terlihat setelah setengah sampai satu jam. Pada pemberian oral, bisakodil
diabsorbsi kira-kira 5% dan diekskresi bersama urin dalam bentuk glukuronid,
tetapi ekskresi utama adalah di dalam tinja.

Sedangkan pada pengujian antidiare digunakan loperamide merupakan


obat antidiare golongan opioid yang mekanisme kerjanya adalah menekan
kecepatan gerak peristaltik. Secara in vitro pada binatang Loperamide
menghambat motilitas / perilstaltik usus dengan mempengaruhi langsung otot
sirkular dan longitudinal dinding usus serta mempengaruhi pergerakan air dan
elektrolit di usus besar. Pada manusia, Loperamide memperpanjang waktu transit
isi saluran cerna. Loperamide menurunkan volum feses, meningkatkan viskositas
dan kepadatan feses dan menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit.
Berdasarkan teori, rasio antara jarak usus yang dilalui norit dan total
panjang usus pada uji control lebih besar dari pada rasio jarak usus yang dilalui
obat loperamid dan bisakodil. Dan terbukti pada hasil praktikum, obat laksatif
(bisakodil) berfungsi untuk meningkatkan gerakan peristaltic sehingga jarak yang
ditempuh norit lebih panjang, sedangkan obat antidiare (loperamid) fungsinya
untuk menurunkan gerakan peristaltic sehingga jarak yang ditempuh norit lebih
pendek. Diharapkan dengan jarak yang pendek pada loperamid sudah dapat
mengatasi diare dan jarak yang panjang lebih dapat meningkatkan gerakan
peristaltic sehingga BAB menjadi lancer.

Sehingga pemberian loperamid HCl berdasarkan literatur seharusnya


dapat menurunkan kecepatan peristaltik usus. Untuk mengetahuinya dapat dilihat
dari rasio panjang usus yang dilalui oleh norit terhadap panjang usus keseluruhan.
Setelah 10 menit pemberian norit masing-masing mencit didislokasi dan dibedah
untuk melihat kecepatan peristaltik antara mencit kontrol dan mencit yang telah
diberikan loperamid HCl dengan dosis yang berbeda. Karena panjang usus yang
dilewati norit dapat dijadikan sebagai indikator kecepatan peristaltik usus.

Sebelum dimasukan norit secara oral, terlebih dahulu mencit diberikan


loperamid dan bisakodil per oral, lalu tunggu 5 menit sebelum norit dimasukan,
dan perlu didiamkan 10 menit sebelum mencit di bedah. Karna obat memiliki
waktu onset, yaitu waktu dimana obat mulai masuk hingga bereaksi memberikan
efek, maka dari itu mencit perlu didiamkan 20 menit lalu di dislokasi leher nya.
Dislokasi leher tersebut membantu si mencit sedikit lebih tenang ketika hendak
membelah perutnya dan mengitung panjang usus serta panjang usus yang dilalu
oleh norit.

Tiap-tiap kelompok diberikan laksatif dengan dosis berbeda dan


Loperamid dengan dosis yang berbeda agar dapat melihat pengaruh dosis
terhadap laju transit. Dapat dilihat dari hasil laju transit terbesar yaitu Bisakodil
40 mg dengan berat badan mencit 29 g didapatkan % laju transit yaitu 80% hal ini
menyatakan bahwa bisokadil akan meningkatkan motilitas usus besar sehingga
terjadi peningkatan frekuensi defekasi. Selanjutnya diindikasi penggunaanya
sebagai obat pencahar (laksatif) hal ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan
serta % laju transit lebih besar dari control NaCMC.

Sedangkan Loperamid 7mg memiliki %laju transit yang lebih kecil yaitu
37,93% dengan berat badan mencit 16 g laju transit tersebut merupakan yang
terkecil selain pemberian Na CmC sebagai kontrol. Loperamid akan menghambat
mortilitas usus sehingga laju norit dalam usus kecil sehingga dapat menurunkan
volume fases, meningkatkan viskositas (konsistensi fases) dan menghentikan
dehidrasi sehingga berindikasi sebagai antidiare. Hal tersebut sesuai dengan teori,
menurut teori Loperamid merupakan obat antidiare.

Pada Praktikum kali ini banyak factor yang dapat membuat hasil menjadi
tidak valid diantaranya :
 Tidak adanya pengulangan / pengulangan tidak dilakukan 5 kali,
sehingga data yang didapat belum bias dinyatakan sebagai rata rata
 Kondisi setiap mencit berbeda
 Pengjuian dan control di lakukan dalam kondisi yang berbeda
sehingga hasil tidak sepenuh nya di katakana akurat

VI. Kesimpulan
1. Diare adalah meningkat nya frekuensi BAB dan berkurangnya konsistensi
fases pada penderita
2. Antidiare adalah obat yang dapat mengurangi frekuensi defekasi.
3. Sembelit dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kurang makanan
yang mengandung serat, kurang minum air atau karena ketegangan syaraf atau
stress, tetapi dapat juga disebabkan efek samping dari obat-obatan yang
4. Laksatif adalah obat yang dapat memperlancar defekasi (buang air besar)
dikonsumsi.
5. Pada pemberian Bisacodyl 30mg/kgBB persentase laju noritnya = 68,96%,
Bisacodyl 40mg/kgBB = 80%. Dari data hasil persentase laju transit tersebut
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis maka proses obat sampai
keusus semakin panjang, dan sebaliknya.
6. Pada pemberian Loperamide 4mg/kgBB didapatkan persentase laju transitnya
= 69,4% Loperamide 7mg/kgBB= 37,93%. Dari hasil data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa semakin rendah dosis panjang norit di usus semakin
panjang dan sebaliknya semakin tinggi dosis, panjang usus yang diberi norit
semakin pendek.

VII. Daftar Pustaka

Anonim.2015.Penuntun Farmakologi dan Toksikologi 2.Makassar : FF UMI


Dwiyana, Z. 2002. Diktat Kuliah Biologi Dasar.Universitas Hasanuddin :
Makassar.
Elisabeth. 2007. Farmakologi dan Terapi. UI: Jakarta
Ganiswara, G. S., dkk, 2007. Farmakologi dan Terapi, UI-Press : Jakarta.
Guyton, 2004. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9.EGC : Jakarta.
Harvey, Richard , dkk. 2013, “ Farmakologi Ulasan Bergambar”, Jakarta : EGC
Katzung, G, Bertram. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika :
Jakarta.
Mary J., Mycek. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. EGC: Jakarta
Sjafaraenan, 2005.Diktat Anatomi Fisiologi Manusia.Unhas, Makassar.
Tjay, T., H., dan Rahardja, K., 2002. Obat-Obat Penting Edisi V. Elex Media
Komputindo Gramedia : Jakarta.

VIII. LAMPIRAN
Penimbangan pemberian norit pemberian loperamid
Mencit 0,24 ml secara oral 0,0124 ml secara oral

Pembedahan pengambilan usus perhitungan


Mencit` mencit

perhitungan
IX. PERTANYAAN

1. Apakah kelemahan dan kerugian penggunaan pencahar/laksatif.


2. Ceritakan mekanisme defekasi secara fisiologis.
3. Kemukakan metode untuk evaluasi obat-obat antidiare, ceritakan.
4. Kemukakan saran saudara untuk mengatasi kesukaran defekasi dan jelaskan.
5. Jelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode yang digunakan
pada percobaan ini.
6. Untuk apa norit digunakan pada percobaan ini? Dapatkah kira-kira norit diganti
dengan yang lain? Berikan satu contoh.
7. Jelaskan toksisitas/efek samping dari penggunaan laksatif dan antidiare.
8. Jelaskan hubungan parameter yang diamati pada percobaan dengan antidiare
atau konstipasi.

Jawaban :
1. Kelemahan dan kerugian dalam penggunaan laksatif adalah :
Pencahar stimulan dapat menyebabkan nyeri perut, penggunaannya dalam
jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan usus 'malas' atau melemah.
Laksatif pembentuk massa dapat menyebabkan perut kembung.

2. Mekanisme defekasi yaitu:


Jenis gelombang peristaltik yang terlihat dalam usus halus jarang timbul pada
sebagian kolon, sebaliknya hampir semua dorongan ditimbulkan oleh
pergerakan lambat kearah anus oleh kontraksi haustrae dan gerakan massa.
Dorongan di dalam sekum dan kolon asenden dihasilkan oleh kontraksi
haustrae yang lambat tetapi berlangsung persisten yang membutuhkan waktu
8 sampai 15 jam untuk menggerakkan kimus hanya dari katup ileosekal ke
kolon transversum, sementara kimusnya sendiri menjadi berkualitas feses dan
menjadi lumpur setengah padat bukan setengah cair.

3. Pergerakan massa adalah jenis pristaltik yang termodifikasi yang ditandai


timbulnya sebuah cincin konstriksi pada titik yang teregang di kolon
transversum, kemudian dengan cepat kolon distal sepanjang 20 cm atau lebih
hingga ke tempat konstriksi tadi akan kehilangan haustrasinya dan
berkontraksi sebagai satu unit, mendorong materi feses dalam segmen itu
untuk menuruni kolon.
Kontraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar selama
kira-kira 30 detik, kemudian terjadi relaksasi selama 2 sampai 3 menit
berikutnya sebelum terjadi pergerakan massa yang lain dan berjalan lebih jauh
sepanjang kolon. Seluruh rangkaian pergerakan massa biasanya menetap
hanya selama 10 sampai 30 menit, dan mungkin timbul kembali setengah hari
lagi atau bahkan satu hari berikutnya. Bila pergerakan sudah mendorong
massa feses ke dalam rektum, akan timbul keinginan untuk defekasi
 Metode transit intestinal
Aktivitas obat yang dapat memperlambat peristaltik usus dengan
mengukur rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang
usus sepenuhnya. Pada metode transit intestinal yang menjadi parameter
pengukuran adalah rasio antara jarak rambat marker dengan panjang usus
keseluruhan. Jika suatu bahan mempunyai efek antidiare maka rasio
rambat marker yang dihasilkan kecil sebaliknya jika bahan yang
mempunyai efek laksatif maka rasio yang dihasilkan lebih besar.
 Metode motilitas anorektal
Memberikan informasi mengenai sensasi rektal, viskoelastisitas,
relaksasi sfingter ani interna dan defekasi balon terisi udara berbagai
ukuran dimasukkan ke rektum.
 Metode uji elektromiogram
Mencatat fungsi sfingter ani eksterna dan defekografi dimana barium
yang menebal memperkirakan konsistensi feses yang dimasukkan ke
rektum dan evakuasinya dimonitor dengan fluoroskopi.

4. Dengan minum cukup banyak dan makanan berserat akan membantu


pergerakan feses dan membuat feses melalui usus halus dengan meningkatkan
sampah pada feses dan membuat feses menjadi lebih lunak. Peningkatan
aktifitas fisik juga akan membantu dalam mengatasi sembelit.

5. Kontraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar selama


kira-kira 30 detik, kemudian terjadi relaksasi selama 2 sampai 3 menit
berikutnya sebelum terjadi pergerakan massa yang lain dan berjalan lebih jauh
sepanjang kolon. Seluruh rangkaian pergerakan massa biasanya menetap
hanya selama 10 sampai 30 menit, dan mungkin timbul kembali setengah hari
lagi atau bahkan satu hari berikutnya. Bila pergerakan sudah mendorong
massa feses ke dalam rektum, akan timbul keinginan untuk defekasi
 Metode transit intestinal
Aktivitas obat yang dapat memperlambat peristaltik usus dengan
mengukur rasio normal jarak yang ditempuh marker terhadap panjang
usus sepenuhnya. Pada metode transit intestinal yang menjadi parameter
pengukuran adalah rasio antara jarak rambat marker dengan panjang usus
keseluruhan. Jika suatu bahan mempunyai efek antidiare maka rasio
rambat marker yang dihasilkan kecil sebaliknya jika bahan yang
mempunyai efek laksatif maka rasio yang dihasilkan lebih besar.
 Metode motilitas anorektal
Memberikan informasi mengenai sensasi rektal, viskoelastisitas, relaksasi
sfingter ani interna dan defekasi balon terisi udara berbagai ukuran
dimasukkan ke rektum
 Metode uji elektromiogram
Mencatat fungsi sfingter ani eksterna dan defekografi dimana barium yang
menebal memperkirakan konsistensi feses yang dimasukkan ke rektum
dan evakuasinya dimonitor dengan fluoroskopi.
Keuntungan metode transit intestinal adalah dapat dilakukan pengujian
pada hewan percobaan dan biaya percobaan lebih murah dari metode –
metode lain. Sedangkan metode lain dilakukan pengujiannya pada pasien
langsung.
6. Pada percobaan ini norit digunakan sebagai marker merupakan senyawa yang
mempunyai daya serap kuat (adsorbsen), dan masa kerjacepat dapat menyerap
bakteri, toksin, gas, akan tetapi tidak spesifik sehingga obat, nutrien, dan
enzim dalam saluran cerna juga akan diserap.

7. Beberapa efek samping obat pencahar (laksatif) yang terjadi antara lain:
 Laksatif pembentuk massa dapat menyebabkan perut kembung.
 Pencahar stimulan dapat menyebabkan nyeri perut, penggunaannya dalam
jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan usus 'malas' atau melemah.
 Obat pencahar osmotik dapat menyebabkan nyeri perut, dan perut
kembung
Laksatif pelembut tinja dapat menyebabkan kram perut, mual dan ruam kulit
Pastikan pasien tetap terhidrasi dengan baik ketika menggunakan obat
pencahar dengan minum banyak cairan. Setidaknya dianjurkan dua liter
(enam sampai delapan gelas) air sehari.
 Mual muntah
 Pusing - jangan mengemudi atau menggunakan alat-alat mesin jika
merasa pusing
 Keluar darah bersama tinja
 Pingsan
Penggunaan pencahar berlebihan juga dapat menyebabkan; diare, dehidrasi,
serta gangguan keseimbangan garam dan mineral dalam tubuh.

8. Antara jarak tempuh norit dengan panjang usus keseluruhan. Jika suatu obat
mempunyai efek antidiare maka rasio tempuh norit yang dihasilkan kecil,
sebaliknya jika suatu obat mempunya efek laksatif maka rasio tempuh norit
yan dihasilkan lebih besar

Anda mungkin juga menyukai