Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

“TOKSISISTAS AKUT (LD50)”

OLEH :

Nama : Rafifah Permata Ananta


Nim 1900085
Kelas : DIII – 4B
Kelompok 5
Hari Praktikum : Senin,
Tanggal pratikum : 19 – April – 2021
Dosen Pembimbing : apt. Novia Sinata, M. Si

Asisten Dosen : 1. Jihan Fahira Sasmito

2. Margaretta Febiola Br Ginting

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

2020
PERCOBAAN II

TOKSISITAS AKUT (LD50)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50% dari
hewan percobaan.
2. Untuk melihat tingkat klasifikasi toksisitas suatu obat.

II. TINJAUAN PUSTKA


Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek
toksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single doseatau
campuran. Toksisitas akut ini diteliti pada hewan percobaan yang
menunjukkan evaluasi keamanan dari kandungan kimia untuk penggunaan
produk rumah tangga, bahan tambahan makanan, kosmetik, obat-obatan, dan
sediaan biologi. (Darelanko, M.J. and Manfred, A.H. 2002).
Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji
(menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal dan
diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan intravena). (Mycek, M.
J. 2009).
Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk menentukan potensi ketoksikan
akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan gejala yang timbul pada
hewan percobaaa. Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas akut ini adalah
data kuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan data kualitatif
yang berupa gejala klinis. Bahan racun adalah semua bahan kimia yang dapat
menyebabkan kerusakan / kesakitan pada makhluk hidup. Sebagai akibat dari
kerusakan tersebut adanya gangguan pada struktur anatomi dan fisiologik dari
jaringan yang menderita, bahkan dapat menimbulkan kematian. Semua bahan
kimia mungkin akan merugikan bila diberikan berlebihan atau rute pemberian
yang tidak lazim.
Dalam uji toksisitas akut diperlukan pemilihan rute pemberian,
penyiapan senyawa dalam bentuk sediaan yang sesuai dengan rute pemberian
yang dipilih dan pemilihan spesies hewan uji yang cocok.Secara umum
senyawa uji diberikan melalui rute pemberian obat yang biasa digunakan pada
manusia.Rute oral paling banyak digunakan dibandingkan rute-rute
lainnya.Hewan yang paing umum digunakan dalam uji toksisitas akut awal
adalah tikus atau mencit, karena selain harganya murah juga mudah didapat
dan mudah ditangani.
LD50 adalah besarnya dosis yang dapat membunuh 50% hewan
percobaan.Metoda penentuan LD50 yang umum digunakan ada dua macam,
yaitu Metoda Grafik dan Metoda Farmakope Indonesia.Kedua metoda ini
berdasarkan pengukuran persentase individu yang responsive pada dosis
tertentu.
Menurut Farmakope Indonesia persyaratan yang harus dipenuhi agar
dapat menggunakan metoda menurut Farmakope Indonesia ini adalah :
1. Menggunakann seri dosis dengan pengenceran berkelipatan tetap
2. Jumlah hewan percobaan / jumlah biakan jaringan tiap kelompok
harus sama.
3. Dosis diatur sedemikian rupa sehingga memberikan efek dari 0-100%
dan perhitungan dibatasi pada kelompok percobaan yang memberikan efek
dari 0-100%.
Hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi (dikonversi) pada
manusia. (LD50 adalah pemberian dosis obat yang menyebabkan 50 ekor dari
total 100 ekor hewan uji mati oleh pemerian dosis tersebut) Uji toksisitas
dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data tentang toksisitas suatu
bahan (kimia) pada hewan uji. Secara umum uji toksisitas dapat
dikelompokkan menjadi uji toksisitas jangka pendek/akut, dan uji toksisitas
jangka panjang. Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi tentang gejala keracunan, penyebab kematian, urutan proses
kematian dan rentang dosis yang mematikan hewan uji (Lethal dose atau
disingkat LD50) suatu bahan.
( Donatus IA. 2001)
Uji toksisitas akut merupakan efek yang merugikan yang timbul
segera sesudah pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal, atau berulang
yang diberikan dalam 24 jam. Lethal dose atau disingkat LD50) suatu bahan.
Uji toksisitas akut merupakan efek yang merugikan yang timbul segera
sesudah pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal, atau berulang yang
diberikan dalam 24 jam.Uji toksisitas akut merupakan uji tunggal yang
dilakukan terhadap zat kimia yang ada kaitannya dengan kepentingan
biologi.Uji ini adalah untuk menentukan gejala-gejala yang timbul sebagai
akibat pemberian suatu senyawa pada hewan percobaan dan untuk
menentukan tingkat toksisitas senyawa tersebut.
Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan atau menunjukkan
secara kasar dosis mematikan (LD50) dari toksikan. LD50 ditetapkan sebagai
tanda statistik pada mempersembahkan suatu bahan sebagai dosis tunggal
yang dapat menyebabkan kematian 50% hewan uji. Jumlah kematian hewan
uji yang dipakai sebagai ukuran untuk efek toksik suatu bahan (kimia) pada
seke lompok hewan uji. Jika dalam hal ini hewan uji dipandang sebagai
subjek, respon berupa kematian tersebut merupakan suatu respon diskretik.
Ini berarti hanya ada dua macam respon yaitu ada atau tidak ada kematian.
Respon kuantitas, yaitu jumlah respon pada sekelompok hewan uji terhadap
dosis tertentu obat atau bahan. Pengamatan terhadap efek ini dilakukan untuk
menentukan jumlah respon dari suatu respon diskretik (semua atau tidak ada
respon) pada suatu kelompok hewan uji. Jumlah respon tersebut dapatn100%,
99%, 50%, 20%, 10%, atau 1%. Respon yang bersifat diskret itu dapat berupa
kematian, aksi potensial, dan lain sebagainya. (Atmojo 2009)
Lethal Dose 50 adalah besaran yang diturunkan secara statistik, guna
menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat
mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan
percobaan setelah perlakuan. LD50 merupakan tolak ukur kuantitatif yang
sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal. Ada beberapa
pendapat yang menyatakan tidak setuju, bahwa LD50 masih dapat digunakan
untuk uji toksisitas akut. Namun ada juga beberapa kalangan yang masih
setuju, dengan pertimbangan:

a. Jika lakukan dengan baik, uji toksisitas akut tidak hanya mengukur LD
50, tetapi juga memeberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab
kematian, gejala - gejala sebelum kematian, organ yang terkena efek, dan
kemampuan pemulihan dari efek nonlethal.
b. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan pemilihan
desain penelitian subakut.
c. Tes LD50 tidak membutuhkan banyak waktu.
d. Hasil tes ini dapat langsung digunakan sebagai perkiraan risiko senyawa
terhadap konsumen atau pasien.
Uji toksisitas akut ini biasanya menggunakan hewan uji dari kedua
jenis kelamin. Hewan uji harus sehat dan berasal dari satu galur yang jelas.
Menurut Weil penelitian uji toksisitas akut ini tidak menggunakan 4 peringkat
dosis yang masing-masing peringkat dosis menggunakan paling sedikit 4
hewan uji. Dosis dibuat sebagai suatu peringkat dengan kelipatan logaritmik
yang tetap. Dosis terendah merupakan dosis yang tidak menyebabkan
timbulnya gejala atau gejala keracunan, dan dosis tertinggi merupakan dosis
yang menyebabkan kematian semua (100%) hewan uji. Cara memberikan
obat atau bahan yang diteliti harus tak terkalahkan pada pemberiannya pada
manusia, sehingga dapat mempermudah dalam melakukan ekstrapolasi dari
hewan ke manusia. Dalam uji toksisitas akut, penentuan LD50 dilakukan
dengan cara menghitung jumlah kematian hewan uji yang terjadi dalam 24
jam pertama sesudah pemberian dosis tunggal bahan yang diteliti menurut
cara yang ditunjukkan oleh para ahli. Namun demikian, kematian dapat
terjadi sesudah 24 jam pertama karena proses keracunan dapat berjalan
lambat. Gejala keracunan yang muncul setelah 24 jam menunjukkan bahwa
bahan obat atau bahan itu mempunyai titik tangkap kerja pada yang lebih
bawah sehingga gejala keracunan dan kematian seolah-olah-olah (toksisitas
tertunda). Oleh karena itu banyak ahli berpendapat bahwa gejala keracunan
perlu diamati sampai 7 hari, bahkan juga sampai 2 minggu. Sediaan yang
akan diuji dipersiapkan menurut cara yang sesuai dengan bahan kimia
tersebut, dan tidak diperbolehkan adanya perubahan selama waktu pemberian.
Untuk memberikan per oral ditentukan volume standar yang sesuai dengan
hewan uji. Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang berpengaruh
terhadap 50% dari jumlah hewan yang diuji, sedangkan, dosis mematikan
50% adalah, dosis suatu obat atau bahan kimia yang dapat menyebabkan
kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang diuji.
Berdasarkan kesepakatan yang ditetapkan oleh WHO suatu bahan/zat
yang digunakan untuk tujuan pengobatan baik untuk manusia maupun hewan
harus melalui tahap uji yaitu uji praklinik dan uji klinik. Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 760/menkes/per/IX/1992 menyatakan bahwa obat yang
berasal dari tanaman harus dapat dibuktikan khasiat maupun keamanannya.
Adapun uji praklinik adalah tahap uji yang tujuannya untuk mengetahui dan
menetapkan tingkatan keamanan dan kebenaran khasiat dari suatu bahan/zat
uji yang masih dalam dugaan, sehingga secara ilmiah dilakukan uji toksisitas
dan uji aktivitas (Meles, 2010).
Uji toksisitas akut merupakan bagian dari uji praklinik yang dirancang
untuk mengukur efek toksik suatu senyawa. Toksisitas akut mengacu pada
efek toksik yang terjadi setelah pemberian oral dosis tunggal dalam selang
waktu 24 jam. Dosis Letal tengah atau LD50 adalah tolak ukur statistik
setelah pemberian dosis tunggal yang sering dipergunakan untuk menyatakan
tingkatan dosis toksik sebagai data kuantitatif. Sedangkan gejala klinis, gejala
fisiologis dan mekanisme toksik sebagai data kualitatifnya (Jenova, 2009).
Philippus Aureolus Theophratus
Anastesi atau pembiusan bisa mempengaruhi keadaan fisiologis atau
saturasi oksigen, saturasi aksigen ialah keadaan oksigen di dalam darah yang
berikatan dengan hemoglobin. Anastesi dapat mempengaruhi keadaan
fisiologis karena sifat dari rata-rata obat bius yang diberikan perinjeksi akan
mendepres fungsi fisiologis tubuh sehingga terjadi penurunan fisiologis.
(Dewilda, Y., dkk.2012)

Anastesi umum biasanya meliputi pemberian obat-obat yang berbeda untuk:

• Pramedikasi (kiri atas)


• Induksi anastesia (kanan bawah)
• Rumatan anastesia (kanan atas) (Sukandar, Elin Yulinah. 2008)
Pramedikasi mempunyai dua tujuan, yaitu pencegahan efek
parasimpatomimetik dari anastesi (bradikardia, sekresi bronkus) dan
pengurangan ansietas atau nyeri. Pramedikasi sering dihilangkan untuk
operasi minor. Bila diperlukan, obat-obat yang sesuai (misalnya hiosin)
diberikan intravena saat induksi. Induksi paling sering dicapai dengan
suntikan intravena Thiopental atau Propofol. Hilangnya kesadaran terjadi
dalam beberapa detik dan dipertahankan dengan pemberian anastesi inhalasi.
(Dewilda, Y., dkk.2012)

Halotan merupakan anastetik volatile berfluorin pertama dan dahulu


banyak digunakan di Inggris. Akan tetapi, halotan berkaitan dengan insidensi
hepatotoksik yang berpotensi fatal dan telah digantikan secara luas oleh obat
yang lebih baru dan kurang toksik, seperti Desfluran dan Isofluran. Dinitrogen
oksida (Nitrous Okside) pada konsentrasi lebih dari 70 % dalam oksigen
merupakan obat anastetik yang paling banyak digunakan. Dinitrogen
digunakan dengan oksigen sebagai gas pembawa untuk volatile. (Mycek, M.
J. 2009)
e. ALAT & BAHAN
Hewan yang digunakan : anak ikan
Bahan yang digunakan : fenol berbagai konsentrasi (0,04% ; 0,02% ;
0,01%; 0,005% ; 0,0025% ; 0,00125% ;
0,000625%).
Alat yang digunakan : beker glass, stopwatch

f. CARA KERJA
Prosedur (menggunakan anak ikan) :
a. Siapkan fenol dengan berbagai konsentrasi di dalam becker glass.
b. Siapkan anak ikan @10 ekor, masukkan kedalam masing-masing
becker glass, dan mulai hitung waktunya.
c. Lakukan pengamatan selama 1,5-2 jam.
d. Hitung berapa jumlah ikan yang mati dan jumlah ikan yang hidup.
e. Tabelkan dan hitung LD50 nya.

g. HASIL& PEMBAHASAN
a. Hasil
Kelompok Konsentrasi Jumlah Jumlah Jumlah Pi
fenol hewan hewan hewan
perkelompok yang yang
HIDUP MATI
1 0,04% 10 ekor 0 10 ekor 1
2 0,014136% 10 ekor 0 10 ekor 1
3 0,004998% 10 ekor 9 ekor 1 ekor 0,1
4 0,001776% 10 ekor 10 ekor 0 0
5 0,000625% 10 ekor 10 ekor 0 0
Jawaban :

• log LD50 = a- [b (Σ Pi – 0,5 ]


log 0,014136 – 0,45 ( 1,1 – 0,5 )
= -1.849673464 – 0,45 ( 0,6 )
= 1.8496873464 – 0,27
= - 2.29

Log LD50 = a-b (Σ Pi – 0,5)


= -2,29
Ld50 = 0,005%

b. Pembahasan
Pada pratikum kali ini yaitu melakukan percobaan tentang uji
toksisitas akut (LD 50) dengan tujuan ptaktikum untuk mengetahui dosis
suatu obat yang menimbulkan kematian 50% dari hewan percobaan dan
untuk melihat tingkat klasifikasi suatu obat.

Praktikum kali ini bahan yang kami gunakan yaitu fenol dengan
bernbagai konsentari ( 0.04 %, 0.014136 %, 0.004998 %, 0.001776 %,
0.000625 % ) , Dengan tujuan untuk melihat manakah konsentrasi dan
dosis yang menimbulkan efek yang besar pada hewan uji yang diberikan.

Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui


nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji
(menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian obat dalam dosis tunggal
dan diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan intravena).

Uji toksisitas akut merupakan bagian dari uji praklinik yang dirancang
untuk mengukur efek toksik suatu senyawa. Toksisitas akut mengacu pada
efek toksik yang terjadi setelah pemberian oral dosis tunggal dalam selang
waktu 24 jam. Dosis Letal tengah atau LD50 adalah tolak ukur statistik
setelah pemberian dosis tunggal yang sering dipergunakan untuk
menyatakan tingkatan dosis toksik sebagai data kuantitatif. Sedangkan
gejala klinis, gejala fisiologis dan mekanisme toksik sebagai data
kualitatifnya

Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk menentukan potensi ketoksikan


akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan gejala yang timbul pada
hewan percobaaa. Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas akut ini
adalah data kuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan data
kualitatif yang berupa gejala klinis. Bahan racun adalah semua bahan
kimia yang dapat menyebabkan kerusakan / kesakitan pada makhluk
hidup. Sebagai akibat dari kerusakan tersebut adanya gangguan pada
struktur anatomi dan fisiologik dari jaringan yang menderita, bahkan dapat
menimbulkan kematian. Semua bahan kimia mungkin akan merugikan
bila diberikan berlebihan atau rute pemberian yang tidak lazim.

Disini kami menggunakan senyawa fenol sebagai bahan untuk uji


toksisitas LD50 Senyawa fenol sendiri merupakan jenis polutan yang
berbahaya karena bersifat toksik. Senyawa fenol dalam perairan memiliki
sifat racun terhadap organisme hidup seperti ikan yaitu pada kisaran 1000
μg/L untuk fenol, 200 μg/L untuk kresol, 50 μg/L untuk 4 - klorofenol, 15
μg/L untuk 2- klorofenol, dan 5 μg/L untuk 2,4 – diklorofenol.

Senyawa fenolik, memiliki sekurang ‐ kurangnya satu gugus fenol.


Gugus fenol tersusun atas cincin benzene yang tersubtitusi hidroksil (OH).
Fenol atau asam karbolat disebut juga benzenol. Benzena merupakan
cincin yang dibentuk oleh enam buah atom karbon yang terikat secara
semi rangkap (terkonjugasi). Interaksi antar sesama atom C dapat berupa
ikatan kovalen tunggal, rangkap, atau konjugasi. Satu atom karbon dapat
membentuk empat ikatan kovalen. Fenol merupakan antiseptik dagang
triklorofenol, atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga
berfungsi dalam pembuatan obat-obatan, pembasmi rumput liar, dan
lainnya.
Senyawa fenol lainnya yang juga beracun adalah penta klorofenol
(PCP) (IPCS, 1995). Fenol dikenal sangat reaktif terhadap jaringan tubuh
manusia, dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan.
Fenol juga beracun terhadap sistem pernafasan dan dapat mengakibatkan
rusaknya jaringan sistem saraf apabila termakan atau terhisap terus-
menerus. Efek racun ini akan bertambah besar dengan banyaknya
substituen yang terikat pada fenol terutama gugus klor Bahan-bahan yang
mengandung fenol sering digunakan untuk membius ikan, misalnya para
nelayan menggunakan tembakau yang mengandung acrolein, karbon
monoksida, nikotin, ammonia, formic acid, hydrogen cyanide, nitrous
oxide, formaldehyde, phenol, acetol, hydrogen sulfide, pyridine, methyl
chloride, methanol, dan tar. Tembakau oleh nelayan digunakan untuk
menangkap jenis-jenis ikan karang dan lobster.

Senyawa fenol merupakan kondisi yang harus dihindari, oleh karena


fenol memiliki efek kesehatan berbahaya yang dapat berkembang menjadi
akut dan kronis. Efek jangka panjang dapat berupa gangguan pernapasan,
kelemahan otot, tremor, koma, dan kematian pada manusia. Efek langsung
paparan fenol adalah iritasi kulit, mata, dan selaput lendir. Efek kronis
akibat paparan fenol dapat berupa anoreksia, penurunan berat badan,
diare, vertigo, gangguan air liur, dan gangguan urin. Efek kronis paparan
fenol menyebabkan iritasi di saluran pencernaan dan sistem saraf pusat
dan hati, ginjal, dan jaringan kardiovaskular pada hewan. Penelitian pada
hewan telah menunjukkan bahwa efek paparan fenol menyebabkan
penurunan berat janin, retardasi pertumbuhan, dan perkembangan
abnormal pada keturunannya.

Senyawa-senyawa fenol merupakan senyawa organik yang


mempunyai sifat racun. Bila mencemari perairan dapat membuat rasa dan
bau tidak sedap, dan pada nilai konsentrasi tertentu dapat menyebabkan
kematian organisme di perairan tersebut.
Percobaan uji toksisitas akut LD50, objek yang digunakan adalah ikan
sebanyak 10 ekor untuk masing-masing konsentari. 10 ekor ikan l di
masukkan kedalam beaker glass yang berisi fenol dengan konsentrasi
berbeda. Pengamatan ini dilakukan selama 1,5 -2 jam. Untuk fenol
dengan konsentrasi 0.04% ikan dicelupkan ke dalam larutan fenol, ikan
masih dalam keadaan seperti biasa setelah beberapa waktu ikan dalam
beker gelas mati sebanyak 10 ekor atau 100% mati.

Sedangkan pada fenol dengan konsentasi 0.014136 % ikan juga


mengalami kematian sebanyak 100% tetapi waktu yang dibutuhkan ikan
mati tidak secepat pada konsentrasi 0.04 % .Untuk konsentasi 0.004998%
ikan sudah mulai melayang – layang kemudian mati. Waktu yang
diperlukan untuk ikan mati lebih lama dibandingkan pada konsentrasi 0.04
%.
Sementara untuk beker gelas yang berisi fenol dengan konsentrasi
fenol 0.001776 % dan 0.000625 % tingkat kematian tidak terjadi atau ikan
hidup 100%. Hal ini membuktikan bahwa larutan fenol tersebut
mengandung senyawa-senyawa fenol merupakan senyawa organik yang
mempunyai sifat racun ( toksik ). Apabila senyawa ini mencemari perairan
maka akan membuat rasa dan bau tidak sedap, dan pada nilai konsentrasi
tertentu dapat menyebabkan kematian organisme di perairan tersebut.
Oleh karena itu pada konsentrasi larutan fenol 0.04% lebih cepat terjadi
kematian pada ikan di bandingkan pada konsentrasi fenol 0.001776%.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka


semakin tinggi atau besar pula efek tokdiditas akut yang terjadi.
Sedangkan semakin rendah atau kecilnya dosis yang diberikan maka
semakin kecil juga efek toksisitas yang diberikan.
KESIMPULAN

Pada pratikum kali ini yaitu tentang Toksisistas akut (LD50). Toksisitas
adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik / racun yang
terdapat pada bahan sebagai sediaan single doseatau campuran.
a. Hewan uji yang digunakan pada pratikum kali ini yaitu hewan anak ikan
lele
b. Uji toksisitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat nilai LD50
dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji
(menggunakan 2 spesies hewan yang diuji). Memberikan obat dalam
dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan
intravena).
c. Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh
terhadap 50% dari jumlah hewan yang diuji, sedangkan, dosis mematikan
50% adalah, dosis suatu obat atau bahan kimia yang dapat menyebabkan
kematian sampai 50% dari jumlah hewan percobaan.
d. Semakin kecil nilai LD50, semakin banyak senyawa toksik tersebut.
Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai LD50, semakin rendah
toksisitasnya.
e. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka
semakin tinggi atau besar pula efek tokdiditas akut yang terjadi.
Sedangkan semakin rendah atau kecilnya dosis yang diberikan maka
semakin kecil juga efek toksisitas yang diberikan.
f. Dari pengamatan kelompok kami, dapat kami simpulkan bahwa
pengaruh senyawa fenol akan menyebabkan rusaknya suatu organisme
bahkan dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan kematian organisme
tersebut. Semakin banyak larutan larutan yang diberikan, atau
peningkatan konsentrasi konsentrasi yang diberikan maka akan semakin
cepat dan tinggi toksisitas yang terjadi pada organisme tersebut
h. DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, D.D. 2009. Uji ToksisitasAkut Penentuan LD50 Ekstrak Valerian
Valeriana officinalis) terhadap Mencit BAL B/C.Darelanko, M.J. and
Manfred, A.H. 2002. Handbook of Toxicology, Second Edition, CRC
Press, USA.
Dewilda, Y. dkk. Degradasi Senyawa Fenol Oleh Mikroorganisme Laut. Jurnal
Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 59-73 (Januari 2012)
Donatus IA. 2001.Toksikologi Dasar . Yogyakarta: Laboratorium Farmakologi
dan Toksikologi Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada;
Mycek, M. J. 2009. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widya Medika :
Jakarta
Sukandar, Elin Yulinah. 2008. Farmakoterapi. ISFI : Jakarta
Syarif, Amir, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKU: Jakarta
LAMPIRAN
i. JAWABAN DARI PERTANYAAN
a. Bagaimana hubungan uji toksisitas dengan penemuan obat baru?
Hubungan nya adalah Sangat berhubungan karena Setelah disintesis,
suatu senyawa melalui proses screening, yang melibatkan pengujianawal
obat pada sejumlah kecil hewan dari jenis yang berbeda (biasanya 3 jenis
hewan)ditambah uji mikrobiologi untuk menemukan adanya efek senyawa
kimia yangmenguntungkan. Meskipun ada factor lucky (kebetulan) dalam
upaya ini, umumnya pendekatannya cukup terkontrol berdasarkan struktur
senyawa yang telah diketahui. Pada tahapini sering kali dilakukan pengujian
yang melibatkan teratogenitas, mutagenesis dankarsinogenitas, di samping
pemeriksaan LD50, toksisitas akut dan kronik. Uji praklinikmerupakan
persyaratan uji untuk calon obat. Dari uji ini diperoleh informasi tentang
efikasi(efek farmakologi), profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat.
Pada mulanya yangdilakukan pada uji praklinik adalah pengujian ikatan
obat pada reseptor dengan kultur selterisolasi atau organ terisolasi,
selanjutnya dipandang perlu menguji pada hewan utuh. Hewanyang baku
digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot,
hamster, anjingatau beberapa uji menggunakan primata. Hewan-hewan ini
sangat berjasa bagi pengembanganobat. Karena hanya dengan
menggunakan hewan utuh dapat diketahui apakah obatmenimbulkan efek
toksik pada dosis pengobatan atau tidak.

b. Jelaskan jenis-jenis uji toksisitas yang dilakukan untukmembuktikan


keamanan suatu obat!
Yaitu adalah Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik secara in vivo dalam
Peraturan ini meliputi:

Uji iritasi mata

Uji iritasi akut dermal

Uji iritasi mukosa vagina

Uji toksisitas akut dermal, dan

Uji toksisitas subkronik dermal.


toksisitas akut oral

Uji Uji toksisitas subkronik oral

Uji toksisitas kronik oral

Uji teratogenisitas

Uji sensitisasi kulit

Anda mungkin juga menyukai