OLEH :
2020
PERCOBAAN II
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50% dari
hewan percobaan.
2. Untuk melihat tingkat klasifikasi toksisitas suatu obat.
a. Jika lakukan dengan baik, uji toksisitas akut tidak hanya mengukur LD
50, tetapi juga memeberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab
kematian, gejala - gejala sebelum kematian, organ yang terkena efek, dan
kemampuan pemulihan dari efek nonlethal.
b. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan pemilihan
desain penelitian subakut.
c. Tes LD50 tidak membutuhkan banyak waktu.
d. Hasil tes ini dapat langsung digunakan sebagai perkiraan risiko senyawa
terhadap konsumen atau pasien.
Uji toksisitas akut ini biasanya menggunakan hewan uji dari kedua
jenis kelamin. Hewan uji harus sehat dan berasal dari satu galur yang jelas.
Menurut Weil penelitian uji toksisitas akut ini tidak menggunakan 4 peringkat
dosis yang masing-masing peringkat dosis menggunakan paling sedikit 4
hewan uji. Dosis dibuat sebagai suatu peringkat dengan kelipatan logaritmik
yang tetap. Dosis terendah merupakan dosis yang tidak menyebabkan
timbulnya gejala atau gejala keracunan, dan dosis tertinggi merupakan dosis
yang menyebabkan kematian semua (100%) hewan uji. Cara memberikan
obat atau bahan yang diteliti harus tak terkalahkan pada pemberiannya pada
manusia, sehingga dapat mempermudah dalam melakukan ekstrapolasi dari
hewan ke manusia. Dalam uji toksisitas akut, penentuan LD50 dilakukan
dengan cara menghitung jumlah kematian hewan uji yang terjadi dalam 24
jam pertama sesudah pemberian dosis tunggal bahan yang diteliti menurut
cara yang ditunjukkan oleh para ahli. Namun demikian, kematian dapat
terjadi sesudah 24 jam pertama karena proses keracunan dapat berjalan
lambat. Gejala keracunan yang muncul setelah 24 jam menunjukkan bahwa
bahan obat atau bahan itu mempunyai titik tangkap kerja pada yang lebih
bawah sehingga gejala keracunan dan kematian seolah-olah-olah (toksisitas
tertunda). Oleh karena itu banyak ahli berpendapat bahwa gejala keracunan
perlu diamati sampai 7 hari, bahkan juga sampai 2 minggu. Sediaan yang
akan diuji dipersiapkan menurut cara yang sesuai dengan bahan kimia
tersebut, dan tidak diperbolehkan adanya perubahan selama waktu pemberian.
Untuk memberikan per oral ditentukan volume standar yang sesuai dengan
hewan uji. Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang berpengaruh
terhadap 50% dari jumlah hewan yang diuji, sedangkan, dosis mematikan
50% adalah, dosis suatu obat atau bahan kimia yang dapat menyebabkan
kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang diuji.
Berdasarkan kesepakatan yang ditetapkan oleh WHO suatu bahan/zat
yang digunakan untuk tujuan pengobatan baik untuk manusia maupun hewan
harus melalui tahap uji yaitu uji praklinik dan uji klinik. Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 760/menkes/per/IX/1992 menyatakan bahwa obat yang
berasal dari tanaman harus dapat dibuktikan khasiat maupun keamanannya.
Adapun uji praklinik adalah tahap uji yang tujuannya untuk mengetahui dan
menetapkan tingkatan keamanan dan kebenaran khasiat dari suatu bahan/zat
uji yang masih dalam dugaan, sehingga secara ilmiah dilakukan uji toksisitas
dan uji aktivitas (Meles, 2010).
Uji toksisitas akut merupakan bagian dari uji praklinik yang dirancang
untuk mengukur efek toksik suatu senyawa. Toksisitas akut mengacu pada
efek toksik yang terjadi setelah pemberian oral dosis tunggal dalam selang
waktu 24 jam. Dosis Letal tengah atau LD50 adalah tolak ukur statistik
setelah pemberian dosis tunggal yang sering dipergunakan untuk menyatakan
tingkatan dosis toksik sebagai data kuantitatif. Sedangkan gejala klinis, gejala
fisiologis dan mekanisme toksik sebagai data kualitatifnya (Jenova, 2009).
Philippus Aureolus Theophratus
Anastesi atau pembiusan bisa mempengaruhi keadaan fisiologis atau
saturasi oksigen, saturasi aksigen ialah keadaan oksigen di dalam darah yang
berikatan dengan hemoglobin. Anastesi dapat mempengaruhi keadaan
fisiologis karena sifat dari rata-rata obat bius yang diberikan perinjeksi akan
mendepres fungsi fisiologis tubuh sehingga terjadi penurunan fisiologis.
(Dewilda, Y., dkk.2012)
f. CARA KERJA
Prosedur (menggunakan anak ikan) :
a. Siapkan fenol dengan berbagai konsentrasi di dalam becker glass.
b. Siapkan anak ikan @10 ekor, masukkan kedalam masing-masing
becker glass, dan mulai hitung waktunya.
c. Lakukan pengamatan selama 1,5-2 jam.
d. Hitung berapa jumlah ikan yang mati dan jumlah ikan yang hidup.
e. Tabelkan dan hitung LD50 nya.
g. HASIL& PEMBAHASAN
a. Hasil
Kelompok Konsentrasi Jumlah Jumlah Jumlah Pi
fenol hewan hewan hewan
perkelompok yang yang
HIDUP MATI
1 0,04% 10 ekor 0 10 ekor 1
2 0,014136% 10 ekor 0 10 ekor 1
3 0,004998% 10 ekor 9 ekor 1 ekor 0,1
4 0,001776% 10 ekor 10 ekor 0 0
5 0,000625% 10 ekor 10 ekor 0 0
Jawaban :
b. Pembahasan
Pada pratikum kali ini yaitu melakukan percobaan tentang uji
toksisitas akut (LD 50) dengan tujuan ptaktikum untuk mengetahui dosis
suatu obat yang menimbulkan kematian 50% dari hewan percobaan dan
untuk melihat tingkat klasifikasi suatu obat.
Praktikum kali ini bahan yang kami gunakan yaitu fenol dengan
bernbagai konsentari ( 0.04 %, 0.014136 %, 0.004998 %, 0.001776 %,
0.000625 % ) , Dengan tujuan untuk melihat manakah konsentrasi dan
dosis yang menimbulkan efek yang besar pada hewan uji yang diberikan.
Uji toksisitas akut merupakan bagian dari uji praklinik yang dirancang
untuk mengukur efek toksik suatu senyawa. Toksisitas akut mengacu pada
efek toksik yang terjadi setelah pemberian oral dosis tunggal dalam selang
waktu 24 jam. Dosis Letal tengah atau LD50 adalah tolak ukur statistik
setelah pemberian dosis tunggal yang sering dipergunakan untuk
menyatakan tingkatan dosis toksik sebagai data kuantitatif. Sedangkan
gejala klinis, gejala fisiologis dan mekanisme toksik sebagai data
kualitatifnya
Pada pratikum kali ini yaitu tentang Toksisistas akut (LD50). Toksisitas
adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik / racun yang
terdapat pada bahan sebagai sediaan single doseatau campuran.
a. Hewan uji yang digunakan pada pratikum kali ini yaitu hewan anak ikan
lele
b. Uji toksisitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat nilai LD50
dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi hewan uji
(menggunakan 2 spesies hewan yang diuji). Memberikan obat dalam
dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan
intravena).
c. Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh
terhadap 50% dari jumlah hewan yang diuji, sedangkan, dosis mematikan
50% adalah, dosis suatu obat atau bahan kimia yang dapat menyebabkan
kematian sampai 50% dari jumlah hewan percobaan.
d. Semakin kecil nilai LD50, semakin banyak senyawa toksik tersebut.
Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai LD50, semakin rendah
toksisitasnya.
e. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka
semakin tinggi atau besar pula efek tokdiditas akut yang terjadi.
Sedangkan semakin rendah atau kecilnya dosis yang diberikan maka
semakin kecil juga efek toksisitas yang diberikan.
f. Dari pengamatan kelompok kami, dapat kami simpulkan bahwa
pengaruh senyawa fenol akan menyebabkan rusaknya suatu organisme
bahkan dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan kematian organisme
tersebut. Semakin banyak larutan larutan yang diberikan, atau
peningkatan konsentrasi konsentrasi yang diberikan maka akan semakin
cepat dan tinggi toksisitas yang terjadi pada organisme tersebut
h. DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, D.D. 2009. Uji ToksisitasAkut Penentuan LD50 Ekstrak Valerian
Valeriana officinalis) terhadap Mencit BAL B/C.Darelanko, M.J. and
Manfred, A.H. 2002. Handbook of Toxicology, Second Edition, CRC
Press, USA.
Dewilda, Y. dkk. Degradasi Senyawa Fenol Oleh Mikroorganisme Laut. Jurnal
Teknik Lingkungan UNAND 9 (1) : 59-73 (Januari 2012)
Donatus IA. 2001.Toksikologi Dasar . Yogyakarta: Laboratorium Farmakologi
dan Toksikologi Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada;
Mycek, M. J. 2009. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widya Medika :
Jakarta
Sukandar, Elin Yulinah. 2008. Farmakoterapi. ISFI : Jakarta
Syarif, Amir, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi. Departemen Farmakologi dan
Terapeutik FKU: Jakarta
LAMPIRAN
i. JAWABAN DARI PERTANYAAN
a. Bagaimana hubungan uji toksisitas dengan penemuan obat baru?
Hubungan nya adalah Sangat berhubungan karena Setelah disintesis,
suatu senyawa melalui proses screening, yang melibatkan pengujianawal
obat pada sejumlah kecil hewan dari jenis yang berbeda (biasanya 3 jenis
hewan)ditambah uji mikrobiologi untuk menemukan adanya efek senyawa
kimia yangmenguntungkan. Meskipun ada factor lucky (kebetulan) dalam
upaya ini, umumnya pendekatannya cukup terkontrol berdasarkan struktur
senyawa yang telah diketahui. Pada tahapini sering kali dilakukan pengujian
yang melibatkan teratogenitas, mutagenesis dankarsinogenitas, di samping
pemeriksaan LD50, toksisitas akut dan kronik. Uji praklinikmerupakan
persyaratan uji untuk calon obat. Dari uji ini diperoleh informasi tentang
efikasi(efek farmakologi), profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat.
Pada mulanya yangdilakukan pada uji praklinik adalah pengujian ikatan
obat pada reseptor dengan kultur selterisolasi atau organ terisolasi,
selanjutnya dipandang perlu menguji pada hewan utuh. Hewanyang baku
digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot,
hamster, anjingatau beberapa uji menggunakan primata. Hewan-hewan ini
sangat berjasa bagi pengembanganobat. Karena hanya dengan
menggunakan hewan utuh dapat diketahui apakah obatmenimbulkan efek
toksik pada dosis pengobatan atau tidak.
Uji teratogenisitas