Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II

TOKSISITAS AKUT ( LD 50 )
DISUSUN OLEH :

NAMA : HAZNA APDWIYAH


NIM : 1800020
KELOMPOK : Kelompok 3
KELAS : D3/4A (GENAP)
HARI PRATIKUM : RABU
TGL PRAKTIKUM : 15 APRIL 2020
JAM PRATIKUM : 08.00-11.00
DOSEN : NOVIA SINATA,M.Si, Apt.
ASISTEN :1.MARGARETA FEBIOLA FERDIANSYAH
2. YOLANDA MAHARANI
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
SEKOLAH TINGGI FARMASI RIAU
YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
I. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50 % dari
hewan percobaan .
2. Untuk melihat tingkat klasifikasi toksisitas suatu obat.
II. Tinjauan Pustaka
Toksisitas adalah suatu keadaan yang menandakan adanya efek toksik/racun
yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau campuran. Toksisitas
akut ini diteliti pada hewan percobaan yang menunjukkan evaluasi keamanan dari
kandungan kimia untuk penggunaan produk rumah tangga, bahan tambahan
makanan, kosmetik, obat-obatan, dan sediaan biologi. Uji toksisitas akut adalah
pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal yang
masih dapat ditoleransi hewan uji (menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian
obat dalam dosis tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan
intravena).
Hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi (dikonversi) pada manusia.
(LD50 adalah pemberian dosis obat yang menyebabkan 50 ekor dari total 100 ekor
hewan uji mati oleh pemerian dosis tersebut)  Uji toksisitas dilakukan untuk
mendapatkan informasi atau data tentang toksisitas suatu bahan (kimia) pada
hewan uji. Secara umum uji toksisitas dapat dikelompokkan menjadi uji toksisitas
jangka pendek/akut, dan uji toksisitas  jangka panjang. Uji toksisitas akut
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang gejala keracunan, penyebab
kematian, urutan proses kematian dan rentang dosis yang mematikan hewan uji
( Lethal dose atau disingkat LD50) suatu bahan. Uji toksisitas akut merupakan
efek yang merugikan yang timbul segera sesudah pemberian suatu bahan sebagai
dosis tunggal, atau berulang yang diberikan dalam 24 jam.
Uji toksisitas akut dirancang untuk menentukan atau menunjukkan secara
kasar median lethal dose (LD50) dari toksikan. LD50 ditetapkan sebagai tanda
statistik pada pemberian suatu bahan sebagai dosis tunggal yang dapat
menyebabkan kematian 50% hewan uji. Jumlah kematian hewan uji dipakai
sebagai ukuran untuk efek toksik suatu bahan (kimia) pada seke lompok hewan
uji. Jika dalam hal ini hewan uji dipandang sebagai subjek, respon berupa
kematian tersebut merupakan suatu respon diskretik. Ini berarti hanya ada dua
macam respon yaitu ada atau tidak ada kematian.
Quantal respon , yaitu jumlah respon pada sekelompok hewan uji terhadap
dosis tertentu suatu obat atau bahan. Pengamatan terhadap efek ini dilakukan
untuk menentukan jumlah respon dari suatu respon diskretik (all or none response)
 pada suatu kelompok hewan uji. Jumlah respon tersebut dapatn100%, 99%, 50%,
20%, 10%, atau 1%. Respon yang bersifat diskret itu dapat berupa kematian, aksi
potensial, dan sebagainya. Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan
secara statistik, guna menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang
diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada
50% hewan percobaan setelah perlakuan. LD50  merupakan tolak ukur kuantitatif
yang sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal. Ada beberapa
pendapat yang menyatakan tidak setuju, bahwa LD50 masih dapat digunakan
untuk uji toksisitas akut. Namun adajuga beberapa kalangan yang masih setuju,
dengan pertimbangan:
a.  Jika lakukan dengan baik, uji toksisitas akut tidak hanya mengukur LD50,
tetapi  juga memeberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab kematian,
gejala –  gejala sebelum kematian, organ yang terkena efek, dan kemampuan
pemulihan dari efek nonlethal.  
b.  Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan pemilihan design
 penelitian subakut.
c.  Tes LD50 tidak membutuhkan banyak waktu.
d.  Hasil tes ini dapat langsung digunakan sebagai perkiraan risiko suatu senyawa
terhadap konsumen atau pasien.
Pada dasarnya, nilai tes LD50 yang harus dilaporkan selain jumlah hewan
yang mati, juga harus disebutkan durasi pengamatan. Bila pengamatan dilakukan
dalam 24 jam setelah perlakuan, maka hasilnya tertulis “LD50  24 jam”. Namun
seiring perkembangan, hal ini sudah tidak diperhatikan lagi, karena pada umumnya
tes LD50  dilakukan dalam 24 jam pertama sehingga penulisan hasil tes “LD50”
saja sudah cukup untuk mewakili tes LD50 yang diamati dalam 24 jam. Bila
dibutuhkan, tes ini dapat dilakukan lebih dari 14 hari. Contohnya, pada senyawa
tricresyl phosphat  , akan memberikan pengaruh secara neurogik pada hari 10 – 14,
sehingga bila diamati pada 24 jam pertama tidak akan menemukan hasil yang
berarti. Dan jika begitu tentu saja penulisan hasil harus deisertai dengan durasi
pengamatan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai LD50 antara lain
spesies, strain, jenis kelamin, umur, berat badan, gender, kesehatan nutrisi, dan isi
perut hewan percobaan.
Teknis pemberian juga mempengaruhi hasil, antara lain waktu pemberian,
suhu lingkungan, kelembaban, sirkulasi udara. Tidak luput kesalahan manusia juga
dapat mempengaruhi hasil ini. Sehingga sebelum melakukan penelitian, ada
baiknya kita memeperhatikan faktor  –    faktor yang mempengaruhi hasil ini.
Secara umum, semakin kecil nilai LD50, semakin toksik senyawa tersebut. Begitu
pula sebaliknya, semakin besar nilai LD50, semakin rendah toksisitasnya. Hasil
yang diperoleh (dalam mg/kgBB) dapat digolongkan menurut potensi ketoksikan
akut senyawa uji menjadi beberapa kelas, seperti yang terlihat pada tabel berikut
(Loomis (1978)) :

Menurut Farmakope Indonesia persyaratan yang harus dipenuhi agar dapat


menggunakan Farmakope Indonesia ini adalah :
1.  Menggunakan seri dosis dengan pengenceran berkelipatan tetap
2.  Jumlah hewan percobaan / jumlah biakan jaringan tiap kelompok harus
sama.
3.  Dosis diatur sedemikian rupa sehingga memberikan efek dari 0-100% dan
perhitungan dibatasi pada kelompok percobaan yang memberikan efek dari
0-100%.
Rumus :

Keterangan :
m = log LD50
a = log dosis terendah yang menyebabkan kematian 100% tiap kelompok
b = beda log dosis yang berurutan
Pi = jumlah hewan yang mati yang menerima dosis sebanyak i dibagi jumlah
hewan seluruhnya yang menerima dosis i
Uji toksisitas akut ini biasanya menggunakan hewan uji mencit dari kedua
jenis kelamin. Hewan uji harus sehat dan berasal dari satu galur yang jelas.
Menurut Weil penelitian uji toksisitas akut ini paling tidak menggunakan 4
peringkat dosis yang masing-masing peringkat dosis menggunakan paling sedikit 4
hewan uji. Dosis dibuat sebagai suatu peringkat dengan kelipatan logaritmik yang
tetap. Dosis terendah merupakan dosis yang tidak menyebabkan timbulnya efek
atau gejala keracunan, dan dosis tertinggi merupakan dosis yang menyebabkan
kematian semua (100%) hewan uji. Cara pemberian obat atau bahan yang diteliti
harus disesuaikan pada pemberiannya pada manusia, sehingga dapat
mempermudah dalam melakukan ekstrapolasi dari hewan ke manusia.
Dalam uji toksisitas akut, penentuan LD50 dilakukan dengan cara menghitung
jumlah kematian hewan uji yang terjadi dalam 24 jam pertama sesudah pemberian
dosis tunggal bahan yang diteliti menurut cara yang ditunjukkan oleh para ahli.
Namun demikian, kematian dapat terjadi sesudah 24 jam pertama karena proses
keracunan dapat berjalan lambat. Gejala keracunan yang muncul sesudah 24 jam
menunjukkan bahwa bahan obat atau bahan itu mempunyai titik tangkap kerja
pada tingkat yang lebih bawah sehingga gejala keracunan dan kematian seolah
olah tertunda (delayed toxicity). Oleh karena itu banyak ahli berpendapat bahwa
gejala keracunan perlu diamati sampai 7 hari, bahkan juga sampai 2 minggu.
Sediaan yang akan diuji dipersiapkan menurut cara yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia tersebut, dan tidak diperbolehkan adanya perubahan
selama waktu pemberian. Untuk pemberian per oral ditentukan standar volume
yang sesuai dengan hewan uji. Dosis efektif 50% adalah dosis suatu obat yang
dapat berpengaruh terhadap 50% dari jumlah hewan yang diuji, sedangkan, dosis
lethal 50% adalah, dosis suatu obat atau bahan kimia yang dapat menyebabkan
kematian sampai 50% dari jumlah hewan yang diuji.
Tujuan dilakukannya uji toksisitas akut adalah untuk menentukan potensi
ketoksikan akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan gejala yang timbul
pada hewan percobaan. Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas akut ini adalah
data kuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan data kualitatif yang
berupa gejala klinis. Bahan racun adalah semua bahan kimia yang dapat
menyebabkan kerusakan/kesakitan pada makhluk hidup. Sebagai akibat dari
kerusakan tersebut ialah adanya gangguan pada struktur anatomi dan fisiologik
dari jaringan yang menderita, bahkan dapat menimbulkan kematian. Semua bahan
kimia mungkin akan beracun bila diberikan berlebihan atau rute pemberian yang
tidak lazim. Terlalu banyak oksigen murni, air ataupun garam dapat menyebabkan
kematian Tetapi hal tersebut tidak dapat digunakan sebagai pegangan, karena
bahan yang biasanya disebut racun sperti sianida, arsen dan sebagainya tidak dapat
dikatakan tidak beracun, sehingga kita harus menyatakan bahwa semua bahan
kimia akan beracun bila diberikan secara tidak proporsional.
III. Alat dan Bahan
a. Alat
Beker gelas
Stopwatch
Wadah mencit
b. Bahan
- Anak ikan
- Mencit
- Fenol berbagai konsentrasi ( 0,04 %, 0,02 %, 0,01 %, 0,005%, 0,0025 %,
0,00125 %, 0,000625 % )
- Dosis Obat X ( 500 mg/kg, 250 mg/kg, 125 mg/kg, 62,5 mg/kg, 31,25
mg/kg )
IV. Cara Kerja
- Prosedur (menggunakan anak ikan) :
1. Siapkan fenol dengan berbagai konsentrasi di dalam becker glass.
2. Siapkan anak ikan @10 ekor, masukkan kedalam masing-masing becker
glass, dan mulai hitung waktunya.
3. Lakukan pengamatan selama 1,5-2 jam.
4. Hitung berapa jumlah ikan yang mati dan jumlah ikan yang hidup.
5. Tabelkan dan hitung LD50 nya.
- Prosedur (menggunakan mencit) :
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 6 kelompok secara acak,
masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit. Hewan ditimbang dan
diberi tanda dengan asam pikrat. Setiap hewan diberikan ekstrak uji secara
oral sesuai dengan dosis yang direncanakan. Pengamatan dilakukan setelah 24
jam dan hitung jumlah hewan yang mati. Kemudian buat table dan tentukan
nilai LD50.
V. Hasil Percobaan
Tabel Pengamatan Ikan

Dosis ( % ) Jumlah hewan Jumlah hewan Jumlah hewan Pi


perkelompok yang mati yang hidup
0,04 10 10 0 1
0,02 10 10 0 1
0,01 10 10 0 1
0,005 10 10 0 1
0,0025 10 10 0 1
0,00125 10 0 10 10
0,000625 10 0 10 10

Tabel Pengamatan mencit

Dosis Jumlah hewan Jumlah hewan Jumlah hewan Pi


( mg/kg) perkelompok yang mati yang hidup
500 10 10 0 1
250 10 10 0 1
125 10 8 2 0,8
62,5 10 2 8 0,2
31,25 10 0 10 0

- Pehitungan u/ ikan :
a = Log 0,0025 = -2,602
b = Log 0,04 – Log 0,02
= -1,397—1,698
=0,301
∑ Pi = 1 + 0+ 0= 1
m = a – b ( ∑ Pi – 0,5 )
m = -2,602 – 0,301 (1-0,5 )
m = -2,602 -0,15
m= - 2,752
m = antiLog -2,752 = 0,177 mg/Kg BB
- Perhitungan U/ Mencit
a = Log 250 = 2,397
b = Log 500 – Log 250
= 2,698 – 2,397
=0,301
∑ Pi = 1 + 0,8+ 0,2 = 2
m = a – b ( ∑ Pi – 0,5 )
m = 2,397 – 0,301 ( 2- 0,5 )
m= 2,397 – 0,451
m = 1,946
= antiLog 1,946 = 88,30 mg/kg BB

VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, mahasiswa praktikan akan melakukan percobaan
yang berjudul toksisitas akut (LD 50), dimana praktikum kali ini bertujuan agar
mahasiswa mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50 % dari
hewan percobaan, serta mahasiswa dapat melihat tingkat klasifikasi toksisitas
suatu obat.percobaan kali ini menggunakan hewan percobaan yaitu ikan dan
mencit, dimana dapat kita ketahui bahwa toksisitas adalah suatu keadaan yang
menandakan adanya efek toksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai
sediaan single dose atau campuran. Toksisitas akut ini diteliti pada hewan
percobaan yang menunjukkan evaluasi keamanan dari kandungan kimia untuk
penggunaan produk rumah tangga, bahan tambahan makanan, kosmetik, obat-
obatan, dan sediaan biologi. Uji toksisitas akut adalah pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai LD50 dan dosis maksimal yang masih dapat ditoleransi
hewan uji (menggunakan 2 spesies hewan uji). pemberian obat dalam dosis
tunggal dan diberikan melalui 2 rute pemerian (misalnya oral dan intravena).
Hasil uji LD50 dan dosisnya akan ditransformasi (dikonversi) pada manusia,
Dosis dibuat sebagai suatu peringkat dengan kelipatan logaritmik yang tetap.
Dosis terendah merupakan dosis yang tidak menyebabkan timbulnya efek atau
gejala keracunan, dan dosis tertinggi merupakan dosis yang menyebabkan
kematian semua (100%) hewan uji. Cara pemberian obat atau bahan yang diteliti
harus disesuaikan pada pemberiannya pada manusia, sehingga dapat
mempermudah dalam melakukan ekstrapolasi dari hewan ke manusia..
Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu, sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis
diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per kelompok,
kemudian dilakukan pengamatan terhadap adanya efek toksik dan kematian.
Hewan yang mati selama percobaan dan yang hidup sampai akhir percobaan
diotopsi untuk dievaluasi adanya gejala-gejala toksisitas.
Pada praktikum kali ini kami menggunakan fenol dan obat “X” sebagai bahan
percobaan kami dimana , konsentrasi fenol yang digunakan adalah dengan
konsentrasi 0,04 %, 0,02 %, 0,01 %, 0,005%, 0,0025 %, 0,00125 %, 0,000625 %,
dan obat “X” dengan dosis 500 mg/kg, 250 mg/kg, 125 mg/kg, 62,5 mg/kg, 31,25
mg/kg. konsentrasi dibuat bertingkat. Fenol digunakan untuk ikan dan dosis obat “
X” untuk mencit.
Uji toksisitas akut ini sendiri dilakukan selama 24 jam, pada percobaan
menggunakan ikan , langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan beker
gelas yang berisi fenol dengan konsentrasi yang berbeda-beda, dan meletakkan 10
ikan pada masing masing beker gelas tersebut, dan lakukan pengamatan selama 24
jam, setelah itu diamati berapa ikan yang mati dan hidup selama percobaan.
Selama dalam percobaan ini setelah mendapatkan hasilnya dicarilah nilai m nya ,
dimana nilai m adalah nilai logLD50 nya, rumus nilai m sendiri adalah :
Rumus :

Keterangan :
m = log LD50
a = log dosis terendah yang menyebabkan kematian 100% tiap kelompok
b = beda log dosis yang berurutan
Pi = jumlah hewan yang mati yang menerima dosis sebanyak i dibagi jumlah
hewan seluruhnya yang menerima dosis i
Setelah mendapatkan nilai Pi nya , dicarlah nilai a, b, dan nilai ∑ Pi nya, dan
didapatkan lah nilai a nya adalah -2,602, nilai ini didapatkan dari log dosis yang
menyebabkan kematian 100 % yaitu konsentrasi 0,0025 % dengan kematian
hewannya yaitu 10 ekor ikan. Selanjutnya nilai b nya yaitu didapatkan 0,301, dan
nilai ∑ Pi nya adalah 1. Setelah mencari didapatkan lah nilai m nya adalah -2,752
dan anti lognya adalah 1,77 x 10¯3 mg/kg BB , dimana ini dapat diartikan bahwa
fenol memilikki kelas luar biasa toksik. Karena nilai LD50 nya kurang dari 1.
Hasil yang diperoleh (dalam mg/kgBB) dapat digolongkan menurut potensi
ketoksikan akut senyawa uji menjadi beberapa kelas, seperti yang terlihat pada
tabel berikut (Loomis (1978)) :

Anda mungkin juga menyukai