PRAKTIKUM 2
CARA PEMBERIAN OBAT DAN PENGAMBILAN SPESIMEN SAMPEL HEWAN
UJI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 GOLONGAN II
DOSEN PENGAMPU :
Dewa Ayu Swastini, S. Farm., M. Farm., Apt.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
METODE KERJA
Intravena 0,2 mL
Subkutan 0,5-1 mL
Intramuskular 0.05 mL
Intraperitoneal 1 mL
2. Tikus Oral 1 mL
Intravena 0,5 mL
Subkutan 1-5 mL
Intramuskular 0,1 mL
Intraperitoneal 5 mL
Intravena 1-5 mL
Subkutan 1,5-5 mL
Intramuskular 0,2 mL
Intraperitoneal 20 mL
Tabel Volume Maksimal Pengambilan Daran Hewan Uji
4.2 Pembahasan
Mencit, Tikus, kelinci merupakan hewan uji yang sering digunakan di dalam
laboratorium farmakologi dalam berbagai percobaan. Adapun pada percobaan kali ini
mengenai cara pemberian obat dan pengambilan spesimen sampel hewan uji. Di dalam
hal ini mahasiswa akan mempelajari cara pemegangan atau pengambilan, pemberian
obat, dan pengambilan darah pada spesimen hewan uji (mencit,tikus, kelinci). Di dalam
pemegangan maupun perlakuan lainnya terhadap hewan uji haru memperhatikan
aturan-aturan perlakuan dan hak-hak hewan seperti freedom from discomfort (bebas
dari rasa panas dan tidak nyaman), freedom from pain, injury, and disease (bebas dari
luka, penyakit dan sakit), freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan
penderitaan). Kemampuan dalam memagang hewan tersebut sangat diperlukan agar
hewan coba terlindung dari rasa sakit, uji terlindung dari rasa sakit dan cedera yang
didapat bila hewan tersebut saat dipegang, hewan uji tidak melukai peneliti, dan dosis
yang diberikan hewan coba juga sesuai. Sebelum memberikan obat kepada hewan uji
dituntut untuk dapat memegang hewa uji dengan benar.
Adapun cara memegang hewan uji yaitu memegang mencit, tikus, dan kelinci.
Pertama mencit, mencit diangkat ekornya menggunakan tangan kanan, diletakkan
diatas permukaan yang tidak licin seperti kawat penutup kandang untuk memudahkan
menarik mencit yang akan mencengkram alas sertalebih mudah untuk dipegang.
Dilanjutkan dengan menjepit kulit tengkuk mencit menggunakan telunjuk dan ibu jari
tangan kiri, ekornya tetap dipegang dengan tangan kanan. Lalu tubuh mencit dibalik
sehingga permukaan perut menghadap ke arah pemegang dan ekor dijepit diantara jari
manis dan kelingking tangan kiri. Selanjutnya tikus, Tikus dipegang dengan lembut dan
tangan ditempatkan di sekitar dada bagian atas, ibu jari dibawah rahang agar tidak
tergigit tanpa memberikan tekanan pada tenggorokan, tahan bagian belakang dan ekor
dapat dijepit diantara jari kelingking dan jari manis. Untuk pemegangan kelinci yaitu
kelinci diletakkan diatas baju atau handuk laboratorium. Tutupi bagian samping tubuh
kelinci dengan lengan bawah hingga wajahnya tertutup oleh siku. Lalu perlahan-lahan
bagian ekor didorong ke bagian perut kelinci, dan tangan kanan perlahan-lahan masuk
ke bawah perut untuk mengangkat kelinci.
Pemberian sediaan pada kelinci. Pemberian obat dengan cara oral pada kelinci
dilakukan dengan menggunakan alat penahan rahang dan feeding tube no 6-8.
Pemberian obat secara sub kutan dilakukan pada sisi sebelah pinggang atau tengkuk
dengan cara kulit diangkat dan jarum (25-26 g) ditusukkan dengan arah anterior.
Dengan volume pemberian makksimal 1% BB. Penyuntikanintravena pada kelinci
dilakukan pada vena marginalis di daerah dekat ujung telinga. Sebelum penyuntikan,
telinga dibasahi terlebih dahulu dengan alkohol atau air hangat. Pemberian
intramuskular dapat dilakukan pada otot paha belakang. Hindari otot posterior femur
karena risiko kerusakan saraf siatik. Gunakan jarum ukuran 25ga dan volume
pemberian tidak lebih 0.5-1.0 ml/tempat penyuntikan. Pemberian sediaan melalui rute
peritoneal pertama-tama Posisi diatur sedemikian rupa sehingga letak kepala lebih
rendah daripada perut. Penyuntikan dilakukan pada garis tengah di muka kandung
kencing.
Volume darah yang dapat diambil pada setiap hewan relatif konstan, terhitung
sekitar 8% dari berat badan. Jika sampel darah yang dikumpulkan lebih dari 10% dari
total darah, hewan mungkin mengalami syok volume darah rendah (hipovolemia) atau
syok vaskular jantung. Prinsip umumnya adalah darah dapat diambil setiap dua minggu,
dan volume darah yang dikumpulkan tidak boleh melebihi 8 mL / kg berat badan
Vena jugularis hewan pengerat kecil terlalu tipis untuk pengambilan sampel
darah. Oleh karena itu, pembuluh darah bola mata terkadang dipilih untuk pengambilan
darah (seperti pada tikus, tikus, gerbil, dan marmut). Selama pengambilan darah,
berikan hewan dengan anestesi dangkal dengan dietil eter atau anestesi lainnya, dan
jaga agar mata tetap menghadap ke atas. Pegang erat-erat kulit punggung dan leher
hewan yang dibius untuk melebarkan mata. Kemudian dengan tabung kaca atau pipet
Pasteur yang sesuai, masukkan perlahan ke sudut mata antara kelopak mata dan bola
mata. Saat jarum mencapai kedalaman tulang sphenoid, putar sedikit tabung atau pipet
untuk menyedot darah. Setelah pengambilan darah, gunakan kain kasa steril untuk
mengompres bola mata selama 30 detik untuk menghentikan pendarahan. Tempat
pengumpulan akan sembuh setelah 3–7 hari. Dengan cara ini, darah dari setiap mata
dapat dikumpulkan secara bergantian berkali-kali. Sampel darah steril tidak dapat
diambil dengan cara ini karena mungkin ada pencampuran dengan cairan jaringan di
dalam rongga mata dan sekresi kelenjar, yang akan mencemari sampel darah.
Pengambilan darah dari satu mata berkali-kali dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti perdarahan, peradangan, dan kebutaan. Selain itu, metode ini dapat
menyebabkan efek yang tidak diinginkan pada penglihatan, sehingga beberapa negara
telah melarang penggunaan metode ini.
Untuk mendapatkan sampel darah yang kaya oksigen, tusukan arteri atau
intubasi arteri dapat dilakukan untuk mengambil darah. Arteri femoralis dan arteria
carotis communis adalah lokasi yang disukai untuk pengambilan sampel darah. Saat
mengambil darah dari arteri karotis kelinci, tahan kelinci yang dibius dalam posisi
terlentang. Buang bulu dari bagian tengah leher dan gunakan alkohol untuk
mendisinfeksi kulit. Gunakan gunting untuk memotong kulit (kira-kira 5–6 cm) di leher
dan sambungan kepala, lalu gerakkan otot leher dengan penjepit ke samping untuk
membuka trakea. Saraf vagus pada trakea berwarna putih dan arteri karotis berwarna
merah muda. Jika kelinci tetap hidup setelah pengambilan darah, jangan melukai saraf
vagus dan pembuluh kecil, yang bertanggung jawab untuk memasok trakea, saat
memisahkan karotis. Arteri distal diikat dan dipasang satu garis jahitan di proksimal.
Biarkan arteri menyumbat arteri karotis menggantikan jahitan. Kemudian gunakan
gunting oftalmologi untuk memotong pembuluh darah antara jahitan ligasi dan garis
proksimal. Selanjutnya, masukkan ujung miring kateter plastik ke dalam arteri
sepanjang arah jantung sejauh 3–5 cm, lalu ligasi jahitan jantung. Terakhir, masukkan
ujung kateter plastik lainnya ke dalam pembuluh darah dan darah akan mengalir keluar.
Untuk kelinci, arteriopungsi telinga lebih disukai jika jumlah darah yang dibutuhkan
tidak banyak.
Untuk hewan pengerat kecil, seperti mencit dan tikus, kita bisa mengumpulkan
sedikit darah dengan memotong ekornya dengan gunting. Cara ini bisa digunakan untuk
penelitian seperti apusan darah. Setelah pengambilan darah, gunakan kompresi lokal
pada luka untuk menghentikan pendarahan. Saat menggunakan metode ini untuk tikus,
dianjurkan untuk menggunakan anestesi terlebih dahulu. Jika diperlukan lebih banyak
sampel, sampel dapat diambil dari urat ekor. Untuk mengembangkan urat ekor tikus
dan tikus, hangatkan ekor hewan. Kemudian, gunakan alkohol untuk mendisinfeksi.
Gunakan kain kasa steril untuk mengeringkan alkohol atau darah akan bocor setelah
membasahi tempat tusukan, yang dapat menyebabkan kesulitan untuk pengumpulan
darah dan menyebabkan hemolisis. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk menangkap
ujung ekor beberapa cm dari ujung ekor dan masukkan jarum ke dalam vena ekor untuk
mengambil sampel darah. Metode ini adalah tusukan vena perkutan yang menyebabkan
darah kemungkinan tercemar oleh cairan jaringan, yang dapat mempengaruhi hasil
percobaan. Jika darah steril diperlukan untuk eksperimen, perlu dilakukan pembiusan
dan tindakan bedah lainnya untuk mengambil darah vena.
Berikut kami lampirkan tabel volume maksimal pengambilan darah sesui dengan cara
yang dipakai:
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari praktikum tentang pemberian obat dan pengambilan spesimen
sampel hewan uji ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi efek obat adalah rute pemberian obat, karena karakteristik
fisiologis anatomi dan biokimia yang berbeda tergantung tempat pemberian obat akan
mempengaruhi waktu penyerapan obat.
2. Pemberian obat kepada hewan uji dapat dibedakan menjadi dua acara, yaitu dengan
melibatkan saluran gastrointestinal (enternal), seperti melalui oral, rektal, dan
sublingual dan bukal; atau dengan tidak melibatkan saluran gastrointestinal
(parenteral), seperti melalui intravena, intramuscular, subkutan, transdermal, inhalasi,
topical, dan intratekal.
3. Cara memegang hewann uji setiap jenis berbeda- beda dan ditentukan oleh sifat hewan,
keadaan dan bentuk fisik, serta tujuan. Dalam memegang hewan uji haru teliti, karena
jika terjadi kesalahan dapat menyebabkan kecelakaan dan rasa sakit pada hewan, dan
dapat membahayakan bagi yang memegangnya.
4. Volume darah yang dapat diambil dari hewan uji tergitung 8% dari berat badan hewan,
jika sampel darah yang dikumpulkan > 10% dari total darah , kemungkinan dapat
menyebabkan hewan mengalami syok volume darah rendah (hipovelemia) atau syok
vaskular jantung.
5. Dalam pengambilan darah pada tikus dan mencit dapat melalui jugular vein, hindlimb
vein, femoral vein, caudal vein, orbital puncture, cardiac puncture, dan tail tip; dan pada
kelinci dapat diambil melalui jugular vein, femoral vein, ear vein, cardiac puncture.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B.G., Masters, S.B. dan Trevor, A.J. 2014. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 12.
Editor Bahasa Indonesia Ricky Soeharsono et al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Liu, E., & Fan, J. Fundamental of Laboratory Animal Science.2018. Boca Raton: CRC Press.
225-249
Siswandono dan Soekardjo, B. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga Press.
Stan, K.B, Jason E.W and Douglas S.M. 2011. Applied Pharmacology. Elsevier, Inc. Diakses
07 Maret 2021, https://www.sciencedirect.com/topics/pharmacology-toxicology-
andpharmaceutical-science/routes-of-administration.
Stevani, Hendra. 2016. Praktikum Farmakologi. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.