Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FARMASETIKA SEDIAAN STERIL DAN NON STERIL


“PEMBUATAN SEDIAAN INFUS MANITOL 5%”
DAN
“EVALUASI SEDIAAN INJEKSI VOLUME BESAR INFUS MANITOL 5%”

Penyusun :

Nama : Esmeralda Melva Zachawerus (2161100059)


Golongan :1
Hari / jam praktikum : 22 februai 2023 / 10.000 WIB
Dosen Pengampu : apt. Novena Adi Yuhara, M.Pharm.Sci.

LABORATORIUM COMPOUNDING
FAKULTAS FASRMASI
UNIVERSITAS KRISTEN IMMANUEL
2023
A. PENDAHULUAN
Infus adalah larutan dalam jumlah besar terhitung mulai dari 100 mL yang diberikan
melalui intravena tetes demi tetes dengan bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan
elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan minuman dan dikeluarkan dalam jumlah relatif
sama. Ketika terjadi gangguan hemostatif, maka tubuh harus segera mendapatkan terapi untuk
mengembalikan air dan elektrolit. (Agoes,G.1993)
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya, yang termasuk sediaan ini antara lain sediaan parenteral
preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus). Sediaan parenteral merupakan jenis
sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat terbagi - bagi, karena sediaan ini disuntikan
melalui kulit atau membran mukosa ke bagian tubuh yang paling efisien, yaitu membran kulit
dan mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan - bahan
toksik lainnya, serta harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses
yangterlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan
semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikro biologis.
(Allen,L,.V.,2009.)
Manitol saat ini merupakan diuretika osmotika yang banyak digunakan sebagai obat
pilihan untuk mengatasi tekanan tinggi intrakranial. Manitol merupakan diuretika osmotika
utama yang digunakan untuk mengurangi edema serebri. Manitol menurunkan tekanan
intrakranial dengan cara memindahkan cairan dari intraseluler ke ruang intravascular.
Pemindahan cairan tersebut karena menaikkan gradient osmotik antara otak dengan darah. Efek
cepat manitol didapat dari perubahaan keenceran darah yang akan menaikkan aliran darah otak
serta oksigenasi otak yang akan menyebabkan vasokontriksi yang berujung pada penurunan
tekanan intrakranial. (Anief,M.1997)

B. DATA PREFORMULASI
Manitol
Pemerian Serbuk kristal berwarna putih dan tidak berbau atau granul mengalir
bebas, rasa manis.
(The Handbook of Pharmaceutical Excipients hlm. 449)
Kelarutan Larut 1 dalam 5,5 air; larut 1 dalam 83 etanol 95%; larut 1 dalam 18
gliserin.
(The Handbook of Pharmaceutical Excipients hlm. 451)
Stabilita
Panas Serbuk kristal meleleh pada suhu 166-168C. Stabil terhadap Panas
(The Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009 hlm. 429)
Larutan manitol dalam air bersifat stabil, baik oleh dingin, asam/basa
Hidrolisis/ encer maupun oksigen dari udara (tanpa kehadiran katalis). (The
oksidasi Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed 2009 hlm. 429)
Manitol disimpan dalam wadah yang resisten terhadap cahaya dan
kedap udara, pada suhu kamar. (International Journal of
Kesimpulan : Dibuat sediaan infus yang mengandung Manitol 5%
Bentuk zat aktif : base
Bentuk sediaan : larutan
Cara sterilisasi sediaan : metode panas lembab dengan autoklaf suhu 121°C selama
15 menit
Kemasan: Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau plastik, sebaiknya dari kaca
tipe I atau tipe II (Farmakope Indonesia Ed. IV hlm. 520)
Natrium Klorida
(The Handbook of Pharmaceutical Excipients hlm. 637)

Pemerian Serbuk hablur putih atau kristal tidak berwarna, mempunyai rasa
asin.
Kelarutan Sedikit larut dalam etanol
1: 250 dalam etanol 95%
1:10 dalam gliserin
1:2,8 dalam air
1:2,6 dalam air 1000C
Stabilitas
Panas Tahan panas hingga suhu 804 ⁰C.
Hidrolisis pH 6,7-7,3 pada larutan jenuh.
Cahaya Harus terlindung dari cahaya.

Kesimpulan: Natrium klorida berfungsi sebagai pengisotonis, sangat larut dalam air
dan tidak tahan terhadap cahaya.
Cara sterilisasi : Larutan yang mengandung natrium klorida dapat disterilisasi akhir
menggunakan autoklaf. Bila dalam bentuk serbuk, maka disterilisasi dengan oven
pada suhu 170⁰C selama 1 jam
(The Pharmaceutical Codex, 1994 hlm. 164)
Kemasan : Disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya, kering dan tertutup
rapat.

Natrium hidroksida
(Farmakope Indonesia Ed. IV, 589-590).
Pemerian Massa putih atau praktis putih, tersedia dalam bentuk pellet,
serpihan atau batang, atau bentuk lain.
Kelarutan 1:7,2 dalam etanol;
Tidak larut dalam eter;
Larut dalam gliserin;
1: 4,2 dalam metanol;
1:0,9 dalam air;
1:0,3 pada 100°C.
Stabilita Stabil terhadap suhu. Padatan NaOH sebaiknya disimpan dalam
Hidrolisis tempat sejuk.
Bersifat higroskopis sehingga dapat mengikat karbondioksida dan
air dari udara. Padatan NaOH sebaiknya disimpan dalam tempat
kering.

Carbo Adsorbens (Arang Jerap)


(Farmakope Indonesia Ed. IV hlm. 173)

Pemerian Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam; tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol.
Fungsi Penjerap pirogen, menghilangkan pirogen dalam sediaan.
Kemasan Dalam wadah tertutup baik.

C. FORMULA
R / Manitol 5%
NaCl 0,0135%
NaOH 1N 0,25%
Karbon aktif 0,1%

D. Perhitungan / Penimbangan
1. Tonisitas
Jika tidak tersedia data E/ΔTf, data tersebut dapat dihitung terlebih dahulu mengunakan
metode Liso. Perlu diperhatikan bahwa zat terlarut saja yang dapat berkontribusi dalam
tonisitas sediaan.

Metode Ekivalensi NaCl


Didefinisikan sebagai suatu faktor yang dikonversikan terhadap sejumlah tertentu zat
terlarut terhadap jumlah NaCl yang memberikan efek osmotic yang sama atau
ekivaalensi natrium klorida memberikan jumlah natrium klorida (g) yang menghasilkan
tekanan osmotic sama seperti 1 g bahan obat dengan syarat bahwa baik natrium klorida
ataupun bahan obat berada dalam larutan volume sama. Misalnya ekivalensi NaCl sama
berat 0,55 g berarti 1 g asam borat di dalam larutan memberikan jumlah partikel yang
sama dengan 0,55 g NaCl. Suatu sediaan dikatakan isotonis jika memiliki tonisitas sama
dengan 0,9% NaCl. Perlu diingat bahwa tidak semua sediaan bisa dibuat isotonis
dengan menambahkan pengisotonis NaCl. Nilai E dapat dirujuk pada literatur seperti
Farmakope Indonesia V, The Pharmaceutical Codex dan literature lain. Nilai E pada
literatur dapat bervariasi, tergantung pada konsentrasi bahan, pemilihan E didasarkan
pada konsentrasi yang paling mendekati konsentrasi bahan yang digunakan dalam
formula.

Metode Liso
Metode ini dipakai jika data E dan ΔTf tidak diketahui. Dengan menggunakan Liso
dapat dicari harga E atau ΔTf zat lalu perhitungan tonisitas dapat dilanjutkan seperti
cara di atas.

Hubungan antara Ekivalensi NaCl (E) dengan Liso:


liso
E = 17
M
Keterangan:

E = Ekivalensi NaCl
Liso = Nilai terapan Liso Zat (Lihat tabel)
M = Massa Molekul zat

Hubungan antara ΔTf dengan Liso:


Liso x m x 1000
ΔTf =
M XV

Keterangan:

ΔTf Penurunan titik beku


Liso Nilai tetapan Liso zat (Lihat tabel)
m Bobot zat terlarut (gram)
M Massa molekul zat
V Volume larutan (mL)

Tabel Liso (Lachman parenteral, vol. 1, 2nd ed., 1992, 211; Physical Pharmacy, 1993,
Ed. 4th , 181).

Rumus ekivalensi mannitol 5% = % kadar (m) x E

Nilai E belum diketahui, sehingga dilakukan perhitungan mengunakan metode L150 =


dengan rumus :
liso
E = 17
M

1,9
E = 17 x
182,17
= 0,1773%

Nilai E telah diketahui, sehingga ekivalensi mannitol 5% dapat dihitung :


Rumus ekivalensi mannitol 5% = % kadar (m) x E
= 5% x 0,1773
= 0,8865%
Dengan demikian :
Jumlah NaCl yang ditambahkan supaya sediaan isotonis
= (0,9 – 0,8865)% = 0,0135%
= 0,0135 g dalam 100 mL
2. Osmolaritas
Etiket pada larutan yang diberikan secara intravena untuk melengkapi cairan, makanan
bergizi, atau elektrolit dan injeksi manitol sebagai diuretika osmotik disyaratkan untuk
mencantumkan kadar osmolarnya. Keterangan kadar osmolar pada etiket suatu larutan
parenteral membantu untuk memberikan informasi pada dokter apakah larutan tersebut
hipo-osmotik, iso-osmotik, atau hiper-osmotik.
Satuan kadar osmolar = miliosmol (disingkat mOsm) = zat terlarut per liter larutan.
Kadar osmolar ideal dapat ditentukan dengan rumus:

HUBUNGAN ANTARA OSMOLARITAS DAN TONISITAS

Osmolaritas Tonisitas
(mOsmol / liter)
>350 Hipertonis
329-350 Sedikit hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit hipotonis
0-249 Hipotonis

g
bobot zat ( )
Osmolaritas mannitol = L x 1000 x jumlah ion
bobot molekul

= 50 g/L/ 182,17 x 1000 x 1


= 274,469 mOsmol/ L

Osmolaritas NaCl =
bobot zat ( gL ) x 1000 x jumlah ion
bobot molekul

= 0,135 g/L/ 58,44 x 1000 x 2


= 4,620 mOsmol/ L
Osmolaritas total = 274,469 + 4,620
= 279,089 mOsmol/ L
Kesimpulan :
sediaan bersifat hipo-iso-hipertonis : isotonis

PENIMBANGAN
Jumlah sediaan yang dibuat : 1 botol infus @ 500 mL

 Untuk sediaan dengan volume lebih dari 50 mL, volume terpindahkan untuk masing-
masing wadah sebesar 2% mL ( farmakope Indonesia IV, 1004) sehingga untuk sediaan
sebanyak 500 mL ketika dimasukkan ke dalam kemasan harus dilebihkan sampai 510 mL

 Pembuatan juga dilebihkan untuk mengantisipasi kehilangan zat pada saat pembilasan,
penyaringan dan evalusi sehingga sediaan dibuat sebanyak 700 mL larutan untuk 1 botol
infus @ 510 mL.
No Nama bahan Jumlah yang ditimbang
1. Mannitol Manitol 5% = 5 gram/ 100 mL

Untuk 500 mL larutan sediaan


= 5 gr/ 100 mL x 500 mL = 25 g
2. NaCl 68,85 mg
3. NaOH 1 N 0,25 mL
4. Karbon aktif 0,14 g dibagi 2
0,1%

E. CARA KERJA
Pembuatan Sediaan Infus Manitol 5%
Mannitol ditimbang sebanyak 36,75 g dengan kaca arloji steril

Natrium klorida ditimbang sebanyak 94,5 mg menggunakan kaca arloji steril

Karbon aktif ditimbang sebanyak masing-masing 1 dan 0,7 g menggunakan kaca arloji steril
untuk depirogenasi aqua p.i dan sediaan akhir.

Membuat air bebas pirogen dengan cara memindahkan 1000mL air pro injeksi ke dalam
erlenmeyer 2 L kemudian tambahkan 1g Carbo adsorbens lalu tutup dengan kaca arloji,
sisipi dengan batang pengaduk. Panaskan pada suhu 60-70˚C selama 15 menit (gunakan
termometer). Saring larutan dengan kertas saring rangkap 1, lalu disterilisasi membran
melalui kolom G3 dengan membran filter 0,22 μm. Air steril bebas pirogen ini digunakan
untuk membilas alat dan wadah yang telah disterilisasi dan menggenapkan volume sediaan

Manitol sebanyak 36,75 g dilarutkan dengan 350 mL aqua pro injeksi bebas pirogen ke
dalam gelas kimia 500 mL dan diaduk dengan batang pengaduk hingga zat larut

Natrium klorida sebanyak 94,5mg dilarutkan dengan 50 mL aqua pro injeksi bebas pirogen
ke dalam gelas kimia 100 mL dan diaduk dengan batang pengaduk hingga zat larut
sempurna.

Larutan mannitol dan larutan natrium klorida dicampurkan dalam labu erlenmeyer 1 L lalu
diaduk homogen. Tambahkan aqua pro injeksi bebas pirogen hingga mencapai sekitar
500mL.


Dilakukan pengecekan pH dengan beberapa tetes larutan menggunakan pH indicator atau
pH meter.

Bila nilai pH belum mencapai nilai yang diharapkan, tambahkan larutan NaOH 0,1 N atau
HCI 0,1 N hingga pH larutan mencapai 7,4. Lalu genapkan dengan air pro injeksi bebas
pirogen hingga 700 mL.

Karbon aktif sebanyak 0,7 g dimasukkan ke dalam larutan sediaan dan diaduk hingga
merata, lalu dipanaskan di atas api Bunsen atau hot plate hingga suhu 60-70°C selama 15
menit sambil diaduk sekali-kali.

Kertas saring dilipat menjadi dua rangkap dan dibasahi dengan aqua pro injeksi bebas
pirogen, kemudian dipasang pada corong dan ditempatkan pada labu Erlenmeyer 2 L yang
lain. Larutan sediaan disaring menggunakan kertas saring tersebut dalam keadaan masih
panas.


Filtrat dimasukkan ke dalam 1 botol flakon yang telah ditara sebanyak 510 mL.

Evaluasi Sediaan Injeksi Volume Besar Infus Manitol 5%


Dilakukan uji penetapan pH

Dilakukan uji kejernihan

Dilakukan uji kebocoran

Dilakukan uji sterilitas

F. EVALUASI
Evaluasi Fisika meliputi:
1. Uji Penetapan pH
Dilakukan dengan cara mencelupkan kertas pH pada sediaan kemudian dicocokkan
warnanya untuk menentukan nilai pH yang didapat.
2. Uji Kejernihan
Dilakukan dengan cara mencocokkan pada latar belakang hitam dan putih kemudian
dilihat sediaan jernih atau tidak, jika tidak ada partikel berarti jernih.
3. Uji Kebocoran
Dilakukan dengan cara menggelindingkan botol vial pada lantai sebanyak 3 kali, jika
tidak ada air yang tumph maka tidak ada kebocoran.

Evaluasi Biologi meliputi:


1. Uji Sterilisasi
Dilakukan dengan cara menginokulasikan sediaan steril pada media agar dan
diinkubasikan secara terbaik selama 24 jam, jika ada pertumbuhan bakteri maka sediaan
tidak steril.

G. TABULASI DATA

Uji Hasil Teori Kesimpulan


pH 7 Sediaan injeksi Hasil yang kami
mannitol 5% dalam dapatkan adalah
teori adalah sesuai dengan teori
memiliki pH 7,4 bahwa untuk sediaan
injeksi mannitol 5%
memiliki pH yang
netral
Kejernihan Tidak jernih Sediaan injeksi Hasil sediaan kami
mannitol 5% dalam tidak sesuai dengan
teori seharusnya teori dimana hasil
adalah sediaan yang yang kami peroleh
jernih sediaan nya tidak
steril
Kebocoran Tidak bocor Sediaan injeksi Perolehan hasil
mannitol 5% dalam sediaan sesuai
teori yaitu tidak dengan teori (tidak
adanya kebocoran bocor)
Sterilisasi Tidak steril Sediaan injeksi Sediaan yang kami
mannitol 5% buat tidak sesuai
merupakan sediaan dengan teori.
yang steril

H. PEMBAHASAN
Pada praktikum yang dilakukan ini bertujuan untuk dapat membuat pembuatan
sediiaan infus manitol 5% dan dapat mengevaluasi sediaan injeksi besar infus manitol
5%. Yang dapat dilakukan dengan cara ditimbang manitol, NaCl, NaOH 1N, dan karbon
aktif menggunakan kaca arloji steril. Kemudian membuat air bebas pirogen, manitol
dilarutkan dengan aquadest pro injeksi dalam gelas beaker dan diaduk hingga larut,
kemudian dilarutkan natrium klorida dengan aquadest pro injeksi dalam gelas kimia dan
diaduk hingga larut. Larutan manitol dan larutan natrium klorida dicampur dalam labu
erlenmeyer kemudian di tambahkan aquadest pro injeksi hingga 500mL. Dilakukan
pengecekan pH dengan kertas pH. Dimasukan karbon aktif dalam larutan sediaan dan
diaduk hingga homogen, kemudian di panaskan hingga suhu 60-70° C selama 15 menit
sambil diaduk. Kertas saring tersebut dilipat menjadi dua rangkapdan dibasahi dengan
aqua pro injeksi bebas pirogen. Kemudian disaring menggunakan kertas saring dalam
keadaan masih panas di tempelkan pada labu erlenmeyer. Filtar dimasukan dalam satu
botol flakon, kemudian botol tersebut ditara sebanyak 510mL. Kemudian dilakukan
evaluasi sediaan yaitu kejernihan, kebocoran dan sterilitas.
Hasil yang didapatkan pada praktikum sediaan infus manitol 5% dengan volume
498mL dikarenakan adanya penguapan pada saat pemanassan suhu 60-70℃ . Pada uji
kejernihan didapatkan hasil tidak jernih, dikarenakan hanya dilakukan penyaringan
sebanyak 1 kali yang dimana seharusnya dilakukan 2 kali. Pada Nilai pH yang didapatkan
yaitu 7 sehingga tidak ada penambahan NaOH atau HCL. Pada uji sterilisasi didapatkan
hasil tidak steril, dikarenakan pada penambahan terakhir 10mL aquadest merupakan
aquadest yang tidak steril bukan dari aquadest pro injeksi yang steril. Pada uji kebocoran
didapatkan hasil tidak bocor yang berarti sediaan aman dari partikel luar.

I. KESIMPULAN
Pada pembuatan sediaan infus manitol 5% dsn evaluasi sediaan telah dibuat dan
dapat diperoleh hasil bahwa sediaan mempunyai volume akhir 498mL, pada nilai pH di
dapatkan hasil nilai 7 yang berarti sesuai. Hasil sediaan tidak ada kebocoran pada vial,
hasil sediaan yang tidak jernih dan pada sediaan akhir
Yang tidak steril.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes,G.1993. Teknologi Farmasu Likuida dan Semi Solida. Bandung: Pusat Antar Universitas
Bidang Ilmu Hayati ITB.

Allen,L,.V.,2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. RoweR.C.,Sheskey, P.


J., Queen, M. E., (Editor). Pharmaceutical Press and American Pharmacists Assosiation,
697-699: London.

Anief,M.1997. Ilmu Meracik Obat Gadjah Mada University Press:Yogyakarta 

Anda mungkin juga menyukai