Anda di halaman 1dari 20

ANTIGEN

Apa yang dimaksud antigen.?


Antibodi .........antigen.
Antigen adl molekulyang dapat berikatan
dengan antibodi dan reseptor sel T (TCR)
Molekul biologik : produk intermediet, KH,
lemak, protein, fosfolipid yg dapat berikatan
dengan antibodi
Hanya peptida yang dapat berikatan dengan
TCR
Apa itu antigen yang imunogen ?
Antigen yang imunogen yaitu yang dapat
memicu respon imun. (antigen asing)
Antigen yang nonimunogenik yaitu yag tak
dapat memicu respon imun.(antigen self).
Antigen self dapat dibuat memicu respon
imun jika diberikan pada binatang shg
diperoleh antibodi untuk antigen self.
Faktor2 apa yg membuat antigen
dapat memicu nrespon imun ?
Bersifat asing
Ukuran
Formasi molekul antigenik determinan (epitop)
Aksesibilitas antigen
Rute antigen
Dosis
Frequensi pemaparan
Pemberian bersama larutan adjuvant
Apa itu antigenic determinant (epitop)
Dalam satu kuman terdapat sejumlah antigen, yg
diakses antibodi adalah yg ada di permukaan kuman
sehingga disebut epitop.
Karena epitop inilah yang pada awalnya memicu
respon limfosit B melalui ikatannya dengan reseptor
antigen sel B maka disebut antigenic determinant.
Multivalent epitop berarti lebih dari satu epitop yang
masing-masing akan diikat oleh antibodi.
Overlapping berarti epitop sangat berdekatan sehingga
saling mengganggu.
Cross-linking dua antibodi masing-masing mengikat
satu epitop dari kuman yang sama.
Pembagian antigen berdasar
banyaknya dan jenis antigenic
determinant pada satu molekul

Unideterminan dan univalen (hapten)


Unideterminan dan multivalen
(polisakarida)
Multideterminan dan univalen(protein)
Multideterminan dan multivalen (kimia
kompleks}
A.

B.

C.
epitop

D.

Gambar. 6-1 Pembagian antigen berdasar


banyaknya jenis dan jumlah epitop pada satu
molekul: A. Unideterminan, univalen yaitu
satu jenis epitop dan jumlahnya hanya satu
juga. B. Unideterminan, multivalen yaitu satu
jenis epitop tapi jumlahnya banyak .
C. Multideterminan, univalen yaitu banyak
jenis epitop tetapi hanya ada satu untuk tiap
epitop. D. Multideterminan, multivalen yaitu
banyak jenis epitop dengan jumlah yang
banyak dari masing-masing epitop.
A B C D

Determinan
antigenik baru

Determinan antigenik Determinan antigenik


Determinan antigenik terakses
tidak terakses.
denaturasi
denaturasi
denaturasi

Non determinan
Determinan antigenik
antigenik Tidak ada
determinan
LINEAR DETERMINANT CONFORMATIONAL DETERMINANT antigenik

Gambar 6-2. Formasi determinan antigenik dalam protein natif . A. Formasi linear (linear determinan) tidak terakses oleh
antibodi karena tidak berada di permukaan protein natif sehingga peran determinan antigenik tidak terjadi, apabila protein
natif didenaturasi maka determinan antigenik tidak tersembunyi lagi dapat terakses oleh antibodi sehingga peran sebagai
determinan antigenik dapat terjadi. B. Formasi linear terakses oleh antibodi akan berperan sebagai determinan antigenik
pada saat masih protein natif maupun sesudah denaturasi. C. Formasi konformasi (conformational determinant) akan
berperan sebagai determinan antigenik pada saat masih protein natif dan kehilangan peran sebagai determinan antigenik
setelah denaturasi karena formasi konformasi tidak ada lagi. D. Protein natif tidak memiliki determinan antigenik tetapi
akibat proteolisis pada saat denaturasi akan terbentuk determinan antigenik baru.
Gambar 6-2. Formasi determinan antigenik dalam protein natif . A. Formasi linear (linear determinan) tidak terakses oleh
antibodi karena tidak berada di permukaan protein natif sehingga peran determinan antigenik tidak terjadi, apabila protein
natif didenaturasi maka determinan antigenik tidak tersembunyi lagi dapat terakses oleh antibodi sehingga peran sebagai
determinan antigenik dapat terjadi. B. Formasi linear terakses oleh antibodi akan berperan sebagai determinan antigenik
pada saat masih protein natif maupun sesudah denaturasi. C. Formasi konformasi (conformational determinant) akan
berperan sebagai determinan antigenik pada saat masih protein natif dan kehilangan peran sebagai determinan antigenik
setelah denaturasi karena formasi konformasi tidak ada lagi. D. Protein natif tidak memiliki determinan antigenik tetapi
akibat proteolisis pada saat denaturasi akan terbentuk determinan antigenik baru.
Antigen eksracellulair
(protein, polisakarida dan lemak)

Pagositosis

SEL DENDRITIK

Antigen peptida
PAGOSIT LIMPOSIT B
SEL T HELPER
(makropag dan neutropil)
antibodi KOMPLEMEN

Eliminasi patogen pemilik antigen


ekstraseluler
Gambar. 6-3. Proses pengenalan sampai eliminasi antigen ekstraseluler. Antigen ekstraseluler adalah antigen mikroba patogen
yang masih berada di luar sel akan dikenal oleh berbagai sel-sel imun (Pagosit, sel dendritik dan limposit B) dan komplemen untuk
dieliminasi. Pagosit menpagositosis mikroba untuk dibunuh. Sel dendritik mempagositosis dan menghancurkan mikroba untuk
memunculkan antigen peptida guna diperkenalkan kepada sel T helper agar aktif memberikan help factor kepada limposit B dan
makropag. Limposit B mengikat antigen menggunakan reseptor IgM dan IgD sehingga terpicu menjadi sel B efektor menghasilkan
antibodi, dengan atau tanpa help factor dari sel T helper. Komplemen terpicu langsung oleh antigen ekstra seluler atau oleh antibodi
yang telah mengikat antigen yg ada pada membran mikroba sehingga teraktifkan untuk membunuh mikroba dan memicu respon
inflamasi.
Antigen eksracellulair
(protein, polisakarida dan lemak)

Pagositosis Mikroba
ekstraseluler
SEL DENDRITIK memasuki sel
menjadi antigen
intraseluler
Antigen peptida

MAKROPAG SEL T HELPER SEL T SITOTOKSIK

Eliminasi sel yang mengandung


SEL NATURAL KILLER
antigen intraseluler

Gambar 6-4. Proses pengenalan sampai eliminasi antigen intraseluler.. Sel dendritik mempagositosis dan
menghancurkan mikroba ekstraseluler untuk memunculkan antigen peptida guna diperkenalkan kepada sel T
helper dan sel T sitoltoksik (cross presentation) . Sel T helper memberikan help factors kepada sel T sitolitik dan
makropag , Makropag saling membantu sitokin dengan sel Natural Killer dan sel T helper. Makropag, sel T sitolitik
dan sel Natural Killer aktif membunuh sel yang mengandung antigen intraseluler.
THYMUS INDEPENDENT-ANTIGEN (TI-ANTIGEN)
TI-1 ANTIGEN (B-CELL MITOGEN)......LPS
kadar rendah..........memicu respon imun spesifik
kadar tinggi.....B-cell mitogen
TI-2 ANTIGEN
karbohidrat di permukaan kuman
memicu respon imun spesifik
diresponi oleh sel B zona marginal dan sel B-B1
antibodi mengopsonisasi patogen untuk fagositosis
.....imunita seluler
THYMUS-DEPENDENT ANTIGEN (TD-ANTIGEN)
Sel B hanya bisa menjadi sel B efektor menghasilkan
antibodi kalau ada help factor dari sel T
Ikatan Peptida-MHC II
Pagolisosom
Pagositosis presentasi Peptida-MHC II
(endositosis)
Presentation
kostimulator
TCR

Patogen CD4
ekstraselule
r MHC-II
SEL T HELPER
Peptida-peptida (NAIF)
asal patogen APC Retikulum endoplamik

Gambar 6-5. Pemerosesan patogen jalur endosiitik dan presentasi peptida dengan
MHC II. Patogen ekstraseluler dipagositosis oleh APC lalu dihancurkan dengan enzim
lisozim dalam pagolisosom untuk memisahkan peptida-peptida dari patogen. Peptida
selanjutnya beriikatan dengan MHC-II yang datang di pagolisosom dari retikulum
endoplasmik. Kompleks peptida MHC II kemudian dipresentasikan di permukaan APC
agar dapat dikenal oleh sel T helper yang memiliki TCR spesifik untuk peptida
bersangkutan.
Peptida-peptida
Pagolisosom asal patogen
Pagositosis presentasi Peptida-MHC I
(endositosis)
Presentation
kostimulator
TCR

Patogen CD8
ekstraselule
r
SEL T SITOTOKSIK
Retikulum endoplamik
Ikatan Peptida-MHC I (NAIF)
MHC-I
APC
Gambar 6-6. Pemerosesan patogen jalur endositik dan sitosilik dan presentasi peptida dengan MHC I. Patogen ekstraseluler
dipagositosis oleh APC lalu dihancurkan dengan enzim lisozim dalam pagolisosom untuk memisahkan peptida-peptida dari patogen.
Peptida-peptida berdiffusi masuk sitosol untuk ditransfer masuk retikulum endoplasmik. Peptida selanjutnya beriikatan dengan
MHC-I yang sudah ada dalam retikulum endoplasmik . Kompleks peptida-MHC I kemudian dipresentasikan di permukaan APC agar
dapat dikenal oleh sel T sitotoksik yang memiliki TCR spesifik untuk peptida bersangkutan. Presentasi ini bertujuan untuk
mengaktifkan sel T sitotoksik naif menjadi sel T sitotoksik effektor.
Ikatan Peptida-MHC I
Patogen intraseluler
Presentasi Peptida-MHC I
Peptida asing kostimulator
dalam sitosol
TCR
CD8

Endoplasmic Reticulum SEL T SITOTOKSIK


MHC-I SEL TERINFEKSI (EFFEKTOR)
Gambar 6-7) Pemerosesan patogen intraseluler jalur sitosolik dan presentasi peptida dengan MHC I. Patogen intraseluler
dihancurkan dengan enzim proteosom dalam sitotol untuk memisahkan peptida-peptida dari patogen. Peptida -peptida selanjutnya
ditransfer masuk retikum endopasmik untuk beriikatan dengan MHC-I yang sudah ada dalam retikulum endoplasmik. Kompleks
peptida-MHC I dipresentasikan di permukaan sel terinfeksi agar dapat dikenal oleh sel T sitotoksik yang memiliki TCR spesifik untuk
peptida bersangkutan. Presentasi ini bertujuan agar sel T sitoksik effektor mengenal sel terinfeksi atau sel mengandung antigen
intraselouler untuk dieliminasi
APC Sel T Helper naif
MHC II TCR
Gambar 6-8. Mekanisme superantigen
menyebabkann syok. Pada keracunan
makanan oleh stapilokokus aureus, toksin
stapilokokus aureus berperan sebagai
superantigen yang mengikat MHC II dan
rantai TCR yang memicu aktifasi sel T
Superantigen helper. Karena ikatan antara superantigen
(toksin dari stafilokokus aureus) dengan TCR tidak spesifik sehingga aktifasi sel
T helper tidak efektif mengeliminasi
Sel T Helper efektor stapilokokus aureus. Ikatan superantigen
(5-20%) dengan TCR ini bisa mengaktifkan banyak sel
T helper (5-20%) sehingga produksi sitokin
menjadi berlebihan dan memicu terjadinya
Produksi sitokin syok.
yang banyak

SYOK
TI antigen pada mikroba
PRODUKSI ANTIBODI

ELIMINASI ANTIGEN
SEL B NAIF SEL B EFEKTOR
BCR (IgM dan IgD)

Gambar 6-9. TI-antigen memicu aktifasi sel B. Sel B naif yang telah menangkap antigen
makromolekul (mikroba) dengan menggunakan reseptor sel B (IgM dan IgD) akan l terpicu menjadi
sel B efektor yang akan menghasilkan antibodi untuk eliminasi antigen tanpa help factors dari sel T
helper.
mikroba Antigen peptida TD-antigen
fagolisosom CD40 CD40L

MHC II TCR
SEL B NAIF SEL B NAIF SEL T HELPER EFEKTOR

BCR (IgM dan IgD)


HELP FACTORS

PRODUKSI ANTIBODI

ELIMINASI ANTIGEN

SEL B EFEKTOR
Gambar 6-10. TD-antigen memicu aktifasi sel B. Sel B yang telah menangkap antigen makromolekul (mikroba)
melakukan internalisasi antigen ke dalam pagolisosom untuk diproses menjadi peptida. Selanjutnya sel B
berperan sebagai APC, mempresentasikan peptida itu menggunakan MHC kelas II kepada sel T helper efektor yang
telah diaktifkan juga oleh peptida yang sama (dipresentasikan oleh sel dendritik). Melalui kontak langsung dengan
sel T helper efektor , sel B naif mendapatkan signal aktifasi (help factors) dari sel T helper efektor yang akan
mengaktifkan selB naif menjadi sel B effektor menghasilkan antibodi untuk eliminasi antigen. Help factors bisa
berupa signal aktifasi lewat molekul CD40 dan ligan CD40 serta sitokin misalnya inteleukin 2.
fagolisosom fagolisosom
Peptida A Peptida A Peptida B Peptida B
CD40 CD40L CD40 CD40L

MHC II TCR MHC II TCR


SEL DENDRITIK SEL T HELPER NAIF SEL DENDRITIK SEL T HELPER NAIF
Peptida B
fagolisosom Peptida A
Peptida A Peptida A fagolisosom
Peptida B Peptida B
CD40 CD40L
CD40 CD40L

BCR MHC II TCR


BCR MHC II TCR
hapten SEL B EFEKTOR SEL T HELPER EFEKTOR
(untuk peptida A) hapten SEL B EFEKTOR SEL T HELPER EFEKTOR
(Untuk peptida B)

HELP FACTORS
HELP FACTORS
SINTESA ANTIBODI TERHADAP HAPTEN
Gambar 6-11. Mekanisme hapten menjadi imunogenik. Konyugasi hapten-protein carrier
(conformational determinant) diikat oleh BCR lalu diendositosis dan selanjutnya terjadi denaturasi
enzimatik dalm endosom untuk memisahkan sejumlah peptida dari protein carrier yang pada gambar ini
diumpamakan peptida A dan peptida B. Peptida (linear determinant) dipresentasikan kepada sel T helper
efektor yang spesifik terhadap peptida yang sama karena telah diaktipkan oleh sel dendritik
menggunakan peptida yang sama. Dalam gambar ini sel B yang mempresentasikan peptida A akan
berkontak dengan sel T helper yang memiliki TCR spesifik terhadap peptida A (panel kiri) demikian juga
halnya dengan peptida B (panel kanan). Sel B yang menerima help factors dari sel T helper efektor melalui
presentasi peptida A dan peptida B menjadi sel B efektor yang menghasilkan antibodi terhadap hapten
karena epitop yang memicunya adalah hapten (panel kiri dan kanan).

Anda mungkin juga menyukai