PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
FIKHRI ABDILLAH
No. BP. 19011153
Dosen Pembimbing:
1. Anzharni Fajrina, M. Si
STIFARM
PADANG
2022
I. PENDAHULUAN
sel-sel jaringan tubuh yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti, tetapi dapat
paparan asap rokok, paparan sinar ultraviolet pada kulit, obesitas, diet tidak sehat,
kurang aktifitas fisik, serta infeksi yang berhubungan dengan kanker (Ariani, 2015).
Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang sangat menakutkan bagi
perempuan di seluruh dunia karena menempati peringkat kedua untuk jenis kanker
kanker serviks (99%) terkait dengan infeksi HPV (Human Papillomavirus) dimana
virus yang sangat umum ditularkan melalui kontak seksual. Kanker serviks
merupakan kanker keempat yang paling umum pada wanita. Pada tahun 2018,
sekitar 311.000 wanita meninggal akibat penyakit tersebut. Data dari GLOBOCAN
pada urutan ke-8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke-23. Angka kejadian
kanker leher rahim/serviks di Indonesia sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan
atau kanker leher rahim. Alasan pemilihan sel ini di karenakan kanker serviks
merupakan salah satu kanker yang paling mematikan bagi wanita (Goodwin &
DiMaio, 2000)
seperti rambut rontok, supresi sumsum tulang, resistensi obat, lesi gastrointestinal,
disfungsi neurologi, dan toksisitas jantung (Hosseini & Ghorbani, 2015). Oleh
karena itu pencarian bahan alam sebagai alternatif pengobatan kanker sangat gencar
dilakukan.
tanaman herbal yang tumbuh tiap tahunnya dan dibudidayakan di dataran tinggi
Senyawa aktif minyak ketumbar adalah linalool (60-70%), geraniol (1,6- 2,6%),
sabun mandi, bahan dasar lilin, sabun cuci, sintesis vitamin E, dan pestisida maupun
serviks adeno karsinoma sel HeLa, sel melarioma manusia FemX, sel mylogenous
leukemia K562 kronis, dan sel ovarium manusia (Zarlaha et al., 2014).
biji ketumbar dengan presentase sebanyak 68%. Minyak atsiri merupakan senyawa
yang mudah menguap, alami, kompleks yang ditandai dengan bau yang kuat dan
dibentuk oleh tanaman aromatik sebagai metabolit sekunder. Minyak atsiri juga
merupukan campuran alami yang sangat kompleks yang dapat mengandung sekitar
20-60 komponen pada konsentrasi yang sangat berbeda. Mereka dicirikan oleh dua
atau tiga komponen utama pada konsentrasi yang cukup tinggi (20-70%)
dibandingkan dengan komponen lain yang ada dalam jumlah kecil (Bakkali et al.,
2008).
Dari penelitian sebelumnya nilai LC50 dari ekstrak etanol buah ketumbar
terhadap larva Arthemia salina Leach atau uji BSLT yaitu 40,548 µg/mL
(Tianandari et al., 2017). Dari kombinasi minyak atsiri biji ketumbar dan cumin
(1:1) didapatkan nilai LC50 dengan uji BSLT yaitu 4945,35 µg/mL (Bag &
Chattopadhyay, 2015). Pada uji MTT minyak atsiri ketumbar terhadap sel HaCaT
(sel keratinosit) dan sel CoN (sel epitelial) didapatkan nilai IC50 15,70 µg/mL dan
9,75 µg/mL (Ribeiro et al., 2020). Dari penilitian Yasmin et al., (2014), didapatkan
letalitas minyak atsiri dari ketumbar di evaluasi dengan BSLT dan menunjukkan
sitotoksisitas tinggi dengan nilai LC50 yaitu 3,88 µg/mL. Nilai LC50 dari ekstrak air
dan ekstrak etanol biji ketumbar terhadap sel MCF-7 yaitu 78 µg/mL dan 50 µg/mL
aktivitas sitotoksik minyak atsiri biji dengan metode Microtetrazolium Test (MTT)
(MTT)?
2. Berapa besar nilai LC50 dari minyak atsiri ketumbar (Coriandrum sativum
(MTT)?
(MTT).
1.1 Tinjauan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Coriandrum
2.1.2 Sinonim
Nama asing: Coriander (Inggris), kuzbara (Arab), yuan sui (Cina), coriander
cabang dan sub unit. Daun barunya berbentuk oval dan daun yang lainnya
berbentuk bulat. Buah berbentuk mericarps biasanya disatukan oleh margin yang
kuning atau coklat, gundul, terkadang dimahkotai oleh sisa-sisa sepals, memiliki
bau aromatik. Ketumbar memiliki rasa yang berkarakteristik dan pedas. (British
pharmacopoeia, 2009).
(a) (b)
Gambar 1: (a) Tanaman ketumbar, (b) biji ketumbar (Bermawie et al., 2020)
Tabel 1. Karakter morfologi ketumbar berdasarkan daerah
terpinolen, αthujen); monoterpen oksida dan karbonil (camphor, 1,8- cineol, linalol
mg), kalium (1267-4466 mg), sodium (35-211 mg), dan seng (4,70-4,72 mg), serta
vitamin C (566 mg), thiamin (0,239-1,252 mg), riboflavin (0,290-1,500 mg), niasin
(2,130-10,707 mg), vitamin B (0-120 μg), dan vitamin A (0-5859 IU) (Al-Snafi,
2016).
mual, mulas waktu haid, pelancar ASI dan pencernaan, serta obat sakit perut. Daun
ketumbar juga dapat digunakan untuk obat batuk, demam dan campak (Dirjen
POM, 1983).
antiimplantasi (infertilitas) (Al-Snafi, 2016). Ekstrak hexane, methanol dan air biji
µg/ml), sedangkan ekstraks air (IC50 = 350 μg/ml) dan heksan (IC50 = 250 μg/ml)
menghambat virus HSV-1 (Fayyad et al., 2017), minyak atsiri ketumbar terhadap
sel HaCaT dan sel CoN menunjukan aktivitas sitotoksik karena didapatkan nilai
IC50 15,70 µg/mL dan 9,75 µg/mL (Ribeiro et al., 2020). Penelitian lain
menunjukkan bahwa terdapat efek sitotoksik pada linalool yang terkandung dalam
biji ketumbar terhadap sel kanker prostat dimana hal ini berkaitan dengan induksi
2016).
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil sisa proses metabolisme dalam
tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan
adanya air. Minyak tersebut di sintesis dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman
dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari
pohon pinus. Minyak atsiri selain dihasilkan oleh tanaman dapat juga terbentuk dari
hasil degradasi trigliserida oleh enzim atau dapat dibuat secara sintesis (Ketaren,
1985).
yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta beberapa
persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S).
umumnya komponen kimia dari dalam minyak atsiri terdiri dari campuran hidrogen
dan turunannya yang mengandung Oksigen yang disebut dengan Terpen atau
rangka Karbon yang terdiri dari 2 atau lebih satuan isopren. Klasifikasi dari terpen
di dasarkan atas jumlah satuan isopren yang terdapat dalam molekulnya yaitu:
dalam minyak atsiri merupakan rantai terbuka (terpen alifatis) dan rantai melingkar
(terpen siklis).
sekitar 9-12 macam atau jenis minyak atsiri di suplai dari Indonesia.Oleh sebab itu,
Indonesia termasuk negara produsen besar yang cukup diandalkan dan menjadi
disebabkan faktor dan kondisi iklim serta jenis dan tingkat kesuburan tanah yang
dimiliki Indonesia, yang sesuai dengan syarat tumbuh dari tanaman nilam
(patchouli), akar wangi (vetyver), kenanga (cananga), kayu putih (cajeput), serta
melati (yasmin). Dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri tersebut,
didapat hasil berupa minyak nilam (patcauli oil), minyak sereh wangi (citronella),
akar wangi (vetyver), kenanga (cananga), kayu putih (cajeput), serta minyak melati
(yasmin).
2.3 Distilasi
Menurut Winkle (1967), distilasi adalah suatu proses pemisahan dua atau
lebih komponen dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan titik didih dengan
a. Komposisi uap harus berbeda dengan komposisi cairan yang berada dalam
keseimbangan.
b. Kedua komponen dalam titik didih ini mempunyai titik didih yang berbeda
atau antarfase uap dengan fase cairan yang saling mengadakan kontak. Oleh karena
itu, kesempatan kontak antara kedua fase tersebut harus terjadi, sehingga distribusi
komposisi kedua fase sempurna dan akan mendapatkan effisiensi pemisahan yang
tinggi.
Prinsip kerja dari distilasi secara garis besar adalah dengan cara
yang dihasilkan reboiler. Setelah tercapai titik didihnya, maka akan terbentuk uap
yang naik ke atas kolom distilasi, dan keluar melalui lubang keluaran uap. Uap yang
dihasilkan lalu didinnginkan pada kondensor. Bahan yang berada di bawah kolom
distilasi dipanaskan ulang oleh reboiler sehingga bisa terbentuk fase uap. Bahan
yang tidak teruapkan dikeluarkan melalui lubang hasil bawah kolom distilasi
sebagai waste.
massa. Oleh karena itu, dalam perencanaan peralatan distilasi diperlukan suatu
suatu bidang kontak yang luas sehingga distribusi perpindahan massa kedua fase
lebih sempurna dan lebih efisien sehingga didapatkan hasil yang maksimum. Dalam
Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air
mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna
tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Air dipanaskan dengan
metode pemanasan yang biasa dilakukan, yaitu dengan panas langsung, mantel uap,
pipa uap melingkar tertutup, atau dengan memakai pipa uap melingkar terbuka atau
berlubang. Ciri khas dari metode ini ialah kontak langsung antara bahan dengan air
mendidih. Beberapa jenis bahan (misalnya bubuk buah badam, bunga mawar, dan
orange blossoms) harus disuling dengan metode ini, karena bahan harus tercelup
dan bergerak bebas dalam air mendidih. Jika disuling dengan metode uap langsung,
bahan ini akan merekat dan membentuk gumpalan besar yang kompak, sehingga
Pada metode penyulingan ini, bahan olah diletakkan di atas rak-rak atau
saringan berlubang. Ketel suling diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak
jauh dari bawah saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan
uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas dari metode ini adalah: 1.
Uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas. 2. Bahan yang
disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Guenther,
1987).
Metode ketiga disebut penyulingan uap, atau penyulingan uap langsung dan
prinsipnya sama dengan yang telah dibicarakan diatas, kecuali air tidak diisikan
dalam ketel. Uap yang digunakan adalah uap jenuh atau uap kelewat panas pada
tekanan lebih dari 1 atmosfer. Uap dialirkan melalui pipa uap melingkar yang
berpori yang terletak dibawah bahan, dan uap bergerak keatas melalui bahan yang
Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang mendasar dari ketiga proses
bahkan kadang-kadang perbedaan ini sangat berarti, karena tergantung pada metode
Teknik GC pertama kali diperkenalkan oleh James dan Martin pada tahun
1952 (Sparkman et al., 2011). GC merupakan salah satu teknik kromatografi yang
Kriteria menguap adalah dapat menguap pada kondisi vakum tinggi dan tekanan
kromatografi gas adalah penyebaran cuplikan pada fase diam sedangkan gas
sebagai fase gerak mengelusi fase diam. Cara kerja dari GC adalah suatu fase gerak
yang berbentuk gas mengalir di bawah tekanan melewati pipa yang dipanaskan dan
disalut dengan fase diam cair atau dikemas dengan fase diam cair yang disalut pada
suatu penyangga padat. Analit tersebut dimuatkan ke bagian atas kolom melalui
suatu portal injeksi yang dipanaskan. Suhu oven dijaga atau diprogram agar
meningkat secara bertahap. Ketika sudah berada dalam kolom, terjadi proses
pemisahan antar komponen. Pemisahan ini akan bergantung pada lamanya waktu
(MS).
bobot molekul dan penentuan rumus molekul. Prinsip dari MS adalah pengionan
molekul dan mengukur rasio massa/muatan. Molekul yang telah terionisasi akibat
kecepatan tinggi. Medan magnet atau medan listrik akan membelokkan ion tersebut
agar dapat menentukan bobot molekulnya dan bobot molekul semua fragmen yang
terinduksi atau arus yang dihasilkan ketika ion dilewatkan atau mengenai
permukaan, scanning massa dan menghitung ion sebagai mass to charge ratio
2.5 Kanker
Kanker adalah penyakit yang di sebabkan oleh pertumbuhan sel sel jaringan
tubuh yang tidak normal, berkembang dengan cepat tidak terkendali dan terus
membelah diri (Indah, 2010), sedangkan menurut lubis (2009), kanker adalah
penyakit yang dapat menyerang dan muncul akibat pertumbuhan tidak normal
merupakan suatu kondisi pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi ganas. Sel-sel tersebut dapat tumbuh lebih lanjut serta
sebagai berikut.
1. Karsinoma
Karsinoma adalah kanker yang muncul dari sel sel epitel (lapisan sel yang
membantu melindungi organ). karsinoma dapat juga menyerang jaringan dan organ
di sekitarnya dan metastasis ke kelenjar getah bening dan area lain dari tubu, secara
umum bentuk kanker pada kelompok ini adalah kanker payudara, prostat, paru -
2. Sarkoma
Jenis tumor sarcoma ini adalah tumor ganas tulang atau jaringan lunak
(lemak, otot, darah pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat lainya dan mengelilingi
dan osteosarcoma.
3. Limfoma
Jenis tumor limfoma termasuk jenis kanker yang berasal dari jaringan yang
membentuk darah, misaknya jaringan limfe, lacteal, limfa, berbagai kelenjar imfe,
4. Glioma
Kanker susunan saraf, misalnya sel sel glia (jaringan panjang) di susun oleh
saraf pusat.
5. Leukemia
Kanker leukemia merupakan jenis kanker yang tidak mebentuk masa tumor,
tetapi memenuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel darah normal.
6. Karsinoma in situ
terbanyak yang terjadi pada wanita diseluruh dunia dan kanker yang paling sering
epitel serviks yang tidak terkontrol (Mirayashi, 2013). Menurut Setiawati (2014)
kanker serviks 99,7% disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) onkogenik
yang menyerang rahim. Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim (serviks), yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada
serviks atau yang dikenal juga dengan sebutan kanker leher rahim merupakan
kanker ganas yang tumbuh dileher rahim yang disebabkan oleh Human Papiloma
Virus.
2.6 Sel HeLa
Sel HeLa merupakan sel epitel manusia yang berasal dari kanker serviks atau
kanker leher rahim yang diberi nama sesuai dengan nama pasien penyakit kanker
serviks yang sel kankernya diambil, yaitu Henrietta Lacks (Hadisaputri &
Abdullah, 2018). Sel HeLa adalah sel kanker leher rahim akibat infeksi Human
Papilloma Virus (HPV 18) sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan sel
Sel HeLa dapat tumbuh dengan cepat dalam media kultur. Media yang
digunakan adalah media RPMI 1640-serum yang mengandung nutrisi seperti asam
amino, vitamin, gara-garam anorganik dan glukosa yang cukup untuk pertumbuhan
sel. Sel HeLa telah mengalami transformasi yang disebabkan oleh infeksi human
papilloma virus 18 dan berbeda dengan sel leher rahim yang normal (Cancer
diperbanyak dengan kultur sel dan banyak digunakan dalam penelitian. Teknik
kultur sel dengan menggunakan galur sel ini terus berkembang sehingga telah
banyak jenis galur sel lainnya yang diambil dan digunakan untuk pengujian in vitro
Sel HeLa adalah sel kanker leher rahim akibat infeksi Human
Papillomavirus (HPV 18) sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan sel leher
rahim normal. Sel kanker leher rahim yang diinfeksi HPV diketahui
menyebabkan sifat imortal pada kultur primer keratinosit manusia, namun sel yang
imortal ini tidak bersifat tumorigenik hingga suatu proses genetik terjadi. Jadi, viral
onkogen tersebut tidak secara langsung menginduksi pembentukan tumor, tetapi
2.7 Sitotoksik
Senyawa sitotoksik merupakan senyawa atau zat yang dapat merusak sel
normal dan sel kanker serta dimanfaatkan untuk menghambat perkembangan sel
tumor ganas (Purwanto, et al., 2015). Uji sitotoksik merupakan uji pendahuluan
dengan menggunakan sel kultur secara in vitro yang selanjutnya dapat digunakan
untuk menentukan kadar pada uji antiproliferatif (Putri & Haryoto, 2018). Uji
sitotoksik saat ini juga digunakan dalam penelitian di bidang onkologi untuk
pengembangan obat. Kelebihan dari uji sitotoksik in vitro ini yaitu cepat, murah,
metode yang menguji bahan bahan yang bersifat sitotoksik. Metode BSLT dapat di
percaya untuk menguji aktivitas sitotoksik dari suatu bahan (Mayer & Gustafson,
2008).
2.7.2.1 Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Brine Shrimp lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk penapisan awal senyawa senyawa yang diduga berkhasiat sebagai
mengandung senyawa anti kanker. Ekstrak bersifat toksik bila LC50 <1000 mg/ml,
sedangkan untuk senyawa murni aktif bila nilai LC50 <200 mg/ml (Mayer &
Gusrafon, 1982).
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode skrining
untuk mengetahui ketoksikan suatu ekstrak ataupun senyawa bahan alam, Uji
toksisitas ini dapat diketahui dari jumlah kematian larva Artemia salina Leach.
karena pengaruh ekstrak atau senyawa bahan alam pada konsentrasi yang diberikan
(McLaughlin, 1998).
memerlukan hewan percobaan serta menunjukan korelai yang sangat baik dengan
blue) dan metode MTT. Uji MTT assay merupakan salah satu metode yang
digunakan dalam uji sitotoksik. Metode ini merupakan metode kolorimetrik dimana
pereaksi MTT ini merupakan garam tetrazolium yang dapat dipecah menjadi kristal
formazan oleh sistem suksinat tetrazolium reduktase yang terdapat dalam jalur
respirasi sel pada mitokondria yang aktif pada sel yang masih hidup. Kristal
formazan ini memberi warna ungu yang dapat dibaca absorbansinya dengan
sitotoksik dengan menggunakan sel limfoma tikus, metode ini merupakan metode
penelitian yang menggunakan metode BSLT. Metode ini dapat digunakan untuk
skrinng awal senyawa senyawa yang di duga berkhasiat anti kanker (Mayer &
Gustafon, 2003).
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini akan di lakukan pada bulan Desember 2022 sampai Februari
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat destilasi lengkap,
oven, blue tips, yellow tips, autoklaf, mixer plat micro, incubator CO2, senterifus,
filter 0,22 µm, flask culture 25 𝑐𝑚3 , 96 well plat, eppendrof tube 1,5 mL,
haemacytometer, syringe filter 5 mL, bio safety cabinet (BCS), reader plat micro,
seperangkat alat GC-MS Shimadzu QP 2010 Ultra, conical tube, beaker glass
3.2.2 Bahan
(Dulbecco's Modified Eagle Medium), Trypsin EDTA 0,25%, Tryphan Blue Stain
Streptomisin (PenStrep), stp solution SDS (Sodium Dodesil Sulfat 10% dalam 0,1
(Calbiochem, USA) , aquades (H2O), dietil eter (C4H10O) p.a (Mallinckrodt), etanol
Barat.
segar kemudian dicuci bersih dengan air mengalir lalu ditiriskan. Kemudian
dilakukan pegeringan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari langsung untuk
mengurangi kadar air. Biji ketumbar yang telah disiapkan kemudian dihaluskan
menggunakan blender.
3.4.2 Isolasi Minyak Atsiri Dari Biji Ketumbar (Coriandrum Sativum Linn.)
Kemudian ditambahkan air pada ketel tempat air. Alat distilasi uap dipasang yang
telah dilengkapai kondensor dan dipanaskan ketel tempat air tersebut sampai
mendidih selama ± 6 jam. Distilasi dihentikan bila tidak ada lagi butir-butir minyak
yang menetes bersama air atau volume minyak tidak bertambah. Minyak atsiri yang
dihasilkan ditampung ke dalam corong pisah dan dipisahkan antara minyak dengan
air. Kemudian tentukan rendemen minyak atsiri biji ketumbar (Coriandrum sativum
dikeringkan dengan arus udara kering, bagian luar di lap dengan tisu atau dengan
kemudian piknometer di isi dengan air suling hingga penuh lalu celupkan ke dalam
penangas air pada suhu 25 ºC (hindari gelembung udara) piknometer diambil dari
dengan arus udara kering. Piknometer di isi dengan minyak atsiri hingga penuh
pada suhu 25 ºC ± 0,2 ºC dan dibiarkan selama 30 menit. Diambil dari penangas,
kemudian dibersihkan dengan tisu sampai kering dan timbang (Depertemen
𝑚2 − 𝑚
𝐵𝑗 =
𝑚1 − 𝑚
Keterangan:
Air dialirkan melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana
pembacaan akan dilakukan. Suhu tidak boleh lebih dari ± 25 ºC dari suhu referensi
dan harus dipertahankan dengan toleransi ± 0,2 ºC. Sebelum minyak atsiri dialirkan
di dalam alat minyak harus berada pada suhu yang sama dengan suhu pengukuran
yang akan dilakukan, pembacaan hanya boleh dilakukan bila suhunya stabil
Keterangan:
golongan senyawa yang terkandung pada minyak atsiri biji ketumbar dilakukan
kolom DB-17MS, suhu oven kolom 70ºC dan suhu injeksi 250ºC.
3.7.1 Sterilisasi
yang tidak tahan terhadap panas seperti pipet tetes, media, blue tips, yellow tips
yang tahan terhadap pemanasan dapat disterilkan menggunakan oven pada suhu
Sel dipanen apabila jumlah sel 80% konfluen. Pemanenan sel dilakukan
dengan membuang media dengan menggunakan pipet pasteur steril. Sel kemudian
mikroskop dan apabila terdapat sel yang menggerombol maka dilakukan resuspensi
kembali. Sel yang terlepas satu-persatu lalu dipindahkan kedalam conical tube steril
dengan LC50 3,88 µg/mL sehinga diperoleh konsentrasi 4; 8; 12; 16; 20 µg/mL dan
dipindahkan kedalam microplate 96 untuk diujikan pada sel (Musfiroh et al., 2020).
plat mikro sel yang telah diinkubasi selama dua hari sebelumnya, kemudian
dikocok dengan mixer plat micro selama ± 2 menit, disimpan kembali dalam
inkubator CO2 selama 4 jam kemudian ditambahkan stp solution SDS (Sodium
Dodesil Sulfat 10% dalam 0,1 N HCl) dan dikocok dengan lembut. Kemudian
disimpan kembali dalam inkubator CO2 selama 24 jam. Pengukuran optical density
dilakukan dengan Reader Plat Micro pada panjang gelombang 595 nm. Kemudian
viabilitas sel hidup terhadap log konsentrasi minyak atsiri biji ketumbar
(Coriandrum sativum Linn.). Persentase sel yang hidup dapat dihitung berdasarkan
𝐴𝑇 − 𝐴𝑀
% 𝑣𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙 = × 100%
𝐴𝐾 − 𝐴𝑀
Keterangan :
Hargono, Y., Yudi, C., & Nugroho, H. (2016). Sitotoksisitas Fraksi Piper
Porphyrophyllum terhadap Sel Kanker T47D Cytotoxic Activity of Piper
Porphyrophyllum Fraction against T47D Cancer Cell. 02(2), 1–50.
Hartati, N. N., Runiari, N. & Parwati, A. A. K. (2014). Motivasi Wanita Subur
Untuk Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat, Poltekkes
Denpasar. Tersedia di: http://poltekkes-denpasar.ac.id/files/Jurnal
Hosseini A., & Ghorbani A., (2015). Cancer Therapy with Phytochemicals:
Evidence from Clinical Studies. Avicenna J Phytomed. 5 (2): 84-97.
Mandal, S., & Mandal, M. (2015). Coriander (Coriandrum sativum L.) essential
oil: Chemistry and biological activity. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine, 5(6), 421–428.
Mayer, A. M. S., & Gustafson, K. R., (2008). Antitumor and Cytotoxic Compounds.
Eur J Cancer. 40(18):2357–87.
McLaughlin, J. L. and Rogers, L. L. (1998). The Use of Biological Assays to
Evaluate Botanicals. Drug Information Journal, 32, 513-524.
Megawati, R. F., Da’i, M., & Munawaroh, R. (2010). Quality Analysis of Clove
Bud Essential Oils (Syzygium Aromaticum L.) (Meer. & Perry) From
Maluku, Sumatera, Sulawesi and Java with Metabolomic Based On GC-MS
Method. In PHARMACON (Vol. 11, Issue 2).
Mirayashi, D. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker
Serviks dan Keikutsertaan Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat
di Puskesmas Alianyang Pontianak. 214 (21). 1–18.
Musfiroh, I., Azura, A. R., & Rahayu, D. (2020). Prediction of Asiatic Acid
Derivatives Affinity Against SARS-CoV-2 Main Protease Using Molecular
Docking. Pharmaceutical Sciences and Research. 7(4), 57–64.
Mustafa, R. A. et al. (2016). Systematic Reviews and Meta-Analyses of The
Accuracy of HPV Tests, Visual Inspection with Acetic Acid, Cytology, and
Colposcopy. International Journal of Gynecology and Obstetrics. 132(3).
259 – 265.
Nussbaumer, S., Bonnabry, P., Veuthey, J. L., & Fleury-Souverain, S. (2011).
Analysis of Anticancer Drugs: A review. In Talanta (Vol. 85, Issue 5, pp.
2265–2289). Elsevier B.V.
Pamilih, Heru. (2009). Uji Sitotoksik Ekstrak Etil Asetat Herba Bandotan
(Ageratum conyzoides L.) terhadap Sel Kanker Payudara (T47D) dan Profil
Kromatografi Lapis Tipis. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Purwanto, N., Rismawati, E., dan Sadiyah, E. R. (2015). Uji Sitotoksik ekstrak biji
salak (Salacca zalacca (Gaert) Voss dengan menggunakan metode Brine
Shrimp lethality test (BSLT). Prosiding Penelitian Spesia Unisiba Prodi
Farmasi FMIPA. 616–622.
Putri, E. N. A., & Haryoto (2018). Aktivitas Antikanker Ekstrak Etanol Umbi
Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.) terhadap Sel Kanker
Payudara T47D. The 7th University Research Colloqium. 192-203.
Ribeiro, S. O., Fontaine, V., Mathieu, V., Zhiri, A., Baudoux, D., Stévigny, C., &
Souard, F. (2020). Antibacterial and cytotoxic activities of ten commercially
available essential oils. Antibiotics, 9(10), 1–17.
Ridayani, M. S. (2016). Analisis Implementasi Program Deteksi Dini Kanker
Servik dengan Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Puskesmas
Kota Semarang Tahun 2015. Skripsi. Semarang.
Setiawati, D. (2014). Human Papilloma Virus dan Kanker Serviks. Al-Sihah :
Public Health Science. 1(2). 450–459.
Sparkman, O. D., Penton, Z., Fulton, G. (2011). Gas Chromatography and Mass
Spectrometry: a practical guide. Elsevier: Acedemic Press.
Swetha M, & Krithika N. (2018). In Vitro Cytotoxicity and Cell Viability Assay of
Coriandrum sativum L. Seed Powder Extracts. World Journal of
Pharmaceutical Research, 7, 317.
Tianandari, F., Studi D-III Farmasi, P., Farmasi Banda Aceh, J., & Banda Aceh, K.
(2017). Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol Buah Ketumbar (Coriandrum sativum
Linn.) Terhadap Artemia Salina Leach dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT). Jurnal Action (Vol. 2, Issue 2).
Winkle, M.V. (1967). Distillation. New York: Mc Graw Hill International Editions.
Yasmin, H., Abushama, M. F., Abdalgadir, H., Khalid, A., Khalid, H., & Professor,
K. H. (2014). Essential Oils of Common Spices Traditionally Used in
Sudan as Potential Antioxidants Citation. In The Journal of Ethnobiology
and Traditional Medicine. Photon (Vol. 122).
Biji ketumbar 5 kg
Ampas
Destilasi (fase air + fase minyak)
Dipisahkan
dengan
corong pisah
Fase minyak
Fase minyak
(Minyak atsiri)
Minyak atsiri