Anda di halaman 1dari 4

A.

Ketumbar (Coriandrum sativum)


a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Apiles
Famili : Apiaceae
Genus : Coriandrum
Ketumbar
Spesies : Coriandrum sativum (Coriandrum sativum)
(Mahendra & Bisht, 2011)
b. Morfologi Tumbuhan
Tanaman Ketumbar memiliki daun herbal kecil yang memiliki banyak
cabang dan sub unit. Daun barunya berbentuk oval dan daun yang lainnya
memanjang. Bunga berwarna putih, memiliki buah yang bergerombol dan
berbentuk bulat. Buah berbentuk mericarps biasanya disatukan oleh
margin yang membentuk sebuah cremocarp dengan diameter sekitar 2 - 4
mm, warna kecoklatan, kuning atau coklat, gundul, terkadang dimahkotai
oleh sisa-sisa sepals, memiliki bau aromatik. Ketumbar memiliki rasa yang
berkarakteristik dan pedas. (British pharmacopoeia, 2004). Tanaman
ketumbar memiliki daun yang berukuran kecil, memiliki banyak cabang,
dan sub unit. Daun mudanya berbentuk oval dan daun yang lebih tua lebih
memanjang. Bunga yang berwarna putih, memiliki buah yang
bergerombol dan berbentuk bulat. Buah yang berbentuk mericarps
umumnya disatukan oleh margin yang membentuk sebuah cremocarp
dengan ukuran diameter sekitar 2-4 mm, berwarna kuning, coklat atau
kuning-kecoklatan, dengan bau aromatik. Ketumbar memiliki rasa yang
berkarakteristik dan cenderung pedas (Shivanand, 2010). Tanaman
ketumbar berupa semak semusim, dengan tinggi sekitar satu meter.
Buahnya berbentuk bulat, waktu masih muda berwarna hijau, dan setelah
tua berwarna kuning kecokelatan. Berdasarkan ukuran buahnya, ketumbar
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Coriandrum sativum var sativum (ukuran
buahnya besar), Coriandrum sativum var microcarpum (ukuran buahnya
kecil), dan Coriandrum sativum var indicum (buahnya berbentuk lonjong)
(Wallis, 2005). Berdasarkan diameter bijinya, ketumbar dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu Coriandrum sativum var vulgare (diameter bijinya
3-6 mm) dan Coriandrum sativum var microcarpum (diameter bijinya 1,5-
3 mm) (Sokovic et al., 2012).
De Guzman and Siemonsma (1999), membedakannya ke dalam tiga
kelompok, yaitu C. sativum var. Sativum dengan ukuran buah besar, C.
sativum var. Micocarpum yang berukuran buah kecil, dan C. sativum var.
Indicum yang mempunyai bentuk buah lonjong. Berdasarkan ekogeografi,
terdapat sembilan tipe ketumbar, yaitu tipe Eropa, Afrika Utara, Kaukasia,
Asia Tengah, Siria, Ethiopia, India, Bhutanic, dan Omanic.
c. Kandungan Kimia
Ketumbar mengandung komponen aktif yaitu vitamin, rasa, peptida,
mineral, asam lemak, polyunsaturated fatty acids, antioksidan, enzim dan
sel hidup (Cristian D et al., 2013). Kandungan kimia terbesar dari
Ketumbar yaitu 1,8% minyak atsiri. Penyulingan minyak mengandung 65-
70% dari linalool (coriandrol), yang tergantung pada sumbernya.
Kandungan lainnya yaitu Monoterpene hidrokarbon α-pinene, β-pinene,
limonene, γ-terpinene, ρ-lymene, borneol, citron wllol, Xmphoe, Geraniol
dan Geranylacetate; Hetero-cyclic compounds –pyrazine, pyridine,
thiazole, furan, tetrahydrofuran derivatives; Isocoumacin (coriandrin),
dihyrocoriandrin, coriandrones A-E, glazonoids; Phthalides-neochidilide,
Z-digustilide; Phenolic acids, sterols, dan flavonoid (Wallis, 2005).
Komponen ketumbar yaitu minyak atsiri. Minyak atsiri berperan sebagai
antibakteri dan antijamur dengan cara mengganggu proses terbentuknya
membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak
sempurna (De Guzman and Siemonsma, 1999). Adapun komponen
terbesar minyak atsiri adalah linalool. Linalool dipercaya memiliki khasiat
antioksidan, antianxietas, antibakteri (terutama gram positif) dan juga efek
antifungal. Efek antifungi yang pernah dicobakan yaitu pada penyebab
dermatomikosis (trichophyton sp.) yang dapat dibunuh sampai 99.5%
(Sokovic et al., 2012).
Linalool sebagai antifungi berperan dengan cara mengganggu siklus sel
pada fase G1 sehingga menyebabkan apoptosis pada sel C.albicans.
Linalool mampu menyebabkan penghambatan lebih dari 50% kuman yang
dibiakkan dalam tabung percobaan (Zore et al., 2011). Ketumbar
memiliki kandungan komponen aktif yaitu vitamin, rasa, peptida, mineral,
asam lemak, polyunsaturated fatty acids, antioksidan, enzim dan sel hidup
(Gitina, et al., 2013).
d. Manfaat
Berdasarkan literatur bahwa kandungan senyawa aktif flavonoid banyak
manfaat salah satunya yaitu flavonoid dapat digunakan sebagai penurun
kolesterol. Dalam tubuh, flavonoid dapat bekerja dengan mengikis
endapan kolesterol di dinding pembuluh darah koroner. Dengan
terkikisnya kolesterol di pembuluh darah, maka tidak dapat memicu
timbulnya penyakit lain yang diakibatkan oleh kolesterol seperti : jantung,
stroke, hipertensi. Tanin juga dapat mengurangi penimbunan kolesterol
dalam darah dengan cara mempercepat pembuangan kolesterol melalui
feces. Senyawa lain yang dapat berkerja sebagai antikolesterol adalah
saponin, Saponin dapat menghambat jumlah trigliserida dalam darah
dengan cara menghambat penyerapannya di usus (Gengaihi, 2014).
Beberapa penelitian menyatakan bahwa ketumbar memiliki efek
farmakologi, diantaranya sebagai diuretik, antioksidan, antikonvulsan,
sedatif, antimikroba, antidiabetik, antimutagen serta antihelmintes (Pathak,
et al., 2011). Minyak atsiri biji ketumbar telah lama digunakan dalam
makanan, wewangian, dan minuman keras industri farmasi sebagai rasa
dan karminatif. Dalam pengobatan digunakan sebagai antiseptik, aromatik
kuat, stimulan, karminatif, anti-spasmodik, ekspektoran, anti-spasmodik
dan diuretik (Claudiu Nicolae et al, 2009). Kandungan flavonoidnya
berperan menurunkan kolesterol (Chithra dan Leelamma, 1997), dan
sebagai antioksidan (Wangensteen et al., 2004). Biji ketumbar banyak
mengandung vitamin. Vitamin yang banyak terkandung dalam biji
ketumbar adalah vitamin C dan B. Vitamin C berperan sebagai
antioksidan. Antioksidan berperan dalam mencegah dan mengurangi
bahaya yang ditimbulkan radikal bebas. Radikal bebas adalah suatu
senyawa yang dapat mengganggu metabolisme tubuh yang berbahaya bagi
kesehatan (Wangensteen et al., 2004).
Dari hasil penelitian diketahui beberapa khasiat dari ketumbar, diantaranya
: aktivitas biologis ketumbar dapat merangsang enzim pencernaan dan
peningkatan fungsi hati (Nyakudya et al., 2014). Minyak atsiri pada biji
ketumbar juga memiliki sifat antimikroba terhadap spesies patogen seperti
Salmonella (Mandal and Mandal, 2015). Pada penelitian lainnya juga
ditemukan efektifitas rendaman biji ketumbar terhadap masalah keputihan
pada wanita usia subur (WHO, 2014). Komponen aktif pada ketumbar
adalah sabinene, myrcene, alfaterpinene, ocimene, linalool, geraniol,
dekanal, desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat, asam oktadasenat,
d-mannite, skopoletin, psimena, kamfena, dan felandren. Komponen-
komponen tersebutlah yang menyebabkan ketumbar memiliki efek yang
baik sebagai komponen obat. Dari kajian efektifitas tumbuhan ketumbar
ditemukan senyawa flavonoid yang diduga berpotensi menurunkan
kolesterol (Al-Snafi, 2016).
e. Cara Penggunaan
Masyarakat secara empiris memanfaatkan ketumbar sebagai obat jantung
yang disebabkan karena kolesterol dengan cara penggunaan yaitu 2 sendok
teh atau sama dengan 5 gram C. sativum, 1 gelas air, kemudian air direbus
tunggu sampai mendidih kemudian dituangkan kedalam gelas yang berisi
C. sativum, dibiarkan selama 15 menit kemudian disaring dan diminum
saat masih hangat (Diana et al., 2021).

Anda mungkin juga menyukai