BAB 1
PENDAHULUAN
infeksi bakteri, jamur, virus, dan parasit yang dapat dipengaruhi oleh
versikolor). Lesi berupa makula yang berbatas tegas dengan warna yang
versicolor dapat mempengaruhi pria dan wanita dengan sama rata dan
tidak ada dominasi etnis tertentu yang telah tercatat [ CITATION Kar18 \l
1033 ].
Namun, terdapat efek samping dari pemberian obat kimia. Studi klinis di
mual dan muntah mencapai 3%, pruritus 1.7% dan nyeri abdomen
positif dan negatif, ragi dan jamur [ CITATION Hil15 \l 1033 ]. Biji
pertumbuhan P. ovale.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superfilum : Spermatophyta
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Coriandrum L.
2.1.1 Morfologi
Tanaman ketumbar memiliki daun yang berukuran kecil, memiliki
banyak cabang, dan sub unit. Daun mudanya berbentuk oval dan daun yang
lebih tua lebih memanjang. Bunga yang berwarna putih, memiliki buah
yang bergerombol dan berbentuk bulat. Buah yang berbentuk mericarps
umumnya disatukan oleh margin yang membentuk sebuah cremocarp
dengan ukuran diameter sekitar 2-4 mm, berwarna kuning, coklat atau
kuning-kecoklatan, dengan bau aromatik. Ketumbar memiliki rasa yang
berkarakteristik dan cenderung pedas (Shivanand, Pandey, 2010).
2.1 Taksonomi
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Subfilum : Ustilaginomycotina
Kelas : Exobasidiomycetes
Ordo : Malasseziales
Famili : Malasseziaceae
Genus : Malassezia
(Stuart, 2019)
Gambar 2.3
2.2 Sinonim
botol, berukuran sekitar 1-2 x 2-4 mm, memiliki dinding sel yang tebal ,
kurang dari 47%. Tetapi, jika adanya faktor pemicu yang dapat
kelembapan yang tinggi, kulit yang berminyak, dan terapi yang menekan
2.1 Definisi
oval, berskuama halus dan sering ditemukan pada daerah kulit yang
memiliki banyak kelenjar sebasea seperti leher dan lengan bagian atas
2.2 Etiologi
dikenal dengan nama lain Pityrosporum ovale, ragi yang bersifat lipofilik
yang merupakan flora normal pada kulit (Hengge, Lupi & Tyring, 2017).
2.3 Epidemiologi
banyak ditemukan pada remaja dan dewasa muda. Kelainan penyakit ini
2.4 Patogenesis
memiliki banyak kelenjar sebasea, seperti badan bagian atas, leher, dan
perut. Terkadang ditemukan pada wajah dan skalp, dapat juga ditemukan
pada genitalia, aksila, dan lipat paha (Bramono & Budimulja, 2016;
berskuama halus. Warna pada lesi bervariasi hampir putih, kemerahan, dan
2.6 Diagnosis
pemeriksaan KOH 20% tampak gambaran spora dan miselium yang sering
waterloss. Keratinase yang diproduksi fase hifa dari spesies ini mampu
terlihat. Tanda evoked scale sign hanya ditemukan pada infeksi pitiriasis
13
menggunakan ibu jari dan telunjuk atau kedua jari tangan meregangkan
kulit searah 180 derajat lesi kering dapat digores dengan ujung kuku untuk
untuk infeksi pitiriasis versikolor, dalam hal ini evoked scale sign dinilai
2. Sukma’s PV Sign
diregang, akan muncul sisik putih berbatas jelas. Skuama hanya sebatas
lesi dengan susunan rapi, teratur, sejajar dengan garis kulit (Tan &
sejajar dengan kulit, dan berbatas pada lesi karena skuama halus juga
kadang dapat ditemukan pada pitiriasis alba dan kulit kering (Tan &
Reginata, 2015).
anak hingga dewasa muda sekitar usia 3 – 16 tahun. Lesi berupa makula
scale sign negatif. Hal ini dapat dikonfirmasi ulang dengan pemeriksaan
Wood Lamp lesi tidak berwarna kuning keemasan seperti pada pitiriasis
versikolor dan pada pemeriksaan KOH tidak ditemukan hifa dan spora
2.8 Tatalaksana
bentuk sampo, selenium sulfide bentuk sampo 1,8% atau bentuk losion
2,5% yang dioleskan setiap hari selama 15-30 menit kemudian dibilas.
selenium sulfida 2,5 % yang diberikan pada daerah lesi selama 7-10 menit,
untuk penggunaan harian pada kasus yang lebih berat dapat digunakan 3-4
2012).
5-10 hari atau itrakonazol 200 mg hari selama 5-7 hari (Bramono &
Budimulja, 2016).
2.9 Prognosis
bertahan sampai beberapa bulan setelah jamur negatif, hal ini perlu
(Soleha, 2015).
dilusi perbenihan cair dan dilusi agar bertujan untuk menentukan aktivitas
terkecil dari zat anti mikroba uji yang masih memberikan efek dalam
tabung reaksi yang diisi dengan inokulum kuman dan larutan antibakteri
17
b.Dilusi Agar
antimikroba yang diuji. Salah satu kelebihan metode agar dilusi yaitu
untuk penentuan KHM dari mikroba yang tidak dapat tumbuh pada
yang dilihat dari pertumbuhan mikroba yaitu jamur atau bakteri dengan
hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau kejernihan
(Soleha, 2015).
perbenihan cair yang digunakan untuk uji KHM ke dalam agar yang
yang diujikan. KBM adalah ketika tidak terjadi pertumbuhan mikroba lagi
difusi dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan
dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada
antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi. Pada metode ini, dapat
klasiifikasi ke dalam dua atau lebih kategori. Sistem yang sederhana dapat
Semakin luas zona hambat, maka semakin kecil konsentrasi daya hambat
antimikroba.
BAB 3
Ketumbar
(Coriander s.)
Minyak Atsiri
(Linalool)
Pityrosporum ovale
Menghambat
Kerusakan seluler pertumbuhan Tidak sempurna
jamur atau tidak
terbentuk
Keterangan :
yang akan menyebabkan kebocoran ion dan isi dari sitoplasma, lalu akan
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan penelitian
dengan menggunakan Post Test Only Control Group Design. Metode yang
digunakan adalah Tube Dilution Test untuk mengetahui pengaruh ekstrak biji
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur P. Ovale yang
sativum) dan 2 kelompok kontrol yaitu 1 kelompok kontrol bahan dan 1 kelompok
24
Rumus: (n x k) – k
Maka diperoleh:
20 = 10n
n=2
Maksimum:20 = (n x 10) – 10
30 = 10n
n=3
Keterangan:
k = jumlah tabung
n = jumlah replikasi
sampel sebanyak 2-3 kali. Sehingga dalam penelitian ini membutuhkan 20 atau 30
kelompok perlakuan.
25
inkubasi 37 ̊ C, waktu inkubasi selama 24 jam dan konsentrasi 100% ekstrak biji
dalam pada SDA setelah diberi ekstrak biji ketumbar dalam berbagai konsentrasi
dan kejernihan tabung reaksi yang telah dicampur dengan P. Ovale dan ekstrak
biji ketumbar.
4.6.1 Alat dan Bahan Pembuatan Ekstrak Biji Ketumbar (Coriadrum sativum)
A. Alat
1. Maserator
2. Rotatory evaporator
3. Corong bucher
4. Lemari pendingin
5. Tabung reaksi
6. Neraca
7. Gelas kimia
B. Bahan
3. Alumunium foil
A. Alat
1. Autoklaf
2. Labu Erlenmeyer
3. Cawan petri
4. Neraca
B. Bahan
1. Bahan SDA
28
2. Aquades
3. Minyak zaitun
4. Tween
5. Antibiotik Kloramfenikol
A. Alat
1. Autoklaf
2. Labu Erlenmeyer
3. Tabung reaksi
4. Neraca
B. Bahan
1. Bahan SDB
2. Aquades
3. Minyak zaitun
4. Tween
5. Antibiotik Kloramfenikol
A. Alat
1. Tabung reaksi
2. Vortex
3. Ose
B. Bahan
3. Larutan SDB
4. Larutan McFarland I
4.6.5 Alat dan Bahan Uji Kepekaan Antimikroba Ekstrak Biji Ketumbar
A. Alat
1. Mikropipet 1 ml
2. Tabung reaksi
3. Lampu spiritus
4. Ose lengkung
5. Colony Counter
6. Label
7. Spektrofotometer
8. Inkubator
B. Bahan
3. Aquades
4. Alumunium foil
1) Mencuci alat dengan sabun sampai bersih dan dibiarkan hingga kering
30
10. Setelah itu, ekstrak dituang kedalam botol kaca dan ditutup dengan
2) Campurkan tween 0,6 ml dan minyak zaitun 0,6 ml. Jika telah
dengan aquades.
2) Campurkan tween 0,6 ml dan minyak zaitun 0,6 ml. Jika telah
dengan aquades.
1) Ambil satu ujung ose steril dari hasil peremajaan biakan P. Ovale, lalu
steril.
CFU/ml.
Metode yang digunakan dalam tes ini adalah metode dilusi tabung.
Hari ke-1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 dan 3.
2 3 2 3
Gambar 4.2
Menambahkan ekstrak ke tabung 2 dan 3
34
4. Campur hingga rata aquades dengan ekstrak biji ketumbar pada tabung
Gambar 4.3
Sebagian larutan dipindahkan ke tabung selanjutnya
ml.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
100 % 100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,125% 1,56%
0,78% 0%
Gambar 4.4
Konsentrasi ekstrak biji ketumbar setelah pengenceran
35
9.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
100 % 50% 25% 12,5% 6,25% 3,125% 1,56% 0,78% 0,39% 0%
Gambar 4.5
Konsentrasi ekstrak biji ketumbar setelah ditambahkan P. Ovale
9. Setelah itu, semua tabung diinkubasikan selama 3×24 jam dengan suhu
37 ̊ C.
Hari ke-4
cara melihat kejernihan tabung. Setelah itu, ambil 1 ose dari masing-
Hari ke-7
nilai KBM dengan cara menghitung jumlah koloni jamur P. Ovale dengan
laboratorium.
Persiapan instrumen
penelitian
sampel yang digunakan ≤ 50. Data dianggap normal apabila hasil p >
0,05. Jika hasil p < 0,05 maka data dapat ditransformasi terlebih
b) Uji homogenitas yang digunakan yaitu uji Levene. Apabila nilai p >
0,05 maka ragam data dikatakan homogen, namun apabila nilai p <
Jika didapatkan varian homogen, maka dilakukan uji One Way Anova
maka digunakan post hoc Games Howell. Hasil uji dikatakan ada
perbedaan yang bermakna antara kontrol dan perlakuan jika p < 0,05.