Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

MAKALAH
FITOTERAPI

OLEH :

NAMA : LA ODE RAHMAD MUNANDAR


NIM : O1A118095
KELAS :B

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU
OLEO KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa perlu terus dilestrikan


dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk
meningkatkan perekonomian rakyat. Produksi dan penggunaan obat tradisional di
Indonesia memperlihatkan kecenderungan terus meningkat, baik jenis maupun
volumenya.
Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan usaha dibidang obat
tradisional, mulai dari usaha budidaya tanaman obat, usaha industri obat tradisional,
penjaja dan penyeduh obat tradisional atau jamu. Bersamaan dengan itu upaya
pemanfaatan obat tradisional dalam pelayanan keseatan formal juga terus digalakkan
melalui berbagai kegiatan uji klinik kearah pengembangan fitofarmaka (Ditjen POM
1999).

Pegagan dikenal dengan nama latin Centella asiatica atau Hydrocotyle asiatica.
Nama ini diturunkan dari bahasa latin Hydro yang berarti air karena tanaman ini sangat
suka lingkungan yang lembab dan Cotyle yang berarti mangkuk karena
diklasifikasikan ke dalam famili Umbelliferae (Apiaceae), genus Centella dengan
daunnya yang sedikit berbentuk cekung. Pegagan nama spesies Centella asiatica L.
(Urb.) (Winarto dan Surbakti, 2003).
Tanaman ini berasal dari Asia Tropik. Pegagan dikenal secara internasional dengan
nama Asiatic Pennywort, Indian Pennywort atau Gotu Cola (Heyne, 1987).

B. Rumusan Masalah

A. Bagaimana Sistematika Tumbuhan pegagan?


B. Apa Kandungan kimia pegagan?
C. Bagaimana Penggunaan Empiris pegagan?
D. Bagaimana Aktivitas Farmakologi Berdasarkan Penelitian Ilmiah pegagan?
E. Bagaimana Standarisasi dan Kontrol Kualitas Simplisia dan Ekstrak pegagan?
C. Tujuan

A. Untuk mengetahui Sistematika Tumbuhan pegagan


B. Untuk mengetahui Kandungan kimia pegagan
C. Untuk mengetahui Penggunaan Empiris pegagan
D. Untuk mengetahui Aktivitas Farmakologi Berdasarkan Penelitian Ilmiah
pegagan
E. Untuk mengetahui Standarisasi dan Kontrol Kualitas Simplisia dan Ekstrak
pegagan
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Sistematika Tumbuhan

1. Klasifikasi Tanaman Pegagan (Centella asi lla asiatica [L.] Urban)

Divisi : Magnoliphita

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Apiales Apiales

Suku : Umbelliferae Umbelliferae (Apiaceae). (Apiaceae).

Genus : Centella

Nama spesies : Centella asiatica [L.]

Nama simplisia : Centellae Centellae Herba (herba pegagan) pegagan)

Sinonim : Hydrocotyle asiatica L., Pes equinus Rumph

Nama Daerah

Sumatera : Daun kaki kuda, daun pegaga, pegaga, pegagan, pegagan,


penggaga, penggaga, rumput kaki kuda ( Melayu).
Jawa : Antanan gede (sunda), gagan-gagan, ganggagan, kerok batok,
pantegowang, panigowang, rendeng, calingan rambat (Jawa), kos-
tekosan (Madura).

sulawesi : Pagaga (Makasar), (Makasar), dau tungke-tungke tungke-


tungke (Bugis). (Bugis).

Maluku : Kori-kori (halmahera), kolotidid menora (ternate).

Irian : Dogauke, gogauke, sandanan.

Nama Asing : Ji xue cao (C), gotu kola (Hindi), indian pennywort 9I), indische
waternavel, paardevoet (B) (Dalimartha, 2000)

2. Uraian Tumbuhan

Pegagan tumbuh liar di padang rumput, tepi selokan, sawah, atau ditanam sebagai penutup
tanah diperkebunan dan di pekarangan sebagai tanaman sayur. Pegagan berasal dari Asia
tropik, menyukai tanah yang agak lembab, cukup sinar matahari, atau agak terlindungi,
dapat ditemukan di daerah dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 2.500 mdpl
(Dalimartha, 2000)

Terna, menahun, tidak berbatang, mempunyai rimpang pendek dan stolon-stolon


yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku- buku, banyak
percabangan percabangan yang membentuk membentuk tumbuhan tumbuhan baru.
Daun tunggal, bertangkai bertangkai panjang, panjang, tersusun tersusun dalam roset
akar yang terdiri terdiri dari 2-10 helai daun. Helaian daun berbentuk ginjal , tetapi
bergerigi atau beringgit, kadang agak berambut, diameter 1-7 cm. Bunga tersusun
dalam karangan berupa payung -payung, tunggal tunggal atau 3-5 bunga bersama-
sama bersama-sama keluar dari ketiak daun, berwarna merah berwarna merah muda
at muda atau putih. au putih. Buah kecil, Buah kecil, bergantung, berbentuk bergantung,
berbentuk lonjong, lonjong, pipih, pipih, panjang panjang 2-2,5 mm, baunya wangi, dan
rasanya rasanya pahit. Daunnya Daunnya dapat dimakan sebagai lalap untuk penguat
lambung. Pegagan dapat diperbanyak dengan pemisahan stolon dan biji (Dalimartha,
2000)
B. Kandungan kimia

Pegagan mengandung asiaticoside, thankuniside, isothankunisiside,


madecassoside, brahmoside, brahminoside, brahmic acid, madasiatic acid, hydrocotline,
mesoinositol, centellose, carotenoids, garam mineral (seperti garam kalium, natrium,
magnesium, kalsium, besi), zat pahit vellarine, dan zat samak. Diduga senyawa
glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside berperan dalam berbagai aktivitas
penyembuhan penyak berbagai aktivitas penyembuhan penyakit (Dalimarth it
(Dalimartha, 2000). a, 2000). Pada penelitian yang dilakukan oleh (Bharadvaja,
Krishnan et al., 2018) terdapat metabolit sekunder dari hasil skrining uji fi metabolit
sekunder dari hasil skrining uji fitokimia pegagan ( a pegagan (Centella asiatica [L.]
Urban) dari hasilnya positif mengandung tanin, flavonoid, terpenoid, saponin, steroid.

C. Penggunaan Empiris

Biasanya herba pegagan digunakan sebagai antiinfeksi, antitoksik, antirematik,


penghenti penghenti perdarahan perdarahan (hemostatis), (hemostatis), peluruh
peluruh kencing kencing (diuretik (diuretik ringan), ringan), pembersih pembersih
darah, memperbanyak pengeluaran empedu, pereda demam (antipiretik), penenang
penenang (sedatif), (sedatif), mempercepat mempercepat penyembuhan penyembuhan
luka, dan melebarkan melebarkan pembuluh pembuluh darah tepi (vasodilator perifer )
(Dalimartha, 2000).
D. Aktivitas Farmakologi Berdasarkan Penelitian Ilmiah

1. Menghambat kematian sel akibat stress

Pada penelitian Priy Pada penelitian Priyantiningrum and antiningrum and


Handayani, (2015) Handayani, (2015) yang dilakukan oleh ilakukan oleh bahwa ekstrak
ekstrak etanol pegagan pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) berpengaruh terhadap
peningkatan jumlah sel neuron di korteks prefrontalis tikus putih ( Rattus Rattus
norvegicus norvegicus). Stres mestimulasi Aksis HipotalusPituitari-Adrenal(HPA)
berlebihan. Hal ini akan memicu depresi dan merangsang sekresi glukokortikoid dari
kelenjar adrenal. Pada otak postmortem pasien depresi terdapat adanya fragmentasi dan
apoptosis neuronal. Adapun gangguan mood juga dapat menyebabkan menyebabkan
kehilangan kehilangan jumlah neuron dan menurunkan menurunkan neurogenesis.
Paparan stres secara kronik menurunkan jumlah neuron di Korteks Prefrontalis
bagian medial. Hal ini karena neuron memiliki caspase-3 aktif. Ketika caspase-3 akif
pada suatu sel neuron, maka sel tersebut akan cenderung untuk mati. Ekstrak pegagan
juga memiliki efek protektif melawan neurotoksisitas dengan induksi aluminium pada
korteks serebral, striatum, hipotalamus, dan hipokampus. Ekstrak pegagan (Centella
asiatica) mampu meningkatkan level antioksidan endogenous berupa aktivitas enzim
superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation, dan glutationStransferase
dari region otak mencapai jumlah yang normal dibandingkan kontrol walaupun
perubahannya tidak signifikan. Produk natural Centella asiatica memodulasi sel neuron
untuk mampu bertahan hidup dengan mengubah jaras caspase-9. Penelitian ini
mengevaluasi potensial neuroprotektif dari ekstrak etanol Centella asiatica berkadar
rendah mampu memproteksi sel dari stress oksidatif dengan menggunakan sel
neuroblastoma manusia SH-SY5Y. Sel SH- SY5Y ini menginduksi secara signifikan
aktivitas caspase 8 dan caspase 9 dimana dapat mengaktivasi jalur apoptosis sel neuron,
namun dengan ekstrak Centella asiatica 1µg/ml menurunkan aktivitas capspase-9 secara
signifikan sehingga apoptosis sel lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol.

2. Menghambat pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Yusran and Saleh, (2016)
bahwa daun pegagan pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) mampu mengambat
pertumbuhan bakteri mycobacterium tuberculosis dan penghambatan optimum
ekstrak metanol daun pegagan terjadi pada ekstrak metanol daun pegagan terjadi pada
konsentra konsentrasi 80% dan 100%. Bahwa si 80% dan 100%. Bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstrak metanol daun pegagan merah maka semakin berkurang
jumlah koloni bakteri mycobacterium tuberculosis.Hal ini terjadi karena semakin tinggi
konsentrasi ekstrak metanol daun pegagan hijau maka semakin banyak pula senyawa
golongan triterpenoid yang terkandung dalam ekstrak sehingga mampu menghambat
pertumbuhan bakteri mycobacterium mycobacterium tuberculosis. tuberculosis. Proses
mekanisme mekanisme penghambatan penghambatan ekstrakmetanol daun pegagan
terhadap bakteri mycobacterium tuberculosissama dengan kinerja obat rifampisin yaitu
menghambat pada saat proses sintesis protein. protein. Proses sintesis sintesis protein
protein pada bakteri bakteri terdiri terdiri dari 2 tahap yaitu tahap transkripsi dan tahap
translasi. Tahap transkripsi adalah tahap penguraian molekul DNA ke bentuk RNA
dengan bantuan enzim RNA polimerase yang melekat pada ujung terminalnya. Proses
penghambatan bakteri terjadi pada tahap ini, dimana enzim RNA polimerase lebih
cenderung melekat pada senyawa asam asiatikosida sehingga kehilangan fungsinya
terhadap pembentukan pembentukan RNA dan proses sisntesis sisntesis protein protein
terhambat terhambat sehingga sehingga pertumbuhan bakteri tidak bertambah atau bah
pertumbuhan bakteri tidak bertambah atau bahkan berkurang.

3. Antifungi
Penelitian yang dilakukan oleh Ismaini, (2011) menunjukkan bahwa ekstrak
pegagan pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) dapat menghambat pertumbuhan jamur.
jamur. Aktivitas Aktivitas antifungi antifungi tertinggi tertinggi dihasilkan dihasilkan
pada konsentrasi konsentrasi 10% dengan diameter koloni jamur 30,87 mm. Tingginya
aktivitas antifungi ekstrak C. asiatica pada konsentrasi 10% dapat disebabkan oleh
kandungan senyawa metabolit sekunder triterpenoid yang terdapat dalam ekstrak tersebut
bersifat toksik, sehingga senyawa aktif terserap oleh jamur patogen yang dapat
menimbulkan kerusakan pada organel-organel sel, dan pada akhirnya akan terjadi
penghambatan pertumbuhan jamur patogen. C. asiatica mengandung senyawa
triterpenoid pentasiklik yang dapat menghambat kerja enzim di dalam membran sel.

E. Standarisasi dan Kontrol Kualitas Simplisia dan Ekstrak


1.HerbaPegaganCentellaeAsiatica [L.]Urban

Herba pegagan adalah seluruh bagian diatas tanah Centellae Asiatica [L.] Urban.,
suku Apiaceae mengandung asiatikosida tidak kurang dari 0,07% (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2008)

a. Indentitas Simplisia

Pemerian Berupa lemabaran daun yang menggulung dan berkeriput disertai


stolon dan tangkai daun yang terlepas, warna hijau kelabu, berbau aromatik lemah,
mula-mula tidak berasa kemudian agak pahit, helai daun berbentuk berbentuk ginjal
atau berbentuk berbentuk bundar, bundar, umumnya umumnya dengan tulang daun
yang menjari; pangkal helaian daun berlekuk; ujung daun membundar, pinggir pinggir
daun beringgit beringgit sampai bergerigi, bergerigi, pinggir pinggir pangkal pangkal
daun bergigi; bergigi; permukaan daun umumnya licin, tulang daun pada permukaan
bawah agak berambut; stolon dan tangkai daun berwarna coklat kelabu, berambut halus
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

b. Mikroskopik
Gambar E.b Pengamatan Mikroskopik Penampang Melintang Daun Pegagan

Keterangan :

1. Epidermis atas

2. Urat daun dengan kristal kalsium okslat bentuk roset

3. Mesofil daun

4. Berkas pengangkut

5. Epidermis bawah dengan stomata tipe anomositis

Fragmen pengenal adalah epidermis atas, urat daun dengan kristal kalsium oksalat
bentuk roset, mesofil daun, berkas pengangkut dan epidermis bawah dengan stomata
stomata tipe anomositis anomositis (Departemen (Departemen Kesehatan Kesehatan
Republik Republik Indonesia, 2008)

b.Senyawa Identitas Asiatikosida


b. Pola Kromatogri

Kromatografi Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada


kromatografi ,61. Dengan parameter sebagai berikut :

Fase gerak : n-Heksan n-Heksan P-etil asetat P-dietil P-


dietil amin P (80:20:2)

Fase diam : Silika gel 0 F254 Larutan

Larutan uji : 1% dalam etanol 70% p, gunakan larutan uji KLT seperti
yang tertera apada Kromatografi <6>

Larutan Pembanding : Asiatikosida Asiatikosida 0,1%dalam 0,1%dalam etanol P

Volume penotolan : Totolkan Totolkan 10 mikroliter mikroliter


Larutan pembanding

Deteksi : Liebermann-Burchard LP

Susut Pengeringan Tidak boleh lebih dari 11% Abu total Tidak lebih dari Tidak lebih
dari 18,05% Abu tidak larut asam Tidak lebih dari 4,9%
Sari larut air Tidak kurang dari 28,3%
Sari larut etanol Tidak kurang dari 2,1% (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008)

e. Kandungan Kimia Simplisia


Kadar asiatikosida Tidak kurang dari 0,07% Lakukan penetapan kadar sesuai
dengan cara Kromatografi lapis tipisdensitometri seperti yang tertera pada
Kromatografi Larutan uji Timbang seksama lebih kurang 500 mg serbuk, buat larutan
uji sesuai dengan Pembuatan Larutan Larutan Uji Simplisia gunakan pelarut etanol
70% P , dalam labu tentukur 50-ml.
Larutan pembanding Asiatikosida 0,1% dalam etanol 70% P , buat enceran
hingga diperoleh serapan yang mendekati serapan Larutan uji. Pengukuran totolkan
masing-masing mikroliter Larutan Larutan uji dan enceran Larutan pembanding pada
lempeng silika gel 60 F254, kembangkan dengan fase gerak kloroform P-metanol P-air
(65:25:4), semprot dengan pereaksi Lieberman-Bourchard LP , dipanaskan dalam oven
pada suhu 105̊ selama 10 menit dan segera ukur dengan Kromatografi lapis tipis-
densitometri pada panjang panjang gelombang gelombang 506 nm (Departemen
(Departemen Kesehatan Kesehatan Republik Republik Indonesia, 2008)

2. Ekstrak Kental Herba Pegagan Centellae Asiaticae Herbae Extractum Spissum

Ekstrak kental herba pegagan adalah ekstrak yang dibuat dari herba Centella
asiatica (L.) Urb., suku Apiaceae, mengandung asiatikosida tidak kurang dari 0,90%
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Pembuatan Ekstak <311> Rendemen Tidak kurang dari 7,2%

a.Identitas Ekstrak

Pemerian Ekstrak kental; warna coklat tua; berbau tidak khas; rasa agak
pahit,Senyawa identitas Asiatikosida

Kadar air Tidak lebih dari 10%


Abu total Tidak lebih dari 16,6%

Abu tidak larut asam Tidak lebih dari 0,7%

a. Kandungan Kimia Ekstrak

Kadar asiatikoda Tidak kurang dari 0,90% Lakukan penetapan kadar sesuai
dengan cara Kromatografi lapis tipisdensitometri seperti yang tertera pada Kromatografi
Larutan uji Larutan uji Timbang Timbang saksama lebih kurang 50mg ekstrak,
larutkan dalam 25 mL etanol 70% P di dalam tabung reaksi. Saring ke dalam labu
tentukur 50-mL, bilas kertas saring dengan etanol 70% P secukupnya sampai tanda.
Larutan pembanding Asiatikosida 0,1% dalam etanol 70% P , buat enceran hingga
diperoleh serapan yang mendekati serapan Lautan uji. Pengukuran Totolkan masing-
masing 1 mikroliter Larutan uji dan enceran Larutan pembanding pada lempeng silika
gel 60 F254, kembangkan dengan fase gerak kloroform P-metanol P-air (65:25:4)
semprot dengan pereaksi Liebermann-Bourchard LP , dipanaskan dalam oven pada
suhu 105̊ selama 10 menit dan segera ukur dengan Kromatografi lapis tipis-
densitometri pada panjang panjang gelombang gelombang 506 nm (Departemen
(Departemen Kesehatan Kesehatan Republik Republik Indonesia, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Bharadvaja, N., Krishnan, L. and M, A. R. (2018) ‘Natural Products Chemistry &


Qualitative and Quantitative Phytochemical Analysis of Centella asiatica’,
6(4), pp. 4– 7.

Dalimartha, S. (2000) Atlas Tumbuhan Obat In Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid
2 donesia Jilid 2. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) Farmakope Farmakope Herbal


Indonesia Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ismaini, L. (2011) ‘Aktivitas Antifungi Ekstrak ( Centella asiatica (L. ) Urban


terhadap Fungi Patogen pada Daun Anggrek ( Bulbophyllum flavidiflorum
Carr.)’, Jurnal Penelitian Sains, 14.

Priyantiningrum, A. K. and Handayani, E. S. (2015) ‘PENGARUH EKSTRAK


ETANOL Centella asiatica TERHADAP JUMLAH SEL NEURON DI
KORTEKS PREFRONTALIS TIKUS YANG DIBERI PERLAKUAN
STRES’, JKKI:
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Ind Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia, 6(4), pp. 198 – 207.

Yusran., Ilyas, A. and H.A, S. (2016) ‘Bioaktivitas Ekstrak Metanol DAUN Pegagan
(Centella Asiatica L .) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Mycobacterium
Tuberculosis’, Al-Kimia, 4(1), pp. 54 – 61.

Anda mungkin juga menyukai