Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM FARMASI

ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI PEGAGAN


(Centella asiatica L. )

Oleh :
NAMA : Siti Noor Asyikin Haqqi
NO. BP : 1811012039
SHIFT : 3 / Rabu
KELOMPOK : 8 (Delapan)
REKAN KERJA : 1. Viodina Kurnia Alifia 1811012029
2. Khairatul Khusnia 1811013020

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI PEGAGAN
(Centella asiatica L. Urban)

I Tujuan
1. Mengetahui dan memahami cara mengisolasi senyawa triterpenoid
Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa triterpenoid

II Tinjauan Pustaka
2.1 Tinjauan Botani
2.1.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Umbellas
Famili : Umbellaferae
Genus : Centella
Species : Centella asiatica1

2.1.2 Sinonim
Pegagan memiliki nama asing asiatic pennywort dan Indian pennywort
(Handra, 2004). Pegagan memiliki nama Hindi (India) gotu kola, di Cina pegagan
disebut jixue cau, di Belanda disebut paardevoet, sedangkan di Indonesia, pegagan
memiliki nama yang beragam, diantaranya pegago (Minangkabau); antanan gede,
antanan rambat (Sunda); ganggagan, kerok batok, pantegowang, panegowang,
rendeng, calingan rambat, pegagan, atau gagan-gagan (Jawa); taidah (Bali); balele
(Sasak,Nusa Tenggara); kelai lere (Sawo, Nusa Tenggara); wisu-wisu, pegaga
(Makasar); daun tungke-tungke, cipubalawo (Bugis); hisuhisu (Aselayar, Sulawesi);
kos tekosan, gan gagan (Madura), sarowati, kori-kori (Halmahera), kolotidi menora
(Ternate), dan dogakue, gogakue, atau sandanan (Irian) 2.

2.1.3 Morfologi

Gambar 1. TanamanCentella asiatica 3.

Pegagan tumbuh merayap menutupi tanah, tidak memiliki batang, tinggi


tanaman antara 10-50 cm. Pegagan memiliki daun satu helaian yang tersusun dalam
roset akar dan terdiri dari 2-10 helai daun. Daun berwarna hijau dan berbentuk seperti
kipas, buah berbentuk pingang atau ginjal. Pegagan juga memiliki daun yang
permukaan dan punggngnya licin, tepinya agak melengkung ke atas, bergerigi, dan
kadang-kadang berambut, tulangnya brpusat di pangkal dan tersebar ke ujung, dan
daunnya memiliki diameter 1-7 cm. Pegagan memiliki tangkai daun berbentuk seperti
pelepah, agak panjang, dan berukuran 5-15 cm. pada tangkai daun pegagan, di
pangkalnya terdapat daun sisik yang sangat pendek, licin, tidak berbulu, berpadu
dengan tangkai daun3.
Pegagan memiliki bunga putih atau merahmuda yang tesusun dalam karangan
yang berbentuk payung. Buah pegagan berbentuk lonjong atau pipih, berbau harum
dan rasanya pahit, panjang buah 2-2,5 mm. buah pegagan berdinding agak tebal,
kulitnya keras, berlekuk dua, berusuk jelas, dan berwarna kuning3.
Akar pegagan merupakan akar rimpang yang pendek serta mempunyai
geragih. Akar keluar dari buku dan berupa akar tunggang berwarna putih. Stolon
tumbuh dari sistem perakaran, memiliki ukuran yang panjang dan tumbuh menjalar.
Pada setiap buku dari stolon akan tumbuh tunas yang akan menjadi cikal bakal
tumbuhan pegagan baru3.

2.1.4 Habitat dan Sebaran


Pegagan tumbuh baik pada tanah yang agak lembap, tetapi cukup sinar
matahari atau agak terlindung. Pegagan tumbuh optimun di dataran medium pada
ketinggian sekitar 700 m dpl, namun juga mampu tumbuh di daerah tinggi hingga
2.500 m dpl. Pegagan dapat ditemukan di daerah perkebunan, ladang, tepi jalan,
pematang sawah, ataupun di ladang yang agak basah. Tanaman pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban.) dengan sinonim Hydrocotyle asiatica L. Pes, berasal dari daerah
tropis di Asia dan tersebar di Indonesia, Filipina, India, Inggris, Sri Lanka, dan
Tiongkok4.

2.2 Kandungan Kimia


Beberapa komponen bioaktif dalam tanaman pegagan adalah asiatikosida,
tankunisida, isotankunisida, madekasosida, brahmosida, brahminosida, asam
brahmik, asam madasiatik, meso-inositol, sentelosida, karotenoid, hidrokotilin,
vellarin, dan tanin. Tanaman pegagan mengandung asiatikosida berupa glikosida dan
banyak digunakan dalam ramuan obat tradisional atau jamu. Asiatikosida, asam
asiatik, madekasida, dan madekasosida termasuk golongan triterpenoid, sitosterol dan
stigmasterol termasuk golongan steroid, vallerin dan brahmosida golongan saponin.
Asiatikosida merupakan glikosida triterpen, derivat alfa- amarin dengan molekul gula
yang terdiri atas dua glukosa dan satu rhamnosa. Aglikon triterpen pada pegagan
disebut asiatikosida yang mempunyai gugus alkohol primer, glikol, dan satu
karboksilat teresterifikasi dengan gugus gula5.
(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. Struktur senyawa asiatikosida (a), madekasosida (b), asam asiatik (c),
asam madasiatik (d).

2.3 Kegunaan Tradisional


Kegunaan tradisional utama dari pegagan adalah untuk meringankan gangguan
pencernaan seperti disentri, sembelit, masalah perut, gangguan pencernaan dan
kehilangan nafsu makan, dan untuk meningkatkan daya ingat atau untuk melayani
sebagai stimulan saraf. Secara keseluruhan dua puluh tiga penggunaan etnomedisinal
dikumpulkan dari literatur yang tersedia, dari yang enam berhubungan dengan
penggunaan tanaman dalam gangguan pencernaan, dan empat kegunaan terkait
dengan memori atau kegunaan terkait dengan fungsi otak seperti stimulasi saraf atau
untuk perawatan retardasi mental. Namun demikian penggunaan pegagan cukup
beragam secara keseluruhan, pegagan juga digunakan untuk pengobatan sakit kepala,
sakit gigi, luka, keputihan, kelainan kulit (seperti eksim, bisul), wasir, penangkal
racun, gangguan saluran kencing, pneumonia, sifilis, masalah hati (seperti penyakit
kuning), kelemahan seksual pada pria, demam, stroke, rakhitis, gangguan
kardiovaskular, kusta, TBC, asma, dan varikokel. Secara keseluruhan, 12 laporan
kegunaan tradisional berasal dari India, 3 dari Nepal, 6 dari Bangladesh, dan 2 dari
Afrika6.

2.4 Bioaktivitas

2.4.1 Ekstrak
 Aktivitas antikanker
Ekstrak air C. asiatica telah menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap garis
sel kanker payudara manusia (MDA MB-231), melanoma tikus (B16F1), dan tikus
glioma (C6), dengan nilai IC50 masing-masing 698,0, 648.0, dan 1000.0 ug / mL.
Ekstrak metanol C. asiatica (Linn) menunjukkan efek penghambatan pada garis sel
MCF-7. Efek jus C. asiatica diperiksa pada garis sel HepG2 manusia menggunakan
uji MTT, dan menunjukkan efek sitotoksik pada sel tumor dengan cara yang
tergantung pada dosis. Pada jus dengan konsentrasi di atas 0,1%, jumlah kerusakan
DNA dan kematian sel apoptosis yang lebih tinggi diamati pada garis sel HepG2
manusia7.
 Aktivitas antibakteri
Ekstrak panas metanol dari daun C. asiatica diambil untuk pemeriksaan aktivitas
antibakteri yang dinilai berdasarkan zona penghambatan dan nilai konsentrasi
penghambatan minimum (MIC) (2 μg / disc) dengan metode difusi cakram. Aktivitas
antibakteri in vitro ekstrak tanaman terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923
dan resistensi metisilin S. aureus (tipe liar) menunjukkan zona penghambatan
masing-masing 5 mm dan 7 mm. Dalam sebuah penelitian, diamati bahwa ekstrak
minyak atsiri menunjukkan sifat antibakteri terhadap Gram-positif (Bacillus subtilis
dan S. aureus) dan Gram-negatif (Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan
Shigella sonnei) dengan nilai MIC mulai dari 1,25 hingga 0,039 mg / ml. Bacillus
cereus dan Listeria monocytogenes 10403S dipilih untuk mempelajari aktivitas
antibakteri pada C. asiatica di bawah kondisi stres normal dan osmatik. Pada ekstrak
etanol 95%, aktivitas antibakteri meningkat dua kali di bawah kondisi stres osmotik.
MIC C. asiatica diamati menjadi 16 μl / ml terhadap B. cereus sementara 8 μl / ml
untuk L. monocytogenes10403S. Media MS digunakan untuk kultur eksplan daun,
dan aktivitas antibakterinya terhadap B. cereus, E. coli, S. aureus, dan P. aeruginosa
dievaluasi; ekstrak metanol daun dan kalus menunjukkan efek penghambatan
maksimum terhadap organisme yang diuji8.

2.4.2 Senyawa Metabolit Sekunder


 Aktivitas antikanker
Asam asiatik dievaluasi untuk efek antiproliferatif dalam sel kanker paru-paru
menggunakan uji MTT. Pemberian asam asiatik secara oral menghambat berat dan
volume tumor secara signifikan pada model xenograft kanker paru-paru. Dalam
penelitian lain, asam asiatik menunjukkan apoptosis yang diinduksi dan penurunan
viabilitas pada sel melanoma manusia SK-MEL-2 dalam cara yang tergantung pada
dosis. Asam asiatik yang berasal dari C. asiatica menunjukkan efek antiproliferatif
pada sel RPMI 8226. Ini mengurangi tingkat ekspresi adhesi kinase fokus (FAK), dan
kemungkinan mekanisme AA terkait dengan penghambatan transduksi sinyal yang
dimediasi oleh FAK. Asam asiatik, asiatikosida, dan asam madekasik adalah
komposisi utama dari ekstrak titrasi C. asiatica, dan asiatikosida mengurangi
melanogenesis dalam melanoma tikus B16F10 dengan memeriksa ekspresi mRNA
tyrosinase9.

2.5 Metode Ekstraksi


Metode ekstraksi pelarut tradisional meliputi perendaman, maserasi, dan
ekstraksi Soxhlet. Metode-metode ini biasanya memerlukan waktu ekstraksi yang
lama dan / atau suhu tinggi yang menimbulkan risiko degradasi senyawa bioaktif
yang tidak tahan suhu tinggi. Selain itu, penggunaan sejumlah besar pelarut dan
selektivitas ekstraksi yang buruk dapat menambah kelemahan teknik ekstraksi
konvensional10.
III Prosedur Kerja

3.1 Alat dan Bahan


Alat: Wadah untuk maserasi, kolom kromatografi, corong, botol 100 mL, vial,
pipet tetes, seperangkat alat rotary evaporator, chamber, penotol
Bahan: Daun pegagan kering (100 g), metanol, etil asetat, plat KLT, kapas, norit,
penampak noda untuk triterpenoid

3.2 Cara Kerja

Daun pegagan Kering


±100 gram

Grinder

Maserasi

Saring

Uapkan

Maserat
Kedalam kolom
Masukkan 100 g norit

Lewatkan maserat dikolom

Tampung

Uapkan hingga kering


Uji KLT
Fase diam : Silica gel
Fase gerak : etil asetat ; metanol : aqua
(4:1:0,5)
Semprot Reagen
vanilin asam
sulfat
Untuk melihat noda fasa diam

Panaskan
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjitrosoepomo, G. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). (Gadjah Mada
University Press, 2010).
2. Bermawie Nurliani, dkk., Keragaman Sifat Morfologi Hasil dan Mutu
Plasma Nutfah Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.), Bul.Littro. Volume
XIX, 1 (2013)
3. Kristanti, A. N. Potensi Ekstrak Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
Dosis Tinggi Sebagai Antifertilitas pada Mencit (Mus musculus) Betina.
(UIN Maulana Malik Ibrahim, 2010).
4. Suardana, I. K. Kandunga Bahan Aktif Tanaman Pegagan dan Khasiatnya
untuk Meningkatkan Sistem Imun Tubuh. J. Penelit. dan Pengemb.
Pertan.35, 121–130 (2016).
5. Orhan, I. E. Centella asiatica (L.) Urban: From Traditional Medicine to
Modern Medicine with Neuroprotective Potential. Evidence-Based
Complement. Altern. Med.2012, 1–8 (2012).
6. Nova Kristina Natalini, dkk., Analisis Fitokimia Dan Penampilan Polapita
Protein Tanaman Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) Hasil Konservasi
In Vitro, Bogor: Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Institut
Pertanian Bogor, 2009.
7. Prakash, V., Jaiswal, N. & Srivastava, M. A Review On Medicinal
Properties Of Centella asiatica. Asian J. Pharm. Clin. Res.10, 69 (2017).
8. Gorgani, L., Mohammadi, M., Najafpour, G. D. & Nikzad, M. Piperine-
The Bioactive Compound of Black Pepper: From Isolation to Medicinal
Formulations. Compr. Rev. Food Sci. Food Saf.16, 124–140 (2017).
9. Jyoti Das Amar, Review On Nutritional Medicinal and Pharmacological
Properties Of Centella asiatica (Indian pennywort), Journal Of Biologically
Active Products From Nature JBAPPN 1 (4) pp 216-228, June 2011.
10. Mukhriani. Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif.
J. Kesehat.VII, 361–367 (2014).
RESUME JURNAL

Judul Depigmented Centella asiatica Extraction by


Pretreated with Supercritical Carbon Dioxide Fluid
for Wound Healing Application
Jurnal Processes, 8, 277
Tahun 2020
Penulis Pensak Jantrawut, Sarana Sommano , Korawan
Sringarm, Chiranan Khantham , Warintorn
Ruksiriwanich
Reviewer Siti Noor Asyikin Haqqi

Tujuan Untuk mengetahui pengaruh dari pigmentasi ulang


Penelitian ekstraksi centella menggunakan proses CO2Super Kritit
terhadap pengaplikasian ekstrak dalam penyembuhan
luka.
Objek Pegagan (Centella Asiatica)
Penelitian
Metode 1. Penyiapan Bahan
Penelitian Daun pegagan diambil dari Nampu, Ratccaburi,
thailand pada januari 2018. Daun pegagan
dikeringkan dan dihaluskan lalu disimpan pada
suhu 4ºc.
2. Ekraksi dan isolasi
 Ekstraksi Konvensional
Serbuk yang halus dimaserasi dengan etanol
70% pada suhu ruangan selama 48 jam.
Kemudian disaring menggunakan kertas
Whatman nomor 1. Filtrat di rotary evaporasi
sampai kering. Hasilnya disebut CV
 Perlakuan menggunakan CO2Superkritis
Serbuk dimasukkan dalam alat ektrasi super
kritis pada tekanan 35MPa, suhu 60ºc selama 3
jam, dengan etanol 95% sebagai pelarut. Proses
ini untuk menghilangkan pigmen dari serbuk
pegagan. Kemudian hasilnya di maserasi dengan
etanol 85% pada suhu ruangan selama 24-48
jam. Hasilnya dilakukan rotary evaporasi
sampai kering.
3. Identifikasi Senyawa Aktif
Menggunakan proses HPLC dan HPTLC

Hasil Kandungan senyawa hasil isolasi menunjukkan aktivitas


Penelitian biologi dalam penyembuhan luka, hal ini didapat dari
proses skrinning oksidasi pada aktivitas pembersihan
DPPH dan ABTS migrasi sel.
Kesimpulan  Total senyawa triterpenoid yang didapat berupa
madecassoside, Asiaticosida B, Asam madekasat,
Asam terminolat dan asam asiata.
 Perlakuan CO2Super kritis pada ekstraksi pegagan
dapat mengilangkan pigmen warna dari ekstrak dan
meningkatkan penyembuhan luka secara in vitro.

Anda mungkin juga menyukai