Deskripsi
Seorang pria berusia 26 tahun yang sebelumnya sehat dibawa ke bangsal darurat dengan dugaan
riwayat konsumsi tablet natrium sianida. Dia adalah pekerja pembersih perhiasan di industri
elektroplating, yang melibatkan penggunaan tablet sodium sianida (dengan kemurnian sangat
tinggi - 98%) di samping asam klorida dan beberapa bahan kimia lainnya.
Menurut rekan kerja, ia secara tidak sengaja menelan sedikit sodium sianida sekitar 1½ jam
sebelum kedatangan di rumah sakit. Keterangan ini agak meragukan dan kemungkinan menelan
sangat mungkin disengaja. Pasien tersebut mengalami muntah tiga kali dan mulai berperilaku
agitasi dan mudah tersinggung.
Penanganan di UGD
Pada saat kedatangan di UGD, setelah pemeriksaan fisik yang cepat, tabung nasogastrik
dimasukkan untuk dilakukan bilas lambung untuk anaylsis aspirat untuk sianida. Suspensi arang
aktif diberikan dan perawatan suportif dalam bentuk cairan I / V dan aliran tinggi O2 sebanyak 4L
/ min dimulai.
Sampel darah diambil untuk analisis gas darah arterial (ABG) dan konsultasi toksikologi diminta.
Bersamaan dengan itu pencarian penangkal sianida dimulai. Pemeriksaan fisik menunjukkan
keadaan bingung dengan skor GCS 12 (E3M5V4), P: 126 / menit, RR: 34 / menit, SpO2 - 94%
pada suhu kamar, BP: 104/66 mmHg.
Pupil mata berukuran normal dan bereaksi rata terhadap cahaya. Tidak ada bukti perubahan warna
merah ceri pada kulitnya pada warna kulitnya yang gelap, dan napasnya juga tidak berbau harum
aroma almond pahit khas.
Pemeriksaan sistemik tidak biasa. EKG normal, kecuali sinus takikardia. Hb-18,2 gm%, PC 2,99
lakh, Na + 144, K + 3.9, Mg ++ 2,6 mg% (1,8-2,6), SGPT-54 IU / L (5-45) Creat-1.8 Mg%. ABG
mengungkapkan asidosis metabolik yang parah (Tabel-1).
Pertanyaan :
Deskripsi :
Pasien adalah seorang wanita kaukasia, mahasiswa tingkat kedua yang tinggal diasrama
kampusnya dengan inisial RO berusia 19 tahun. Ia sekarang dirawat di bangsal medis rumah sakit
dengan riwayat bahwa dia telah mengkonsumsi sebanyak 45 tablet parasetamol (22,5 gram)
beberapa jam sebelumnya secara bersamaan akibat sakit kepala dan demamnya yang tidak turun.
Setelah meminum sebanyak dosis tersebut demamnya turun dan sakit kepalanya hilang, tetapi ia
mengalami keracunan dengan gejala mual, muntah, malaise, pucat dan diaphoresis. Sehingga ia
dibawa kerumah sakit oleh teman sekamarnya.
Hasil tes darah yang dilakukan selama beberapa hari ke depan disajikan pada Tabel I. table ini
menunjukkan tingkat enzim hati yang tinggi, yang mengindikasikan terjadi nekrosis sel pada
livernya. Aktivitas protrombin serta bilirubin tetap normal. Dia harus menjalani pemulihan tanpa
henti, sampai dinyatakan boleh pulang oleh dokter.
Pertanyaan :
Deskripsi :
Sebuah Keluarga baru yang terkena dampak terdiri dari 2 orang anggota, seorang wanita berusia
32 tahun dan seorang pria berusia 35 tahun, merupakan pasangan pengantin baru. Mereka baru
akan pindah ke apartemen yang baru ketika apartemen mereka menjalani penyemprotan pestisida
komersial untuk pemusnahan Kutu. Apartemen tersebut telah disemprot dengan pestisida dua kali
beberapa minggu sebelumnya tanpa hasil yang diinginkan. Sang pria melaporkan bahwa seorang
aplikator pestisida profesional menyemprotkan suatu pestisida yang tidak diketahui dengan
menggunakan peralatan tangki dan selang; Dia kemudian menggunakan delapan tabung
bertekanan dari formulasi pestisida tertentu. Tabung ini diisi dengan produk komersial yang
mengandung dua bahan aktif pestisida: pestisida organofosfat, dichlorvos (2,2 diklorovinil dimetil
fosfat), dan pestisida karbamat, propoksur (2 - (1-methylethoxy) phenol methylcarbamate). Setiap
wadah direkomendasikan untuk digunakan untuk 6000 kaki kubik; Apartemen itu diperkirakan
memiliki volume 5000 kaki kubik.
Tiga jam setelah penerapan pestisida ini, sang pria memasuki apartemen dan melihat "awan uap
masih tersisa di udara". Dia menutupi wajahnya dengan kain, membuka jendela apartemen dan
pergi pergi. Dia kembali dengan istrinya 2 jam kemudian dan melihat bahwa kabut pestisida yang
telah diamati sebelumnya telah dibersihkan; Namun, apartemen itu menyimpan sisa bau pestisida.
Keluarga tersebut tidur di apartemen malam itu.
Sejarah Klinik
Kedua anggota keluarga tersebut melaporkan mengalami gejala berikut pada keesokan paginya:
terbakar tenggorokan, dada terasa berat, mengi, sesak napas, sakit kepala, letih dan mual. Istrinya
juga merasakan sakit kepala ringan, kram perut dan diare. Semua anggota keluarga mengunjungi
dokter pribadi mereka keesokan hari setelah aplikasi pestisida, mengeluhkan gejala yang
disebutkan di atas, yang sedikit berkurang selama hari-hari berikutnya. Hasil kolinesterase serum
dan eritrosit menunjukkan peningkatan yang tinggi.
Pertanyaan :
Riwayat penyakit:
Seorang pria bernama mike white, umur 35 tahun, merasakan gejala yang timbul dimulai sekitar
3 bulan yang lalu, berupa mati rasa dan kesemutan di jari kaki dan ujung jari. Sekitar 1 bulan yang
lalu ia merasakan episode mual, sakit perut, dan diare, yang sembuh setelah 3 hari. Dalam 2 sampai
3 minggu terakhir, kesemutan yang dialami semakin menyakitkan, rasa seperti terbakar dan
merasakan kelemahan dan berkurangnya kemampuan dalam mencengkeram sebuah alat. Dia
merasakan episode berkeringat yang banyak dalam 3 bulan terakhir.
Riwayat keluarga:
Berasal dari keluarga biasa-biasa saja Istri, orang tua, dan dua saudaranya yang lebih muda dalam
kesehatan yang baik. Tidak memiliki penyakit bawaan apapun.
Riwayat sosial:
Pasien telah bekerja menjadi tukang kayu sejak menyelesaikan SMA 18 tahun yang lalu. Selama
10 tahun terakhir, ia telah tinggal di pedesaan, daerah pinggiran hutan dekat kaki bukit berhutan
Range Cascade di Northwest Washington. Sekitar 10 bulan lalu, ia menikah dan pindah bersama
istrinya, seorang guru sekolah dasar. Pasien mengkonsumsi 1 sampai 2 botol minuman beralkohol
setiap minggu dan berhenti merokok 2 tahun yang lalu Dia menkonsumsi 1 tablet multivitamin
sehari, tapi tidak ada suplemen lain atau obat resep.
Ia sangat menyukai makanan laut, seperti kepiting, tiram kerang dan rumput lain. Dalam 3 bulan
terakhir ini ia hampir 3 x dalam seminggu ia mengkonsumsinya. Pada musim dingin ini Ia sering
juga menggunakan kayu dari hutan untuk perapiannya.
Pemeriksaan fisik:
respirasi 12;
BP 124/76.
Kepala, Mata, Telinga, Hidung, dan Tenggorokan berada dalam batas normal.
Sistem pernafasan, kardiovaskular, dan perut juga normal, auskultasi dan palpasi nosmal, tanpa
hepatosplenomegali. Tidak ada limfadenopati.
Pemeriksaan dermatologi :
Pemeriksaan neurologis :
Proprioception berkurang di tangan dan kaki, dengan respon hyperesthetic untuk pada tusukan
peniti pada telapak kaki. kelemahan otot bilateral di dorsiflexors dari jari kaki dan pergelangan
kaki, ekstensor pergelangan tangan, dan intrinsik tangan. Refleks absen di pergelangan kaki dan
1+ di bisep dan lutut. Koordinasi dan fungsi saraf kranial dalam batas normal. Sendi memiliki
rentang gerak penuh, tanpa eritema, panas, atau pembengkakan.
Anemia makrositik dengan hematokrit 35% (kisaran normal 40% menjadi 52%),
Volume corpuscular 111 fL (kisaran normal 80 hingga 100 fL),
Jumlah sel darah putih (WBC) adalah 4.300 / mm3 (normal kisaran 3.900 untuk 11.700 /
mm3);
elevasi moderat eosinofil pada 9% (kisaran normal 0% sampai 4%).
basophilic stippling sel darah merah terlihat pada apusan darah.
enzim transaminase hati yang sedikit lebih tinggi.
Urinalisis : pada pemeriksaan urin 24 jam dan 48 jam terdapat kandungan sebanyak 312
mikrograms arsenic total per gram kreatinine
Pertanyaan :
1. Apa yang menunjukkan dan menjadi dasar yang menyatakan bahwa pasien menderita
keracunan arsen?
2. Berasal dari manakah arsen tersebut diperoleh oleh pasien?
3. Bagaimanakah cara terpaparnya pasien? Bagaimana distribusinya dalam tubuh?
4. Bagaimanakah keberadaan arsen di lingkungan? Bagaimana kaitannya dengan paparan
melalui pekerjaan?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan dosis antidotum yang sesuai untuk keracunan arsenic?
5. Kasus asma
A. Identitas Pasien
1. Nama lengkap : Christina lawalata
2. Jenis kelamin : wanita
3. Umur : 32 tahun
4. Suku/Bangsa : manado/Indonesia
5. Pekerjaan : pekerja swasta
6. Alamat : Surabaya, Jawa Timur
7. Status perkawinan : Belum menikah
B. Anamnesis
Asma dengan hipertensi
Deskripsi kasus
Pasien bernama Crishtina adalah pasien wanita, 32 tahun, dengan tinggi badan/ berat badan
165 cm/ 75 kg, dengan riwayat hipertensi dan asma. Pada sudah mengalami pengobatan di
rumah sakit sebelumnya akibat asma yang menyerangnya dan mendapatkan obatnya saat
itu meliputi albuterol (sesuai kebutuhan melalui inhaler), atenolol 25 mg dua kali sehari,
dan 25 mg hydrochlorothiazide.
Pada saat ini ia dirawat di rumah sakit dengan diagnosis eksaserbasi asma akibat bronchitis.
Dia diobati dengan perawatan albuterol setiap 3 jam, antibiotik sefalosporin melalui IV,
dan taper prednisone. Penggunaan Atenololnya telah dihentikan. Setelah 24 jam, Pasien C
mengeluh kram otot parah meskipun fakta bahwa tingkat potasium masuknya adalah 3,9
mEq / L, dalam batas normal. Profil metabolik dasar yang diminta menunjukkan fungsi
ginjal normal dan tingkat potassium 2,9 mEq / L. Dia diberi 40 mEq dua kali sehari dengan
pemantauan ketat tingkat potassiumnya nya.
Hasil pemeriksaan
Pertanyaan :
1. Sebagai Farmasisnya Sudah tepatkah terapi yang diterima oleh nona CL selama di rumah
sakit?
2. Mengapa atenolonya dihentikan?
3. Terapi non farmakologi apakah yang tepat untuk nn CL ?
4. Pengobatan apakah yang dapat dibawa pulang oleh nona CL?
5. Nn CL ingin melakukan olah raga setelah keluar RS, jenis oleh raga apa yang tepat
baginya, beri alasan.?
6. Kasus asma pada kehamilan
Data Subjektif:
Seorang ibu rumah tangga bernama MJ, berusia 40 tahun tinggal di Surakarta. Pada tanggal 15
mei 2015, datang bersama suaminya kerumah sakit diunit gawat darurat dengan keluhan Kesulitan
bernafas, napas pendek pendek, Kenaikan denyut nadi, Nafas berbunyi seperti mengi, terutama
saat menghembuskan nafas, Batuk kering pada awalnya dan kemudian menjadi betuk produktif
dengan sekret yang kekuningan dan kaku otot di sekitar dada. Ia juga merasakan sangat lelah dan
sulit beraktivitas. ia mengakui ini kehamilan yang kedua, usia kehamilannya 6,5 bulan. Di UGD
ia mendapat terapi O2 2 L/ menit salbutamol 5 mg
Riwayat Penyakit
Ibu MJ menikah sudah 15 tahun yang lalu. Suaminya berusia 42 tahun. Anak mereka telah
berumur 13 tahun. Pada awalnya ia tidak mengetahui jika hamil karena jaraknya dengan anak
pertama sangat jauh. Suami dan anaknya tidak memiliki riwayat asma, tetapi ibunya mengidap
asma (+) sejak masih muda. Dari hasil pemeriksaan tes laboratorium darah pertamanya, Analisa
gas darah diatas normal dan terjadi terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis, pada darah
terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH, Hiponatremia dan kadar leukosit diatas 17000 /
mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi, Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi
peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
Pengobatan di RS:
obat Masuk RS Hari 1 Hari 2
O2 2L/ menit ˅ ˅ ˅
Infuse RL ˅ ˅ ˅
Aminofilin inj 1 ampl melalui ˅ ˅
infus
Salbutamol 5 mg ˅ - -
Inj Ceftriaxon 500 mg ˅ ˅ ˅
Primperan 3x1 (amp) ˅ ˅ ˅
Dexametason 3x2 (amp) ˅ ˅ ˅
Ranitidin 2x1 (amp) ˅ ˅ ˅
bromheksin tablet ˅ ˅ ˅
Parasetamol 2 x 1 ˅ ˅ ˅
Pertanyaan
1. Buatkan assessment dan pembahasan untuk keadaan diatas
2. Buatlah planning terapi bagi hari ke 3 tanpa mengganggu kehamilannya?
3. berikan alasan setiap pemilihan pengobatan?
4. Apa saja yang harus dimonitor hingga ibu MJ boleh dinyatakan boleh pulang?
5. Jelaskan terapi non farmakologi untuk ibu MJ dan obat apa yang anda rekomendasikan
untuk dibawa pulang?
7. Kasus asma pada anak
Deskripsi penyakit
Alexandria adalah anak berusia 5 tahun (22 kg) yang dating ke unit kegawat daruratan
rumah sakit dengan gejala asma yang memburuk. Ibunya dan ayahnya mengatakan bahwa ia
menderita gangguan infeksi saluran pernafasan bagian atas (URI) selama dua hari terakhir (
tonsilnya mengalami peradangan akibat infeksi), sehingga inhaler albuterolnya lebih sering
digunakan. Saat ini, ia telah mendapat perawatan setiap 3 jam, namun tetap mengeluh sesak napas
dan sering batuk. Obat pengontrol asmanya adalah Flovent® 110 mcg 1 puff BID.
anamnesa
Alex duduk di tepi ranjang dengan mencondongkan tubuh ke depan. Ia masih sangat sadar
dan tetap bermain dengan bonekanya. Hasil pemeriksaan fisik menyatakan ia memiliki retraksi
intercostal moderat. Ketika di meminta untuk memberi tahu namanya dan aktivitas favoritnya di
sekolah bermainnya, dia harus berhenti dan menarik napas setelah 4 kata. Dan berusaha menarik
napas sekuatnya ia kadang menangis ketika tidak dapat berbicara dan bernapas dengan lancar
Suhu : 38,2°C
Pertanyaan :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SA
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Status : Sudah menikah
BB : 57 kg
TB : 155 cm
II. ANAMNESA
Autoanamnesa:
KELUHAN UTAMA : sesak nafas, napas pendek
KELUHAN TAMBAHAN : batuk berdahak, dahak encer
Pasien pernah di rawat sebanyak 3 kali dalam setahun ini karena asma. Riwayat sakit darah
tinggi dan kencing manis disangkal pasien.
POSTERIOR
Inspeksi : Pergerakan nafas hemitorak kanan dan kiri sama
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal hemitorak kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor pada hemitorak kanan dan kiri
Auskultasi : Bronkhial, wheezing inspirasi dan ekspirasi +/+, ronkhi -/-
Pertanyaan :
Deskripsi
Nona darmi kwon, pekerjaan ibu rumah tangga, berusia 35 tahun telah menghidap asma sejak
berumur 4 tahun. Ia tidak merokok, minum alkohol sesekali bila ada perayaan dan mempunyai
hewan peliharaan kucing ras persia. Ia juga memiliki alergi yang kadang memicu asmanya
menjadi kambuh.
Hari ini ia diantar suaminya ke unit gawat darurat karena gejala mirip flu, sakit perut dan
penurunan nafsu makan. Nona darmi kwon dideteksi mempunyai penyakit kuning.
Hasil pemeriksaan
Pertanyaan :
1. Sebagai Farmasisnya Sudah tepatkah terapi yang diterima oleh Nona darmi kwon selama
di rumah sakit?
2. Apa penyebab penyakit kuning yang dideritanya?
Terapi non farmakologi apakah yang tepat untuk Nona darmi kwon?
Pengobatan apakah yang dapat dibawa pulang oleh Nona darmi kwon?
Nona darmi kwon ingin melakukan olah raga setelah keluar RS, jenis oleh raga apa yang
tepat baginya, beri alasan.?
10. Kasus copd
Bapak Prayitno, Seorang laki-laki, usia 65 tahun dirawat di RSUD Kartini dengan keluhan utama
sesak napas. 3 hari sebelum masuk RS penderita napas pendek, batuk (+), dahak kental warna
kekuningan, panas (+) biasanya pada malam hari terasa demam tinggi. 1 hari sebelum masuk RS
penderita mengeluh sesak terus-menerus, sangat mengganggu aktivitas. Karena sesak makin
bertambah kemudian penderita berobat ke RSUD. Ia juga mengalami kesulitan tidur pada malam
hari dan itu membuatnya stress karena sukar beristirahat.
Riwayat penyakit
2 tahun yang lalu juga masuk rumah sakit dengan diagnosis copd, dia menyangkal memiliki asma
dan diabetes. Ia telah menghentikan rokoknya semenjak 7 tahun yang lalu akibat sering sesak
napas. Ia telah mengalami insomnia dari masih muda karena sering bekerja yang memerlukan
konsentrasi tinggi dengan computer hingga malam hari.
Paru :
Auskultasi :
Ka = SD Vesikuler, ronki kasar (+), wheezing (+), eksperium memanjang pada seluruh
lapangan paru atas, tengah, bawah.
Ka = SD Vesikuler, ronki kasar (+), wheezing (+), eksperium memanjang pada seluruh
lapangan paru atas, tengah, bawah.
Tanda Vital :
N : 88 x / menit, isi dan tegangan cukup
TD : 170/125 mmHg
RR : 34x / menit, reguler
T(Suhu) : 38,7°C
FEV1 : 78 %
Hb : 10,4 g/dl
Leukosit : 16.100 /mmk
Ht : 31,7%
GDS : 156
Trombosit : 406.000/mmk
Kultur bakteri : + (streptococcus pneumonia)
Kesan : Leukositosis
Pengobatan Di rumah sakit,:
obat Hari ke 1 Hari ke Hari ke 3
2
IVFD RL 20
˅ ˅
tts/menit
O2 3 L/m kanul ˅ ˅
Infus asering 16 tpm
+ Aminofilin 1 ˅ ˅
amp/500 cc Asering
Injeksi Cefotaksim 2 ˅ ˅
x 1 gram iv
Injeksi Ranitidin 3 x ˅ ˅
1 ampul
Salbutamol 3 x 2 mg ˅ ˅
Ambroxol 3 x 1 tab ˅ ˅
Captopril 3 x 12,5 ˅ ˅
mg
HCT 25 mg 1x1 ˅ ˅ ˅
Diazepam 2 mg 1x1 ˅ ˅ ˅
Diagnosis
Pertanyaan :
1. Sebagai Farmasisnya Sudah tepatkah terapi yang diterima oleh bapak selama di rumah
sakit?
2. Berikat pengobatan menurut anda yang sesuai pada hari ke tiga?
11.Kasus COPD
Deskripsi Penyakit
Andrew kirk berusia 70 tahun, istrinya (Elizabeth) meninggal sepuluh tahun yang lalu. Sejak
kematian Elizabeth, dia merasa sangat kesepian karena tidak memiliki anak. Dia tinggal sendirian
di sebuah flat 1 kamar di komplek perumahan. Andrew didiagnosis menderita penyakit paru
obstruktif kronik saat berusia 55 tahun. Dia adalah perokok berat selama masa mudanya, lalu dia
berhenti untuk sementara waktu ketika dia berumur 60 tahun tapi dimulai lagi setelah kematian
Elizabeth. Terlepas dari upaya perawatan lansia, Andrew masih merokok. Kadang ia minum
alcohol jika ada perayaan tertentu seperti natal, perayaan hari kemerdekaan atau thanksgiving.
Hal ini meningkatkan sesak napasnya dan mengakibatkan masuk rumah sakit akibat infeksi dada
yang berulang.
Riwayat penyakit
Andrew 2 hari yang lalu berada di UGD rumah sakit karena infeksi dada, yang kedua dalam empat
bulan terakhir. Setiap infeksi, derajat dyspnea jadi meningkat. Dia dijadwalkan menghadiri
pertemuan konsultasi pasien COPD setiap minggunya dengan tujuan mencegah eksaserbasi copd.
Riwayat social
Kompleks perumahan tempat Andrew tinggal memiliki pengawas yang akan memonitoring setiap
orang yang tinggal di flat tersebut. Kurangnya seorang penjaga yang tinggal di flat membuat
Andrew khawatir. Karena dia sangat mengandalkan penjaga tersebut jika sewaktu2 dia
membutuhkannya. Saat ini Andrew tidak memiliki bantuan dari luar; Dia mampu mengelola
kebersihan pribadinya dan menjaga kebersihan rumahnya tetap bersih. Dia bisa berjalan ke toko
kelontong setempat, meski karena COPD dan infeksi dada yang berulang ini ia memerlukan waktu
untuk berjalan dan dia juga harus berhenti untuk beristirahat. Ia juga sering mengunjungi rumah
sakit untuk menjenguk sahabatnya yang masih koma.
Pemeriksaaan Penunjang
Tanda Vital :
N : 90 x / menit, isi dan tegangan cukup
TD : 155/110 mmHg
RR : 35x / menit, reguler
T(Suhu) : 37,7°C
FEV1 : 60 %
Hb : 10,4 g/dl
Leukosit : 18.300 /mmk
Ht : 31,7%
GDS : 189
Trombosit : 406.000/mmk
Kultur bakteri : + (Pseudomonas aeruginosa)
Captopril 3 x 12,5 ˅ ˅
mg
propanolol 40 mg ˅ ˅
1x1
parasetamol 250 mg ˅ ˅
1x1
Pertanyaan
1. Sebagai Farmasisnya Sudah tepatkah terapi yang diterima oleh bapak selama di rumah
sakit?
2. Berikat pengobatan menurut anda yang sesuai pada hari ke tiga?
3. Obat apakah yang dapat dibawa pulang oleh bapak Andrew tersebut?
12.Studi kasus nutrisi parenteral
Pemeriksaan fisik :
PENAMPILAN UMUM : cemas, tampak lemah dan pucat
KULIT / INTEG : kulit kering, tenting diperhatikan, mata cekung
RESP : nafas berbunyi jelas dengan aerasi yang sama secara bilateral, tidak
bekerja
CARDIAC : kulit pucat, hangat & kering, S1S2, tidak ada edema, pulsasi 2+ di
semua ekstremitas
NEURO : alert & oriented x4,
GI / GU : perut perusahaan dan buncit. Suara usus yang tidak ada, belum
voided
MISC : keluhan sakit perut kram, kolik di RLQ, 8/10, mual dan muntah
Tanda Vital Awal:
Suhu : 37.8 C
Nadi : 110 X/ mnt
RR : 22 X/menit
TD : 100/60 mmHg
SaO2 : 98%
Lab/diagnostic Results:
WBC 15000
HGB 9 g/dL
Potassium 3.3
Glucose 165
Prealbumin 5 mg
BUN 7
Creatinine 1.2
Pertanyaan :
Hitunglah kebutuhan kalori pasien tersebut ( karbohidrat, protein dan lipid) dalam bentuk nutrisi
parenteral? Calculate the total 24 hour caloric content of the Dextrose, Amino Acids and
IVFE (Lipids) for Mrs. Morris.
13.Studi kasus nutrisi parenteral
Deskripsi :
VH adalah perempuan kulit putih berusia 61 tahun yang telah mengajar kelas dua selama
35 tahun. Selama 6 bulan terakhir dia merasakan sakit yang sangat menusuk di perutnya
dan perasaan yang selalu kenyang. Ia berpikir itu bisul, dia mencoba mengabaikan
ketidaknyamanannya. Namun, selama 3 minggu terakhir rasa sakitnya bertambah parah
sehingga dia tidak bisa bekerja. Nafsu makannya berkurang dan dia menyadari berat
badannya turun. Dia akhirnya pergi ke dokter.
VH memiliki tinggi badan 175 cm, berat badannya 72. Selama sebelum kunjungannya ke
dokter, dia telah kehilangan 7 kg berat badan dan sekarang beratnya hanya 65 kg. Beberapa
analisis darah dan serangkaian foto scan dilakukan. USG mengungkapkan ada sebuah
tumor di Lambungnya. VH segera dirawat di rumah sakit karena dilakukan pemindahan
dan biopsi tumor, yang ternyata ganas dengan metastase, VH tetap berada di rumah sakit
sementara kemoterapi dan terapi radiasi dimulai. VH tidak dapat mentolerir makanan
enteral saat ini. Dokter meminta nutrition untuk merumuskan rekomendasi TPN.
Gender : Female
Age : 61 y
Height : 175 cm
berat sekarang : 65 lb
berat awal : 72 kg
Pertanyaan :
Berapa banyak kalori Jumlah hal ini memberikan? (Petunjuk: acara perhitungan untuk kalori dari
protein, kalori dari CHO dan kalori dari lemak dan kemudian menambahkan bersama-sama untuk
total kalori)
15.Studi kasus batuk dan flu non bakteri
Deskripsi penyakit :
Erika panjaitan, 19 tahun, datang ke klinik di kampus universitasnya dengan keluhan gejala
batuk dan flu. Dia menyatakan bahwa batuknya sangat bertahan di malam hari. Ia
sepanjang malam tidak bias tidur akibat batuk yang continyu, hidung meler dan pusing.
Tanda vital:
Suhu : 38,7 ° C
Pulsa : 90x/mnt;
Respirasi, : 22x/mnt
Tekanan darah : 98/68 mmHg
Pertanyaan :
1. .Sesuaikah obat yang direkomendasikan pada Erica?
2. Bagaimana obat-obatan ini bekerja dapat untuk mengatasi kondisi patologis Erika?
3. adakah obat lain yang mungkin dipertimbangkan untuk mengobati gejala Erika?
4. Apakah temuan kemungkinan efek samping dari terapi obat?
5. Edukasi apa yang dibutuhkan bagi Erika sehubungan dengan terapi obatnya?