Anda di halaman 1dari 33

1.

Kasus kegawatdaruratan ( keracunan cyanide)

Deskripsi

Seorang pria berusia 26 tahun yang sebelumnya sehat dibawa ke bangsal darurat dengan dugaan
riwayat konsumsi tablet natrium sianida. Dia adalah pekerja pembersih perhiasan di industri
elektroplating, yang melibatkan penggunaan tablet sodium sianida (dengan kemurnian sangat
tinggi - 98%) di samping asam klorida dan beberapa bahan kimia lainnya.

Menurut rekan kerja, ia secara tidak sengaja menelan sedikit sodium sianida sekitar 1½ jam
sebelum kedatangan di rumah sakit. Keterangan ini agak meragukan dan kemungkinan menelan
sangat mungkin disengaja. Pasien tersebut mengalami muntah tiga kali dan mulai berperilaku
agitasi dan mudah tersinggung.

Penanganan di UGD

Pada saat kedatangan di UGD, setelah pemeriksaan fisik yang cepat, tabung nasogastrik
dimasukkan untuk dilakukan bilas lambung untuk anaylsis aspirat untuk sianida. Suspensi arang
aktif diberikan dan perawatan suportif dalam bentuk cairan I / V dan aliran tinggi O2 sebanyak 4L
/ min dimulai.

Sampel darah diambil untuk analisis gas darah arterial (ABG) dan konsultasi toksikologi diminta.
Bersamaan dengan itu pencarian penangkal sianida dimulai. Pemeriksaan fisik menunjukkan
keadaan bingung dengan skor GCS 12 (E3M5V4), P: 126 / menit, RR: 34 / menit, SpO2 - 94%
pada suhu kamar, BP: 104/66 mmHg.

Pupil mata berukuran normal dan bereaksi rata terhadap cahaya. Tidak ada bukti perubahan warna
merah ceri pada kulitnya pada warna kulitnya yang gelap, dan napasnya juga tidak berbau harum
aroma almond pahit khas.

Pemeriksaan sistemik tidak biasa. EKG normal, kecuali sinus takikardia. Hb-18,2 gm%, PC 2,99
lakh, Na + 144, K + 3.9, Mg ++ 2,6 mg% (1,8-2,6), SGPT-54 IU / L (5-45) Creat-1.8 Mg%. ABG
mengungkapkan asidosis metabolik yang parah (Tabel-1).
Pertanyaan :

1. Bagaimana mekanisme keracunan cyanide?


2. Pada soal diatas, penanganan apa saja yang dapat dilakukan selanjutnya?
3. ABG mengungkapkan asidosis metabolik yang parah, apa artinya? Apa yang harus
dilakukan untuk penanganannya?
4. Jika antidotum tidak dapat ditemukan, terapi supportif apa yang dilakukan?
5. Monitoring apa saja yang dilakukan selama pengobatan?
6. Antidotum apa yang dapat diberikan pada penanganan keracunan cyanide?
7. Jelaskan mekanisme kerja antidotum dan penatalaksanaan pengobatannya.
2. Studi kasus kegawatdaruratan ( keracunan parasetamol)

Deskripsi :

Pasien adalah seorang wanita kaukasia, mahasiswa tingkat kedua yang tinggal diasrama
kampusnya dengan inisial RO berusia 19 tahun. Ia sekarang dirawat di bangsal medis rumah sakit
dengan riwayat bahwa dia telah mengkonsumsi sebanyak 45 tablet parasetamol (22,5 gram)
beberapa jam sebelumnya secara bersamaan akibat sakit kepala dan demamnya yang tidak turun.
Setelah meminum sebanyak dosis tersebut demamnya turun dan sakit kepalanya hilang, tetapi ia
mengalami keracunan dengan gejala mual, muntah, malaise, pucat dan diaphoresis. Sehingga ia
dibawa kerumah sakit oleh teman sekamarnya.

Hasil tes darah yang dilakukan selama beberapa hari ke depan disajikan pada Tabel I. table ini
menunjukkan tingkat enzim hati yang tinggi, yang mengindikasikan terjadi nekrosis sel pada
livernya. Aktivitas protrombin serta bilirubin tetap normal. Dia harus menjalani pemulihan tanpa
henti, sampai dinyatakan boleh pulang oleh dokter.

Pertanyaan :

1. Bagaimana mekanisme keracunan paracetamol?


2. Pada soal diatas, penanganan apa saja yang dapat dilakukan secra umum?
3. tingkat enzim hati yang tinggi, yang mengindikasikan terjadi nekrosis sel pada livernya.
apa artinya? Apa yang harus dilakukan untuk penanganannya?
4. Antidotum apa yang dapat diberikan?
5. Monitoring apa saja yang dilakukan selama pengobatan?
6. Jelaskan mekanisme kerja antidotum dan penatalaksanaan pengobatannya.
3. Studi kasus kegawatdaruratan ( keracunan pestisida)

Deskripsi :

Sebuah Keluarga baru yang terkena dampak terdiri dari 2 orang anggota, seorang wanita berusia
32 tahun dan seorang pria berusia 35 tahun, merupakan pasangan pengantin baru. Mereka baru
akan pindah ke apartemen yang baru ketika apartemen mereka menjalani penyemprotan pestisida
komersial untuk pemusnahan Kutu. Apartemen tersebut telah disemprot dengan pestisida dua kali
beberapa minggu sebelumnya tanpa hasil yang diinginkan. Sang pria melaporkan bahwa seorang
aplikator pestisida profesional menyemprotkan suatu pestisida yang tidak diketahui dengan
menggunakan peralatan tangki dan selang; Dia kemudian menggunakan delapan tabung
bertekanan dari formulasi pestisida tertentu. Tabung ini diisi dengan produk komersial yang
mengandung dua bahan aktif pestisida: pestisida organofosfat, dichlorvos (2,2 diklorovinil dimetil
fosfat), dan pestisida karbamat, propoksur (2 - (1-methylethoxy) phenol methylcarbamate). Setiap
wadah direkomendasikan untuk digunakan untuk 6000 kaki kubik; Apartemen itu diperkirakan
memiliki volume 5000 kaki kubik.

Tiga jam setelah penerapan pestisida ini, sang pria memasuki apartemen dan melihat "awan uap
masih tersisa di udara". Dia menutupi wajahnya dengan kain, membuka jendela apartemen dan
pergi pergi. Dia kembali dengan istrinya 2 jam kemudian dan melihat bahwa kabut pestisida yang
telah diamati sebelumnya telah dibersihkan; Namun, apartemen itu menyimpan sisa bau pestisida.
Keluarga tersebut tidur di apartemen malam itu.

Sejarah Klinik

Kedua anggota keluarga tersebut melaporkan mengalami gejala berikut pada keesokan paginya:
terbakar tenggorokan, dada terasa berat, mengi, sesak napas, sakit kepala, letih dan mual. Istrinya
juga merasakan sakit kepala ringan, kram perut dan diare. Semua anggota keluarga mengunjungi
dokter pribadi mereka keesokan hari setelah aplikasi pestisida, mengeluhkan gejala yang
disebutkan di atas, yang sedikit berkurang selama hari-hari berikutnya. Hasil kolinesterase serum
dan eritrosit menunjukkan peningkatan yang tinggi.
Pertanyaan :

1. Pestisida kategori apakah yang meracuni mereka?


2. Bagaimana mekanisme keracunan pestisida diatas?
3. Pada soal diatas, penanganan apa saja yang dapat dilakukan secara umum?
4. tingkat kolinesterase serum dan darah yang tinggi, yang mengindikasikan terjadi
keracunan. Apa yang harus dilakukan untuk penanganannya?
5. Antidotum apa yang dapat diberikan?
6. Monitoring apa saja yang dilakukan selama pengobatan?
7. Jelaskan mekanisme kerja antidotum dan penatalaksanaan pengobatannya.
4. Kasus kegawat daruratan ( keracunan arsenic)

Riwayat penyakit:

Seorang pria bernama mike white, umur 35 tahun, merasakan gejala yang timbul dimulai sekitar
3 bulan yang lalu, berupa mati rasa dan kesemutan di jari kaki dan ujung jari. Sekitar 1 bulan yang
lalu ia merasakan episode mual, sakit perut, dan diare, yang sembuh setelah 3 hari. Dalam 2 sampai
3 minggu terakhir, kesemutan yang dialami semakin menyakitkan, rasa seperti terbakar dan
merasakan kelemahan dan berkurangnya kemampuan dalam mencengkeram sebuah alat. Dia
merasakan episode berkeringat yang banyak dalam 3 bulan terakhir.

Riwayat kesehatan sebelumnya:

tidak pernah mengalami sakit yang signifikan

Riwayat keluarga:

Berasal dari keluarga biasa-biasa saja Istri, orang tua, dan dua saudaranya yang lebih muda dalam
kesehatan yang baik. Tidak memiliki penyakit bawaan apapun.

Riwayat sosial:

Pasien telah bekerja menjadi tukang kayu sejak menyelesaikan SMA 18 tahun yang lalu. Selama
10 tahun terakhir, ia telah tinggal di pedesaan, daerah pinggiran hutan dekat kaki bukit berhutan
Range Cascade di Northwest Washington. Sekitar 10 bulan lalu, ia menikah dan pindah bersama
istrinya, seorang guru sekolah dasar. Pasien mengkonsumsi 1 sampai 2 botol minuman beralkohol
setiap minggu dan berhenti merokok 2 tahun yang lalu Dia menkonsumsi 1 tablet multivitamin
sehari, tapi tidak ada suplemen lain atau obat resep.

Ia sangat menyukai makanan laut, seperti kepiting, tiram kerang dan rumput lain. Dalam 3 bulan
terakhir ini ia hampir 3 x dalam seminggu ia mengkonsumsinya. Pada musim dingin ini Ia sering
juga menggunakan kayu dari hutan untuk perapiannya.

Pemeriksaan fisik:

Tanda-tanda vital: suhu 37. 5°C;


Pulsa : 60 dan teratur;

respirasi 12;

BP 124/76.

Kepala, Mata, Telinga, Hidung, dan Tenggorokan berada dalam batas normal.

Sistem pernafasan, kardiovaskular, dan perut juga normal, auskultasi dan palpasi nosmal, tanpa
hepatosplenomegali. Tidak ada limfadenopati.

Pemeriksaan dermatologi :

mengungkapkan terjadi hiperpigmentasi seperti belang berwarna coklat, dengan bintik-bintik


pucat di atasnya tersebar di dalam dan sekitar aksila, selangkangan, puting, dan leher. Telapak
tangan dan kaki menunjukkan beberapa hiperkeratosis seperti jagung 4 sampai 10 mm. Tiga
beraturan, berbatas tegas, plak eritematosa, bersisik, berukuran 2 sampai 3 cm, pada tubuh pasien.

Pemeriksaan neurologis :

Proprioception berkurang di tangan dan kaki, dengan respon hyperesthetic untuk pada tusukan
peniti pada telapak kaki. kelemahan otot bilateral di dorsiflexors dari jari kaki dan pergelangan
kaki, ekstensor pergelangan tangan, dan intrinsik tangan. Refleks absen di pergelangan kaki dan
1+ di bisep dan lutut. Koordinasi dan fungsi saraf kranial dalam batas normal. Sendi memiliki
rentang gerak penuh, tanpa eritema, panas, atau pembengkakan.

Pada evaluasi laboratorium awal

• Hitung darah lengkap (CBC):

 Anemia makrositik dengan hematokrit 35% (kisaran normal 40% menjadi 52%),
 Volume corpuscular 111 fL (kisaran normal 80 hingga 100 fL),
 Jumlah sel darah putih (WBC) adalah 4.300 / mm3 (normal kisaran 3.900 untuk 11.700 /
mm3);
 elevasi moderat eosinofil pada 9% (kisaran normal 0% sampai 4%).
 basophilic stippling sel darah merah terlihat pada apusan darah.
 enzim transaminase hati yang sedikit lebih tinggi.
 Urinalisis : pada pemeriksaan urin 24 jam dan 48 jam terdapat kandungan sebanyak 312
mikrograms arsenic total per gram kreatinine

Treatment : pemberian vitamin A dan dimercaprol

Prognosis : keracunan arsenic

Pertanyaan :

1. Apa yang menunjukkan dan menjadi dasar yang menyatakan bahwa pasien menderita
keracunan arsen?
2. Berasal dari manakah arsen tersebut diperoleh oleh pasien?
3. Bagaimanakah cara terpaparnya pasien? Bagaimana distribusinya dalam tubuh?
4. Bagaimanakah keberadaan arsen di lingkungan? Bagaimana kaitannya dengan paparan
melalui pekerjaan?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan dosis antidotum yang sesuai untuk keracunan arsenic?
5. Kasus asma

A. Identitas Pasien
1. Nama lengkap : Christina lawalata
2. Jenis kelamin : wanita
3. Umur : 32 tahun
4. Suku/Bangsa : manado/Indonesia
5. Pekerjaan : pekerja swasta
6. Alamat : Surabaya, Jawa Timur
7. Status perkawinan : Belum menikah

B. Anamnesis
Asma dengan hipertensi

Deskripsi kasus
Pasien bernama Crishtina adalah pasien wanita, 32 tahun, dengan tinggi badan/ berat badan
165 cm/ 75 kg, dengan riwayat hipertensi dan asma. Pada sudah mengalami pengobatan di
rumah sakit sebelumnya akibat asma yang menyerangnya dan mendapatkan obatnya saat
itu meliputi albuterol (sesuai kebutuhan melalui inhaler), atenolol 25 mg dua kali sehari,
dan 25 mg hydrochlorothiazide.
Pada saat ini ia dirawat di rumah sakit dengan diagnosis eksaserbasi asma akibat bronchitis.
Dia diobati dengan perawatan albuterol setiap 3 jam, antibiotik sefalosporin melalui IV,
dan taper prednisone. Penggunaan Atenololnya telah dihentikan. Setelah 24 jam, Pasien C
mengeluh kram otot parah meskipun fakta bahwa tingkat potasium masuknya adalah 3,9
mEq / L, dalam batas normal. Profil metabolik dasar yang diminta menunjukkan fungsi
ginjal normal dan tingkat potassium 2,9 mEq / L. Dia diberi 40 mEq dua kali sehari dengan
pemantauan ketat tingkat potassiumnya nya.
Hasil pemeriksaan

Pemeriksaan Tanggal 17 agustus Tanggal 19 agustus


(SMRS)
TB/BB 165 cm/ 75 kg 165 cm/ 74 kg
N 110 95
T 39,7˚C 37,5˚C
RR 35 x/mnt 30 x/mnt
TD 160/ 115 mmHg 144/100 mm Hg
FeV1 75 % 85%
SaO2 80% 90%
GDP 185 184
Kol total 178 160
Hb 13 g/dl 12,4 g/dl
Kultur bakteri + ( hemofillus inf) -
As urat 6,5 6
Leukosit 15.000 10.500

Pengobatan Di rumah sakit,:


obat Hari Hari ke Hari
ke 1 2 ke 3
IVFD RL 20 tts/menit ˅ ˅ ˅
O2 2L / min melalui hidung kanula ˅ ˅ ˅
Prednison 2 mg/kgBB/hari tiap 6 ˅
˅ ˅
jam
Ventolin inhaler ˅ ˅
HCT 25 mg ˅ ˅ ˅
atenolol 25 mg 2 X 1 ˅ - -
Injeksi sefadroksil IV ˅ ˅ ˅
Salbutamol 200 mg OD ˅ ˅ ˅
Parasetamol 500 mg ˅ ˅ ˅

Pertanyaan :

1. Sebagai Farmasisnya Sudah tepatkah terapi yang diterima oleh nona CL selama di rumah
sakit?
2. Mengapa atenolonya dihentikan?
3. Terapi non farmakologi apakah yang tepat untuk nn CL ?
4. Pengobatan apakah yang dapat dibawa pulang oleh nona CL?
5. Nn CL ingin melakukan olah raga setelah keluar RS, jenis oleh raga apa yang tepat
baginya, beri alasan.?
6. Kasus asma pada kehamilan

Data Subjektif:
Seorang ibu rumah tangga bernama MJ, berusia 40 tahun tinggal di Surakarta. Pada tanggal 15
mei 2015, datang bersama suaminya kerumah sakit diunit gawat darurat dengan keluhan Kesulitan
bernafas, napas pendek pendek, Kenaikan denyut nadi, Nafas berbunyi seperti mengi, terutama
saat menghembuskan nafas, Batuk kering pada awalnya dan kemudian menjadi betuk produktif
dengan sekret yang kekuningan dan kaku otot di sekitar dada. Ia juga merasakan sangat lelah dan
sulit beraktivitas. ia mengakui ini kehamilan yang kedua, usia kehamilannya 6,5 bulan. Di UGD
ia mendapat terapi O2 2 L/ menit salbutamol 5 mg

Riwayat Penyakit
Ibu MJ menikah sudah 15 tahun yang lalu. Suaminya berusia 42 tahun. Anak mereka telah
berumur 13 tahun. Pada awalnya ia tidak mengetahui jika hamil karena jaraknya dengan anak
pertama sangat jauh. Suami dan anaknya tidak memiliki riwayat asma, tetapi ibunya mengidap
asma (+) sejak masih muda. Dari hasil pemeriksaan tes laboratorium darah pertamanya, Analisa
gas darah diatas normal dan terjadi terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis, pada darah
terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH, Hiponatremia dan kadar leukosit diatas 17000 /
mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi, Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi
peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

Data Objektif saat masuk rumah sakit


pemeriksaan SMRS Hari ke 2
KU :, kurang baik, kesadaran baik
compos mentis
suhu 39,2 ° C 37, 8° C
Nadi 100x/menit, 95x/menit,
TD 120/90 mmHg 110/80 mmHg
Pernafasan 35x /menit, 28x/menit
BB /TB 64 kg, BB sebelum 67 kg, 64 kg, 165 cm
TB 165 cm,.
SaO2 85% 90%
FEV 80% 85%
Kultur bakteri + +
leukosit 17.000 14.300
GDS 150 156
SGOT/SGPT 68 u/L / 50 u/L 52 u/L / 45 u/L

Pengobatan di RS:
obat Masuk RS Hari 1 Hari 2
O2 2L/ menit ˅ ˅ ˅
Infuse RL ˅ ˅ ˅
Aminofilin inj 1 ampl melalui ˅ ˅
infus
Salbutamol 5 mg ˅ - -
Inj Ceftriaxon 500 mg ˅ ˅ ˅
Primperan 3x1 (amp) ˅ ˅ ˅
Dexametason 3x2 (amp) ˅ ˅ ˅
Ranitidin 2x1 (amp) ˅ ˅ ˅
bromheksin tablet ˅ ˅ ˅
Parasetamol 2 x 1 ˅ ˅ ˅

Pertanyaan
1. Buatkan assessment dan pembahasan untuk keadaan diatas
2. Buatlah planning terapi bagi hari ke 3 tanpa mengganggu kehamilannya?
3. berikan alasan setiap pemilihan pengobatan?
4. Apa saja yang harus dimonitor hingga ibu MJ boleh dinyatakan boleh pulang?
5. Jelaskan terapi non farmakologi untuk ibu MJ dan obat apa yang anda rekomendasikan
untuk dibawa pulang?
7. Kasus asma pada anak

Deskripsi penyakit

Alexandria adalah anak berusia 5 tahun (22 kg) yang dating ke unit kegawat daruratan
rumah sakit dengan gejala asma yang memburuk. Ibunya dan ayahnya mengatakan bahwa ia
menderita gangguan infeksi saluran pernafasan bagian atas (URI) selama dua hari terakhir (
tonsilnya mengalami peradangan akibat infeksi), sehingga inhaler albuterolnya lebih sering
digunakan. Saat ini, ia telah mendapat perawatan setiap 3 jam, namun tetap mengeluh sesak napas
dan sering batuk. Obat pengontrol asmanya adalah Flovent® 110 mcg 1 puff BID.

anamnesa

Alex duduk di tepi ranjang dengan mencondongkan tubuh ke depan. Ia masih sangat sadar
dan tetap bermain dengan bonekanya. Hasil pemeriksaan fisik menyatakan ia memiliki retraksi
intercostal moderat. Ketika di meminta untuk memberi tahu namanya dan aktivitas favoritnya di
sekolah bermainnya, dia harus berhenti dan menarik napas setelah 4 kata. Dan berusaha menarik
napas sekuatnya ia kadang menangis ketika tidak dapat berbicara dan bernapas dengan lancar

Detak jantung : 142 x/menit

Tingkat pernapasan (HR) : 44 x/mnt

SpO2 : 92% pada FiO2 0,21

Tekanan darah : 92/63 mmHg

Suhu : 38,2°C

Suara napasnya : Berkurang dengan embusan ekspirasi yang sangat samar di


seluruh semua bidang paru-paru pada auskultasi

Pertanyaan :

Berikan rekomendasi pengobatan dan monitoring untuk Alexandria….


8. Kasus asma dengan diabetes

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SA
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Status : Sudah menikah
BB : 57 kg
TB : 155 cm

II. ANAMNESA
Autoanamnesa:
KELUHAN UTAMA : sesak nafas, napas pendek
KELUHAN TAMBAHAN : batuk berdahak, dahak encer

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke RS dengan keluhan sesak nafas sejak ± 3 hari SMRS karena kehujanan.
Sebelumnya pasien sering sesak nafas dan napas pendek jika suasana dingin atau kelelahan
bekerja. Pasien menyangkal sering sesak napas sejak kecil. Pasien mengatakan mulai sering
sesak napas ± pada usia 40 tahun. Awalnya sesak napas hanya timbul satu bulan sekali tapi lama-
lama frekuensi sesak semakin sering terutama dua tahun terakhir ini. Dan sejak tiga bulan
terakhir, sesak napas datang setiap hari. Sesak napas dirasakan memberat pada malam hari atau
saat suasana dingin atau jika pasien kelelahan. Dan hampir setiap malam sesak napas datang.
Pasien juga mengeluh batuk berdahak bersamaan dengan sesaknya. Selama tiga bulan terakhir
ini pasien rutin meminum obat dari hasil kontrol ke Poliklinik Penyakit Dalam. Pasien mendapat
4 jenis obat, namun pasien tidak tahu nama obatnya.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien pernah di rawat sebanyak 3 kali dalam setahun ini karena asma. Riwayat sakit darah
tinggi dan kencing manis disangkal pasien.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Di keluarga pasien ada yang punya penyakit asma (kakek). Pasien mengatakan tidak ada keluarga
sedarah yang menderita hipertensi, kencing manis, maupun sakit yang lainnya.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik pada awal masuk rumah sakit :
 Keadaan umum : Tampak sesak, berkeringat
 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 120/80 mmhg
 Nadi : 120 x/mnt
 Frekuensi nafas : 38 x/mnt
 Suhu : 36,8 ºC
 Berat Badan : 57 kg
 Tinggi badan : 155 cm
 Auskultasi : Bronkhial, wheezing inspirasi dan ekspirasi +/+, ronkhi -/-

POSTERIOR
 Inspeksi : Pergerakan nafas hemitorak kanan dan kiri sama
 Palpasi : Fremitus taktil dan vokal hemitorak kiri dan kanan sama
 Perkusi : Sonor pada hemitorak kanan dan kiri
 Auskultasi : Bronkhial, wheezing inspirasi dan ekspirasi +/+, ronkhi -/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

DARAH RUTIN (24-1-2011)


 Hb : 14,5 gr%
 Leukosit : 16.300/uL
 Ht : 41,5%
 Trombosit : 193.000/uL
 Diff.count : 7,8/ 1,9/ 90,3 %
 LED : 45 mm/jam
 GDS : 275
 GDP : 255
 FeV1 : 70%
 SaO2 : 80%
Pengobatan di RS:
obat Masuk RS Hari 1 Hari 2
O2 2L/ menit ˅ ˅
Infuse RL ˅ ˅
Aminofilin inj 1 ampl melalui ˅
infus
Inj amoksisilin IV ˅ ˅
insulin ˅ ˅
Metil Prednisolon 5 ˅ ˅
mg/kgBB/hari tiap 6 jam
Metformin 500 mg 1x1 ˅ ˅
Bisolvon tab 2 x1 ˅ ˅
Obh Syrup 3 x 1 cth ˅ ˅

Pertanyaan :

Berikan rekomendasi pengobatan dan monitoring untuk untuk pasien……


9. Kasus . Asma

Deskripsi
Nona darmi kwon, pekerjaan ibu rumah tangga, berusia 35 tahun telah menghidap asma sejak
berumur 4 tahun. Ia tidak merokok, minum alkohol sesekali bila ada perayaan dan mempunyai
hewan peliharaan kucing ras persia. Ia juga memiliki alergi yang kadang memicu asmanya
menjadi kambuh.
Hari ini ia diantar suaminya ke unit gawat darurat karena gejala mirip flu, sakit perut dan
penurunan nafsu makan. Nona darmi kwon dideteksi mempunyai penyakit kuning.

Riwayat medis pengobatan


Dua bulan yang lalu Nona darmi kwon menemui dokter umum ketika mengalami nafas yang
pendek selama beberapa minggu. Nona darmi kwon mendapat pengobatan zafirlukast 20 mg dua
kali sehari ditambah pemberian amoxycilin tiga kali sehari selama seminggu. Dokter curiga pasien
mempunyai infeksi ringan.
Dia juga mendapat pengobatan :
- Deksametason 0,5 mg spray BID
- Salbutamol 100 mg jika diperlukan

Hasil pemeriksaan

pemeriksaan Tanggal 23 jan Tanggal 25 jan


(SMRS)
TB/BB 165 cm/ 50 kg 165 cm/ 50 kg
N 110 95
T 38,7˚C 37,8˚C
RR 30 x/mnt 28 x/mnt
TD 155/ 100 mmHg 140/85 mm Hg
FeV1 70 % 80%
SaO2 80% 90%
GDP 185 184
Kol total 178 160
Hb 12 g/dl 12,4 g/dl
Kultur bakteri - -
As urat 6,5 6
Leukosit 5.000 7.500
Bilirubin: 44 µmol/l (normal 30 µmol/l (normal
range < 17 µmol/l) range < 17 µmol/l)
Alanin transaminase 200 IU/l (normal 180 IU/l (normal
(ALT): range:0-35 units/l) range:0-35 units/l)
Aspartate 150 IU/l (normal 132 IU/l (normal
transaminase (AST): range:0-35 units/l) range:0-35 units/l)

Pengobatan Di rumah sakit,:


obat Hari Hari ke Hari
ke 1 2 ke 3
IVFD RL 20 tts/menit ˅ ˅ ˅
O2 2L / min melalui hidung kanula ˅ ˅ ˅
Prednison 2 mg/kgBB/hari tiap 6
˅ ˅ ˅
jam
Salbutamol 200 mg OD ˅ ˅ ˅
Curcuma plus tab 3 x 2 tab ˅ ˅ ˅
Kaptopril 12,5 mg ˅ ˅ ˅
amoxycilin 500 mg 3x sehari ˅ ˅ ˅

Pertanyaan :

1. Sebagai Farmasisnya Sudah tepatkah terapi yang diterima oleh Nona darmi kwon selama
di rumah sakit?
2. Apa penyebab penyakit kuning yang dideritanya?
 Terapi non farmakologi apakah yang tepat untuk Nona darmi kwon?
 Pengobatan apakah yang dapat dibawa pulang oleh Nona darmi kwon?
 Nona darmi kwon ingin melakukan olah raga setelah keluar RS, jenis oleh raga apa yang
tepat baginya, beri alasan.?
10. Kasus copd

Bapak Prayitno, Seorang laki-laki, usia 65 tahun dirawat di RSUD Kartini dengan keluhan utama
sesak napas. 3 hari sebelum masuk RS penderita napas pendek, batuk (+), dahak kental warna
kekuningan, panas (+) biasanya pada malam hari terasa demam tinggi. 1 hari sebelum masuk RS
penderita mengeluh sesak terus-menerus, sangat mengganggu aktivitas. Karena sesak makin
bertambah kemudian penderita berobat ke RSUD. Ia juga mengalami kesulitan tidur pada malam
hari dan itu membuatnya stress karena sukar beristirahat.

Riwayat penyakit

2 tahun yang lalu juga masuk rumah sakit dengan diagnosis copd, dia menyangkal memiliki asma
dan diabetes. Ia telah menghentikan rokoknya semenjak 7 tahun yang lalu akibat sering sesak
napas. Ia telah mengalami insomnia dari masih muda karena sering bekerja yang memerlukan
konsentrasi tinggi dengan computer hingga malam hari.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

KU : sadar, tampak lemah, terpasang kanul oksigen, terpasang infus di lengan


kanan bagian bawah.

Paru :

Inspeksi : simetris statis dinamis, retraksi (+), SIC melebar (+)

Palpasi : stem fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi : hipersonor seluruh lapangan paru

Auskultasi :

Ka = SD Vesikuler, ronki kasar (+), wheezing (+), eksperium memanjang pada seluruh
lapangan paru atas, tengah, bawah.

Ka = SD Vesikuler, ronki kasar (+), wheezing (+), eksperium memanjang pada seluruh
lapangan paru atas, tengah, bawah.

Jantung : tak ada kelainan

Abdomen : tak ada kelainan

Ekstremitas : tak ada kelainan


Pemeriksaaan Penunjang

Tanda Vital :
N : 88 x / menit, isi dan tegangan cukup
TD : 170/125 mmHg
RR : 34x / menit, reguler
T(Suhu) : 38,7°C
FEV1 : 78 %
Hb : 10,4 g/dl
Leukosit : 16.100 /mmk
Ht : 31,7%
GDS : 156
Trombosit : 406.000/mmk
Kultur bakteri : + (streptococcus pneumonia)
Kesan : Leukositosis
Pengobatan Di rumah sakit,:
obat Hari ke 1 Hari ke Hari ke 3
2
IVFD RL 20
˅ ˅
tts/menit
O2 3 L/m kanul ˅ ˅
Infus asering 16 tpm
+ Aminofilin 1 ˅ ˅
amp/500 cc Asering
Injeksi Cefotaksim 2 ˅ ˅
x 1 gram iv
Injeksi Ranitidin 3 x ˅ ˅
1 ampul
Salbutamol 3 x 2 mg ˅ ˅

Ambroxol 3 x 1 tab ˅ ˅

Captopril 3 x 12,5 ˅ ˅
mg
HCT 25 mg 1x1 ˅ ˅ ˅

Diazepam 2 mg 1x1 ˅ ˅ ˅
Diagnosis

1. PPOK eksaserbasi akut


2. Hipertensi

Pertanyaan :

1. Sebagai Farmasisnya Sudah tepatkah terapi yang diterima oleh bapak selama di rumah
sakit?
2. Berikat pengobatan menurut anda yang sesuai pada hari ke tiga?
11.Kasus COPD
Deskripsi Penyakit
Andrew kirk berusia 70 tahun, istrinya (Elizabeth) meninggal sepuluh tahun yang lalu. Sejak
kematian Elizabeth, dia merasa sangat kesepian karena tidak memiliki anak. Dia tinggal sendirian
di sebuah flat 1 kamar di komplek perumahan. Andrew didiagnosis menderita penyakit paru
obstruktif kronik saat berusia 55 tahun. Dia adalah perokok berat selama masa mudanya, lalu dia
berhenti untuk sementara waktu ketika dia berumur 60 tahun tapi dimulai lagi setelah kematian
Elizabeth. Terlepas dari upaya perawatan lansia, Andrew masih merokok. Kadang ia minum
alcohol jika ada perayaan tertentu seperti natal, perayaan hari kemerdekaan atau thanksgiving.
Hal ini meningkatkan sesak napasnya dan mengakibatkan masuk rumah sakit akibat infeksi dada
yang berulang.

Riwayat penyakit
Andrew 2 hari yang lalu berada di UGD rumah sakit karena infeksi dada, yang kedua dalam empat
bulan terakhir. Setiap infeksi, derajat dyspnea jadi meningkat. Dia dijadwalkan menghadiri
pertemuan konsultasi pasien COPD setiap minggunya dengan tujuan mencegah eksaserbasi copd.

Riwayat social
Kompleks perumahan tempat Andrew tinggal memiliki pengawas yang akan memonitoring setiap
orang yang tinggal di flat tersebut. Kurangnya seorang penjaga yang tinggal di flat membuat
Andrew khawatir. Karena dia sangat mengandalkan penjaga tersebut jika sewaktu2 dia
membutuhkannya. Saat ini Andrew tidak memiliki bantuan dari luar; Dia mampu mengelola
kebersihan pribadinya dan menjaga kebersihan rumahnya tetap bersih. Dia bisa berjalan ke toko
kelontong setempat, meski karena COPD dan infeksi dada yang berulang ini ia memerlukan waktu
untuk berjalan dan dia juga harus berhenti untuk beristirahat. Ia juga sering mengunjungi rumah
sakit untuk menjenguk sahabatnya yang masih koma.

Pemeriksaaan Penunjang

Tanda Vital :
N : 90 x / menit, isi dan tegangan cukup
TD : 155/110 mmHg
RR : 35x / menit, reguler
T(Suhu) : 37,7°C
FEV1 : 60 %
Hb : 10,4 g/dl
Leukosit : 18.300 /mmk
Ht : 31,7%
GDS : 189
Trombosit : 406.000/mmk
Kultur bakteri : + (Pseudomonas aeruginosa)

Pengobatan Di rumah sakit,:


obat Hari ke 1 Hari ke Hari ke 3
2
IVFD RL 20
˅ ˅
tts/menit
O2 3 L/m kanul ˅ ˅
Infus asering 16 tpm ˅ ˅
Injeksi Cefotaksim 2 ˅ ˅
x 1 gram iv
Primperan 10 mg ˅ ˅
1x1
Tiotropium 18 mcg 1 ˅ ˅
inhalation daily
Ambroxol 3 x 1 tab ˅ ˅

Captopril 3 x 12,5 ˅ ˅
mg
propanolol 40 mg ˅ ˅
1x1
parasetamol 250 mg ˅ ˅
1x1
Pertanyaan
1. Sebagai Farmasisnya Sudah tepatkah terapi yang diterima oleh bapak selama di rumah
sakit?
2. Berikat pengobatan menurut anda yang sesuai pada hari ke tiga?
3. Obat apakah yang dapat dibawa pulang oleh bapak Andrew tersebut?
12.Studi kasus nutrisi parenteral

Sejarah Penyakit Saat Ini:


Ibu Morris adalah seorang wanita berusia 66 tahun yang telah mengeluh mual, muntah, lemah,
sakit perut dan perut kenyang selama 3 hari terakhir. Dia mengalami demam selama 24 jam
terakhir dan melaporkan bahwa sakit perutnya adalah kolik dan "kram". Dia menyatakan bahwa
dia menderita "syndrome Crohn's" selama 4 minggu terakhir dengan diare, anoreksia, kelelahan
ekstrem dan penurunan berat badan. Tinggi badannya 165 cm dan berat badan 65 kg dengan berat
rata-rata sebelumnya adalah 75 kg. Mrs. Morris dirawat di unit Medis dan bedah dengan obstruksi
usus halus yang lengkap, beberapa adhesi, dan eksaserbasi penyakit Crohn. Dia terjadwal NPO
dan dijadwalkan dengan lisis adhesi dan reseksi usus kecil untuk mengurangi sakit usus. Ibu Morris
akan menjadi NPO pasca operasi dan diharapkan saluran GI-nya tidak dapat diakses setidaknya
10-14 hari setelah operasi.

Riwayat Medis Sosial dan Masa Lalu:


Nyonya Morris saat ini tinggal sendirian di apartemen. Suaminya meninggal karena kanker
pankreas 5 bulan yang lalu dan mereka tidak memiliki anak. Dia telah menderita penyakit Crohn
sejak berusia 37 tahun dan didiagnosis menderita diabetes tipe 2, lima tahun yang lalu.

Pemeriksaan fisik :
PENAMPILAN UMUM : cemas, tampak lemah dan pucat
KULIT / INTEG : kulit kering, tenting diperhatikan, mata cekung
RESP : nafas berbunyi jelas dengan aerasi yang sama secara bilateral, tidak
bekerja
CARDIAC : kulit pucat, hangat & kering, S1S2, tidak ada edema, pulsasi 2+ di
semua ekstremitas
NEURO : alert & oriented x4,
GI / GU : perut perusahaan dan buncit. Suara usus yang tidak ada, belum
voided
MISC : keluhan sakit perut kram, kolik di RLQ, 8/10, mual dan muntah
Tanda Vital Awal:
Suhu : 37.8 C
Nadi : 110 X/ mnt
RR : 22 X/menit
TD : 100/60 mmHg
SaO2 : 98%

Lab/diagnostic Results:

CBC Current High/Low/WNL?

WBC 15000

HGB 9 g/dL

Basic Metabolic panel Current High/Low/


WNL?
Sodium 146

Potassium 3.3

Glucose 165

Albumin 2.9 g/dL

Prealbumin 5 mg

Transferrin 104 mg/dL

BUN 7

Creatinine 1.2

Pertanyaan :
Hitunglah kebutuhan kalori pasien tersebut ( karbohidrat, protein dan lipid) dalam bentuk nutrisi
parenteral? Calculate the total 24 hour caloric content of the Dextrose, Amino Acids and
IVFE (Lipids) for Mrs. Morris.
13.Studi kasus nutrisi parenteral
Deskripsi :
VH adalah perempuan kulit putih berusia 61 tahun yang telah mengajar kelas dua selama
35 tahun. Selama 6 bulan terakhir dia merasakan sakit yang sangat menusuk di perutnya
dan perasaan yang selalu kenyang. Ia berpikir itu bisul, dia mencoba mengabaikan
ketidaknyamanannya. Namun, selama 3 minggu terakhir rasa sakitnya bertambah parah
sehingga dia tidak bisa bekerja. Nafsu makannya berkurang dan dia menyadari berat
badannya turun. Dia akhirnya pergi ke dokter.
VH memiliki tinggi badan 175 cm, berat badannya 72. Selama sebelum kunjungannya ke
dokter, dia telah kehilangan 7 kg berat badan dan sekarang beratnya hanya 65 kg. Beberapa
analisis darah dan serangkaian foto scan dilakukan. USG mengungkapkan ada sebuah
tumor di Lambungnya. VH segera dirawat di rumah sakit karena dilakukan pemindahan
dan biopsi tumor, yang ternyata ganas dengan metastase, VH tetap berada di rumah sakit
sementara kemoterapi dan terapi radiasi dimulai. VH tidak dapat mentolerir makanan
enteral saat ini. Dokter meminta nutrition untuk merumuskan rekomendasi TPN.

Gender : Female
Age : 61 y
Height : 175 cm
berat sekarang : 65 lb
berat awal : 72 kg

LABS Actual Normal


Hct 35% 33 - 44%
Hgb 11 g/dL 11.5 - 15.5 g/dL
Glucose 91 mg/dL 70 - 110 mg/dL
BUN 11 mg/dL 8 - 18 mg/dL
Alb 2.9 g/dL 4.0 - 6.0 g/dL
Na 145 mEq/L 135 - 145 mEq/L
K 3.6 mEq/L 3.7 - 5.2 mEq/L
SGOT 19 U/L 7 - 27 U/L
SGPT 15 U/L 1 - 21 U/L
Hitunglah kebutuhan kalori pasien tersebut ( karbohidrat, protein dan lipid) dalam bentuk
nutrisi parenteral? Calculate the total 24 hour caloric content of the Dextrose, Amino
Acids and IVFE (Lipids)

14.Kasus nutrisi parenteral

Studi Kasus nutrisi parenteral


Pada suatu rumah sakit seorang wanita bernama junita lopez ini berusia 70 tahun. Berat diawal
masuk rumah sakit 80 kg, tapi sekarang beratnya tinggal 55 kg dengan tinggi badan 165 cm . Anda
akan menentukan kebutuhan gizi nya, diperkirakan ia akan membutuhkan 1.800 Kcal dan 85 g
PRO. TPN dimulai akibat tidak berfungsinya saluran pencernaan karena Kanker usus. Hal ini
dilakukan karena dia akan menerima kemoterapi dan selama waktu kemo ini ia akan membutuhkan
TPN untuk dukungan nutrisi. Dia juga mengalami malabsorpsi selama pengobatan. Tapi ia tidak
memiliki Diabetes. Resep di tulis : larutan utama 500 ml 8,5% Asam Amino dicampur dengan 500
ml 30% Dextrose. 500 ml 10% emulsi lemak akan mendukung dengan campuran utama.

Pertanyaan :
Berapa banyak kalori Jumlah hal ini memberikan? (Petunjuk: acara perhitungan untuk kalori dari
protein, kalori dari CHO dan kalori dari lemak dan kemudian menambahkan bersama-sama untuk
total kalori)
15.Studi kasus batuk dan flu non bakteri
Deskripsi penyakit :
Erika panjaitan, 19 tahun, datang ke klinik di kampus universitasnya dengan keluhan gejala
batuk dan flu. Dia menyatakan bahwa batuknya sangat bertahan di malam hari. Ia
sepanjang malam tidak bias tidur akibat batuk yang continyu, hidung meler dan pusing.

Data yang diperoleh dari asesmen keperawatan meliputi:


Keluhan : kelelahan, nyeri tubuh, batuk, hidung tersumbat, dan demam ringan
Batuk non produktif yang keras tercatat.

Tanda vital:
Suhu : 38,7 ° C
Pulsa : 90x/mnt;
Respirasi, : 22x/mnt
Tekanan darah : 98/68 mmHg

Dokter menyarankan langkah-langkah kenyamanan yaitu : istirahat dan banyak minum,


alat penguap uap.

Obat yang direkomendasikan kepada pasien :


- pseudoephedrine, 30 sampai 60 mg PO setiap 4 sampai 6 jam PRN
- dekstrometorfan, 30 mg PO setiap 4-8 jam PRN.

Pertanyaan :
1. .Sesuaikah obat yang direkomendasikan pada Erica?
2. Bagaimana obat-obatan ini bekerja dapat untuk mengatasi kondisi patologis Erika?
3. adakah obat lain yang mungkin dipertimbangkan untuk mengobati gejala Erika?
4. Apakah temuan kemungkinan efek samping dari terapi obat?
5. Edukasi apa yang dibutuhkan bagi Erika sehubungan dengan terapi obatnya?

Anda mungkin juga menyukai